Anda di halaman 1dari 20

STRES PADA PEKERJA OFFSHORE

(FAKTOR PENYEBAB DAN PENANGANANNYA)

Tugas makalah

Dr. Sajidi Hadipoetro, Sp.KL, MSc.

dr. Annisa Noor Arifin Putri

UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KERJA

JAKARTA
2015

I.

PENDAHULUAN
Bekerja di industri migas, khususnya pada kegiatan eksplorasi produksi (E&P)

memiliki karakteristik yang khas. Karakteristik ini berhubungan erat dengan sifat
pekerjaan itu sendiri. Biasanya wilayah kerja yang terpencil, terisolasi, jauh dari
keramaian dan dengan fasilitas umum yang serba terbatas. Kegiatan E&P ini bisa di
hutan (on shore) maupun dilepas pantai (off shore). Sistem kerjanya pun spesifik,
tidak harian seperti pekerja kantoran, tetapi memakai sistem kerja on-off dan bekerja
siang malam. Risiko yang dihadapi juga tidak kecil seperti kebakaran, ledakan, blow
out dan bahaya kesehatan lainnya. Salah satu potensi bahaya kesehatan di industri
migas ini adalah stres kerja.

Stres adalah reaksi dari tubuh, jiwa dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tekanan yang berasal baik dari luar maupun dari dalam individu itu sendiri. Reaksi
seseorang terhadap stress tergantung dari keturunan, kepribadian dan pengalaman
orang tersebut. Jika seseorang bereaksi positif dalam menghadapi stres, maka stres
tersebut akan menjadi pendorong untuk maju. Sebaliknya, jika seseorang bereaksi
negatif terhadap stress, maka akan timbul berbagai keluhan dan gangguan di dalam
tubuh. Stres memiliki dampak pada fisik, jiwa maupun perilaku. Dampak stress
terhadap fisik menimbulkan keluhan seperti kelelahan, sesak napas, nyeri kepala,
pucat, berkeringat, mulut kering, berdebar-debar, otot-otot tegang, tekanan darah dan
gula darah naik, diare, perubahan nafsu makan serta perubahan berat badan. Dampak
stress terhadap kejiwaan menyebabkan kecemasan, mudah marah, sedih, perasaan
yang berubah-ubah, sulit konsentrasi, kehilangan daya serta kehilangan minat.
Dampak stress terhadap perilaku menyebabkan aktivitas berkurang dan tidak ada
tenaga, aktivitas berlebih dan tidak bisa istirahat, mudah marah dan menyerang,
gemetar disertai nada suara tinggi serta banyak minum alkohol, merokok, minum kopi
dan penggunaan NAPZA untuk meredakan ketegangan.
Stres di tempat kerja tergantung dari:

a. Jenis pekerjaan
Pekerjaan yang banyak, bertumpuk dan dikejar batas waktu (deadline) menimbulkan
potensi stres yang lebih besar. Demikian pula bila jenis pekerjaan tersebut
menimbulkan potensi bahaya yang besar. Misalnya seorang yang bekerja pada
kegiatan E&P di lepas pantai dan bertugas di menara rig, tingkat stresnya lebih besar
daripada pekerja kantoran.
b. Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang terpencil, terisolir, jauh dari penduduk dan tanpa fasilitas
umum yang memadai menimbulkan potensi stres yang lebih besar. Misalnya seorang
yang bekerja di hutan tingkat stresnya lebih tinggi dari orang yang bekerja di kota.
Demikian pula lingkungan kerja yang semrawut dan tidak kondusif, SOP kerja tidak
jelas dan tidak adanya alat perlindungan diri membuat potensi stres semakin
meningkat.
c. Managemen dan Hubungan kerja
Sistem dan managemen kerja yang baik serta hubungan kerja baik antar sesama
pekerja maupun atasan yang baik menurunkan potensi stres. Sebaliknya sistem kerja
yang kurang baik dan bijaksana, hubungan interpersonal yang penuh kedengkian dan
atasan yang sadis akan menyebabkan seseorang mudah mengalami stres.
d. Ketahanan individu
Seseorang memiliki tingkat ketahanan menghadapi stres yang berbeda tergantung dari
keturunan, kepribadian, pengalaman dan nilai-nilai hidup yang dianut. Seseorang
yang taat menjalankan agamanya (religius), suka berolah raga, berekreasi dan
melakukan kegiatan relaksasi juga memiliki ketahanan terhadap stress yang lebih
baik.
e. Masalah diluar pekerjaan
Stres terkadang tidak disebabkan secara langsung oleh pekerjaan, namun oleh faktor
lain diluar pekerjaan misalnya perselisihan dengan isteri di rumah, orang terdekat

