Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN

“STRES PADA KANKER PAYUDARA”

Guna memenuhi tugas yang disampaikan oleh Dosen Rr. Indahria Sulistyarini,
S.Psi., M.Psi., M.A

Disusun Oleh:
Catherine Tri Septiyuanza 17320184

Priska Arunaningtyas 17320207

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSISAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2020
1. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama seluruh
dunia. Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015), kanker merupakan penyakit yang
timbul akibat pertumbuhan tidak normal pada sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi sel kanker, sedangkan tumor merupakan kondisi di mana pertumbuhan sel
tidak normal sehingga memberntuk suatu lesi atau pada banyak kasus berupa benjolan
pada tubuh. Beberapa faktor risiko penyakit kanker, diantaranya adalah faktor
genetik, faktor karsinogen (zat kimia, radiasi, virus hormin, dan iritasi kronis), serta
faktor perilaku/ gaya hidup (kurang olahraga/aktivitas fisik, pola makan yang tidak
sehat, merokok, dan mengkonsumsi alkohol).
Data Kementrian Kesehatan RI yang diterbitkan pada tahun 2019
menyebutkan angka kejadian penyakit kanker di Indonesia berada pada urutan 8 di
Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia
untuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk
perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan hasil data statistik tersebut menunjukkan bahwa angka kejadian
kanker yang tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara dan memiliki tingkat
kematian yang tinggi. Tingkat kematian yang begitu tinggi membuat pasien kaker
payudara mengalami kecemasan hingga stres. Sebagaimana penelitian yang dilakukan
oleh Kristanto dan Kahija (2017) pengalaman empat subjek pasca di diagnosis kanker
yaitu merasa kaget (shock), drop hingga stres. Hal ini juga diugkapkan oleh Bintang
(2012) bahwa 10% pasien kanker mengalami stres sedang dan 2,86% mengalami stres
berat.
Riyasa, Dwiprahasto dan Zulaela (2004) mengungkapkan salah satu terapi
yang dijalani pasien kanker payudara adalah radioterapi. Radioterapi memberikan
dampak fisik dan psikis terhadap penderitanya.. Dampak psikisnya berupa perasaan
cemas, was-was, khawatir, takut, tegang, bingung, dan kekhawatiran terhadap
perubahan sikap suami, serta stres. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dausch
(Bintang, 2012) mengungkapkan bahwa pasien kanker payudara memiliki emosional
yang berlebih dan dapat memicu stres setelah diagnosis dan treatment.
Stres dapat diartikan sebagai suatu tekanan atau tuntutan yang dialami
individu agar mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri(Greene, Nevid, & Rathus,
2003). Stres yang dialami dimanifestiasikan secara langsung melalui perubahan
psikologis dan fisiologis. Gejala yang diraskaan seperti gemetar, berekringat, detak
jantung meningkat, nyeri abdomen dan sesak nafas serta perubahan perilaku seperti
gelisah, bicara cepat, dan reaksi terkejut (Stuart, 2013).
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya pasien yang
mengalami stres setelah di diagnosa kanker khususnya pada kanker payudara, bahkan
stres juga dirasakan pada pasien yang sedang menjalani treatment seperti terapi. Oleh
karena itu pentingnya dilakukan kajian mengenai stres yang dialami oleh pasien yang
didiagnosa kanker payudara.

