Anda di halaman 1dari 11

Penyesuaian Psikososial Kanker Pada Wanita Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi

PENYESUAIAN PSIKOSOSIAL PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA PASCA


MASTEKTOMI

Nuril Nofiya Sari


Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA, email: nurilsari@mhs.unesa.ac.id

Muhammad Syafiq
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: muhammadsyafiq@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyesuaian psikososial pasien kanker payudara
pasca mastektomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Partisipan penelitian ini berjumlah tiga orang wanita pasien kanker oayudara yang telah melakukan
mastektomi payudara dan sedang tinggal di yayasan kanker Indonesia cabang Surabaya. Data
dikumpulkan menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan terhadap tiga orang partisipan
dan dianalisis menggunakan analisis tematik. Secara umum hasil penelitian ini setiap partisipan terkena
dampak secara psikologis dan sosial ketika baru mengetahui terkena kanker payudara, namun ketiga
partisipan berusaha melakukan penyesuaian psikologi dan sosial seiring berjalannya waktu dan mereka
berhasil.
Kata Kunci: Mastektomi, kanker payudara, penyesuaian psikososial

Abstract
This study aims to determine how the psychosocial adjustment of breast cancer patients after
mastectomy. This research uses a qualitative approach with a case study method. Participants of this
study were three women oayudara cancer patients who had breast mastectomy and was living in
yayasan kanker Indonesia . Data were collected using interviews and observations or observations of
three participants and analyzed using thematic analysis. In general, the results of this study were that
each participant was psychologically and socially affected when they just found out they had breast
cancer, but the three participants tried to make psychological and social adjustments over time and they
succeeded.
Keywords : Mastectomy, breast cancer, psychosocial adjustment

Kanker menjadi penyebab kematian utama di


PENDAHULUAN seluruh dunia. Berdasarkan data dari National Cancer
Kanker merupakan istilah yang digunakan pada Institute (2013) dari 7,6 juta kematian di dunia yang
tumor ganas. Tumor ganas tumbuh dengan pesat, terjadi akibat penyakit, 13,0% disebabkan oleh penyakit
menginfiltrasi jaringan sekitar, bermetastasis dan dapat kanker. Lebih lanjut, Pusat Data dan Informasi
menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan Kementrian Kesehatan RI (2015) pada tahun 2012 sekitar
penanganan dan terapi yang tepat Desen (dalam 8,2 juta kematian disebabkan oleh beragam penyakit
Kardiyudiani, 2012). Penyakit kanker adalah penyakit kanker diantaranya kanker paru-paru, kanker hati, kanker
yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel perut, kanker kolorektal, dan kanker payudara. Menurut
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker Stanford Medicine (dalam Oetami, Leida, dan
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Penyakit kanker yang Wahiduddin, tanpa tahun) kanker payudara adalah
tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan efek penyebab terbesar kematian setiap tahunnya dengan
yang beragam bagi penderitanya. Derogatis (dalam jumlah 458 ribu.
Kolokotroni, Fatios, dan Missitzis, 2016) mengemukakan Ketika payudara wanita terserang oleh kanker maka
bahwa kanker adalah penyakit kronis yang melibatkan dampak yang akan muncul ialah stres berat, takut, marah
gejala fisik, psikologis, masalah seksual, dan sosial dan dan merasa tidak berguna (Andysz, dkk dalam
mempengaruhi adaptasi dalam jangka pendek dan jangka Rahmadhani & Wardhana tanpa tahun).
panjang.

