Anda di halaman 1dari 22

Tugas : Individu

Dosen : Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes


Mata Kuliah : Epidemiologi Perencanaan Kesehatan

PERENCANAAN KESEHATAN KABUPATEN MALUKU TENGAH


DALAM HAL MENURUNKAN PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI

Oleh:
Afiah Gani
K012211033

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Saya ucapkan puji syukur pada ALLAH SWT atas rahmat-Nya yang melimpah, atas
terselesaikannya makalah Perencanaan Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah Dalam
Hal Menurunkan Prevalensi Penyakit Hipertensi. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
persyaratan tugas mata kuliah Epidemiologi Perencanaan Kesehatan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Jurusan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat. Tujuan dibuatnya
makalah ini yaitu untuk mengetahui Perencanaan Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah
Dalam Hal Menurunkan Prevalensi Penyakit Hipertensi. Dalam penyusunan makalah
ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis
ucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, tapi penulis sudah berusaha sebaik
mungkin. Sekali lagi terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Masohi, 13 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia saat ini sedang dihebohkan dengan penyakit menular, namun penyakit
tidak menular seperti penyakit kronis juga jumlahnya tidak mengalami penurunan.
Meskipun teknologi kedokteran telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,
namun masih terdapat banyak sekali faktor penyebab penyakit yang belum
terungkap terutama penyakit-penyakit kronis, dan penyakit penyakit baru dan belum
pernah di laporkan sebelumnya. Untuk itu, pendekatan epidemiologi merupakan
cara yang paling efektif dan efisien untuk mengungkapkan penyebabnya (Rahajeng,
2009).
Pendekatan Epidemiologi memudahkan pengambilan keputusan untuk
menetukan strategi penanggulangan penyakit-penyakit tersebut. Dibutukan
informasi tentang data statistik yang real, serta analisis penyebab penyakit yang up-
to date dan tepat sasaran, sehingga pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien (Rahajeng, 2009).
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan
transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola
penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit
degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah
morbiditas dan mortalitas (Rahajeng, 2009).
Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial
ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah
mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik,
makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga merupakan
faktor risiko PTM. Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens
dan prevalensi PTM secara cepat, yang merupakan tantangan utama masalah
kesehatan dimasa yang akan datang. Salah satu PTM yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the
silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi
(Rahajeng, 2009).
Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat
menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung
(Rahajeng, 2009).
Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah kronis (jangka waktu yang lama). Penyakit ini
merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat berbahaya. Penderita hipertensi di
dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari jutaan orang (Rahajeng, 2009).
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi, merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas
(kematian) yang tinggi (Rahajeng, 2009).
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu
penyebab utama kematian prematur di dunia. Organisasi kesehatan dunia (World
Health Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara
global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut,
hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan
darah yang dimiliki. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang dan
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahun. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak
diderita di masyarakat (Riskesdas, 2018).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahun 10,44 juta orang meninggal karena
hipertensi dan komplikasinya.
Hipertensi merupakan the silent killer sehingga pengobatannya seringkali
terlambat (Fitrianto et al, 2014). Berdasarkan laporan WHO, dari 50% penderita
hipertensi yang diketahui 25% diantaranya mendapat pengobatan, tetapi hanya
12,5% diantaranya diobati dengan baik (WHO, 2012). Jumlah penderita Hipertensi
di Indonesia sebanyak 70 juta orang (28%), tetapi hanya 24% diantaranya
merupakan Hipertensi terkontrol. Prevalensi hipertensi pada populasi dewasa di
Negara maju sebesar 35% dan di Negara berkembang sebesar 40%.
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan
berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar
terkena hipertensi.10-14 Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan pola
hidup (life style) yang tidak sehat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah masalah yaitu:
1. Bagaimana perencanaan kesehatan kabupaten dalam hal menurukan prevalensi
hipertensi?
2. Bagaimana epidemiologi perencanaan untuk meningkatkan target capaian
hipertensi sebesar 10% di Kabupaten Maluku Tengah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perencanaan kesehatan kabupaten dalam hal menurukan
prevalensi hipertensi
1.3.2 Tujuan Khusus
Memahami dan menjelaskan perencanaan kesehatan kabupaten dalam hal
menurukan prevalensi hipertensi