2. Kajian Teori
a. Stres
Stres merupakan keadaan psikologis yang dapat mempengaruhi mental dan
fisik individu. Stres sering kali diasosiasikan negatif karena stress memberi
pengaruh yang buruk kepada tubuh. Stres merupakan respon tubuh terhadap
adanya kerusakan eksternal atau lebih tepatnya sebagai respon dari penilaian
individu terhadap kerusakan tergantung kemampuan koping individu itu sendiri
(Schoemaker, et al., 2016). Stres adalah sebuah reaksi yang muncul karena adanya
stressor yang disebabkan oleh keadaan. Stres didefinisikan sebagai suatu kondisi
yang terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan lingkungannya,
sehingga menimbulkan persepsi mengenai jarak antara ekspetasi dan realita
(Rustiana & Cahyati, 2012).
Menurut Slavich (2016 ) Stres dipengaruhi oleh faktor eksternal yang
berada di lingkungan sekitar dan faktor internal yang merupakan faktor biologis.
Secara umum stres dibagi menjadi empat pandangan, antara lain: stress sebagai
stimulus, stres sebagai respon, stres sebagai interaksi antara individu dengan
lingkungan, dan stres sebagai hubungan antara individu dengan stresor. Salah satu
faktor yang mendukung tinggi atau rendahnya tingkat kecemasan atau stres yang
dialami seseorang adalah dukungan sosial. Dukungan sosial bagi penderita
maupun bagi anggota keluarga penderita dapat menjadi salah satu pendorong
individu tersebut agar mampu bangkit dari situasinya (Kristanto & Kahija, 2017).
b. Kanker Payudara
Kanker Payudara adalah pertumbuhan sel kelenjar yang tidak normal.
Saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara tumbuh secara cepat dan
bersifat merusak (Sari, Harahap, & Saputra, 2018). Risiko dalam terkena kanker
payudara ini lebih tinggi dialami oleh wanita dibandingkan dengan laki-laki
karena wanita memiliki lebih banyak hormon esterogen dibandingkan dengan
laki-laki. Kanker payudara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satu
faktor utamanya adalah faktor hormonal. Selain itu, terdapat berbagai macam
faktor lain seperti usia menarche, status menopause, usia melahirkan anak
pertama, jumlah paritas, menyusui, penggunaan kontrasepsi oral dan terapi
hormone pengganti (Sari, Harahap, & Saputra, 2018).
Halim (Karyno & Dewi, 2008) Penyakit kanker payudara juga berkaitan
dengan kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup terdiri atas empat dimensi,
yaitu kesejahteraan fisik, psikologis, fungsional dan sosial. Salah satu bentuk
penurunan kualitas hidup yang banyak dialami pasien kanker payudara adalah
terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis

3. Dinamika Psikologi
Kanker payudara merupakan penyakit kronis yang kebanyakan dialami oleh
wanita. Kanker payudara dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor
hormonal. Ketika dalam kondisi stres tubuh merespon dengan memproduksi hormon
secara tidak normal, sehingga memicu terjadinya kanker payudara. Kanker
merupakan salah satu penyakit yang memiliki presentase kematian yang cukup tinggi
dan ditakuti oleh penderita karena dianggap sulit untuk menemui kesembuhan dan
dianggap akan berujung pada kematian (Kristanto & Kahija, 2017).
Tingkat kematian yang begitu tinggi membuat penderita kanker mengalami
stres, hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Shaheen, Arshad,
Akram & Yamen (2011) bahwa kanker khususnya kanker payudara memberikan
dampak besar pada kesehatan fisik dan psikologis dari penderita. Hasil menunjukan
bahwa 80 dari 100 pasien menjawab bahwa pasien menjadi sangat tertekan, 16 pasien
merasa bahwa kematian mereka sangat dekat, 3 pasien menjawab bahwa saat
mendengar diagnosis kanker pasien menjadi marah untuk sementara waktu tetapi
memutuskan untuk melawan penyakit, hanya satu pasien mengatakan tetap normal
mendengar diagnosis tersebut.
Pengobatan yang dijalankan oleh pasien kanker payudara salah satunya
radioterapi. Efek dari radioterapi dirasakan pada fisik dan psikis penderitanya.
Dampak psikis yang dirasakan yaitu perasaan cemas, was-was, khawatir, dan stres.
Berbagai perasan negatif yang dirasakan oleh penderita kanker payudara
mengakibatkan kualitas hidup yang menjadi menurun, salah satu penurunan kualitas
hidup yang banyak dialami kanker payudara adalah terjadinya penurunan
kesejahteraan psikologis (Karyono & Dewi, 2008)
Penelitian mengungkapkan bahwa stres dapat mempengaruhi sel tumor.
Seperti halnya kanker mempengaruhi stres seseorang, stres juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan sel kanker. Ketika dalam keadaan stres, kelenjar adrenal dalam tubuh
memproduksi hormon adrenalin dan hormon glukokortikoid. Hormon Glukokortikoid
ini menyebabkan apoptosis (kematian sel) di limfosit yang sangat penting bagi proses
biologis dalam tubuh manusia, tetapi hormon ini juga mengaktivasi ketahanan sel
kanker dari efek kemoterapi (Smith, Lutgendorf, & Sood, 2010).

