Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MATA KULIAH PENYAKIT TIDAK MENULAR

“Resume Penyakit Tidak Menular”

Dosen Pengampu :

dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid)

Disusun Oleh :

Hanik Anur Maria 6411419018

Rombel :

3 A Kesehatan Masyarakat

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


Definisi Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular adalah penyakit kronik atau bersifat kronik (menahun) atau
berlangsung lama, tapi ada juga yang kelangsungannya mendadak (misalnya saja keracunan),
sementara yang berlangsung lama misalnya penyakit kanker, tubuh yang terpapar unsur
kimia dan lain-lian. Penyakit tidak menular adalah Penyakit non-Infeksi karena penyebabnya
bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam
terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi infeksi.
Penyakit tidak menular adalah Penyakit degeneratif karena berhubungan dengan proses
degenerasi (ketuaan). Dan Penyakit Tidak Menular adalah noncomminicable disease karena
dianggap dapat menular melalui gaya hidup, gaya hidup dapat menyangkut pola makan,
kehidupan seksual dan komunikasi global. Pengertian-pengertian dasar ini harus difahami
dengan baik. Intinya atau subtansinya dalam epidemiologi penyakit tidak menular adalah
ditemukannya penyebab dalam hal ini atau yang dipakai adalah istilah ditemukannya faktor
resiko sebagai faktor penyebab.

Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita
induvidu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru
berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Karakteristik, tanda
atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu dan ditemukan juga pada
induvidu-induvidu yang lain, bisa dirubah, ada juga yang tidak dapat bisa dirubah atau
tepatnya :

 Factor resiko yang tidak dapat dirubah misalnya umur dan genetic
 Factor resiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau latihan olah raga

Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada
induvidu dan ditemukan juga secara tidak stabil pada individu-induvidu yang lain dalam
suatu kelompok masyarakat yaitu

Factor resiko yang dicurigai yaitu factor-faktor yang belum mendapatkan dukungan
sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai factor resiko misalnya merokok sebagai
penyebab kangker rahim

Factor resiko yang telah ditegakkan yaitu factor resiko yang telah mantap mendapat
dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian
sutau penyakit. Misalnya merokok sebagai factor resiko terjandinya kangker paru
Faktor resiko juga dapat dilihat dari Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit
yang diderita pada induvidu dan induvidu-induvidu lainnya sebagai factor resiko dalam
keadaan angka frekwensi yang kuat dan lemah. Atau dapat didokumentasikan dengan baik
dan didokumentasikan dengan kurang baik.

Tujuan mempelajari penyakit tidak menular

Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai


kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.

Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya factor resiko dapat
menjadikannya sebagai factor penyebab, tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan
factor pengganggu sehingga factor resiko itu adalah factor penyebab utama dari suatu
penyakit menular. Inilah Ciri khas dari Ilmu Epidemiologi mencari sebab-musebab (bc.
Inferensi Epidemiologi) bukan sebab-akibat sebagaimana ilmu-ilmu yang lain menekankan
sebab-akibat.

Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose

Factor resiko dapat ditegakkan dengan memakai konsep kausalitas sebab musebab (hubungan
kausa), menurut para ahli kausalitas ada 8 kriteria (Hill 1965) yaitu

 Kekuatan yang dapat dilihat dari adanya resiko relative yang tinggi
 Temporal atau menurut urutan waktu, selalunya sebab-musebab mendahului akibat.
 Respon terhadap dosis paparan yang dapat menyebabkan penyakit
 Reversibilitas dimana paparan yang menurun akan diikuti penurunan kejadian
penyakit
 Konsistensi yang diartikan kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan
penelitian yang lain
 Biologis atau yang berhubungan dengan fisiologis tubuh
 Spesifitas yang dilihat dari satu penyebab menyebabkan satu akibat
 Analogi yang diartikan adanya kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.

Trend Penyakit Tidak Menular di Dunia dan Indonesia


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan tantangan yang semakin mengkhawatirkan yang
dihadapi berbagai negara di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) mencatat sebanyak 75 persen beban kematian karena PTM terjadi di
negara berkembang. Dimana kejadian PTM meningkat lebih cepat dan terjadi pada kelompok
usia yang semakin muda.

Faktor resiko PTM 80 persen disebabkan gaya hidup, seperti kurang aktifitas fisik, kurang
konsumsi sayur dan buah, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Faktor resiko ini
merupakan faktor-faktor yang dapat dicegah dengan mengupayakan gaya hidup sehat.

Menurut WHO setiap tahun ada 40 juta orang meninggal akibat penyakit tidak menular, 15
jutanya meninggal di usia 30-70 tahun. Artinya setiap 2 detik seseorang mati premature
akibat penyakit tidak menular.