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepustakaan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin tentang penyakit hipertensi dan perencanaan
kesehatan
1.4.2 Bagi Penulis
Dapat memberikan pengetahuan lebih untuk saya sebagai penulis terkait dengan
penyakit hipertensi dan perencanaan kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Penyakit darah tinggi dalam dunia kedokteran sering disebut dengan
hipertensi. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,
2006).
Hipertensi atau yang biasa disebut dengan tekanan darah tinggi umumnya
ditandai dengan peningkatan tekanan sistolik (batas atas) dan tekanan diastolic
(batas bawah) dari jantung untuk memompa darah. Jantung sebagai organ pompa
bertugas memompa sejumlah darah yang kaya akan okisegen dan nutrisi untuk
kebutuhan organ atau seluruh bagian tubuh. Semakin tinggi tekanan darah
menunjukan semakin tinggi usaha jantung untuk bisa memompa darah dalam
memenuhi kebutuhan seluruh tubuh yang umumnya disebabkan oleh sempitnya
diameter pembuluh darah (Nurwidyaningtyas, 2014).

2.2 Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat Anda kendalikan.
Ada juga yang dapat Anda kendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah
tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain:
 Keturunan
 Usia
 Garam
 Kolesterol
 Obesitas/kegemukkan
 Stres
 Rokok
 Kafein
 Alkohol
 Kurang olahraga

2.3 Klasifikasi
Hipertensi dapat di diagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih
sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes
melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001).
Jika hipertensi tidak diobati maka akan menyebabkan stroke, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, gagal ginjal kronik.
Menurut Nurwidyaningtyas (2014), klasifikasi tekanan darah terdiri dari:
Tekanan sistolik Tekanan diastolic
Kategori
(atas) (bawah)
< 120 mmHg < 80 mmHg Normal
120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg Pre hipertensi
≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg Hipertensi
140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Hipertensi stadium I
≥160 mmHg ≥ 100 mmHg Hipertensi stadium II
2.4 Manifestasi Klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu:
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10.Mudah lelah
11.Mata berkunang-kunang

2.5 Pengobatan
Obat anti hipertensi di antaranya:
 Diuretik
 Penyekat beta
 Antagonis kalsium
 Inhibitor
 Obat anti hipertensi sentral
 Obat penyekat alpha
 Vasodilator
BAB III
PERENCANAAN KESEHATAN KABUPATEN

3.1 Frekuensi Penyakit


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal yang mendapat perhatian dari semua
kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang
yang menyeluruh dan terpadu (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Penyakit hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang
tinggi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
dari berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang (Oktaviarini et al, 2019).
Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dan dua pertiga
diantaranya berada di negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian
menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar
29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (WHO, 2019).
Riskesdas tahun 2018 menyebutkan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
(44,1%), sedangkan terendah di Papua (22,2%). Diperkirakan jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di
Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun
(55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui 8,8% terdiagnosis
hipertensi dan 13,3% penderita hipertensi tidak minum obat dan 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi
merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat
tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%),
tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat
hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%) (Riskesdas, 2018)
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Maluku di tahun 2021, penduduk
Provinsi Maluku dengan usia lebih dari 15 tahun dan mengalami hipertensi adalah
sebanyak 440,199. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah di
tahun 2020, penduduk Kabupaten Maluku Tengah dengan usia lebih dari 15 tahun
dan mengalami hipertensi adalah sebanyak 20,223 yakni 33,4%.

3.2 Distribusi Epidemiologi Penyakit


Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari:
1. Person (orang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi
orang:
a. Umur
Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun).
Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung
meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat
umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya
yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.
b.Jenis kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa
premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada laki-laki
penyebabnya sebelum menopause wanita relatife terlindungi dari penyakit
kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun
setelah menopause.
Prevalensi tekanan darah tinggi menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin
2013 2016 2018
Laki-laki 22,80 28,70 31,34
Perempuan 28,80 32,90 36,85

Sumber: Riskesdas, Data 2016 dari Laporan SIRKESNAS (Survey Indikator Kesehatan Indonesia)
2016, Kemenkes RI
c. Status gizi
Keadaan zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak, kekurangan atau
kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit.
Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia
dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar
tercapai kondisi kesehatan yang prima. Dimana ini merupakan faktor penting
sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan
mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau
tumbuh-tumbuhan (nabati).
Sehingga ini sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus
serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
d.Faktor psikokultural
Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi belum
dapat diambil kesimpulan.
Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut
menaikkan tekanan darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab
utama terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang
layak untuk perlu diperhatikan
2. Place (tempat)
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah
merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang
dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit
hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan
dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan.

