Anda di halaman 1dari 14

Pengantar Epidemiologi

Penyakit Tidak Menular


Pendahuluan
PTM merupakan penyebab kematian utama di
dunia dibandingkan penyebab lainnya. Hampir 80%
kematian akibat PTM terjadi di negara negara
berpenghasilan bawah-menengah (WHO, 2010)
Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia
diprediksi akan mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan
menyerang usia produktif, menyebabkan
permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan
saja, akan tetapi mempengaruhi ketahanan ekonomi
nasional jika tidak dikendalikan secara tepat, benar
dan kontinyu.
Definisi sehat ?
Definisi Sehat
keadaan sehat bukan hanya tidak ada
penyakit dan kelemahan (infirmity) tetapi
juga memiliki kondisi fisik, mental dan
sosial yang baik. (WHO,1948)
6 Dimensi Sehat (Merrill, 2011):
 Fisik, yaitu kemampuan tubuh manusia untuk berfungsi dengan
baik, termasuk kebugaran fisik, dan aktivitas fisik harian;
 Sosial, yaitu kemampuan memiliki hubungan sosial yang
memuaskan, dalam bentuk interaksi dengan pranata sosial dan
sosialita lainnya;
 Mental, yaitu kemampuan untuk berfikir dengan jelas, memberi
alasan secara obyektif, dan bertindak sesuai dengan norma;
 Emosional, kemampuan untuk mengatasi masalah,
menyeimbangkan, dan beradaptasi, memiliki self-efficacy dan
self-esteem;
 Spritual, yaitu merasa sebagai bagian dari spektrum kehidupan
yang lebih besar, memiliki kepercayaan dan pilihan pribadi; dan
 Lingkungan, yaitu meliputi faktor eksternal (misal: lingkungan
sekitar seseorang seperti habitat dan pekerjaan), dan faktor
internal (misal: struktur internal seseorang, seperti genetik).
Definisi Penyakit Tidak Menular
sifatnya yang kompleks, penyakit tidak menular sulit
didefinisikan dengan jelas.
terdapat keseragaman karakteristik penyakit tidak menular
yakni:
(a) penyebab penyakit (etiologi) yang tidak tentu;
(b) terdapat interaksi antara faktor risiko satu penyakit dengan
penyakit lain;
(c) riwayat alamiah penyakit (masa laten, masa sakit
subklinis, masa sakit klinis dan cacat) yang panjang;
(d) perubahan seseorang yang sehat menjadi sakit tidak
begitu terlihat;
(e) sulit mengembalikan keadaan pasien menjadi normal
akibat perubahan patologis (misalnya kecacatan).
Dilihat dari kontribusi penyebab kematian,
terdapat penyakit tidak menular yang paling
besar menyebabkan kematian, atau disebut juga
major chronic disease, yang meliputi
cardiovascular disease, cancer, diabetes (Boslaugh,
2008), dan chronic respiratory disease (Aikins,
2016)
disabilitas, cedera, dan gangguan kesehatan mental
sebagai fokus area penyakit tidak menular
(WHO)
cacat lahir, kebutaan, penyakit ginjal, penyakit
alzheimer, dementia, dan penyakit mulut masuk ke
dalam definisi penyakit tidak menular
Pada awalnya, penyakit tidak menular
berkaitan erat dengan populasi usia tua di
negara-negara maju. Namun saat ini, PTM
menyerang wanita dan pria usia produktif pada
berbagai tingkatan penghasilan, terutama di
antara anak muda dan berpenghasilan rendah
Tidak ada batas yang jelas antara penyakit
menular dengan penyakit tidak menular. Beberapa
kejadian PTM seperti rheumatic heart disease,
Burkitt’s Lymphoma, dan cervical cancer, dimulai
dengan proses infeksi dari penyakit menular
Epidemiologi tidak hanya berfokus pada penyakit, namun
juga terhadap kondisi, perilaku dan kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan, yakni:
Penyakit (a disease), yaitu suatu penghambatan,
penghentian, atau gangguan fungsi, sistem, dan organ tubuh
(misal: kolera, angina, kanker payudara, infulenza);
Kejadian (an event), yaitu sesuatu yang membutuhkan
tempat (misal: tabrakan kendaraan, cedera di tempat kerja,
overdosis obat, bunuh diri);
Perilaku (a behavior) yaitu cara untuk mengontrol diri
sendiri (seperti: aktivitas fisik, diet, pencegahan kecelakaan;
Kondisi (a condition) yaitu keadaan yang sudah terjadi
(misal: keadaan tidak sehat, status kebugaran, atau sesuatu
yang penting untuk terjadinya sesuatu yang lain).
Transisi Epidemiologi
perubahan kejadian penyakit infeksi dan penyakit defisiensi
menuju penyakit tidak menular kronis, sebagai konsekuensi
dari perubahan sosio-demografis pada beberapa negara miskin
Selama tahun 1995-2007 atau sekitar 12 tahun, berdasarkan
data Riskesdas 2007 dan SKRT tahun 1995 dan 2001 di
Indonesia telah terjadi transisi epidemiologis, dalam bentuk
kematian akibat PTM semakin meningkat sedangkan karena
penyakit menular semakin menurun
Perbandingan Riskesdas 2018 dan 2013 : beberapa PTM
cenderung lebih tinggi (Obesitas, hipertensi, DM, sroke,
kanker, ginjal kronis)
Peran dan Tujuan Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular
Epidemiologi penyakit tidak menular secara garis besar berperan dalam
mengumpulkan, menganalisis, mengolah dan menyampaikan
informasi penyakit tidak menular secara spesifik (meliputi informasi
medis, ekonomis, distribusi, dan faktor risiko).
Sehingga dalam kajian penyakit tidak menular, seorang epidemiologis
dpt:
 Menilai beban penyakit tidak menular (burden chronic disease)
sepanjang hidup seseorang;
 Menginformasikan kebijakan dan program berbasis bukti (evidence-
based programmatic) dalam rangka pencegahan dan pengontrol
penyakit tidak menular;
 Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
pengkajian isu-isu PTM yang berhubungan dengan usia pasien,
disparitas pelayanan kesehatan, determinan sosial penyakit, dan
Manfaat studi epidemiologi bagi kajian PTM