1
Volume 08. Nomor 07. (2021). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Kanker payudara merupakan penyakit kanker Potter & Perry, (dalam Lisnwati 2010). Dewi, Djoenaina,
dengan persentase kasus tertinggi sebesar 43,3%, dan Melisa (dalam Guntari & Suriyani, 2016)
sedangkan presentase kematian akibat kanker payudara menyatakan bahwa mastektomi dapat menghambat
sebesar 12,9% (GLOBOCAN, 2012). Menurut data proses perkembangan sel kanker dan umumnya
GLOBOCAN (2012) terdapat 14,067,894 kasus baru mempunyai taraf kesembuhan 85% hingga 87%. Tetapi
kanker dan 8,201,575 kematian akibat kanker di seluruh penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh
dunia. Estimasi data dari GLOBOCAN (2012) terhadap payudara, mati rasa pada kulit serta kelumpuhan apabila
kanker pada perempuan di Indonesia sebanyak 134 per tidak mendapatkan penanganan secara seksama. Wanita
100,000 penduduk. Kanker payudara menunjukkan yang telah menjalani mastektomi akan merasa cemas
kejadian tertinggi menyerang perempuan yakni sebesar terhadap penyakit kanker payudara yang mungkin belum
40 per 100,000 (GLOBOCAN 2012, Kementrian hilang sepenuhnya dari tubuhnya Maguire (dalam
Kesehatan RI 2016). Secara nasional, prevalensi penyakit Mahleda dan Hartini, 2012). Efek jangka panjang dari
kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun mastektomi berpengaruh sangat besar terhadap kualitas
2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347,792 hidup karena rasa sakit dan ketidaknyamanan berikutnya.
orang (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Berdasarkan Menurut Galgut (dalam Mahelda dan Hartini, 2012)
estimasi jumlah penderita kanker, Jawa Tengah pembedahan untuk kanker payudara adalah pengalaman
merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker yang sangat traumatis dan menakutkan.
terbanyak, yaitu sekitar 68,638 orang diikuti Jawa Timur Mastektomi tidak hanya akan menyebabkan
dengan estimasi penderita kanker sebanyak 61,230 orang. timbulnya dampak secara fisik tetapi juga akan
Seiring dengan berkembangnya teknologi di dunia memunculkan dampak psikologis yang akan menyertai
medis, ditemukan beberapa cara pengobatan kanker pasca melakukan mastektomi seperti depresi, stres,
payudara. Setiap jenis pengobatan tersebut akan kecemasan, dan masalah-masalah psikologis lainnya.
menimbulkan masalah fisiologis, psikologis, dan sosial Omne-Ponten (1994) menjelaskan terdapat 60% wanita
bagi pasien. Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan pasca mastektomi tidak mau menunjukkan diri mereka
dengan beberapa cara, misalnya kemoterapi, radioterapi, dalam keadaan telanjang, dan 22% merasa bahwa mereka
terapi hormonal, terapi target dan operasi (Pennery, menjadi kurang menarik karena perawatan bedah
Speechley, dan Rosenfield 2009) dalam Rahmadhani & (mastektomi). Selain itu kemampuan fisik dan sosial
Wardhana tanpa tahun). Salah satu jenis pengobatan yang individu dapat terganggu. Individu yang mengalami
sering digunakan oleh pasien kanker payudara adalah penurunan fisik akibat penyakit dan tidak mampu dalam
mastektomi. Alasan pasien lebih memilih mastektomi bekerja akan mengalami gangguan emosi dan rendah diri
karena mastektomi dapat mengambat proses (Berk dalam Rahmadhani dan Wardhana tanpa tahun).
perkembangan sel kanker dan umumnya mempunyai Hasil penelitian Arroyo dan Lopez (dalam Mahleda
taraf kesembuhan 85%sampai dengan 87%, akan tetapi dan Hartini, 2012) menyatakan bahwa wanita pasca
pasien akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara, mastektomi akan merasa dirinya tidak menarik, takut
mati rasa pada kulit serta kelumpuhan apabila tidak akan ditinggalkan, dan juga khawatir dengan
mendapatkan penangan secara seksama (Dewi, kesehatannya selanjutnya. Hawari (dalam Mahleda dan
Djoenaina, dan Melisa dalam Guntari dan Suariyani, Hartini, 2012) menyatakan bahwa wanita yang menjalani
2016). operasi mastektomi menunjukkan ekspresi yang
Mastektomi adalah penangkatan seluruh atau mencerminkan kecemasan dan depresi serta sikap
sebagian payudara yang disebabkan oleh kanker penolakan. Penyesuaian mengacu pada perubahan dalam
payudara stadium I atau II, untuk kanker payudara hidup yang dilakukan terus-menerus bila seseorang
stadium III dan IV dilakukan kombinasi dari kemoterapi, menderita penyakit kronis (Larsen, 2016). Penyesuaian
terapi radiasi dan terapi hormon (Engram, (1998). Tujuan ini dapat dilakukan dari dalam individu yaitu dari sisi
dari mastektomi sendiri adalah untuk menghilangkan psikologisnya (psycholigical adjustment). Tidak hanya
tumor payudara dengan membuang payudara dan dari sisi psikologisnya saja, penyesuaian secara sosial
jaringan yang mendasari. Bard dan Sutherland (2009) juga penting dilakukan oleh individu terutama individu
menjelaskan setelah menjalani mastektomi masalah- dengan penyakit kronis seperti kanker. Penyesuaian
masalah atau dampak dari mastektomi yang terjadi pada psikososial lebih sering ditemukan dalam bidang klinis
pasien meliputi, gangguan konsep diri, gangguan atau kesehatan.
aktivitas seksual, gangguan emosional, gangguan Psikososial (psychosocial) adalah istilah yang lebih
hubungan sosial, dan dampak psikologis. luas dan memperhitungkan lingkungan sosial serta
Wanita yang mengalami mastektomi akan keadaan psikologis yang tidak dapat dipisahkan satu dan
kehilangan payudara yang merupakan simbol seksualitas lainnya (Larsen, 2016). VandenBos, (2015)