3.3 Determinan
Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi
adalah faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam
lingkungan dan kebiasaan makan yang sama, konsumsi garam yang mana telah
jelas ada hubungan, tetapi data penelitian pada daerah-daerah dimana konsumsi
garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi, dan obesitas yang mana telah
diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan hipertensi

3.4 Penatalaksanaan Kasus


Untuk menurunkan tekanan darah pada kisaran 130/80 mmHg, jika anggota
keluarga ada yang masuk dalam kategori hipertensi perlu memahami target regulasi
tekanan darah adalah sampai dalam rentang kurang dari 140/90 mmHg. Hubungan
tekanan darah dengan CVD sangat erat, hal ini bisa dijelaskan bahwa semakin
tinggi tekanan darah maka kemungkinan serangan jantung dengan keluhan nyeri
dada, gagal jantung, stroke dan gangguan ginjal semakin meningkat
(Nurwidyaningtyas, 2014).
Penurunan 5 mmHg tekanan darah sistolik akan dapat menurunkan resiko
stroke sebesar 14%, menurunkan resiko jantung coroner sebesar 9%.
Penting untuk diingat bahwa keluarga bisa menentukan kesehatannya sendiri
melalui peningkatan pengetahuan dan modifikasi perilaku beresiko. Jangan sampai
anggota keluarga yang menderita hipertensi menjadi tidak memenuhi target tekanan
darah standart yang harus di jaga (Nurwidyaningtyas, 2014).
Untuk dapat menjaga status tekanan darah setiap anggota keluarga dengan
baik, perlu pembelajaran rutin mengukur tekanan darah di rumah.
Selain itu penggunaan obat yang teratur perlu ditekankan pada penderita yang juga
memerlukan dukungan keluarga. Adapun yang bisa di lakukan adalah membuat
jadwal minum obat harian (Nurwidyaningtyas, 2014).

3.5 Analisis Masalah


Analisis masalah menggunakan Analisis Fishbone (Capaian indicator PTM)
PENENTUAN PRIORITAR PENYEBAB MASALAH DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
PROGRAM : PTM

PENENTUAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH (METODE


PENENTUAN PENYEBAB MASALAH (METODE FISHBONE) PENENTUAN RENCANA KEGIATAN & PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN (METODE CARL)
CARL)
KRITERIA KRITERIA
TOTAL RANKI TOTAL RANKI
Penyebab C = A= R = L = Daya RENCANA KEGIATAN C = A= R = L = Daya
Penyebab Utama Penyebab Tersier SKOR NG SKOR NG
Sekunder Mampu Mudah Kesiapan Ungkit Mampu Mudah Kesiapan Ungkit

Man / Manusia Petugas belum melakukan skrining di masyarakat 5 5 5 5 625 1 - Skrining PTM di masyarakat 5 5 5 5 625 1

Nakes

Keterbatasan jumlah petugas dalam melakukan


4 3 3 5 180 - Melibatkan kader dalam pelaksanaan skrining 4 3 3 4 144
skrining di masyarakat

Pemberdayaan kader dalam melakukan


0 pemeriksaan tekanan darah, pengukuran 4 4 4 5 320 4
lingkar perut, BB, TB

Kader belum terlatih dalam melakukan skrining Melakukan pembinaan konsep posbindu PTM
4 3 4 5 240 3 - 5 3 3 5 225
posbindu PTM terhadap kader

Pelaksanaan POSBINDU PTM di tempat untuk


0 - 5 3 2 5 150
pengenalan konsep POSBINDU kepada Kader

Kader
Pemberdayaan kader dalam melakukan
0 - pemeriksaan tekanan darah, pengukuran 4 4 4 5 320 4
lingkar perut, BB, TB