sakit dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini juga bisa menyebabkan stres di tempat
kerja.
Bagi perusahaan, banyaknya pekerja yang mengalami stres menimbulkan
kerugian secara ekonomi yang ditunjukkan dengan angka kesakitan dan kecelakaan
yang meningkat (absenteisme tinggi), banyaknya pekerja yang keluar masuk (turn
over) dan menurunnya kemampuan interaksi sehingga menimbulkan keluhan
pelanggan.
Makalah ini akan membahas pada pencegahan stres dalam eksplorasi minyak
lepas pantai (offshore). Banyak rekomendasi yang diberikan untuk mengurangi stres
kerja, tetapi harus diakui bahwa pada setiap rig pengeboran yang berpindah-pindah
atau platform production yang berada pada suatu tempat terdapat banyak berbagai
macam pekerjaan dan tingkat keahlian. Ini berarti bahwa langkah-demi langkahpanduan untuk pencegahan stres untuk masing-masing kelompok pekerja lepas pantai
tertentu di luar cakupan makalah ini.
Makalah

ini

ditujukan

untuk

memberikan

informasi

tentang

bagaimana

mengidentifikasi stres antara kelompok-kelompok yang berbeda pada pekerja lepas


pantai pada berbagai jenis instalasi atau dalam berbagai lokasi; dan mengidentifikasi
dan memilih pilihan yang tersedia untuk mencegah atau meminimalkan masalah stres
di lepas pantai.
Kesadaran tentang stres muncul dari analisis sistematis diandalkan dari masalah,
dan atas dasar diagnosis yang akurat, tindakan dapat diambil dengan keyakinan.
Pendekatan ini memiliki keuntungan tambahan untuk memastikan komitmen untuk
pencegahan stres berikutnya inisiatif, dan ketahanan terhadap perubahan bias
diminimalisasi.
Terdapat tiga komponen utama yang sangat penting dalam keberhasilan manajemen
stres dan pencegahan stres dalam pekerjaan yaitu:
a. Mengetahui biaya yang ditimbulkan akibat kesalahan penanganan stress
b. Harus diakui bahwa stres hanya dapat berhasil ditangani dengan baik melalui
pencegahan dan perspektif kuratif. Ini adalah tanggung jawab organisasi dan individu
untuk mencegah stres bila memungkinkan. Namun, karena tidak semua stres dapat

dihilangkan, perlu juga untuk menemukan cara yang efektif untuk mengatasi stres
ketika terjadi .
c. Pencegahan stres menuntut bahwa sumber atau penyebab stres diidentifikasi secara
akurat.

II.

PEMBAHASAN

2. 1 Offshore Stress
Kesuksesan pengeboran minyak dan gas lepas pantai merupakan hal yang
sangat vital bagi kemajuan perekonomian suatu negara, tetapi secara potensial
pekerjaan dalam industry migas memiliki resiko bahaya yang sangat tinggi.
Keuntungan finanisal yang diperoleh seorang pekerja dalam industry EP (Explorasi
dan Produksi) tidak sebanding dengan hasil yang diakibatkan oleh stress pekerja
tersebut ketika bekerja di lingkungan offshore atau onshore. Orang yang bekerja di
offshore akan rentan menderita beberapa efek dalam berbagai macam cara
diantaranya:

Sakit secara fisik dan mental


Premature death
Keharusan untuk pensiun dini
Ketidakhadiran
Turn-over pekerja yang sangat tinggi
Produktivitas kerja yang menurun
Performance kerja yang menurun
Ketidakpuasan hubungan sesama pekerja
Ketidakpuasan terhadap suatupekerjaan
Meningkatkan kecelakaan kerja
Alkoholisme

Penyalahgunaan obat terlarang


Ketidakharmonisan rumah tangga dan perceraian
Tingkat komulatif stress dan trauma

Lingkungan pekerjaan di offshore sangat potensial untuk meningkatkan resiko


seorang pekerja menderita stres karena mereka harus bekerja keras dan bekerja dalam
satu lingkungan yang sama dalam waktu yang cukup lama (misalnya 2 minggu) tanpa
ada waktu libur. Banyak pekerjaan berbahaya di lingkungan pengeboran minyak yang
sangat berpotensi untuk meningkatkan tingkat kecelakaan yang berkaitan dengan
hydrocarbon-incidents. Lingkungan kerja di offshore diibaratkan sebagai pekerjaan
yang berbahaya dan terisolasi dari kehidupan sosial, lingkungannya terisolasi dan
terpengaruh oleh banyak suara bising dan aktivitas alat berat. Ditambah lagi
ketidakpastian operation yang menyebabkan bahaya pekerjaan sangat bervariasi
dalam industri pengeboran minyak lepas pantai.