2
Penyesuaian Psikososial Kanker Pada Wanita Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi

menggambarkan Psikososial sebagai persimpangan dan Subjek pertama berinisial SD berumur 46 tahun
interaksi pengaruh sosial, budaya, dan lingkungan berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur. SD mengaku
terhadap pikiran dan perilaku. Lebih lanjut, menurut awalnya takut memeriksakan diri ketika mengetahui
Matsumoto (2009) psikososial berhubungan dengan adanya benjolan kecil di payudaranya sampai akhirnya
pikiran dan interaksi dengan orang lain. satu tahun kemudian karena benjolan yang semakin besar
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa SD akhirnya memeriksakan diri ke dokter. SD sehari-hari
penyesuaian psikososial (psychosocial adjustment) bekerja menjadi pedagang. SD memiliki toko di depan
adalah penyesuaian psikologis dan lingkungan terhadap rumahnya namun semenjak melakukan pengobatan di
perubahan yang terjadi pada individu. Sedangkan Surabaya SD sudah berhenti berjualan.
menurut Moss dan Tsu (1977), dalam Henriksen, dkk Subjek kedua berinisial LS, 39 tahun berasal dari
(2009) penyesuaian psikososial dapat didefinisikan Tuban, Jawa Timur. LS divonis terkena kanker tahun
sebagai tugas adaptif untuk mengatur perasaan frustasi 2016, saat itu kanker sudah tumbuh 3 cm. permasalahan
yang ditimbulkan oleh penyakit, dan menjaga yang dialami oleh LS saat itu LS belum memiliki BPJS
keseimbangan emosional. Penyesuaian psikososial adalah karena biaya pengobatan kanker yang mahal dokterpun
sebuah perbedaan pkengalaman hidup pasien penyakit meminta LS untuk mengurus BPJS. Saat operasi LS tidak
kronis baik ditinjau dari segi individu dan keluarga menggunakan BPJS dikarenakan takut kanker yang akan
pasien (Larsen, 2016). semakin menyebar dan besar sehingga LS memutuskan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan untuk operasi dengan biaya sendiri dan melakukan
sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk perawatana menggunakan BPJS. Penyebab LS terkena
mengungkapkan dampak psikologis dan social yang kanker menurut dokter adalah karena LS tidak pernah
dialami penderita kanker payudara pasca mastektomi dan menyusui hal ini terjadi karena LS tidak memiliki
bagaimana penyesuaian psikologis dan sosialnya. keturunan (anak). Saat ini LS harus menghadapi
kenyataan jika kanker Kembali tumbuh di leher dan
METODE ketiaknya. Beruntungnya kanker di leher LS tidak
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang separah di ketiaknya.
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang Subjek ketiga berinisial RS berumur 38 tahun
dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, berasal dari Lombok, NTB. RS memiliki tiga orang anak.
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan Awal terkena kanker disadari RS saat anak bungsu RS
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa berhenti menyusui, saat itu RS mengaku ada benjolan
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan sebesar biji kedelai pada payudaranya. RS sempat
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Kirk dkk , memutuskan untuk tidak melanjutkan perawatan meddis
dalam Jaelani 2013). Preissle dalam Rahmat (2009) untuk kanker dan memutuskan berpindah pada
penelitian kualitatif adalah kategori desain atau model pengobatan herbal,, alternatif, bahkan pengobatan yang
penelitian yang didefinisikan secara fleksibel yang sampai tidak masuk akal. RS mengatakan bahwa
semuanya menghasilkan data verbal, visual dalam bentuk keputusan itu di ambil karena pada saat itu RS merasa
narasi deskriptif seperti catatan lapangan, rekaman, atau terbebani dengan pengobatan medis yang membutuhkan
transkrip lainnya dari rekaman audio dan video dan waktu lama untuk menyembuhkan penyeakitnya
tulisan lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sedangkan saat itu RS ingin segera sembuh.
studi kasus dimana menurut Creswell (2014) studi kasus Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan
adalah penelitian yang banyak ditemukan di banyak data dalam penelitian ini adalah dengan proses
bidang, terutama evaluasi di mana peneliti wawancara. Wawancara adalah merupakan merupakan
mengembangkan analisis mendalam tentang suatu kasus pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
secara individu atau kelompok. melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
Partisipan dalam penelitian ini adalah wanita makna dalam suatu topik tertentu Esterberg, dalam
pasien kanker payudara yang telah melakukan Sugiyono, (2014).
mastektomi payudara, sudah menikah, berumur 25 Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari
sampai 50 tahun, dan sedang singgah di yayasan kanker berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
Indonesia, cabang Surabaya. pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan
Proses pemilihan partisipan akan dilakukan oleh secara terus-menerus samapai data datanya jenuh.
pihak penanggung jawab yayasan kanker Indonesia yang Penelitian ini menggunakan metode analisis tematik.
akan memberikan rekomendasi beberapa pasien yang Braun dan Clarke (2006) mengemukakakn bahwa analisis
sesuai dengan kriteria, mudah diajak berkomunikasi, tematik adalah metode untuk mengidentifikasi,
kooperatif, dan tidak tampak mengalami stress dll. menganalisa, dan melaporkan pola-pola (tema-tema)

3
Volume 08. Nomor 07. (2021). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

dalam data. Lebih lanjut, Braun dan Clarke (2006) Partisipan SD mengaku Ia takut di operasi sehingga
menjelaskan enam tahapan dalam melakukan analisis Ia rela tidak memeriksakan diri selama setahun. Hal ini
tematik yakni: menganalisis data, menganalisis kode, diuangkapkan saat wawancara: “Hahaha dulunya ya
mencari tema, meninjau tema, mendefinisikan tema dan takut. Saya sakit setahun itu nggak pernah diperiksakan
nama tema, menghasilkan laporan. takut dioperasi kok. (P1-SD-W1-B248)”.
Keabsahan data menurut Moleong (2010) adalah Berbeda dengan SD partisipan RS mengaku
setiap keadaan diharuskan memenuhi dari beberapa perasaan takut yang muncul karena pada saat itu
kriteria, seperti menunjukkan nilai kebenaran, penderita kanker payudara yang masih sedikit di
mempersiapkan landasan agar dapat diterapkan, dan daerahnya.
memperbolehkan untuk konsistensi dari prosedur dan
kenetralan dari hasil temuan-temuan pada penelitian Tumor dulu. Itu masih stadium awal. Tapi karna
kualitatif. Penelitian ini menggunakan uji keabsahan data kita kan namanya kita manusia itu rasa takut itu
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014) yakni (1) uji pasti ada. Padahal ke dokter sudah bilang ini harus
kredibilitas data (2) uji dependability dan (3) uji diangkat, tapi kan yang namanya kita kan takut,
confirmability. perasaan takut itu pasti ada. Akhirnya setelah
periksa ke dokter terus pulang dinyatakan itu sudah
HASIL PENELITIAN tumor stadium awal itu kan. Kita kan takut
Penelitian ini menghasilkan dua tema besar. Tema pokoknya perasaan gak enak lah awal-awalnya itu
pertama ialah dampak psikologis dan sosial yang di derita takut sementara dikampung saya belum ada yang
pasien kanker payudara pasca mastektomi dengan sub kena gitu Cuma ada satu saya sama tetangga gitu
tema stress, merasa tidak berdaya dan merasa lebih kan. (P3-RS-W1-B8)
buruk. Tema kedua adalah penyesuaian psikologi dan
sosial pasien dengan sub tema hubungan dengan orang Pada akhirnya partisipan SD harus memeriksakan
lain, penerimaan diri dan kontribusi. diri ke dokter karena benjolan yang terdapat di
payudaranya semakin membesar. Hal tersebut
1. Dampak Psikologi dan sosial disampaikan SD dalam wawancara: “Iya. Saya takut-
Subtema 1: Stress takut... terus apa boleh buat sini sudah besar...sudah
Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan hasil bengkak yo wes pasrah Gusti Allah... minta sembuh. (P1-
bahwa beberapaa pasien mengalami stress setelah SD-W1-B18)”.
mengetahui terkena kanker payudara. Bagi SD dan RS, Sedangkan partisipan RS mengaku bahwa Ia merasa
mereka mengaku awalnya mereka takut dengan vonis takut ketika mengetahui dirinya terkena kanker payudara
kanker payudara. namun apaa boleh buat semua telah terjadi. Hal tersebuat
Partisipan SD mengaku sejak tahun 2016 dia sudah sesuai dengan hasil wawancara RS: “Iya denger
merasa ada benjolan pada payudaranya namun Ia tidak semuanya kan kita istilahnya pokoknya mulut kita ndak
berani untuk memeriksakan ke dokter karena perasaan mampu lah ngomongin gimana perasaan kita takut
takut. semuanya […]. (P3-RS-W1-B107)”.
Selain itu RS juga mengaku jika Ia tetap berada di
Kena penyakitnya sebelum... tahun’17... tahun ’16 rumah Ia akan terus memikirkaan penyakitnya sehingga
ya itu udah ada kecil segini. Tapi saya nggak membuat Ia merasa stress.
pernah saya periksakan. Katanya tetangga saya
‘periksakan mbak’ (sambil meniru suara tetangga). Ndak pernah saya sitirahat dalam arti untuk
Saya takut operasi. (P1-SD-W1-B2) menghilangkan kejenuhan. Di rumah kan kita selalu
berpikiran.... ujung-ujungnya kepikiran (P3-RS-
Partisipan SD bahkan merahasiakan hal tersebut W1-B164.
dari keluarganya, Ia merahasiakannya sejak tahun 2016
sampai tahun 2017. Partisipan LS mengaku merasa capek karena proses
pengobatan kanker payudara yang sangat lama, LS
Ya pemeriksaannya 2017... jadi 2016 nggak pernah mengaku sudah mengikuti semua ajnuran dokter bahkan
periksa... takut. Saya rahasiakan dari anak saya... membeli obat ini itu namun pengobatan yang dijalaninya
takut gitu loh mbak dioperasi. Akhirnya sudah besar tidak selesai-selesai.
sudah besar ya apa boleh buat...pasrah. […] (P1-
SD-W1-B24) […] Misalnya nanti saya kesakitan sedikit ya suami
saya bilang beli obat beli ini ini ini tapi kok masih

