Anda di halaman 1dari 16

Tugas : Individu

Dosen : Dr. Ida Leida Maria, SKM, M.KM, M.Sc.PH


Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Epidemiologi

DETERMINAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MASOHI

Oleh:
Afiah Gani
K012211033

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021/2022
DETERMINAN HIPERTENSI PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MASOHI

A. Latar Belakang
Dunia saat ini sedang dihebohkan dengan penyakit menular, namun penyakit
tidak menular seperti penyakit kronis juga jumlahnya tidak mengalami penurunan.
Meskipun teknologi kedokteran telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,
namun masih terdapat banyak sekali faktor penyebab penyakit yang belum
terungkap terutama penyakit-penyakit kronis, dan penyakit penyakit baru dan belum
pernah di laporkan sebelumnya. Untuk itu, pendekatan epidemiologi merupakan
cara yang paling efektif dan efisien untuk mengungkapkan penyebabnya (Rahajeng,
2009).
Pendekatan Epidemiologi memudahkan pengambilan keputusan untuk
menetukan strategi penanggulangan penyakit-penyakit tersebut. Dibutukan
informasi tentang data statistik yang real, serta analisis penyebab penyakit yang up-
to date dan tepat sasaran, sehingga pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien (Rahajeng, 2009).
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan
transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola
penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit
degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah
morbiditas dan mortalitas (Rahajeng, 2009).
Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial
ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah
mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik,
makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga merupakan
faktor risiko PTM. Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens
dan prevalensi PTM secara cepat, yang merupakan tantangan utama masalah
kesehatan dimasa yang akan datang. Salah satu PTM yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the
silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi
(Rahajeng, 2009).
Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat
menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung
(Rahajeng, 2009).
Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah kronis (jangka waktu yang lama). Penyakit ini
merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat berbahaya. Penderita hipertensi di
dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari jutaan orang (Rahajeng, 2009).
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi, merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas
(kematian) yang tinggi (Rahajeng, 2009).
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu
penyebab utama kematian prematur di dunia. Organisasi kesehatan dunia (World
Health Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara
global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut,
hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan
darah yang dimiliki. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang dan
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahun. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak
diderita di masyarakat (Riskesdas, 2018).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahun 10,44 juta orang meninggal karena
hipertensi dan komplikasinya.
Hipertensi merupakan the silent killer sehingga pengobatannya seringkali
terlambat (Fitrianto et al, 2014). Berdasarkan laporan WHO, dari 50% penderita
hipertensi yang diketahui 25% diantaranya mendapat pengobatan, tetapi hanya
12,5% diantaranya diobati dengan baik (WHO, 2012). Jumlah penderita Hipertensi
di Indonesia sebanyak 70 juta orang (28%), tetapi hanya 24% diantaranya
merupakan Hipertensi terkontrol. Prevalensi hipertensi pada populasi dewasa di
Negara maju sebesar 35% dan di Negara berkembang sebesar 40%. Beberapa studi
menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari
20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi.
Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan pola hidup (life style) yang tidak
sehat.
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal yang mendapat perhatian dari semua
kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang
yang menyeluruh dan terpadu (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Penyakit hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang
tinggi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
dari berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang (Oktaviarini et al, 2019).
Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dan dua pertiga
diantaranya berada di negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian
menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar
29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (WHO, 2019).
Riskesdas tahun 2018 menyebutkan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
(44,1%), sedangkan terendah di Papua (22,2%). Diperkirakan jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di
Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun
(55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui 8,8% terdiagnosis
hipertensi dan 13,3% penderita hipertensi tidak minum obat dan 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi
merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat
tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%),
tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat
hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%) (Riskesdas, 2018)
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Maluku di tahun 2021, penduduk
Provinsi Maluku dengan usia lebih dari 15 tahun dan mengalami hipertensi adalah
sebanyak 440.199. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah di
tahun 2019, penduduk Kabupaten Maluku Tengah dengan usia lebih dari 15 tahun
dan mengalami hipertensi adalah sebanyak 569. Prevalensi hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Pasanea tahun 2020 sebanyak 41,6 %, prevalensi tahun
2021 sebanyak 35,9%, Prevalensi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Perawatan
Pasanea merupakan salah satu prevalensi hipertensi yang tinggi di Kabupaten
Maluku Tengah 2020 dan 2021.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang perlu
diwaspadai khususnya di wilayah pesisir. Tiga per empat wilayah Indonesia yang 6
terdiri dari lautan menyebabkan sekitar 60% penduduk Indonesia tinggal di pesisir
pantai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi dan risiko hipertensi di
wilayah pesisir lebih signifikan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut terkait faktor
risiko hipertensi di wilayah pesisir penting untuk dilakukan. Jika pengendalian
hipertensi dilakukan pada 60% penduduk yang tinggal di wilayah pesisir, maka hal
tersebut dapat membantu menurunkan angka hipertensi nasional. Dengan
mengetahui faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi gaya hidup ataupun
obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan (Kemenkes RI,
2014). Puskesmas Perawatan Pasanea adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten
Maluku Tengah dimana seluruh wilayah kerja puskesmas merupakan daerah pesisir.