4. Bagan

Tingkat kematian
yang tinggi

Tingkat kesembuhan
Kanker yang rendah Stres

Efek radioterapi

Produksi hormon
Stres adrenalin dan hormon Kanker
glukokortikoid

5. Kesimpulan
Stres merupakan sebuah faktor risiko yang lekat dengan kehidupan sehari-hari.
Paparan penyakit kronis karena stres telah dikaitkan kepada perubahan negatif
homeostasis tubuh. Peran stres terhadap kanker telah diteliti secara terus. Terdapat
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa stres mempengaruhi kesehatan fisik.
Hal tersebut dihubungkan dengan hubungan interpersonal seseorang. Stres dan kanker
saling mempengaruhi, keduanya berhubungan negatif. Stres mengaktivasi hormon
glukokortikoid yang dapat mengebalkan sel tumor dari proses kemoterapi. Begitupula
sebaliknya, kanker juga mempengaruhi stres.
Hal tersebut dikarenakan kanker merupakan penyakit yang memiliki
presentase kematian yang cukup tinggi dan ditakuti oleh pasien karena dianggap sulit
untuk menemui kesembuhan dan dianggap akan berujung dengan kematian (Kristanto
dan Kahija, 2017). Oleh sebab itu, kanker menimbulkan perasaan tertekan bagi
anggota keluarga maupun penderita. Kanker memberikan beban baik dari segi materil
maupun psikologis. Beban materil adalah banyaknya uang dan waktu yang harus
dikeluarkan untuk biaya dan proses terapi untuk penyembuhan kanker itu sendiri.
Sedangkan beban psikologis yang dialami penderita kanker yaitu apabila penderita
tidak dapat menerima kondisi saat ini yang terkena kanker, maka dapat
menghilangkan semangat untuk sembuh dari penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rustiana, E. R., & Cahyati, W. H. (2012). Stress Kerja dengan Pemilihan Strategi Coping.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2). 149-155.

Sari, S. E., Harahap, W. A., & Saputra, D. (2018). Pengaruh Faktor Risiko terhadap
EkspresiReseptor Esterogen pada Penderita KankerPayudara di Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas , 7(4). 461-468.

Schoemaker, M. J., Jones, M. E., Wright, L. B., Griffin, J., McFadden, E., Ashworth, A., et
al. (2016). Psychological stress, adverse life events and breast cancer incidence: a
cohort investigation in 106,000 women in the United Kingdom . Breast Cancer
Research , 18:72 .

Slavich, G. M. (2016 ). Life Stress and Health: A Review of Conceptual Issues and Recent
Findings. Teach Psychology, 43(4). 346–355.

Bintang, Y.A. (2012). Gambaran tingkat kecemasan, stres dan depresi pada pasien kanker
yang menjalani Kemoterapi Pada Salah Satu RS di Kota Bandung, Student e-
Journals. 1(1).
Riyasa IKT, Asdie AH, Dwiprahasto I, Zulaela. Gangguan nyenyak tidur pada pasien kanker
mamae yang mendapat terapi operasi dan atau kombinasi. Sains Kesehatan. 2004;
17(1). 53-64.
Greene, B., Nevid, J.S., & Rathus, S.A. (2005). Abnormal psychology in a changing world.
3rd Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Smith, M. M., Lutgendorf, S. K., & Sood, A. K. (2010). Impact of Stress on Cancer Metasis.
Future Oncology , 6(12), 1863-1881.

Stuart, GW. 2005. Buku saku keperawatan jiwa. Jakrta : EGC. 2013. Principle and practice
of psyciatric nursing. Mosby: ElsevierTackery, E. 2002.
Kristanto, A. D & Kahija, F. Y. (2017). Pengalaman coping terhadap diagnosis kenaker pada
penderita usia kerja di rumah sakit margono soekarjo purwokerto. Jurnal Empati.
6(1). 1-9.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-2019.html
Karyono & Dewi, S. K. (2008). Penanganan stres dan kesejahteraan psikologis pasien kanker
payudara yang menjalanu radioterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Media
Medika Indonesiana. 43(2). 102-105

Anda mungkin juga menyukai