4
Penyesuaian Psikososial Kanker Pada Wanita Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi

tumbuh. Kadang-kadang saya capek... capeknya ya Iya denger semuanya kan kita istilahnya pokoknya
Allah nguji kok gak selesa-selesai ya Allah Gusti. mulut kita ndak mampu lah ngomongin gimana
(P2-LS-W1-B295)”. LS juga mengaku kesulitan perasaan kita takut semuanya. Terus kan mana
membeli obat kanke: “Iya. Obate loh uangel mikirin anak-anak masih kecil pokoknya semuanya
mbak... susah yo obate kanker iku. Padahal makane dah. Mikirin ini mikirin itu […]. (P3-RS-W1-107)
saya itu loh mbak kepiting sudah nggak makan.
(P2-LS-W1-B86) Subtema 2: Merasa tidak berdaya atau merasa lebih
buruk
Partisipan LS tidak menyangka menderita penyakit Munculnya perasaan-perasaan negative dalam diri
kanker payudara, LS sering menangis jika mengingat pasien kanker payudara tidak dapat dihindari. Perasaan-
penyakit yang menderitanya. Seperti yang diakui LS perasaan ini muncul akibat kelelahan psikologis yang
dalam wawancara: “Nangis ‘duso opo Ya Allah aku kok dialami oleh pasien-pasien kanker payudara Ketika
ndue penyakit koyok ngene’ saya bilang gitu. Terus habis melakukan pengobatan yang panjang dan melelahkan.
itu saya ngebel suami saya’. (P2-LS-W1-B10)”
Hal tersebut juga terjadi pada SD yang sama sekali SD mengaku merasakan sakit dan takut akibat
tidak menydari penyakit yang selama ini Ia derita adalah kanker payudara yang dideritanya.Selama
penyakit yang parah. wawancara: “Ya anu mbak... sedih, takut. Saya
kadang merasa sakit mbak. Cuma kadang itu.... kan
Saya tidak menyangka bahwa selama ini saya ada benjolan itu segini ya. […] (P1-SD-W1-B82)”.
mengidap penyakit tersebut. Saya tidak menyadari
ternyata penyakit saya parah, sebelum saya periksa. Sementara partisipan LS merasa sedih dan
(P1-SD-W1-82) menangis melihat kondisinya yang sudah cacat karena
kehilangan payudaranya, LS juga merasa walaupun ia
Partisipan LS mengaku akibat dari pengobatan sudah melakukan pengobatan secara teratur namun
kanker yang Panjang dan menyakitkan menyebabkannya kanker tetap saja tumbuh lagi. Hal ini diutarakan LS
sering mengalami perubahan emosi apalagi jika LS baru dalam wawancara: “
selesai melakukan pengobatan kemoterapi, LS akan
mengalami emosi yang tidak setabil. Nangis, nangis terus. Nangise kan ya sakit iya,
nggak ada ini ya iya. Wes malah cacat, nanti
Malah saya mbak yang... pokoke emosi terus isine. makannya ya kudu teratur tapi kok masih tumbuh.
Tepak waktu habis kemo loh sampek tukaran rame (P2-LS-W1-B111)
mbak saya sampai minta cerai. (P2-LS-W1-297)
Selain perasaan negative yang dialami oleh
Selain melakukan kemoterapi LS juga patuh partisipan, memikirkan tentang biaya selama melakukan
terhadap larangan-larangan yang diberikan seperti pengobatan kanker payudara juga membuat partisipan
contohnya dalam hal makanan yang dibolehkan atau merasa terbebani karena jumlah yang harus mereka
tidak dibolehkan bagi penderita kanker payudara namun keluarkan tidaklah sedikit menurut mereka. biaya yang
hal tersebut tidak membuat kanker di dalam tubuh LS dan harus dikeluarkan oleh para partisipan adalah biaya hidup
membuatnya lelah. selama di Surabaya dan biaya pengobatan jika partispan
tidak menggunakan BPJS. hal ini sesuai dengan
[…] Terus panggangan itu semua, ikan yang wawancara yang dilakukan kepada ketiga partisipan Satu
berasap itu saya sudah nggak makan, kok masih juta itu pokok seminggu gitu jatahnya. “Ya gimana lagi.
tumbuh terus. Saya sampek capek kadang-kadang, (P1-SD-W1-B190)”.
capek yang ini loh. (P2-LS-W1-B91)
Iya. 12 juta terus obat-obatnya beli sendiri mahal-
Sementara itu partisipan RS merasa takut dengan mahal obate. Yang habis operasi itu saya sekali
penyakitnya, selain itu RS juga memikirkan bagaimana kontrol dikasih resep itu 800.000, 700.000....
nasib anak-anaknya. RS mengaku tidak hanya waduh. (P2-LS-W1-B245)”.
memikirkan bagaimana nasib dirinya yang terkena
kanker payudara namun memikirkan bagaiamana nasi Ya membebankan toh soalnya kan beline obat
banak-anaknya juga. kayak binahong kan mahal toh mbak. Saya habis
operasi kan beli binahong mbak. (P2-LS-W1-
B270).