2.2

Stress Contol Pencegahan atau Pengobatan?


Sekarang ini banyak organisasi publik yang membahas mengenai manajemen

stres akibat pekerjaan sebagai langkah untuk menghadapi masalah stress dalam dunia
kerja terutama pekerjaan pengeboran lepas pantai. Secara umum program ini
mengajarkan kepada setiap pekerja untuk mengatasi stres yaitu dengan cara mencari
penyebab apa yang bias mengakibatkan stres. Kita menyebut langkah tersebut adalah
langkah reaktif daripada proaktif, karena kita berusaha untuk menyembuhkan gejala
stres bukan untuk mencegah masalah stres yang timbul. Ini berarti bahwa beban atau
tanggung jawab untuk perubahan ditempatkan pada karyawan. Meskipun metode
pengelolaan stres ini memiliki daya tarik tertentu dan dapat efektif, metode ini juga
memaparkan bahwa kontrol stres hanya dapat benar-benar sukses jika ditangani pada
tingkat individu dan organisasi (dengan melakukan edukasi individu untuk mengatasi
stres akibat bekerja di lepas pantai , mengidentifikasi dan menghilangkan atau
meminimalkan stres).
2.3

Menggunakan Audit Stres dalam Lingkungan Offshore


Banyak organisasi mulai mengatasi masalah stres dengan melakukan audit

stres. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang perilaku manusia


dalam lingkungan kerja tertentu.Karena ada kemungkinan bahwa berbagai kelompok

pekerja lepas pantai akan mengalami masalah yang berbeda, penting bahwa audit stres
mengidentifikasi masalah yang spesifik dan risiko tinggi. Audit stres adalah cara yang
sangat efektif untuk membantu untuk memahami mengapa beberapa individu
tampaknya bisa mengatasi dan berkembang dalam suatu lingkungan, sementara yang
lain tidak berhasil bertahan.
Beberapa hasil audit stres di kalangan karyawan yang bekerja di sektor Inggris
di Laut Utara menunjukkan bagaimana informasi ini dapat digunakan untuk
mencegah stres dalam lingkungan lepas pantai dan untuk meminimalkan dampak dari
stres yang tidak dapat dihilangkan. Karyawan yang bekerja di 97 lepas pantai
pengeboran dan produksi instalasi mengambil bagian dalam audit, dan termasuk 146
staf yang bekerja selama 14 perusahaan minyak utama, dan 164 Status kontraktor
personil yang dipekerjakan oleh 18 kontraktor (yaitu orang-orang yang menyediakan
jasa untuk operator perusahaan berdasarkan kontrak). Kuesioner dirancang atas dasar
informasi diperoleh dari wawancara dengan personil. Pekerja lepas pantai ditanya
tentang aspek mereka kerja, keterlibatan kecelakaan, perilaku gaya hidup (merokok,
konsumsi alkohol, olahraga). Ukuran kepuasan kerja, kesehatan psikologis dan
dukungan sosial juga diperoleh.
Dari informasi yang diberikan, berikut dicatat:
-

tenaga kerja berpengalaman dan teknis berkualitas


92 persen dari responden Inggris;
hampir 45 persen dari responden bekerja yang "14 hari on, 14 hari off, dengan

campuran siang dan malam kerja, biasanya dalam 12 jam shift;


usia berkisar 21-60 tahun;
hanya 10 persen responden yang kurang dari 25 tahun; 3 persen yang berusia
lebih dari 50 tahun;

Sumber utama dari stres yang ditimbulkan dalam industri minyak dan gas dapat
diidentifikasi, teknik yang dikenal dengan analysis factor digunakan untuk
mengenali pola umum yang disebut stress factor, dan hal yang dapat menyebabkan
stress akibat faktor-faktor tersebut dijelaskan dibawah ini:
1.