B. Rumusan Masalah
Faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian hipertesi di wilayah kerja Puskesmas
Masohi?
C. Hipotesis
1. Kebiasaan olahraga merupakan faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Masohi
2. Pola tidur merupakan faktor resiko kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Letwaru
3. Pola konsumsi garam merupakan faktor resiko kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Letwaru
D. Tabel Sintesa Penelitian
N0 JUDUL PENELITI NAMA SAMPEL DESAIN KESIMPULAN
JURNAL
1 Analisis Hubungan (Putriastuti, 2017) ACADEMIA Penelitian Jenis penelitian Hasil analisis dengan uji
Antara Kebiasaan dilakukan kepada ini adalah chi-square menunjukkan
Olahraga Dengan 97 pasien yang penelitian adanya hubungan yang
Kejadian Hipertensi berkunjung ke poli observasional signifikan antara status
Pada Pasien Usia 45 umum Puskesmas analitik dengan olahraga dengan kejadian
Tahun Keatas Kedurus pada desain potong hipertensi yaitu p = 0,001
bulan Mei tahun lintang. dengan α = 0,05. Uji chi-
2015 dengan cara square antara frekuensi
systematic random olahraga yaitu p = 0,068
sampling. dengan α = 0,05 dan lama
waktu olahraga yaitu p =
0,710 dengan α = 0,05
dengan kejadian
hipertensi pada pasien
usia 45 tahun keatas
menunjukkan tidak
adanya hubungan yang
signifikan karena nilai p >
α. Dari semua variabel
yang diteliti, hanya status
olahraga yang
berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada
pasien usia 45 tahun
keatas. Oleh karena itu,
pada masyarakat
khususnya yang berusia
45 tahun keatas perlu
melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan
olahraga secara rutin
untuk mengurangi risiko
terjadinya hipertensi
2 Risiko Hipertensi (Yaya Tiara, ACADEMIA Populasi penelitian Jenis penelitian Hasil penelitian
Pada Orang Dengan Yolanda and ini adalah pasien ini adalah menunjukkan bahwa ada
Pola Tidur Buruk Epidemiologi, yang berkunjung ke analitik hubungan yang signifikan
(Studi Di Puskesmas 2016) Poli Umum observasional antara pola tidur
Tanah Kalikedinding Puskesmas Tanah dengan desain responden dengan
Surabaya) Kalikedinding. case control. kejadian hipertensi p =
Besar sampel 76 0,000 (p > a = 0,05), tidak
orang terdiri dari 38 ada hubungan yang signifi
sampel kasus dan kan antara umur (p =
38 sampel kontrol. 0,393) dan jenis kelamin
(p = 1,000 ) responden
dengan kejadian
hipertensi (p > a= 0,05).
Hasil analisis besar risiko
menunjukkan bahwa risiko
menderita hipertensi pada
orang yang mempunyai
pola tidur buruk 9,02 kali
lebih besar dibandingkan
orang yang mempunyai
pola tidur baik (OR = 9,02
dan nilai CI 95% sebesar
2,86 < OR < 29,65)
N0 JUDUL PENELITI NAMA SAMPEL DESAIN KESIMPULAN
JURNAL