5
Volume 08. Nomor 07. (2021). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

berobat di rumah sakit Dr. Soetomo, banyak


[…] Mikirin ini mikirin itu. Terus yang kedua temannya. ‘semangat bu semangat’, jadi ini
mikirin biaya. Waktu itu kan ndak ada BPJS. […] semangat lagi. (P1-SD-W1-B128)”.
(P3-RS-W1-107).
Selain itu partisipan SD sudah tidak memperdulikan
[…] Tambah saya pokoknya pikiran saya omongan tetangganya di lingkungan rumahnya. SD
campur aduk gitu mikirin biaya mikirin gimana merasa dengan memiliki teman di Surabaya sudah cukup
kesehatan kita gitu. […] (P3-RS-W1-B115). membuatnya Bahagia.

Sangat karena ini kan butuh biaya besar apalagi Hmm. Terus kan akhirnya di Surabaya kan
saya di rumah sakit yang mahal lah. (P3-RS- temannya banyak. Jadi sekarang ya omongan tetangga-
W1-B216). tetangga saya cuek. Nggak...nggak anu lah, ngga
dipikirin. (P1-SD-W1-136).
2. Penyesuaian psikologi dan sosial
Subtema 1: Hubungan dengan orang lain Partisipan RS mengaku mendapatkan motivasi dan
Penyesuaian psikologi dan sosial dapat dilakukan dukunngan dari tetangganya yang menderita penyakit
oleh para partisipan walalupun membutuhkan waktu yang kanker terlebih dahulu, RS mengaku tetangganya sering
lama untuk dilakukan. Salah satu penyesuaian yang memberikan petuah tentang kanker.
ditemukan dalam penelitian ini adalah hubunggan
partisipan dengan orang-orang di sekitarya. Duluan dia kena, duluan lama. Sudah operasi ke
Partisipan LS mengaku hubungannya dengan Surabaya dia juga dulu waktu kena itu gitu. Dulu
keluarga baik-baik saja, LS merasa mendapatkan kasih Cuma dia yang kena. Terus selang berapa tahun
saying dari keluarganya. tau-taunya saya yang kena gitu. Terus dia sering
motivasi saya gini gini gini, dikasih sama beliau
Baik-baik mbak, gak ada apa-apa... baik-baik. gitu. […] (P3-RS-w1-B16).
Keluarga saya ya sayang sama saya semua terus
keluarga suami saya ya sayang. […] (P2-LS-W1- Partisipan RS juga merasa bahwa orang-orang di
B334)”. kampungnya sangat baik dengan memberikan do’a agar
Sementaraa itu partisipan RS merasa keluarganya RS segera sembuh. . Hal ini disampaikan RS dalam
memberikan dorongan dan motivasi untuk melalui semua wawancara: “Malah orang-orang kampung itu
ini. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara: “[…] Saya mendoakan kita kasih kata-kata doa gitu”. (P3-RS-W1-
didorong oleh keluarga-keluarga, dimotivasi sama B186)
keluarga […] (P3-RS-W1-B224)”.
Subtema 2: Penerimaan diri
[…] Cukup dengan dukungan dari keluarga Penerimaan diri sangat penting dalam proses
walaupun dengan jalan saya apa itu minjem tetap di penyesuaian bagi pasien kanker payudara Ketika pasien
dukungan. Kan saya juga gini bilang dulu sama kanker payudara sudah berhasil melalui proses ini akan
keluarga yang penting bisa sehat. […] (P3-RS-W1- timbul kepercayaan diri dari pasien tersebut.
B238) Partisipan SD mengaku sudah berserah diri kepada
Allah dan meminta kesembuhan dari penyakitnya, SD
Selain dari keluarga dorongan atau motivasi juga mengaku ia menerima semuanya dan menjalani apapun
didapatkan oleh para pasrtisipan dari para pasien kanker saat ini. Hal ini sesuai dengan wwancara: “[…] Wes
payudara yang menjalani perawatan di rumah sakit Dr. pokoknya sama Allah minta kesembuhan. Pokok harus
Soetommo, partisipan SD merasa jika di lingkungan dijalani ini saya jalani gitu. (P1=SD-W1-B86)”.
rumahnya dia tidak memiliki teman dengan penyakit
yang sama namun Ketika dia berobat ke rumah sakit Dr. Iya... malah saya itu ‘ya Allah Gusti saya minta
Soetomo dia mendapatkan teman yang senasib sehingga kesembuhan’. Wes apa yang dianu Allah apa saya
membuat SD merasa bersemanagat menjalani proses terima, saya ikhlas. Umpama kehendak Allah ya
pengobatan kanker payudara. wes apa boleh buat. Wes alhamdulillah […] (P1-
SD-W1-B90)
Kan pernah di rumah kan sudah operasi. Kan
tetangga kan nggak ada yang sakit sama saya. Kan SD mengaku sudah ikhlas dengan segala keadaan
saya ya jadi gimana gitu. Tapi terus akhirnya saya yang dialaminya saat ini, SD mengaku ia ikhlas