Kader tidak berperan aktif dalam menggerakkan Melakukan pembinaan konsep posbindu PTM
3 3 4 5 180 - 5 3 3 5 225
warga untuk pelaksanaan skrining PTM terhadap kader

Membuat surat kepada Kepala desa dan


Kepala desa tidak mensosialisasikan jadwal
Ketua RT 3 3 3 4 108 - Ketua Kader serta Kader untuk 5 5 5 3 375 3
kepada warga
penyebarluasan informasi

Masyarakat masih takut untuk dilakukan KIE kepada masyarakat mengenai pentingnya
4 3 5 5 300 - 5 5 5 3 375 3
pemeriksaan pemeriksaan

Masyarakat belum menerapkan pola hidup sehat 5 3 5 5 375 4 - Pelaksanaan Posbindu PTM 5 5 5 5 625 1

Masyarakat 0 - 0 2

Masyarakat belum tahu jadwal pelaksanaan Menghubungi kader kembali sehari sebelum
4 4 5 5 400 3 - 5 5 4 4 400 2
kegiatan pelaksanaan kegiatan berlangsung

Meminta nomor HP pada saat skrining di


Masyarakat tidak patuh kontrol kembali ke
4 5 5 5 500 2 - Puskesmas, memberikan kartu kontrol PTM 5 5 4 4 400 2
Puskesmas dengan riwayat HT dan DM
dan KIE gaya hidup sehat

Pelaksanaan skrining hanya terbatas 1 kali Pelaksanaan POSBINDU PTM Mandiri oleh
Money / Dana Dana Terbatas 3 4 3 5 180 - 3 3 4 4 144
kunjungan per RT kader

Ketersediaan Pemeriksaan yang dapat dilakukan terbatas Swadaya masyarakat dalam pengadaan stik
Material / Sarana 3 4 4 5 240 - 0
PTM KIT Tekanan Darah dan Gula Darah pemeriksaan gula, asam urat, dan kolesterol

Teknis skirining dan pemeriksaan dengan


Pemberdayaan kader dalam melakukan
wawancara, cek tekanan darah dan gula darah
Metode Pemeriksaan 4 4 4 5 320 5 - pemeriksaan tekanan darah, pengukuran 4 4 4 5 320 4
membutuhkan keterlibatan petugas kesehatan lain
lingkar perut, BB, TB
dan kader

Pelaksanaan POSBINDU PTM di tempat untuk


Pembinaan Pembinaan Kader Psobindu belum dilaksanakan 3 3 3 5 135 - 4 4 4 4 256 5
pengenalan konsep POSBINDU kepada Kader

Mechine - - 0 - 0

KIE kepada masyarakat mengenai pentingnya


Market Sosialisasi Pengenalan manfaat pemeriksaan di Posbindu 3 3 2 5 90 - pemeriksaan di Posbindu
5 5 5 3 375 3
3.6 Perencanaan Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah Dalam Hal Menurukan
Prevalensi Hipertensi
Langkah-langkah rencana tindakan
1. Memilih strategi
1. Peningkatan cakupan pelayanan di FKTP
1. Peningkatan angka kunjungan Posbindu
2. Peningkatan angka kunjungan Posyandu lansia
3. Peningkatan cakupan tekanan darah terkontrol sebesar 10% (Kepmenkes RI
No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilsn Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu)
2. Mendiskusikan strategi yg diusulkan
Diskusi yang dilakukan melibatkan berbagai aspek dimulai dari lintas program,
lintas sektor, pengelola program sampai ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
selaku pengambil kebijakan.
3. Mengenali semua kegiatan yg diperlukan
• Pengadaan SDM terkait surveilans PTM hipertensi, sarana pendukung, dan
pembiayaan khusus surveilans
• Pengadaan sosialisasi pelaksanaan surveilans hipertensi, pelatihan, pertemuan
berkala, pembinaan teknis, monitoring dan evaluasi
• Pengadaan fasilitas kesehatan yang melaksanakan surveilans dan melaporkan
data, ketepatan pelaporan, kualitas data, laporan (buku jurnal)
Pencegahan dan pengendalian hipertensi di Kabupaten Maluku Tengah dapat
dilakukan dengan (Layanan SPM PERMENKES NO.43 Tahun 2016):
• Skrining/deteksi dini dan konseling/edukasi kesehatan melalui pemantauan
faktor resiko PTM terintegrasi secara rutin dan periodik.
• Kunjungan rumah dan Perawatan Kesehatan Masyarakat
• Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Setiap penderita hipertensi usia 15 tahun keatas mendapatkan pelayanan kesehatan