3 Faktor Risiko Yang (Riska et al., Unnes Journal Sampel berjumlah Jenis penelitian Hasil penelitian
Berhubungan 2015) of Public 30 orang pada ini adalah menunjukkan bahwa
Dengan Kejadian Health masing-masing survey analitik faktor risiko yang
Hipertensi Usia kelompok kasus dengan berhubungan dengan
Produktif (25-54 dan kontrol yang pendekatan hipertensi usia produktif
Tahun) diambil dengan case control. (25-54 tahun) adalah
teknik accidental faktor genetik (p
sampling. value=0,019, OR=4,125),
obesitas (p value=0038,
OR=3,5), kebiasaan
merokok (p value=0,017,
OR=6,0), konsumsi garam
(p value=0,004,
OR=5,675), penggunaan
minyak jelantah (p
value=0,009, OR=4,929)
dan stress psikis (p
value=0,002, OR=6,417).
Variabel yang tidak
berhubungan adalah
aktifitas fisik (p
value=0,065), konsumsi
alkohol (p value=0,148),
jenis pekerjaan (p
value=0,333), pendapatan
keluarga (p value=0,531)
lama kerja (p
value=0,588).
4 Sociodemographic (Abdulsalam et International 166 pria dan 201 Studi cross Usia rata-rata subjek
Correlates of al., 2014) Journal of wanita dewasa 18 sectional adalah 36,36 (± 16,88)
Modifiable Risk Hypertension tahun ke atas tahun dan rata-rata
Factors for dengan tekanan sistolik dan
Hypertension in a menggunakan diastolik adalah 124 (±
Rural Local teknik cluster 16,93) dan 76,32
Government Area of sampling. (± 11,85) mmHg, masing-
Oyo State South masing. Prevalensi
West Nigeria hipertensi tinggi (22,9%) di
masyarakat pedesaan ini
tetapi kesadaran rendah,
10,71%. Prevalensi
konsumsi alkohol, gaya
hidup menetap, berat
abnormal, tidur yang tidak
memadai, merokok, stres
yang signifikan, dan
penggunaan wanita
kontrasepsi hormon
adalah 149 (40,6%), 91
(24,8%), 88 (24,0%), 122
(33,2%), 14 (3,8%), 65
(17,7%), dan 53 (26,5%),
masing-masing. Kelebihan
berat badan, seks, tidur
yang tidak memadai, dan
stres didirikan sebagai
prediktor positif hipertensi.
E. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kebiasaan Olahraga
Pola Tidur
Pola konsumsi garam
Kejadian
Hipertensi