6
Penyesuaian Psikososial Kanker Pada Wanita Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi

menjalani demi kesembuhannya. Sesuai dengan hasil


wawancara: “Ya biasa saya mbak. Saya ikhlas saja mbak […] Apa yang ada saya punya itu biar saya pakai
demi kesembuhan. Wong saya pake hijab jadi ngga berobat saya bilang gitu. Saya ikhlas, kalau saya
keliatan (P1-SD-W1-B112)”. sehat saya gampang cari rejeki. Kalau sakit sebanyak
Hal senada juga diungkapkan oleh partisipan LS apapun rejeki itu tidak akan bisa dibawa sampai mati
dimana LS mengaku ikhlas dengan keadaannya saat ini, saya bilang gitu. […] (P3-RS-W1-B238)
ikhlas menjalani pengobatan dan menerima kenyataan
bahwa payudaranya telah diangkat. Hal ini diutarakan LS Sementara partisipan SD mengaku bersyukur
selama wawancara: “[…] Saya ikhlas saja daripada saya dengan kondisinya saat ini, SSD berharap diberikan
meninggal mbak lebih baik saya cacat nggak apa-apa. kesehatan oleh Allah dan mengaku bersemangat
[…] (P2-LS-W1-B66)”. menjalani hidupnya.
LS pun mengaku sudah siap dengan segaala risiko
Ketika menjalani pengobatan kanker payudara ini, LS […] Saya sadar alhamdulillah masih diparingi
mengaku sudah siap jika harus mati muda atau mati kesembuhan, diparing i panjang umur, diparingi
Ketika tuan anti mengingat kerasnya pengobatan kanker dikasih usaha... berusaha gitu. Pokoke saya
yang sedang dijalaninya. insyallah semangat […] (P1-SD-W1-B88)”.

[…] Kalau dipikir takut mati kan percuma mbak, jadi Ya wes pokoke berusaha wong penyakit itu kan
saya gini aja sekarang. Wes ikhlas ae, umur sing dari Allah. Jadi ya wes disyukuri.... ya disyukuri
nggawe iki Kuoso, iya toh? Dadine yo pasrah ae, aja, wes ikhlas disyukuri gitu. […] (P1-SD-W1-
diambil besok ya silahkan sekarang ya silahkan B328)
sampek nenek-nenek ya silahkan, malah
alhamdulillah hahaha. (P2-LS-W1-B149). Iya, semua gitu. Terus kan di rumah sakit sini
kan temennya banyak gitu. Jadi ya weslah
Partisipan RS juga mengaku ikhlas menerima semangat aja. (P1-SD-W1-B126).
kondisinya saat ini, RS ikhlas, tidak pernah mengeluh
dan merasa bahwa ini semua adalah yang terbaik baginya Menurut RS Ketika mmenderita kanker payudara
dari Allah. RS mengaku dengan diberikan ujian oleh sebaiknya tidak mengalami stress kaarena stress adalah
Allah ia semakin mendekatkan diri dan banyak-banyak musuh bagi penyakit tersebut.
bersabar.
Iya musuhnya penyakit stress. Pokoke intinya
[…] saya ikhlas kok nerima segala penyakit ini. Saya semangat. Alhamdulillah pokoknya kita masih
tidak pernah mengeluh, ndak pernah saya begitu. diberi umur panjang. (P3-RS-W1-B206)”
Saya cuma ikhlas mungkin ini yang ditakdirkan
karna sayang sama Allah. Saya menerimanya dengan Semangat ’45 pokoknya hahaha. Ya alhamdulillah
sabar dan ikhlas betul-betul ikhlas saya menerima saya ndak prnah mengeluh walaupun separah itu
rahmat dari Allah ini. […] (P3-RS-W1-B115) ndak pernah libut kerja gitu ya. (P3-RS-W1-B214)

[…] Semua anak-anak harta benda saya keluarga Subtema 3: Kontribusi


saya, saya titipkan serahkan pada yang di atas. Saya Para pasien kanker akan meraasa bahagia jika
ikhlas menerima rahmat yang dikasih sama Allah. dilibatkan dalam menjalani kehidupan karena mereka
[…] (P3-RS-W1-B124) akan merasa orang-orang disekitarnya peduli dan mau
menerima mereka walalupun dengan kondisi seperti itu.
Walalupun begitu RS mengaku sulit untuk
ikhlas namun ia mencoba melakukannya sedikit demi Partisipan SD menceritaakan jika ia pulang ke
sedikit. RS mengaku dengan belajar ikhlas ia banyak- rumahnya ia biasanya akan ikut kegiatan pengajian,
banyak bersyukur atas rahmat yang diberikan Allah yasinan, dan tahlilan. Kegiatan tersebut dilakukannya
padanya. sebagai bentuk kontibusi dan membuatnya merasa
percaya diri dengan bergaul Bersama orang-orang sekitar.
Sulit yang namanya ikhlas itu. Tapi kalau sudah kita
nikmati dia itu apa yang ada pada diri kita syukuri. Yaa.. itu biasanya saya hari Kamis... terus di
Ini kan rahmat yang dikasih ke kita sebagai pelajaran rumah. Kalau pulang di rumah itu ikut pengajian.
pada diri kita. (P3-RS-W1-B230) Hari Kamis Yasinan, tahlilan itu loh. Lah terusan