Prospek Karir dan Reward


a. Prospek suram masa depan pekerjaannya
b. Kurangnya keamanan kerja
c. Tingkat bayaran rendah

d. Perbedaan Gaji
e. Kurangnya kesempatan pelatihan
f. Kurangnya kesempatan promosi
g. Kurangnya liburan
h. Tidak ada rasa memiliki
i. Bisnis telah berubah
j. Tidak mungkin untuk melakukan perubahan mengenai pekerjaan
k. Kursus pelatihan keselamatan tidak diperbarui secara teratur
l. Tidak ada pengakuan untuk melakukan pekerjaan yang baik
2. Keselamatan dan rasa tidak aman di tempat kerja
a. Merasa tidak aman ketika seseorang mengalami kecelakaan
b. Merusak peralatan karena kesalahan orang lain atau kesalahan saya
c. Kadang-kadang saya merasa saya tidak punya waktu untuk melakukan
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

pekerjaan dengan benar


Periode panjang untuk konsentrasi
Tidak mendapatkan kerjasama di tempat kerja
Hubungan kerja yang buruk pada instalasi
Beban kerja yang tak terduga/ tidak konsisten
Instruksi yang tidak memadai untuk melakukan pekerjaan
Mengalami near-miss accident
Keharusan untuk mendisiplinkan orang
Saya merasa bahwa keselamatan saya sendiri dan orang lain beresiko jika saya

melakukan kesalahan
3. Home / Work Interface
a. Meninggalkan seorang istri / pasangan untuk mengatasi dan membuat
keputusan
b. Mengetahui istri saya / pasangan tidak bahagia karena saya bekerja di lepas
pantai
c. Risiko pernikahan / hubungan gagal karena bekerja di lepas pantai
d. Gangguan terhadap kehidupan sosial
e. Perubahan konstan dari satu lingkungan yang lain
f. Kesulitan bertemu dengan anak karena saya bekerja di lepas pantai
g. Tidak dapat terlibat dengan masyarakat di rumah (klub dan organisasi)
4. Understimulation - Permintaan yang rendah
a. Pekerjaan ini bukan tantangan
b. Kurangnya variasi pekerjaan
c. Kurangnya kepuasan kerja
d. Kebosanan, tidak cukup untuk melakukansesuatu
e. Tingkat kebosanan bekerja di salah satu instalasi untuk waktu yang lama
f. Penurunan hubungan setelah periode intensif waktu bersama
g. Tidak bias menggunakan seluruh ketrampilan yang dimiliki
5. Kondisi Fisik - Kerja dan Hidup
a. Kondisi kerja tidak menyenangkan karena getaran, kebisingan dan dingin
b. Gangguan saat tinggal di akomodasi karena getaran, kebisingan dari mesin,
suara dari orang lain, dan suhu (panas dan dingin).
6. Ketidakpastian Pola Kerja
a. Perubahan mendadak pengaturan crew change
b. Pemberitahuan mendadak untuk naik rig

c. Menginap di Bandara untuk flight pagi


d. Perjalanan dari rumah untuk check-in di Bandara
e. Keterlambatan kru karena kondisi cuaca
7. Kondisi Hidup
a. Fasilitas rekreasi yang tidak memadai untuk menempati waktu luang
b. Berbagi tempat dan akomodasi dengan orang lain
c. Fasilitas yang tidak memadai untuk latihan fisik
d. Kurangnya privasi
8. Iklim Fisik dan Pekerjaan
a. Merasa tidak aman dalam cuaca buruk
b. Tidak mengetahui seberapa aman di rig
c. Bekerja di lingkungan yang berbahaya
9. Struktur Organisasi dan Iklim
a. Kurangnya serikat lepas pantai
b. Ketidakpuasan dengan manajemen
c. Manajemen di tempat yang tidak kompeten dan tidak efektif
d. Mengurangi tingkat manning
e. Kurangnya pengetahuan tentang hak / legislasi ketika di lepas pantai
f. Kebijakan cuti yang tidak memadai
g. Menggunakan kontrak versus kerja langsung
10. Fisik kesejahteraan
a. Diet Sehat lepas pantai
b. Tidak ada ruang "tenang" untuk bersantai di saat off
c. Penurunan standar katering
d. Kekhawatiran tentang penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
gangguan
e. Kurangnya non-smoking area
11. Kelebihan Pekerjaan
a. Pemotongan bayaran karena resesi
b. Bekerja periode waktu yang berlebihan di lepas pantai dengan hanya istirahat
sejenak antara perjalanan
c. Tanggung jawab ekstra ketika personil tidak muncul untuk pergantian shift
12. Transportasi
a. Keamanan perjalanan helikopter
b. Peningkatan jumlah kegagalan mekanik pada helikopter yang terbang menuju
rig
Analisis tambahan dari kuisioner diatas adalah berdasarkan beberapa macam kelompok
pekerjaan yang berbeda misalnya:

Pekerja dari Operator dan Kontraktor


Personel yang bekerja di mobile drilling rig dan fixed rig
Personel yang bekerja di camp kecil dan camp besar
Perbedaan lokasi rig
Personel yang terlibat dalam kecelakaan kerja dan yang belum mengalami kecelakaan

Hal ini tidak mengejutkan, berbagai macam kondisi memberikan efek yang berbeda
beda dan semuanya memberikan pengaruh pada stress yang ditimbulkan di lingkungan rig
offshore. Ini mempertegas bahwa asumsi di pendahuluan dalam strategi pencegahan stres
adalah bukanlah strategi yang efektif dalam menghadapi stres akibat pekerjaan di rig.
Sebagai kesimpulan, stress audit sebaiknya:

Menganalisis sumber utama stres


Menganalisis sumber mana yang menyebabkan stress paling banyak dan berdampak

negatif
Mengidentifikasi jika ada personel/grup pekerja di rig yang memiliki masalah stress,
contohnya untuk mengungkapkan stressor (sumber atau penyebab stress) dan
mengidentifikasi gejala stress.

2. 4

Mencegah Stress di Lingkungan Offshore


Berdasarkan paparan mengenai faktor stres diatas didapatkan bahwa personel
yang bekerja pada rig offshore mengalami penyebab stres yang sama dengan personel
yang bekerja di onshore. Maka oleh sebab itu banyak rekomendasi pencegahan stres
untuk personel onshore yang diaplikasikan untuk personel offshore. Bagaimanapun
juga, untuk mengenali indikasi dalam pencegahan stres offshore, faktor dari stress itu
sendiri dikategorikan dalam penyebab stres utama. Di berbagai jenis pekerjaan,
banyak faktor stres yang sama cenderung muncul, dan hal ini menunjukkan mungkin
berguna menggunakan kategori dalam perencanaan program manajemen stres.
Gambar 1 menggambarkan proses ini .

Berikut adalah penjelasan pencegahan stres dalam kaitannya dengan penyebab stres utama
menurut Cooper dan Marshall.
2.4.1 Stres akibat Pekerjaan
2.4.1.1 Understimulation
Berikut ini adalah hubungan antara beban kerja yang berlebihan dengan work
performance.

Offshore workers tended to report more stress from qualitative underload rather than
quantitative underload. This meant that personnel felt bored because they were not being used
to their full potential and because the job was not a challenge, rather than having too little
work to do while offshore

Orang yang bekerja di offshore cenderung dilaporkan lebih banyak mengalami stress dari
beban kualitatif dibandingkan beban secara kuantitatif. Ini artinya personel akan merasa
bosan karena mereka tidak bisa menggunakan potensinya secara maksimal dan karena job
desk nya dianggap kurang menantang daripada bekerja dengan porsi yang sedikit ketika
bekerja di offshore

Hackman-Oldham13 have explained how the core nature of a job influences one's attitudes
and behaviour and how it affects both personal and work outcomes, such as motivation, job
performance, job satisfaction and labour turnover. Their ideas are illustrated in Figure 3. It is
suggested that any job can be described according to five core dimensions, and these
influence certain critical psychological states.

Hackman-oldham menjelaskan bagaimana inti dari pengaruh pekerjaan terhadap kebiasaan


dan perilaku dan bagaimana keduanya berpengaruh terhadap output pekerjaan, misalnya
motivasi, job performance, kepuasan pekerjaan dan turnover pekerja. Ide nya dijelaskan
dalam gambar 3, ini menunjukan bahwa setiap pekerjaan dapat dijelaskan berdasarkan 5 inti
dan tiap poin memberikan pengaruh psikologis.