Keterangan:
: variabel independen

: variabel dependen

3. Definisi Konseptual

No Variabel Defenisi Operasional Cara ukur Alat ukur Skala Kriteria Objektif

1 Kebiasaan Olahraga merupakan Obeservasi Kuisioner Nominal 1. Ya, jika melakukan


Olahraga serangkaian gerak raga langsung olahraga minimal sekali
yang teratur dan dalam seminggu
terencana untuk 2. Tidak, jika tidak
memelihara kehidupan, melakukan olahraga
meningkatkan kualitas minimal sekali dalam
hidup dan mencapai seminggu
tingkat kemampuan
jasmani yang sesuai
dengan tujuan (Giriwoyo
dan Sidik, 2012)
2 Pola Tidur Tidur adalah fenomena Obeservasi Kuisioner Nominal 1. Pola tidur yang baik,
alami yang menjadi langsung meliputi durasi tidur
kebutuhan manusia. Pada yang sesuai dengan
saat tidur kita kebutuhan menurut
memberikan waktu umur, tidur nyenyak
istirahat untuk organ tidak terbangun karena
tubuh serta menjaga suatu hal di selasela
keseimbangan etabolism waktu tidur.
dan biokimiawi tubuh. 2. Pola tidur yang buruk
Tidur merupakan proses meliputi durasi tidur
yang dibutuhkan bagi yang kurang dari
tubuh untuk kebutuhan menurut
pembentukan sel-sel baru umur, tidur terlalu
dan perbaikan sel-sel larut malam dan
yang rusak (Natural bangun terlalu cepat,
Healing Mechanism). tidur tidak nyenyak
Waktu yang digunakan sering terbangun
untuk tidur oleh manusia karena suatu hal
rata-rata seperempat (Hidayat, 2008).
sampai sepertiga waktu
dalam sehari (Asmadi,
2008).
3 Pola Konsumsi Pola konsumsi garam Obeservasi Kuisioner Nominal 1. Sedikit jika < 3 gram
Garam adalah berbagai langsung per hari
informasi yang 2. Sedang jika 3-7 gram
memberikan gambaran per hari
mengenai jumlah garam 3. Banyak jika > 7 gram
yang dikonsumsi setiap per hari
hari

F. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian case control yaitu
rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan
(faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan
kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Desain case control digunakan
karena perjalanan penyakit hipertensi membutuhkan waktu panjang, sehingga tidak
memungkinkan bagi peneliti untuk memilih desain kohort karena waktu seseorang
dari mulai terpapar faktor risiko sampai terjadi hipertensi membutuhkan waktu yang
lama

G. Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik non probability
sampling jenis consecutive sampling yaitu semua pasien hipertensi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi penelitian yang ditetapkan. Kriteria inklusi sampel
dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis menderita hipertensi primer,
sedang atau telah melakukan pengobatan saat penelitian dilakukan, responden yang
berjenis kelamin laki-laki atau perempuan yang berumur ≥ 18 tahun, dan tidak
sedang hamil bagi responden perempuan, responden yang tidak merokok, tidak
minum alkohol, tidak suka minum kopi, dan tidak obesitas. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa hipertensi sekunder, usia pasien <18
tahun, responden yang menderita diabetes melitus dan penyakit ginjal.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran sampel minimal (untuk
menentukan batas minimal dari besarnya sampel) yang ditentukan dengan rumus
sebagai berikut (Lemeshow, 1997);

n=
P 1−P ( 22α ) ²

Keterangan:
n : Jumlah sampel

: Standar deviasi normal dengan CI 95% =1,96
2
P : Presentase sensitivitas pemeriksaan pasien hipertensi (95%)
d : alpha (0,5)

0,95(1−0,95)(1,96) ²
n=
(0,05) ²
n= 73 orang
Umtuk mengantisipasi kemungkinan subjek terpilih yang drop out, maka perlu
dilakukan koreksi terhadap besar sampel yang dihitung, dengan rumus:
n
n=
1−f
Keterangan:
n : Besar sampel yang dihitung
f : Perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (f=0,1)
Maka besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 81 orang.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol.
Populasi kasus adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Masohi dengan
diagnosis hipertensi. Sedangkan populasi kontrol adalah masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Masohi yang tidak terdiagnosis hipertensi. Sampel kasus adalah
pasien yang hipertensi sebanyak 81 orang, sedangkan sampel kontrol adalah pasien
yang tidak hipertensi sebanyak 81, yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Perhitungan sampel dilakukan berdasarkan rumus sampel sebagai berikut (Dahlan,
2019) :