7
Volume 08. Nomor 07. (2021). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

malam Jumatnya ya anjangsana. (P1-SD-W1- Penderita kanker payudara merasakan bahwa banyak
B154) kegiatan harian yang tidak mampu dilaksanakan dan
perasaan bahwa penyakit ini membuatnya tidak berdaya
Berbeda dengan partisipan SD, partispan RS (Sianipar, Nurmaini, dan Darti, 2017).
mengaku tetap melakukan aktivitas seperti biasa untuk Perasaan negatif yang timbul pada awal diagnosis
menghilangkan pikiran-pikiran negative, RS mengaku akan berlangsung lama, berbulan-bulan bahkan sampai
jika ia tetap berada di rumah saja ia akan berpikiraan bertahun-tahun. Ketiga partisipan perlu waktu lama untuk
negative (over thinking) dengan melakukan kegiatan di melakukan penyesuaian dengan kondisi baru pada diri
luar rumah RS mengaku sejenak melupakan sakitnya. RS mereka. Mereka harus melakukan penyesuaian bukan
merasa dengan bersilaturrahmi dengan orang disekitarnya hanya terhadap kondisi mereka sendiri tetapi kondisi
membuat RS lebih bersemangat. lingkungan dimana mereka harus melakukan pengobatan
di Surabaya. Pengobatan yang mereka lakukan umumnya
[…] Makanya sesakit apapun saya tetap aktivitas. dilakukan mulai dari dua minggu satu kali, satu bulan satu
Makanya orang ndak tau saya sakit apa berat apa kali hingga beberapa bulan satu kali saja. Pengobatan
ndaknya orang sampai ndak anggap saya penyakit yang dilakukan pun terkadang membutuhkan waktu lebih
berat. (P3-RS-W1-B124) lama di Surabaya karena terkadang kondisi mereka yang
Enggak karena menurut saya kan kalau diam di berubah-ubah. Tak jarang partisipan merasa lelah harus
rumah itu sakit kalau sudah di luar lupa. Ndak bisa bolak-balik Surabaya daerah asal mereka, untuk
diam di rumah harus aktivitas dan komunikasi, mengakali hal tersebut partisipan biasanya akan memilih
silahturahmi tetap jalan. Kanker butuh semangat. untuk menetap sementara di Surabaya namun hal tersebut
Yang bikin stres itu. (P3-RS-W1-B204) terkadang membuat mereka harus mengeluarkan budget
yang lebih. Partisipan lebih memilih untuk mengeluarkan
budget lebih untuk menghindari kelelahan yang dapat
PEMBAHASAN menyebabkan penyakit semakin memburuk. Hal ini sesuai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para dengan penelitian Suriyadi (2017) (dalam Said, 2012)
partisipan mengalami masa-masa yang sulit dalam hal yang menyetakan bahwa secara sosial dan ekonomis,
psikologis dan sosial ketika pertama kali di diagnosis biaya pengobatan luka kronik lebih mahal dari pada biaya
penyakit kenker payudara namun mereka berhasil pencegahannya, selain itu lama hari rawat akan semakin
melakukan penyesuaian psikologis dan sosial. Respon panjang dan tentunya biaya perawatan akan semakin
awal dari ketiga partisipan dalam penelitian ini ketika mahal.
pertama kali di diagnosis penyakit kanker payudara adalah Temuan dalam penelitian ini mengenai dampak
merasa stress, merasa tidak berdaya dan merasa lebih psikologis yang dialami oleh penderita penyakit kanker
buruk. Menurut Lubis (2009), (dalam Ambarwati, 2017) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati
saat seorang perempuan di diagnosis kanker payudara, (2017) bahwa diagnosis dan pengobatan penyakit kanker
mereka akan mengalami kondisi psikologis yang tidak payudara akan mengakibatkan timbulnya perubahan
menyenangkan. Partisipan SD yang mengaku takut emosi pada pasien.
memeriksakan diri ke dokter setelah mengetahui bahwa Partisipan yang sudah bisa melakukan penyesuaian
ada benjolan pada payudaranya, SD juga tidak secara psikologis dan sosial biasanya akan mudah
memberitahukan hal tersebut kepada keluarganya karena melakukan hubungan dengan orang lain dengan cara
perasaan takut. Selain SD partisipan RS jugaawalnya bergaul dengan lingkungan sekitar tanpa harus merasa
merasa takut ketika divonis terkena penyakit kanker malu atau terganggu dengan kondisinya, bersikap ikhlas
payudara oleh dokter. Hal ini sesuai dengan temuan dan bersyukur, dekat dengan Allah, mulai bekerja seperti
Lisnawati (2010) ketakutan tentang penyakit dan proses biasanya.
pengobatan dan persepsi yang negatif tentang penyakit Partisipan merasa dengan kondisi saat ini membuat
merupakan gambaran berpikir yang buruk dari para pasien mereka lebih dekat dengan Allah, mereka mengaku sudah
kanker. ikhlas dan banyak belajar bersyukur. Hal ini sesuai
Selain itu partisipan juga merasakan perasaan tidak dengan penemuan Xenohikari, (2016) (dalam Ambarwati,
berdaya seperti yang dialami oleh partisipan LS yang 2017) bahwa sebagai manusia partisipan yakin dan
merasa tidak berdaya pasca operasi, LS merasa dirinya percaya bahwa penyakit kanker payudara yang dialami
cacat karena kehilangan payudara. Ketiga partisipan juga oleh partisipan adalah sebuah ujian atau cobaan sehingga
merasa terbebani dengan banyaknya biaya selama mereka harus tetap bersyukur dengan adanya penyakit ini dan
melakukan pengobatan, selain memikirkan penyakit menyerahkan segala ketentuan kepada yang maha kuasa.
mereka juga harus memikirkan biaya yang mahal.