sesuai standar. Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi
sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya. Pelayanan hipertensi
sesuai standar meliputi pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi untuk
perubahan gaya hidup (diet seimbang, istirahat yang cukup, aktivitas fisik, dan
kelola stress), pengelolaan farmakologis. Pelayanan kesehatan berstandar ini
dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg dan untuk
mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes mellitus dan penyakit
ginjal kronis. Estimasi penderita hipertensi Kabupaten/Kota berdasarkan Riskesdas
Tahun 2013:
Pencegahan dan pengendalian hipertensi di Kabupaten Maluku Tengah dapat
dilakukan dengan (Layanan SPM PERMENKES NO.43 Tahun 2016):
1. Skrining/deteksi dini dan konseling/edukasi kesehatan melalui pemantauan
faktor resiko PTM terintegrasi secara rutin dan periodik.
Skrining faktor resiko hipertensi dapat dilakukan baik dalam gedung maupun
luar gedung. Skrining di dalam gedung dapat dilakukan saat pelayanan pasien
fasilitas kesehatan primer. Skrining di luar gedung dapat dilakukan di posbindu
PTM (Penyakit Tidak Menular) dan posyandu lansia yang dilakukan di tiap
desa. Adapun sasaran dari skrining yang dilakukan di dalam gedung adalah
setiap pasien usia 15 tahun keatas yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan primer. Sasaran skrining yang dilakukan di posbindu PTM
adalah untuk masyarakat usia 15-59 tahun. Sasaran skrining yang dilakukan di
posyandu lansia adalah untuk masyarakat usia 60 tahun keatas.
Deteksi dini faktor resiko PTM dilakukan dengan menanyakan dan mengukur
kebiasaan merokok, makan buah sayur, aktivitas fisik, alcohol, riwayat penyakit
keluarga, tinggi badan, berat badan (IMT), lingkar perut, tekanan darah, gula
darah. Dilakukan monitoring obesitas, hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterol.
Dilakukan juga konseling mengenai stop merokok, diet, stress, self care,
CERDIK, PATUH. Promosi kesehatan untuk berperilaku CERDIK dalam
mengatasi PTM ditujukan untuk orang atau kelompok masyarakat yang masih
sehat atau memiliki faktor resiko PTM.
CERDIK terdiri dari Cek kondisi kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang
cukup, Kendalikan stress. Program PATUH ditujukan bagi yang sudah
menyandang PTM, diselenggarakan agar mereka rajin kontrol dan minum obat.
PATUH terdiri dari Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter,
Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet sehat
dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik dengan aman, Hindari rokok,
alcohol dan zat karsinogenik lainnya.
2. Kunjungan rumah dan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perseksmas)
Saat melakukan skrining, masyarakat dengan hipertensi akan dilakukan
perawatan dimana perawatan dapat dilakukan baik dalam gedung maupun
dilakukan kunjungan rumah. Masyarakat dengan hipertensi yang membutuhkan
pengobatan akan diberikan rujukan untuk mendapatkan pengobatan di fasilitas
pelayanan kesehatan primer. Pengobatan dan kontrol tekanan darah dilakukan
setiap bulan mengingat pasien dengan hipertensi harus mendapatkan pengobatan
teratur dan harus selalu di control tekanan darahnya.
3. Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Merokok merupakan salah satu faktor resiko hipertensi, oleh karena itu perlunya
diadakan sosialisasi mengenai bahaya asap rokok dan membuat kawasan tanpa
rokok agar faktor resiko hipertensi dapat diatasi.
Untuk menunjang kegiatan diatas diperlukan kerjasama yang baik oleh pengelola
program PTM dan lansia di Dinas Kesehatan Kabupaten dengan pemegang pogram
PTM dan lansia di tiap-tiap Puskesmas. Dinas Kesehatan Kabupaten harus
mengadakan pelatihan yang dilakukan setiap tahun kepada pemegang program PTM
dan lansia di tiap-tiap Puskesmas. Pelatihan dilakukan guna memberikan penjelasan
mengenai alur peaksanaan program PTM dan lansia di tiap-tiap Puskesmas.
Diharapkan setiap pemegang program PTM dan lansia di tiap-tiap Pukesmas adalah
petugas kesehatan yang terlatih dan memiliki kompetensi melalui pelatihan yang
diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.
Kabupaten Maluku Tengah terdiri dari 18 Kecamatan dengan total Puskesmas 33
Puskesmas. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi yang dipaparkan
diatas tentu membutuhkan pembiayaan dalam pengoperasionalnya. Estimasi biaya
yang diperlukan untuk pencegahan dan pengendalian di tiap Puskesmas adalah
sebesar 333.275.000 dan dibutuhkan 10.998.075.000 untuk pebiayaan di 33
Puskesmas.
4. Memantapkan jadwal
Tahun 2022
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Skrining faktor resiko hipertensi
- Melakukan pengukuran tekanan darah
- Melakukan pengukuran kadar kolesterol
- Melakukan pengukuran kadar glukosa
- Melakukan pengukuran kadar asam urat
1 - Melakukan pengukuran BB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Melakukan pengukuran TB
- Melakukan pengukuran Lingkar perut
- Melakukan wawancara