Penelitian yang dilakukan World Obesity Federation memprediksi pada tahun 2025 sepertiga
populasi dunia akan hidup dengan obesitas. Pada tahun yang sama akan ada lebih banyak
anak-anak dan remaja mengalami obesitas daripada berat berat badan kurang. Sementara
jumlah total orang yang menderita diabetes akan mendekati 500 juta.

Pada tahun 2025 lebih dari 320 juta orang akan meninggal karena PTM. Angka ini setara
dengan seluruh populasi AS saat ini, musnah oleh satu set penyakit, padahal lebih dari 120
juta kematian itu dapat dicegah. Sementara beban biaya yang akan ditanggung negara-negara
berkembang akibat PTM sejak 2011 akan menjadi $7 triliun dolar, setara dengan PDB
gabungan Perancis, Spanyol dan Jerman..

Data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengungkap, tingkat prevalensi PTM melonjak


naik lebih dari 34 persen di Indonesia. Beberapa jenis PTM yang sering diidap masyarakat
antara lain alergi, diabetes, rematik, depresi, hipertensi, stroke, asma, dan paru-paru kronis
(basah).

Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi PTM mengalami kenaikan jika dibandingkan


dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus,
dan hipertensi.

Prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik
dari 7 persen menjadi 10,9 persen; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8
persen. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi
8,5 persen; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1
persen.

Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2
persen (Riskesdas 2013), 8,8 persen (Sirkesnas 2016) dan 9,1 persen (Riskesdas 2018). Data
proporsi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3 persen menjadi 3,3 persen.

Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1 persen menjadi 33,5 persen
dan 0,8 persen mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Hal lainnya adalah proporsi
konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu
sebesar 95,5 persen.

Peningkatan prevalensi PTM juga terlihat pada kasus dimensia. Direktur Eksekutif Alzheimer
Indonesia (ALZI), Patricia Tumbelaka mengungkapkan jumlah orang dengan demensia
(ODD) telah mencapai 1,2 juta orang pada 2019. Jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah hingga 4 juta orang di tahun 2050 dan akan memberi beban ekonomi senilai lebih
dari USD2,2 miliar.

WHO menyatakan PTM mengancam kemajuan menuju Agenda 2030 untuk Pembangunan
Berkelanjutan, yang mencakup target untuk mengurangi kematian dini akibat PTM sebesar
sepertiga pada tahun 2030. Kemiskinan terkait erat dengan PTM.

Epidemiologi Distribusi Penyakit dan Determinanya

Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan-determinan dari keadaan


atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan didalam populasi tertentu, serta penerapan
ilmu ini guna mengendalikan masalah-masalah kesehatan.
Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 hal pokok dalam pengertian epidemiologi yaitu
1. Frekuensi : merupakan upaya melakukan kuantifikasi/ proses patologis atas kejadian
untuk mengukur besarnya kejadian/ masalah serta melakukan perbandingan.
2. Distribusi : menunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan
penyakit atau masalah kesehatan, epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut
menurut karakter/ variabel orang, tempat, waktu (siapa, kapan dan dimana penyakit
tersebut terjadi). Distribusi penyakit diperlukan untuk menjelaskan pola penyakit
serta merumuskan hipotesis tentang kemungkinan faktor penyebab/ pencegah
3. Determinan : faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi risiko
terhadap terjadinya penyakit/ masalah kesehatan.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Untuk Upaya pencegahan dengan menggunakan Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih
baik dari mengobati tetap juga berlaku untuk penyakit tidak menular, upaya pencegahan
penyakit tidak menular ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Ada 4 tingkat
pencegahan dalam epidemiologi itu adalah

Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang


memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan
faktor resiko lainnya. Upaya ini sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari
kesehatan tapi multimitra.

Pencegahan tingkat pertama, meliputi Promosi kesehatan masyarakat, misalnya : kampanye


kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat. Yang lainnya
adalah Pencegahan khusus, misalnya : pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif

Pencegahan tingkat kedua meliputi Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.
Pencegahan tingkat dua lainya adalah Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah

Pencegahan tingkat ketiga meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan
rumah sakit.

Dampak Penyakit Tidak Menular Terhadap Kualitas Hidup

Globalisasi dan modernisasi berdampak besar bagi kehidupan masyarakat, termasuk


perubahan gaya hidup dan tingkat sosial ekonomi. Perubahan ini berkontribusi dalam
pergeseran dari penyebab penyakit menjadi penyebab kematian dan dari penyakit menular ke
penyakit tidak menular/PTM (NCD = non communicable diseases). Bukti global, regional
dan nasional telah menunjukkan angka PTM yang mengkhawatirkan.