Memberikan prinsip dasar dalam pengontrolan


PTM
Merupakan alat dalam menentukan penyebab PTM;

Memungkinkan praktisi kesehatan menentukan


prioritas PTM dan faktor risiko berdasarkan orang,
tempat, dan waktu;
Menghasilkan metode untuk mengevaluasi program
dan kebijakan kesehatan bagi komunitas atau klinis.
Hambatan serta tantangan dalam mengembangkan dan menerapkan program pengendalian PTM
(Brownson & Bright, 2004).

 PTM seringkali dipandang sebagai kejadian yang bukan merupakan


“krisis nasional”, dan hasil dari program pencegahan diperoleh
dalam jangka panjang;
 Masyarakat lebih suka menghindari risiko yang tidak
disadari/involuntary risk seperti menghindari paparan bahan kimia,
dibandingkan menghindari risiko yang disadari/voluntary risk
seperti merokok. Meskipun disadari bahwa voluntary risk memberi
andil yang besar terhadap beban penyakit kronis;
 Banyak komunitas masyarakat yang tidak dapat mengakses dan
mengetahui data tentang PTM dan faktor risikonya, yang berguna
sebagai pedoman dalam menentukan tujuan dan evaluasi program
kesehatan;
 Sumberdaya yang dialokasikan (seperti pendanaan) tidak cukup
untuk menunjang program pengendalian PTM.
Referens
 Aikins, Ama de-Graft, dan Charles Agyemang, “Introduction: Addrressing the Choronic
Non-communicable Disease Burden in Low-and-Middle-income Countries”, dalam Ama
de-Graft Aikins dan Charles Agyemang, eds. Chronic Non-communicable Disease in Low
and Middle-income Countries, London: CAB Publishing, 2016.
 Boslaugh, Sarah, eds. Encyclopedia of Epidemiology 1&2, California: Sage Publication,
2008.
 Brownson, Ross C., dan Frank S. Bright, “Chronic Disease Control in Public Health
Practice: Looking Back and Moving Forward”, Public Health Reports, Vol.119, May-June
2004.
 Evans, Alfred S. da n Brahman, Philip S., eds. Bacterial Infections of Humans:
Epidemiology and Control 4th Edition, NY: Springer Science, 2009
 Kramer, Alexander; Mirjam Kretzschmar, dan Klaus Krickeberg, eds. Modern Infectious
Disease Epidemiology: Concepts, Methods, Mathematical Models, and Public Health, NY:
Springer Science, 2010
 Last, John M, eds. A Dictionary of Epidemiology 4th Edition, New York: Oxford
University Press, 2001
 Merrill, Ray M. Principles of Epidemiology Workbook: Exercise and Activites. CA: Johns
& Bartlett Publishing, 2011.
 Porta, Miquel, eds. A Dictionary of Epidemiology, fifth edition. New York: Oxford

Anda mungkin juga menyukai