Anda di halaman 1dari 12

Program Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi di Puskesmas

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta

Yang dibina oleh Bpk Budi Suharno, S.Kp, M.Kes

Oleh kelompok 2:

Nisaul Khoiroh Amaliyah (P17421173008)

Putri Vija Tri Melati (P17421173009)

Fanny Cosla Pranata (P17421173011)

Aisyah Rohmi Nuril Syafitri (P17421174020)

Martani Maharani (P17421174021)

Usha Mardhatillah (P17421174025)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

PROGRAM STUDI D-IV PROMOSI KESEHATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Kapita
Selekta. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bpk Budi Suharno, S.Kp, M.Kes

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 16 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan demografi dan epidemiologi penyakit tengah terjadi diseluruh dunia


saat ini. Perubahan profil penduduk dengan tren pada populasi lanjut usia telah
teramati diseluruh dunia. Beban penyakit dan profil risiko sebagai bentuk dari
transisi epidemiologi juga mengalami perubahan yang dramatis seiring dengan
adanya transisi demografis (WHO, 2002). Peristiwa tersebut tidak hanya dialami oleh
negara maju, tetapi juga dialami oleh negara berkembang, khususnya Indonesia.
Permasalahan kesehatan terkait penyakit yang sering diderita oleh masyarakat
sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit. Namun saat ini,
pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM)
seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol, cedera akibat kecelakaan, pembuluh
darah, serta diabetes mellitus dan kanker. Selain itu Indonesia juga menghadapi
emerging diseases seperti demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, chikungunya,
dan Severe Respiratory Syndrom (SARS) (RISKESDAS 2013)
Perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit
menyebabkan transisi epidemiologi menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM),
sehingga saat ini negara Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burdens). Terjadinya beban ganda disertai dengan meningkatnya
jumlah penduduk serta perubahan usia harapan hidup penduduk yang ditandai
dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut. Perubahan ini akan
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat di masa yang akan datang (RISKESDAS 2013)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yangs sering ditemukan diderita oleh masyarakat. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan systole, yang tingginya tergantung umur individu (Tambayong
2000). Menurut WHO (2015), tekanan darah tinggi adalah kondisi umum dimana
cairan darah dalam tubuh menekan dinding arteri dengan cukup kuat hingga akhirnya
menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung. Tekanan darah
ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung dan jumlah resistensi terhadap
aliran darah pada arteri. Semakin banyak darah dipompa jantung dan arteri
mengalami penyempitan, maka tekanan darah akan meningkat. Kondisi tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg. Data statistik WHO tahun 2012 menyebutkan hipertensi
dapat memicu stroke yang menyebabkan kematian hingga 51% dan memicu jantung
koroner yang menyebabkan kematian hingga 45%. Hipertensi menjadi masalah
kesehatan masyarakat utama (WHO 2013).

Berdasarkan hasil tersebut maka diperlukan perencanaan program untuk


mengurangi angka kejadian hipertensi bagi lansia melalui perubahan pola makan dan
peningkatan partisipasi dalam kegiatan posyandu lansia. Program pencegahan
hipertensi melalui perubahan pola makan dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan
posyandu lansia dapat dilakukan melalui kegiatan peningkatan kapasitas kader dalam
mengembangkan posyandu lansia, meningkatkan pengetahuan dan kesadaran lansia
tentang hipertensi dan pola makan sehat, serta peningkatan partisipasi lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Hipertensi?


b. Bagaimana gejala dari Hipertensi?
c. Apa penyebab Hipertensi?
d. Bagaimana cara pencegahan Hipertensi?
e. Bagiamana gambaran dari program pencegahan dan penanggulangan
Hipertensi di Puskesmas?

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian Hipertensi.


b. Untuk mengetahui gejala dari Hipertensi.
c. Untuk mengetahui penyebab Hipertensi.
d. Untuk mengetahui cara pencegahan Hipertensi.
e. Untuk mengetahui gambaran dari program pencegahan dan
penanggulangan Hipertensi di Puskesmas.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah kekuatan
yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah
utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa
keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa jantung dan semakin sempit
arteri, maka semakin tinggi tekanan darah. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi
kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan terkadang
kematian.
Hasil tekanan darah ditulis dalam dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili
tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua
(diastolik) mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara
detak jantung.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang
berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140
mmHg dan pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 90
mmHg.

2.2 Gejala Hipertensi


Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul.
Gejala yang muncul akibat hipertensi, antara lain:
a. Sakit kepala.
b. Lemas.
c. Masalah dalam penglihatan.
d. Nyeri dada.
e. Sesak napas.
f. Aritmia.
g. Adanya darah dalam urine.

2.3 Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi


Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, ada beberapa
kondisi yang dapat memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:
a. Kehamilan
b. Kecanduan alkohol
c. Penyalahgunaan NAPZA
d. Gangguan ginjal
e. Gangguan pernapasan saat tidur.
Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi, seperti:
a. Lanjut usia
b. Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
c. Memiliki kebiasaan merokok
d. Jarang berolahraga.