2.4.1.2 Work overload


Menurut Akerstedt (1990), kerja shift adalah pengaturan waktu kerja yang
mempekerjakan dua atau lebih tim pekerja dengan tujuan untuk memperpanjang
waktu operasional kerja melebihi jam kerja kantoran. Menurut awal dan akhir jam
kerja shift, lama satu shift dan keteraturannya, sistem shift dibagi menjadi:
a. Sistem 3 shift biasa
Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24 jam yaitu
dinas pagi pukul 06.00-14.00, dinas sore pukul 14.00-22.00 dan dinas malam pukul
22.00-06.00. Dinas pagi memungkinkan keluarga dapat makan bersama pada malam
harinya, bisa mengerjakan hobi pada sore atau malamnya. Dinas sore sangat tidak

baik untuk kehidupan sosial, namun untuk tidur sangat menguntungkan. Dinas malam
sangat buruk ditinjau dari berbagai segi: kegiatan hobi terganggu dan tidur pun
terganggu akibat berbagai sebab misalnya bising disiang hari, tidur terputus karena
harus makan siang, tidur terus sampai sore dan akhirnya mereka mengalami kelelahan
karena tidur yang tidak pulas.
b. Sistem Amerika
Sistem ini dinas pagi mulai pukul 08.00-16.00, dinas sore pukul 16.00-24.00 dan
dinas malam pukul 24.00-08.00. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologis dan
social. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap
shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari.
c. Sistem 12-12
Sistem ini sering dipakai dalam kegiatan migas lepas pantai (off shore). Selama 12
jam dinas pagi (07.00-19.00) dan selama 12 jam dinas malam (19.00-07.00). Satu
minggu kerja siang dan satu minggu kerja malam. Selama 2 minggu mereka pisah
dengan keluarga dan setelah 2 minggu, biasanya setelah dinas malam, mereka pulang
ke rumah dan tinggal bersama keluarga.
Improved management and planning of crew change arrangements can reduce the stress
associated with this form of work overload. Indeed, it is also necessary for us to understand
more about the actual shift and tour arrangements worked offshore (i.e. 12-hour work shifts
for seven, 14 or 21 days). Despite considerable research efforts among onshore workers, it is
difficult to make generalizations regarding the best shift system, but it is clear that the need to
work shifts represents a major source of stress among offshore workers.

Improve dari managemen dalam perencanaan pengaturan pergantian kru dapat mengurangi
stress yang berhubungan dengan beban pekerjaan. Hal ini juga perlu untuk kita mengerti
tentang shift aktual dan pengaturan perjalanan bagi pekerja offshore (contoh nya 12 jam kerja
untuk 7, 14 atau 21 hari kerja). Walaupun riset dilakukan kepada pekerja offshore, hal ini sulit
diaplikasikan berkaitan dengan shift sistem yang terbaik, tetapi jelas bahwa shift kerja dapat
menjadi potensi utama penyebab stress bagi pekerja offshore.

2.4.1.3 Transportation Helicopter travel


Education about the nature of the risk and safety performance might help to overcome any
irrational fears which are held. These tend to be magnified during the inevitable and intensive
media coverage of a helicopter incident offshore which would probably go unreported in
other industries.

Pendidikan tentang kinerja risiko dan keselamatan dapat membantu mengatasi ketakutan
irasional yang terjadi. Ini cenderung diperbesar selama liputan media tidak ditemukan dan
tentang insiden helikopter yang terjadi di lepas pantai yang mungkin akan tidak dilaporkan di
industri lain.

2.4.1.3 Kebutuhan Fisik pada Lingkungan Kerja dan Lingkungan Hidup


the living environment must provide suitable conditions in which the employee can
relax and recuperate from the demands of the job, and which includes:
the ability to get adequate sleep; that is, undisturbed sleep of a quality and quantity
necessary to restore physical and mental equilibrium;
a balanced and adequate diet;
the opportunity to live in pleasant and comfortable surroundings that are conducive to rest
and relaxation;
a living environment which is perceived as comfortable, hygienic and satisfying; and
feeling safe and secure

Kondisi lingkungan harus bisa menciptakan kondisi yang sesuai dimana pekerja dapat santai
dan menerima kebutuhan pekerjaan yang meliputi:

Kemampuan untuk mendapatkan cukup waktu tidur.


Kondisi tidur yang tenang dan mendapatkan kualitas tidur yang cukup untuk
mengembalikan keseimbangan fisik dan mental.