Kunjungan rumah dan Perawatan Kesehatan


Masyarakat (Perkesmas)
- Melakukan pengobatan di perawatan di rumah
2 - Melakukan pengobatan di fasilitas kesehatan primer √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
- Melakukan kontrol tekanan darah dirumah
- Melakukan kontrol tekanan darah di fasilitas kesehatan
primer
Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
3 - Melakukan sosialisasi bahaya asap rokok √ √ √
- Melakukan sosialisasi pembuatan KTR
5. Membagi tanggung jawab staf
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUN 2021
PUSKESMAS PERAWATAN PASANEA
Program : PTM

No Upaya Kesehatan Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sasaran PJ Volume Kegiatan Jadwal Rincian Pelaksanaan Lokasi Pelaksanaan Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Menyesuaikan
Skreening masyarakat dengan Masyarakat Januari - koordinasi dengan
Pelaksanaan Posbindu PTM 9 desa, 2 dusun PJ program 12 Kali 9 desa, 2 dusun Rp 163,800,000
faktor resiko hipertensi usia 15-59 th Desember pihak desa/dusun
dan Kader
Masyarakat Menyesuaikan
Kunjungan rumah dan Perawatan Pengobatan dan perawatan usia 15-59 th Januari - koordinasi dengan
1 PTM 9 desa, 2 dusun PJ program 10 Kali 9 desa, 2 dusun Rp 163,800,000
Kesehatan Masyarakat (Perseksmas) masyarakat dengan hipertensi dengan Desember pihak desa/dusun
hipertensi dan Kader

Menyesuaikan
April, Agustus,
Sosialisasi KTR Sosialisasi KTR di sekolah Sekolah 5 SMP 3 SMA PJ program 1 Kali koordinasi dengan 5 SMP 3 SMA Rp 5,675,000
Desember
pihak sekolah