Zα √ 2 PQ + Zβ √ 2 P ₁ Q₁+ P ₂Q ₂
n1 = n2 =( )²
P ₁−P ₂
Keterangan:
n1 = Jumlah subjek dengan hipertensi (kasus)
n2 = Jumlah subjek yang tidak menderita hipertensi (kontrol)
α = Kesalahan tipe 1, ditetapkan 5%
Zα = Nilai standar α 5% yaitu 1,96
β = Kesalahan tipe 2, ditetapkan 20%
Z β=¿ Nilai standar β 20 % yaitu 0,84
P ₁ = Proporsi kelompok 1 (eksposur positif, kasus)
Q₁ = 1 - P₁
P ₂ = Proporsi kelompok 2 (eksposur positif, kontrol)
Q₂ = 1 - P₂
P = ¿ + P ₂)/2
Q = 1–P
Untuk menghindari drop out maka dilakukan penambahan sampel minimal
sebanyak 20%. Penambahan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi
apabila terdapat data yang tidak sesuai dan menyebabkan data tersebut
dibuang. Rasio sampel untuk kasus dan kontrol pada penelitian ini adalah
1:1.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam, S. et al. (2014) ‘Sociodemographic Correlates of Modifiable Risk Factors


for Hypertension in a Rural Local Government Area of Oyo State South West Nigeria’,
International Journal of Hypertension, 2014. doi:10.1155/2014/842028.
Andra, 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. (http://www.majalah-
farmacia.com/rubric/one_news.asp?S=256), diakses 27 Maret 2009.
Bustan M Nadjib. 2020. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Bumi
Tamalanrea, Makassar
Elsanti, Salma. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi &
Serangan Jantung,  Araska, Yogyakarta.
Gonidjaya Joshua Jonatan, Que Bertha Jean, Kailola Nathalie Elischeva, Asmin Elpira,
Titaley Christiana R, Kusadhiani Indrawanti (2021). Prevalensi Dan Karakteristik
Penderita Hipertensi Pada Penduduk Desa Banda Baru Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2020. PAMERI (Pattimura Medical Review), 3 (1): April 2021.
Gunawan, Lanny. 2001. Hipertensi Tekanan  Darah Tinggi,  Kanisius, Yogyakarta.
Hasmi, SKM, M.K. (2012) Metode Penelitian Epidemologi. cetakan pe. Edited by jl.
pusdikla. depnakes no. 21jak-ti. cv. trans info media: Jakarta.
Kuswardhani, Tuty. 2007. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia.
(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaan%20hipertensi%20pada%20usia
%20lanjut.pdf.), diakses 13 Oktober 2021.
Mugi Wahidin, SKM, M.Epid. Surveilence: General Principle. Pengendalian Penyakit
Tidak Menular. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan RI
Nurwidyaningtyas Wiwit, dkk.2014. Let’sbe Survivor Cardio For Our Family,
Nuansalaras, Sidoarjo.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2021.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2019.
Putriastuti, L. (2017) ‘The Association Between Exercise Habit and Incidence of
Hypertension Among Patients over 45 Years Old’, Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(2),
p. 225. doi:10.20473/jbe.v4i2.2016.225-236.
Rahajeng Ekowati, Tuminah Sulistyowati (2009). Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehata Departemen Kesehatan RI Majalah Kedokteran Indonesia, 59 (12): Desember
2009.
Lemeshow, 1997, ‘Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, UGM
Riska, A. et al. (2015) ‘Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Usia Produktif (25-54 Tahun)’, Unnes Journal of Public Health, 4(4). Available at:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.
Susanti Novi, Siregar Putra Apriadi (2020). Determinan Kejadian Hipertensi
Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio Demografi dan Konsumsi Makan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2, 43-52.
Sustrani, Lanny, dkk. 2006. Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yaya Tiara, H., Yolanda, D. and Epidemiologi, J.B. (2016) ‘Risiko Hipertensi Pada
Orang Dengan Pola Tidur Buruk (Studi Di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya)’,
Academia, 4. doi:10.20473/jbe.v4i3.

Anda mungkin juga menyukai