Penyakit Tidak Menular menyebabkan 36 juta kematian setiap tahun. Jumlah ini menempati
63% dari total angka kematian global, termasuk 9,1 juta kematian prematur yang terjadi pada
usia produktif sebelum 60 tahun, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,
termasuk di negara APEC. PTM dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang serius
dan terkait erat dengan kemiskinan, baik dalam bentuk biaya langsung seperti biaya
pengobatan dan rehabilitasi ataupun biaya tidak langsung seperti hilangnya pendapatan
karena sakit, cacat atau kematian dini.

PTM berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi karena memerlukan biaya tinggi untuk
pengobatan. Namun PTM dapat dicegah dengan mengatasi faktor-faktor risikonya terutama
dari faktor perilaku yaitu konsumsi tembakau, diet tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan
konsumsi alkohol.

Strategi pengendalian PTM membutuhkan sistem kesehatan yang kuat dan peningkatan
pelayanan kesehatan dasar, di mana hal ini dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap
pengobatan PTM. Untuk alasan ini kesadaran masyarakat memainkan peran penting dalam
pencegahan dan pengendalian PTM. Dengan demikian strategi yang dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan kontrol faktor risiko PTM, menjadi sangat penting.

Kendala / Permasalahan yang Dihadapi Untuk Mengatasi Penyakit Tidak Menular

Masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah triple burden yaitu Penyakit New Emerging,
dan Penyakit Re Emerging, penyakit infeksi/menular belum teratasi, dan penyakit tidak
menular meningkat. Di Indonesia, kasus PTM yang menjadi perhatian dan pengendalian pada
dewasa ini terdiri dari kasus hipertensi, penyakit jantung, DM type 2, PPOK, kanker leher
rahim, asthma, cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Bila merujuk pada referensi WHO tahun
2010 bahwa persentase kematian akibat PTM dan cedera di dunia menempati proporsi yang
besar dibandingkan dengan penyakit menular. PTM merupakan penyebab kematian terbesar
di Asia Tenggara.

Indonesia termasuk IAKMI selama ini masih fokus pada penyakit menular, maka kebijakan
dan strategi nasional pengendalian PTM antara lain fokus pada faktor risiko atau penyakit
antara bukan pada fase akhir suatu penyakit karena beban negara lebih besar. Program PTM
akan dimulai sejak masih dalam kandungan. Programnya adalah dengan membentuk jejaring
kerja pengendalian PTM yang merupakan aliansi dari berbagai pihak yaitu berbagai sektor
pemerintah, Pemda, PTN, organisasi profesi dan lain sebaginya untuk melakukan deklarasi
pengendalian PTM.
Berdasarkan data yang ada PTM semakin meningkat. Penyebab PTM terutama adalah kurang
aktivitas fisik, diet yang tidak sehat/tidak seimbang, dan kebiasaan merokok. Dampak PTM
antara lain yaitu ketahanan hidup manusia, penurunan produktifitas kerja, dan menambah
beban biaya pelayanan kesehatan.

Hambatan dalam pengendalian PTM adalah kesulitan karena terkait dengan perubahan gaya
hidup, masyarakat umum masih banyak yang tidak tahu, perlu diterapkan pengetahuan pada
masyarakat tentang PTM, dan belum dipahaminya tentang PTM dan selalu menganggap PTM
itu penyakit orang tua sehingga program yang dikembangkan adalah program terpadu yang
multi sektor. Selama ini PTM telah menjadi prioritas yang diperhatikan tetapi yang menjadi
persoalan selama ini adalah masih kurangnya sinergisme antar sektor.

Isu strategis dalam PTM adalah Surveilans Epidemiologi PTM masih lemah, Sistem
informasi Pengendalian PTM masih lemah, Kurangnya dukungan peralatan dan kegiatan
deteksi dini, Kurangnya dukungan kebijakan dan pembiayaan Pemda/Pemkot, Kegiatan
belum terintegrasi baik lintas program dan lintas sektor, Dukungan mitra terkait kurang
optimal, Kurangnya peran serta masyarakat, serta KIE kurang.
Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak
Menular. 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012:48.

Remais J, Zeng G, Li G, Tian L, Engelgau M. Convergence of non-communicable and


infectious diseases in low- and middle income countries. International Journal of
Epidemiology. 2012;42(1):221-227.

Riset Kesehatan Dasar. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013. Jakarta: Riset
Kesehatan Dasar; 2013:304.

WHO.Global status report on noncommunicable diseases 2010, Geneva, World Health


Organization 2011.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Rencana Program Nasional Pencegahan dan


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2010 – 2014.

Anda mungkin juga menyukai