8
Penyesuaian Psikososial Kanker Pada Wanita Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi

Salah satu cara partisipan melakukan penyesuaian diharapkan institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
adalah dengan mendapatkan teman di Surabaya, teman atau rumah singgah untuk pasien kanker dapat
yang mereka temui terkadang berasal dari rumah sakit memberikan pelayanan Psikologis pada pasien kanker.
tempat mereka melakukan kemoterapi atau teman dari
yayasan kanker Indonesia cabang Surabaya. Partisipan
merasa dengan bertemu teman baru di Surabaya membuat
mereka bersemangat, mereka ddapat berbagi cerita
DAFTAR PUSTAKA
dengan sesama pejuang kanker, mereka juga saling
memberikan motivasi. Hal ini sesuai dengan temuan
penelitian dari Wahyuni, Huda dan Utami (2015) dalam Abdullah, N., Tangka, J., & Rottie, J. (2013). Hubungan
Ambarwati (2017) salah satu cara koping pasien kanker Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan
adalah dengan cara berbagi cerita pengalaman mereka Cara Periksa Payudara Sendiri Pada Mahasiswi
agar terhindar daari depresi. Semester Iv Program Studi Ilmu Keperawatan
Selain bertemu dengan teman baru cara lain dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
melakukan penyesuaian adalah dari orang terdekat dalam Jurnal Keperawatan UNSRAT, 1(1), 105875.
hal ini adalah keluarga, suami dan anak. Membentuk
hubungan yang baik, merasa bahwa mereka masih Ambarwati, G., Studi, P., Keperawatan, M., Kedokteran,
dihargai dan dibutuhkan oleh keluarga, suami dan anak F., & Diponegoro, U. (2017). Psikososial Pasien
dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien kanker Kanker Payudara.
payudaraan. Hal ini sesuai dengan temuan Bartero dalam
Ambarwati (2017) dimana mendapatkan dukungan Departemen Kesehatan RI. (2015). Stop kanker. Jakarta
pasangan dan keluarga, saling berbagi dalam kesulitan selatan. Pusat Data dan Informasi Kementrian
akan menghasilkan kepuasan tersendiri bagi pasien. Kesehatan RI.
Selain itu menurut Kardiyudiani (dalam Ambarwati,
2017) salah satu harapan pasien kanker payudara adalah Departemen Kesehatan RI. (2016). Oktober bulan peduli
mereka ingin dihargai didengarkan dan diterima oleh kanker payudara. Jakarta. Pusat Data dan Informasi
orang-orang terdekat mereka. Kementrian Kesehatan RI.

Derogatis, L. R. (1986). The psychosocial adjustment to


PENUTUP illness scale (PAIS). Journal of Psychosomatic
A. Simpulan Research, 30(1), 77–91.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa para pertisipan https://doi.org/10.1016/0022-3999(86)90069-3
menunjukkan ketika di awal mereka mengalami dampak
secara psikologis dan sosial namun mereka berhasil Guntari, G. A. S., & Suariyani, N. L. P. (2016).
menyesuaikan diri secara piskologi dan sosial walaupun Gambaran Fisik Dan Psikologis Penderita Kanker
membutuhkan waktu dalam penyesuaiannya. Para Payudara Post Mastektomi Di Rsup Sanglah
partisipan menunjukkan mengalami stress, merasa tidak Denpasar Tahun 2014. Arc. Com. Health • Juni,
berdaya atau merasa lebih buruk ketika mengetahui 3(1), 24–35.
terkena kanker payudara. Namun dengan berjalannya
waktu para partisipan berhasil menyesuaiakn diri baik Hendriksen, J. G. M., Poysky, J. T., Schrans, D. G. M.,
secara psikologis atau sosial. Partisipan terlihat memiliki Schouten, E. G. W., Aldenkamp, A. P., & Vles, J.
hubungan yang baik dengan sekitarnya, partisipan juga S. H. (2009). Psychosocial adjustment in males
sudah menerima diri dengan segala hal yang terjadi pada with Duchenne muscular dystrophy: Psychometric
diri dan memiliki kontribusi yang menandakan bahwa properties and clinical utility of a parent-report
partisipan sudah mendapatkan kepercayaan diri dengan questionnaire. Journal of Pediatric Psychology,
kondisi baru yang dialami. 34(1), 69–78. https://doi.org/10.1093/jpepsy/jsn067

B. Saran Kemenkes. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Journal of


Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
beberapa hal berikut. Pertama, orang terdekat dalam 1699.
hal ini keluarga, suami dan anak mampu memberikan
dukungan dan motivasi sehingga menimbulkan Kolokotroni, P., Anagnostopoulos, F., & Missitzis, I.
semangat kepada para pasien kanker payudara. Kedua, (2017). Psychosocial Adjustment to Illness Scale:

9
Volume 08. Nomor 07. (2021). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Factor structure, reliability, and validity assessment VandenBos, Gary R.. (Eds). (2015). APA dictionary of
in a sample of Greek breast cancer patients. Women psychology. Washington DC: American
and Health, 57(6), 705–722. Psychological Assosiation.
https://doi.org/10.1080/03630242.2016.1186780
Wahyuni, D., Huda, N., & Utami, G. T. (2015). Studi
Larsen, D. Pamala. (2016). Lubkin’s Chronic Illness: Fenomenologi : Pengalaman Pasien Kanker
Impact and intervention, 9th edition. [versi Stadium Lanjut. Jurnal Online Mahasiswa, 2(2),
elektronik]. 1041–1047.
https://publish.jblearning.com/index.php?mod=jbbr
owse&act=book_details&id=833 WHO. (2012). Latest world cancer statistics Global
cancer burden reses to 14.1 million new cases in
Lisnawati. (2010). Gambaran Wanita Post Mastektomi 2012: Marked increase in breast cancers must be
Yang Mengalami Depresi di Rumah Sakit Kanker addressed. [versi elektronik].
Dharmais Jakarta Barat. 1. http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.as
px
Mahelda, Maulia & Hartini, Nurul. (2012). Post-
traumatic growth pada pasien kanker payudara
pasca mastektomi usia dewasa madya. [versi
elektronik]. Jurnal psikologi klinis dan kesehatan
mental, 1(2), 67-71.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/110810
226_3v.pdf

Matsumoto, David. (2009). The cambridge dictionary of


psychology. Cambridge: Cambridge University
Press.

Oetami, F., Thaha, ida leida, & Wahiduddin. (2014).


Psychological Impact of Breast Cancer Treatment
in Hospital Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Analisis Dampak Psikologis Pengobatan Kanker
Payudara Di Rs Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Makassar, 1–16.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123
456789/10727/FRATIWI OETAMI
K11110330.pdf;sequence=1

Omne-ponton M, Holmberg L, & Sjodon. (1994).


Psychosocial adjustment among women with
breast cancer stages I and II: Six year follow-up
of consecutive patients. (1994).

Rahmadhani, F., & Wardhana, I. S. P. (2016).


Posttraumatic growth pada wanita penderita
kanker payudara pasca mastektomi usia dewasa
awal.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitaif dan


kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

10
5

Anda mungkin juga menyukai