Keseimbangan dan cukup diet


Kesempatan untuk hidup tenang dan nyaman yang mendukung untuk beristirahat dan
relaksasi

2.4.2

Kondisi lingkungan yang nyaman, higienis, memuaskan serta merasa aman

Role Stress

2.4.2.1 Safety and security offshore


Prevention strategies to reduce stress associated with safety and security offshore
(a) Understanding the perceptions of safety and risk and improving knowledge
(b) Training and rehearsal
(c) Knowledge about material and organizational support
Strategi pencegahan stress dalam hubungannya dengan keselamatan dan keamanan offshore

Mengerti persepsi dari keselamatan dan bahaya

Pelatihan

Pengetahuan tentang materi dan dukungan organisasi

2.4.2.3 Pola Pekerjaan yang Tidak dapat Diprediksi


to improve this situation should be made by the planners in order to minimize this source of
pressure as much as possible

Untuk mengembangkan situasi perlu dibuat perencanaan dalam tujuannya untuk


meminimalisasi sumber dari tekanan sebisa mungkin.

2.4.3

Career Development Stress


Providing realistic and honest job descriptions which state, for example, that as a

contractor you may be employed to work in a team opposite an operator-status employee,


doing the same job, but for a lower rate of pay, is most important. If the terms and conditions
are discussed openly at the time of selection and recruitment, the individual can make an
informed choice and this will help in avoiding career development stress. It is also possible to
reduce the stress associated with uncertainty and ambiguities about the future and career
potential through the mechanism of the appraisal interview, which is usually conducted on a
one-to-one basis with an immediate boss or supervisor.

Menyediakan scope pekerjaan secara realistis dan jelas dimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan, contohnya sebagai kontraktor anda akan bekerja dalam satu tim yang sama dan
berstatus pekerja operator. Melakukan pekerjaan yang sama, tetapi mendapatkan bayaran
lebih sedikit dari karyawan permanen, dan yang paling penting jika ketentuan dan hak-hak
pekerja didiskusikan secara terbuka pada proses rekruitmen, individu personel dapat
mengetahui statusnya dan hal ini dapat membantu untuk menghindari stress akibat
perkembangan karir. Hal ini juga memungkinkan untuk mengurangi stress yang berkaitan
dengan ketidakpastian tentang masa depan dan potensi karir melalui mekanisme interview
dimana biasanya dilakukan dalam secara empat mata dengan supervisor.

2.4.4

Stres yang Berasal dari Struktur Organisasi dan Iklim Kerja

Preventing stress from organizational structure and climate


(a) Increase the level of participation in decision making
(b) appoint and train a liaison person to represent the contractor
personnel on each installation

Mencegah stress dari struktur organisasi

2.4.5

meningkatkan level partisipasi dalam pengambilan keputusan

Pelatihan untuk menjadi representatif dari kontraktor setiap instalasi

Stress of the home/work interface

Prevention of stress associated with the home/work interface


(a) Training supervisors and managers in basic counselling skills and encouraging the
employee to discuss concerns about home and family life that are causing strain and
pressure
(b) Developing and encouraging a more supportive climate in the offshore environment
(c) Improving opportunities for communication between work and home
(d) Providing more uninterrupted time for participation in family and local community
life

Pencegahan stress yang berkaitan dengan rumah/kantor

Supervisor Pelatihan dan manajer dalam keterampilan konseling dasar dan


mendorong karyawan untuk membahas kekhawatiran tentang rumah dan kehidupan

keluarga yang menyebabkan ketegangan dan tekanan


Mengembangkan dan mendorong iklim yang lebih mendukung di lingkungan lepas

pantai
Meningkatkan peluang untuk komunikasi antara pekerjaan dan rumah
Menyediakan waktu lebih yang tidak terganggu untuk berpartisipasi dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat lokal

III.

KESIMPULAN
Keuntungan dari melakukan audit stres adalah meningkatkan
pemahaman teantang resiko individu, maka program pengembangan individu
dapan diimplementasikan. Pada lingkungan pekerjaan E&P migas, hasil dari
audit stres menunjukkan sumber stres adalah spesifik tergantung dari
kelompok personel. Ini berarti program pengendalian stres akan lebih efektif
jika ditargetkan langsung kepada masalah spesifik dan bertujuan untuk
mengeliminasi sumber stres.

Perusahaan yang mengerti bahwa kesalahan

pengelolaan stres akan mengakibatkan kerugian besar pada perusahaan


memerlukan manajemen stres yang terintegrasi agar manajemen stres lebih
efektif.

Anda mungkin juga menyukai