6. Menetapkan anggaran
Kabupaten Maluku Tengah terdiri dari 18 Kecamatan dengan total Puskesmas
33 Puskesmas. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi yang
dipaparkan diatas tentu membutuhkan pembiayaan dalam pengoperasionalnya.
Estimasi biaya yang diperlukan untuk pencegahan dan pengendalian di tiap
Puskesmas adalah sebesar Rp 333.275.000 dan dibutuhkan Rp 10.998.075.000
untuk pebiayaan di 33 Puskesmas yang bersumber dari DAK (Dana Alokasi
Khusus) BOK (Biaya Operasional Kesehatan). Estimasi biaya pelatihan yakni
sebesar Rp s109.000.000
7. Memantau & mengevaluasi kemajuan.
 Deteksi dini kasus di masyarakat, dan peningkatan sarana/fasilitas pengobatan
hipertensi di Puskesmas juga perlu dilakukan untuk menurunkan prevalensi
hipertensi. Kemampuan tenaga kesehatan dalam tatalaksana kasus hipertensi
perlu ditingkatkan baik jangkauan maupun kualitas pelayanannya.
 Perlu dilakukan monev evaluasi program setiap bulan.
8. Memperagakan & mengkomunikasikan rencana
9. Mengevaluasi Kemajuan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan monitoring dan evaluasi
penyenggaraan surveilans PTM hipertensi di Kab/Kota. Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi melakukan monitoring dan evaluasi surveilans PTM di tingkat Provinsi.
Direktur Jenderal PP dan PL melakukan monitoring dan evaluasi surveilans di
seluruh Indonesia
10. Apakah Tujuan Telah Tercapai
Indikator penyelenggaraan surveilans PTM hipertensi yaitu
a. Input
Tersedianya SDM terkait surveilans PTM hipertensi, sarana pendukung, dan
pembiayaan khusus surveilans
b. Proses
Terlaksananya sosialisasi pelaksanaan surveilans, pelatihan, pertemuan berkala,
pembinaan teknis, monitoring dan evaluasi
a. Output
Cakupan fasilitas kesehatan yang melaksanakan surveilans dan melaporkan data,
ketepatan pelaporan, kualitas data, laporan (buku jurnal). Kegiatan program
berhasil dicapai melalui semua kegiatan yg diusulkan karena peningkatan
cakupan tekanan darah terkontrol pada tahun 2021 >10% yakni 27,9%
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertensi dapat dipicu oleh life style dan pola makan diantaranya konsumsi
garam dalam makanan, minum minuman beralkohol, olahraga tidak teratur, Makan
sayur dan buah yang berlemak, faktor psikologi, dan kebiasaan merokok.

4.2 Saran
Departemen Kesehatan, dalam hal ini Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular perlu segera menanggulangi hipertensi di Indonesia secara efesien dan
efektif. Dinas Kesehatan di daerah perlu memprioritaskan program pengendalian
hipertensi di masyarakat. Program rencana pencegahan dan pengendalian hipertensi
sebaiknya dilakukan melalui pengendalian obesitas, pengaturan pola makan
keluarga, gerakan peningkatan aktivitas fisik dan stop merokok untuk menurunkan
insidens hipertensi.
Deteksi dini kasus di masyarakat, dan peningkatan sarana/fasilitas pengobatan
hipertensi di Puskesmas juga perlu dilakukan untuk menurunkan prevalensi
hipertensi. Kemampuan tenaga kesehatan dalam tatalaksana kasus hipertensi perlu
ditingkatkan baik jangkauan maupun kualitas pelayanannya.
DAFTAR PUSTAKA

Andra, 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. (http://www.majalah-


farmacia.com/rubric/one_news.asp?IDNews=256), diakses 27 Maret 2009.
Elsanti, Salma. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi &
Serangan Jantung, Araska, Yogyakarta.
Gonidjaya Joshua Jonatan, Que Bertha Jean, Kailola Nathalie Elischeva, Asmin Elpira,
Titaley Christiana R, Kusadhiani Indrawanti (2021). Prevalensi Dan
Karakteristik Penderita Hipertensi Pada Penduduk Desa Banda Baru
Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020. PAMERI (Pattimura Medical Review),
3 (1): April 2021.
Gunawan, Lanny. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius, Yogyakarta.
Kuswardhani, Tuty. 2007. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia.
(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaan%20hipertensi%20pada%20u
sia%20lanjut.pdf.), diakses 13 Oktober 2021.
Nurwidyaningtyas Wiwit, dkk.2014. Let’sbe Survivor Cardio For Our Family,
Nuansalaras, Sidoarjo.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2021.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2019.
Rahajeng Ekowati, Tuminah Sulistyowati (2009). Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan
Penelitian Kesehata Departemen Kesehatan RI Majalah Kedokteran Indonesia,
59 (12): Desember 2009.
Susanti Novi, Siregar Putra Apriadi (2020). Determinan Kejadian Hipertensi
Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio Demografi dan Konsumsi
Makan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2, 43-52.
Sustrani, Lanny, dkk. 2006. Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif, Paradigma Indonesia,Yogyakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (kemkes.go.id) Hipertensi Si Pembunuh
Senyap Dipublikasikan Pada: Senin, 09 Maret 2020
Workshop Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi, Bali, 25-27 April 2018

Anda mungkin juga menyukai