2.4 Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi


Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa
cara yang dapat dilakukan adalah:
a) Konsumsi makanan yang sehat.
b) Menjaga berat badan ideal.
c) Rutin berolahraga.
d) Berhenti merokok.

2.5 Program Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi Di Puskesmas


Akibat yang ditimbulkannya sudah barang tentu menjadi masalah kesehatan masyarakat
dan segera mendapat perhatian dari Direktoran Pengendalian Penyakit Tidak menular.
Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah. Seringkali, mereka yang mengidap hipertensi tidak
menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti
gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja
pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada
usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana
hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus
yang minum obat hipertensi. Itu berarti 76% kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.
a. Langkah Penanganan
Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya,
Kemenkes membuat kebijakan yaitu:
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif
(skrining)
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan
Posbindu PTM
3. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi
Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya tenaga
kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM
khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti
Puskesmas; Peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara
komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik; serta Peningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun sarana prasarana
diagnostik dan pengobatan. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi
dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke
arah yang lebih sehat.
Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko
Hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet
yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin
melakukan aktivitas dan tidak merokok. Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan
sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit.
Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Sementara
pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita.
Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi
yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak
memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan
respon cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat
penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar
penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.
b. Deteksi Sederhana
Cara untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis penyakit hipertensi, sangat
sederhana yaitu dengan mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter. Hipertensi
ditegakkan bila tekanan darah 140/90 mmHg. Pengobatan atau penatalaksanaan
hipertensi membutuhkan waktu lama, seumur hidup dan harus terus menerus. Jika
modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diinginkan,
maka harus diberikan obat. Sarana dan prasarana untuk diagnosis dan mengobati
hipertensi, termasuk mendeteksi kemungkinan terjadi kerusakan organ target atau
komplikasi pada dasarnya sudah tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Keberadaan
Posbindu PTM setiap bulan dalam wadah Desa Siaga aktif di setiap kelurahan
sebenarnya sudah cukup untuk mewaspadai dan memonitor tekanan darah dan segera ke
Puskesmas/fasilitas kesehatan jika tekanan darahnya tinggi. Melalui Puskesmas dan
Posbindu PTM, masyarakat cukup mendapat kemudahan akses untuk mendeteksi atau
monitoring tekanan darah nya. Jika mampu membeli tensimeter sendiri untuk
memonitor tekanan darah keluarga secara rutin akan lebih baik.
Namun yang paling penting adalah meningkatkan perilaku hidup sehat.
Keberadaan Posbindu PTM di masyarakat lebih tepat untuk mengendalikan faktor risiko
Penyakit Tidak Menular (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet tidak
sehat, kurang aktifitas dan merokok). Kegiatan deteksi dini pada Posbindu PTM
dilakukan melalui monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan periodik.
Kegiatan monitoring mencakup kegiatan minimal yaitu hanya memantau masalah
konsumsi sayur/buah dan lemak, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), dan tekanan
darah, dan kegiatan monitoring lengkap yaitu memantau kadar glukosa darah, dan
kolesterol darah, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana dan IVA. Tindak lanjut dini
berupa peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara mencegah dan mengendalikan
faktor risiko PTM dilakukan melalui penyuluhan / dialog interaktif secara massal dan /
atau konseling faktor risiko secara terintegrasi pada individu dengan faktor risiko, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Kasus faktor risiko PTM yang ditemukan yang tidak
dapat dikendalikan melalui konseling dirujuk ke fasilitas pelayanan dasar di masyarakat
(Puskesmas, Klinik swasta, dan dokter keluarga) untuk tidak lanjut dini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Seseorang bisa dikatakan
mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang berbeda, pembacaan tekanan
darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140 mmHg dan pembacaan tekanan
darah diastolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 90 mmHg. Menjalani gaya hidup
sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara yang dapat
dilakukan adalah a)Konsumsi makanan yang sehat; b)Menjaga berat badan ideal; c)Rutin
berolahraga: dan d)Berhenti merokok.
Keberadaan Posbindu PTM di masyarakat lebih tepat untuk mengendalikan faktor
risiko Penyakit Tidak Menular (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet
tidak sehat, kurang aktifitas dan merokok). Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk
penyakit tidak menular lainnya, Kemenkes membuat kebijakan yaitu:
a) Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif
(skrining)
b) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan
Posbindu PTM
c) Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi
Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya tenaga
kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM khususnya
tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas; Peningkatan
manajemen pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan
preventif) dan holistik; serta Peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotif-
preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan. Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan
perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat.
3.2 Saran
a) Instansi pendidikan
Diharapkan dapat menjadi tambahan atau masukan informasi serta pengembangan
pengetahuan bagi mahasiswa lainnya khususnya pada masalah Hipertensi
b) Peneliti
Diharapkan dapat dikaji lebih dalam dan dapat dikembangkan lagi pada penelitian
selanjutnya mengenai permasalah hipertensi
c) Masyarakat
Diharapkan mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai hipertensi dan sekaligus
pencegahannya
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI. (2017). Retrieved Oktober 18, 2020, from
Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI: http://www.p2ptm.kemkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai