Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS STRUCTURE

KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG

Seorang Remaja Laki-Laki Usia 16 Tahun


Dengan Hordeolum Internum

Disusun Oleh :
Iin Atika Situngkir
22010120220130

Dosen Pembimbing Lapangan :


dr. Aras Utami, MPH, AAK
LATAR BELAKANG
Kelopak mata atau Hordeolum  inflamasi akut kelenjar sebasea pada kelopak mata dan
palpebra merupakan biasanya disebabkan oleh karena infeksi.
bagian mata yang penting. Hordeolum internum  infeksi pada kelenjar Meibom
Salah satu masalah pada Hordeolum eksternum  infeksi pada kelenjar Zeis
kelopak mata yang sering Penyebab tersering yang ditemukan adalah Staphylococcus aureus
ditemui adalah hordeolum Nyeri, kemerahan dan kelopak mata yang bengkak merupakan gejala
pada pasien hordeolum yang sering dikeluhkan

• Data mengenai insidensi hordeolum baik di dunia maupun di Indonesia


tidak tersedia karena banyak kasus hordeolum yang tidak dilaporkan.
• Hordeolum cenderung terjadi pada orang yang lebih muda, namun dapat
terjadi pada segala usia, jenis kelamin, ataupun berbagai ras.
• Onset hordeolum yang spontan dapat dikaitkan dengan higiene pada
kelopak mata, kondisi medis lain yang mendasari ataupun infeksi
sistemik
• Oleh karena itu, pengetahuan mengenai hordeolum sangat diperlukan
untuk melakukan penanganan yang tepat secara dini.
Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memahami dan melaksanakan
diagnosis holistik serta penanganan komprehensif pada pasien hordeolum internum
berdasarkan pendekatan keluarga

Manfaat

Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga termasuk
diagnosis holistik dan penanganan komprehensif secara langsung kepada pasien
hordeolum internum
TINJAUAN
PUSTAKA
Hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
Hordeolum infeksi kelenjar zeiss atau moll, sedangkan bila kelenjar Meibom
yang terkena, timbul pembengkakan besar disebut hordeolum interna

Staphylococcus (90 – 95% kasus) yang menginfeksi folikel


rambut pada bulu mata. Selain itu stress, nutrisi yang buruk,
penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut
disekitar mata dan kumis atau tempat lain.

Data mengenai insidensi hordeolum di dunia maupun di Indonesia tidak


tersedia karena banyak kasus hordeolum yang tidak dilaporkan.
Cenderung terjadi pada orang yang lebih muda. Onset hordeolum yang
spontan dapat dikaitkan dengan higiene pada kelopak mata.
GEJALA
 Kelopak mata bengkak
 Sakit
 Mengganjal
 Merah
 Nyeri bila ditekan
 Hordeolum internum  benjolan mengarah ke konjungtiva tarsal
 Hordeolum eksternum  benjolan mengarah ke kulit luar palpebra
TATALAKSANA
- Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase
- Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi
- Antibiotika topikal diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan  salep kloramfenikol 1% 4x1
- Pembedahan dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak berespon dengan baik
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar (horizontal) dengan margo palpebra
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus (vertikal) pada
margo palpebra
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. AK
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 16 tahun
• Alamat : Sekaran 004/003
• Pekerjaan : Pelajar
• Agama : Islam
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien dan ibu pasien pada hari Sabtu, 24 September pukul 10.30 2022 di
Poli Umum Puskesmas Sekaran.
Keluhan Utama : benjolan pada kelopak mata kiri atas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Kurang lebih sejak 3 minggu yang lalu pasien mengeluh terdapat benjolan pada kelopak mata kiri atas.
Semakin lama benjolannya semakin membesar dan berwarna merah. Benjolan terasa nyeri (+), saat ditekan
dan berkedip bertambah nyeri, Pasien juga mengeluh terkadang matanya terasa gatal, kemeng, serta
seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata kanannya. Saat gatal pasien mengucek matanya tanpa
cuci tangan. Pandangan kabur (-), silau (-), mata berair (-), mata merah (-), kotoran mata(-), mata lengket
saat bangun tidur (-). Pasien juga mengatakan jarang menutup kaca helm saat berkendara motor.
Kemudian pasien datang ke Puskesmas untuk memeriksakan diri
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat menggunakan kacamata Riwayat Sosial Ekonomi:
disangkal Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta di
• Riwayat operasi mata sebelumnya pabrik. Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah
disangkal tangga. Penghasilan total lebih kurang Rp
• Riwayat alergi disangkal 3.500.000,00. Pasien tinggal bersama ayah, ibu,
dan kakak laki-laki pasien. Pembiayaan
• Riwayat penggunaan obat-obatan kesehatan dengan JKN PBI.
disangkal Kesan sosial ekonomi cukup.
• Riwayat trauma pada daerah mata
disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat kencing manis disangkal
• Riwayat penyakit jantung disangkal
• Riwayat asma/sesak napas
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 September 2022 pukul 10.34 di Poli Umum Puskesmas
Sekaran
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 105/75 mmHg
- Nadi : 86x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 20x/menit, regular, kedalaman napas cukup
- Suhu : 36,5oC
TB : 175cm
BB : 70kg
BMI : 22,9 kg/m2 (normoweight)
Kepala
Mesosefal

Mata Mulut
Status Lokalis pucat (-), sianosis (-), mukosa kering (-),
lidah kotor (-)
Tenggorok
T1-1, hiperemis (-/-), kripte melebar (-/-),
Telinga
eksudat (-/-), faring hiperemis (-)
Discharge (-)

Hidung Leher

discharge (-), nafas cuping hidung (-) Simetris, trakea ditengah, pembesaran
kelenjar getah bening (-)
Thorax
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V, 2 cm medial
linea midclavicularis sinistra, kuat angkat (-), thrill (-)
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar dan simetris, venektasi (-),
bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tak teraba, lien
tidak teraba (-)

Ekstremitas

Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill <2”/<2” <2”/<2”
Time
STATUS LOKALIS
Status Oftalmologi
STATUS OFTALMOLOGI

Terdapat massa pada bagian dalam palpebra superior, menonjol ke arah dalam,
hiperemis, bentuk bulat, batas tegas, nyeri tekan (+), tidak mudah berdarah, ukuran
4x4 mm
Oculus Dextra Pemeriksaan Oculus Sinistra
6/6 VISUS 6/6
Tidak dilakukan VISUS KOREKSI Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke segala PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke segala
arah arah
Tidak ada kelainan SUPERSILIA Tidak ada kelainan
STATUS OFTALMOLOGI
Oculus Dextra Pemeriksaan Oculus Sinistra
Ptosis (-), edem (-), hiperemis(-) entropion PALPEBRA SUPERIOR Edema (+), Terdapat massa pada bagian
(-), ekstropion (-), trikiasis (-) dalam palpebra superior, menonjol ke
arah dalam, hiperemis, bentuk bulat,
batas tegas, nyeri tekan (+), tidak mudah
berdarah, ukuran 4x4 mm
Edema (-), Spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
entropion (-), ekstropion (-), trikiasis (-) entropion (-), ekstropion (-), trikiasis (-)
Hiperemis (-), Edema (-), KONJUNGTIVA PALPEBRA Hiperemis (-), Edema (-),
Sekret (-) Sekret (-)
Hiperemis (-), edema (-), KONJUNGTIVA FORNIKS Hiperemis(-), Edema (-), Sekret (-)
Sekret (-)
Injeksi konj (-), injeksi silier(-) Sekret (-) KONJUNGTIVA BULBI Injeksi konj (-), injeksi silier(-) Sekret
(-)
STATUS OFTALMOLOGI
Oculus Dextra Pemeriksaan Oculus Sinistra

Tidak ada kelainan SKLERA Tidak ada kelainan

Jernih, edem (-), Hiperemis (-) KORNEA Jernih, edem (-), Hiperemis (-)

Kedalaman cukup KAMERA OKULI ANTERIOR Kedalaman cukup,

Kripte (+) atrofi (-) IRIS Kripte (+) atrofi (-)

Bulat, central, regular, PUPIL Bulat, central, regular,


diameter: 3 mm, RP (+) N diameter: 3 mm, RP (+) N
Jernih LENSA Jernih
DIAGNOSIS

Diagnosis Banding
OS : Hordeolum internum palpebral superior
Hordeolum eksternum palpebral superior
Calazion

Diagnosis Kerja
OS Hordeolum internum palpebral superior
RENCANA
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
Salep mata kloramfenikol 1% 4x1 OS
Paracetamol 3x500 mg prn
Kompres hangat 4x/hari

Nonmedikamentosa:
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pada mata sebelah kiri atas terdapat hordeolum internum atau
biasa disebut bintitan
- Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk mengatasi keluhan penderita harus rutin menggunakan salep
mata tiap 6 jam
- Menjelaskan kepada pasien untuk kompres hangat 10-15 menit 4 kali per hari pada mata kiri
- Menjelaskan kepada pasien untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh area mata
untuk mencegah kekambuhan dari penyakitnya tersebut
- Menjelaskan kepada pasien untuk tidak memecah benjolan sendiri, biarkan benjolan untuk pecah atau
mengecil sendiri, kecuali bila dilakukan oleh dokter. Serta meminta pasien untuk tidak mengucek
mata apabila terasa gatal
- Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol kembali 1 minggu, jika keluhan tidak mereda
dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan insisi hordeolum
RESEP
PUSKESMAS SEKARAN
dr. Iin Atika Situngkir
SIP 22010120220130
Semarang
------------------------------------------------------------------------
-
Semarang, 24 September 2022

R/ Kloramfenikol 1% eye ointment tube No. I


S 4 dd zalf I OS
----------------------------------------------------------------
-------v
R/ Paracetamol 500 mg tab No. X
S 3 dd tab 1
----------------------------------------------------------------
-------v

Pro :
Nama : An. AK
PENILAIAN
KELUARGA
PROFIL ANGGOTA
KELUARGA

No Nama Kedudukan dalam JK Umur Pendidikan Pekerjaan Status


keluarga (tahun)
1. Tn. K Kepala keluarga L 45 Tamat SMA Karyawan Sehat
pabrik
2. Ny. L Istri P 40 Tamat SMA Ibu Rumah Sehat
Tangga
3. An. A Anak L 22 Mahasiswa Pelajar Sehat
4. An. AK Anak L 16 SMA Pelajar Sakit
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN

- Pengetahuan Mengenai NAPZA

Pasien mengetahui apa itu NAPZA serta efeknya untuk kesehatan dan kehidupan remaja secara
menyeluruh. Pasien mengatakan sudah pernah mengikuti kegiatan edukasi NAPZA yang diadakan di
sekolah. Pasien mengerti bahwa larangan menggunakan NAPZA baik adanya.
- Pengetahuan Mengenai Seks Bebas

Pasien mengetahui dan memahami terkait kesehatan reproduksi dan seks bebas itu sendiri. Ibu pasien juga
secara aktif memberi penjelasan mengenai Pendidikan seks pada remaja.
HEEADSSS

Home Pasien tinggal di Sekaran 004/003, bersama orangtua dan kakak pasien. Menurut
pasien ayah adalah seorang pekerja keras. Pasien memiliki hubungan yang cukup
dekat dengan ayah dan ibunya. Ibu pasien adalah seorang yang baik dan penyayang
serta selalu ada dirumah dan membantu setiap kebutuhan pasien. Pasien biasanya
menceritakan kegiatan dan pemikirannya dengan ibu dan ayah pasien. Pasien dekat
dengan kakaknya dan sering bermain bersama.
Education / Environment Pasien saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA. Nilai-nilai sekolah pasien cukup
baik. Tidak ada masalah khusus di sekolah. Harapan pasien dapat melanjutkan
kuliah di jurusan teknik kimia setelah tamat SMA.
Eating / Exercise Pasien makan 3x sehari dengan komposisi yang teratur. Pasien terkadang
mengalami stress jika sedang masa ujian sekolah. Pasien sering berolahraga seperti
lari dan renang.
HEEADSSS

Activities & Peer Waktu luang digunakan untuk belajar dan bermain. Pasien juga sering pergi
Relationship bermain dengan teman – temannya.
Drug use/ cigarettes, Pasien dan anggota keluarga tidak ada yang mengkonsumsi rokok, alcohol maupun
alcohol narkoba.
Sexuality Pasien pernah berpacaran, tidak pernah melakukan hubungan seksual. Pasien
mengaku sudah pernah mendapat pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.
Suicide/ self-harm/ Pasien tidak pernah merasa putus asa, dan berfikiran untuk bunuh diri. Pasien
depression/ mood merupakan orang yang mudah bergaul. Pasien memiliki waktu istirahat yang cukup
setiap harinya.
Safety/Spiritually Pasien tidak pernah cidera yang serius.
Pasien memeluk agama islam, sholat 5 waktu dan mengikuti kegiatan keagamaan
di sekolah
GENOGRAM

Pemberi Informasi : Ny. L


Tanggal : 24 September 2022
Bentuk keluarga : Nuclear Family
FAMILY MAP

Keterangan

Tn. K : Ayah pasien


Ny. L : Ibu pasien
An. A : Kakak pasien
An. AK : Pasien
Kesimpulan: hubungan antara pasien dan anggota keluarga
pasien dalam keadaan yang fungsional
FAMILY LIFE LINE

Tahun Usia Life Event Severity of Illness


2006 0 th Lahir
2010 4 th Masuk TK
2012 6 th Masuk SD
2018 12 th Masuk SMP
2021 15 th Masuk SMA
2022 16 th Hordeolum
FAMILY CYCLE
• Menurut Duvall (1977) ada 8 tahapan keluarga, yaitu:
• Tahapan 1 : Keluarga yang baru menikah
• Tahapan 2 : Keluarga yang baru punya anak bayi
• Tahapan 3 : Keluarga yang anaknya masih usia balita
• Tahapan 4 : Keluarga yang punya anak usia Sekolah Dasar
• Tahapan 5 : Keluarga yang anaknya usia remaja
• Tahapan 6 : Keluarga yang anaknya dewasa
• Tahapan 7 : Keluarga yang anaknya sudah mandiri dan
meninggalkan rumah
• Tahapan 8 : Keluarga usia tua
APGAR FAMILY SCORE
Hampir selalu Kadang- Hampir tidak
No Pertanyaan (2) kadang (1) pernah (0)
1 Addaptation: Saya puas dengan keluarga saya karena √
masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan
kewajiban sesuai dengan seharusnya

2 Partnership: Saya puas dengan keluarga saya karena √


dapat membantu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang saya hadapi
3 Growth: Saya puas dengan kebebasan yang diberikan √
keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan
yang saya miliki
4 Affection: Saya puas dengan kehangatan/kasih sayang √
yang diberikan keluarga saya

5 Resolve: Saya puas dengan waktu yang disediakan √


keluarga untuk menjalin kerjasama

Didapatkan skor APGAR yaitu 10 poin. Dengan demikian


persepsi dan kepuasan anggota keluarga terhadap keluarga
ini baik, keluarga dalam keadaan fungsional.
SCREEM
Sumber Patologi
Pasien dapat berinteraksi baik dengan keluarga, teman, maupun lingkungan sekitarnya.
Sosial Pasien bisa melakukan aktivitasnya sendiri secara mandiri sebagai seorang ibu rumah Tidak ada
tangga dan aktif mengikuti kegiatan dengan warga sekitar rumah.
Kebudayaan Pasien dan anggota keluarganya merupakan suku Jawa. Tidak ada

Pasien dan anggota keluarganya beragama Islam. Pasien taat menjalankan ibadah sholat
Keagamaan Tidak ada
lima waktu dan ibadah puasa wajib di bulan puasa.
Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta di pabrik. Ibu pasien bekerja sebagai ibu
Ekonomi rumah tangga. Penghasilan total lebih kurang Rp 3.500.000,00. Pasien tinggal bersama Tidak ada
ayah, ibu, dan kakak laki-laki pasien.
Pasien berpendidikan SMA. Pendidikan pasien dan anggota keluarganya cukup untuk
Pendidikan Tidak ada
memahami dan memecahkan permasalahan yang muncul di dalam keluarga.

Pasien dapat dengan mudah menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga apabila
Kesehatan Tidak ada
terdapat anggota keluarga yang sakit, dapat langsung dibawa ke puskesmas/klinik
FUNGSI KELUARGA
Fungsi Biologis
Pasien laki-laki berusia 16 tahun dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kiri atas. Tidak ada
anggota keluarga yang sakit. Tidak ada anggota keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir.
Perencanaan kesehatan dilakukan secara bersama antara ayah dan ibu.
Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan satu orang kakak laki-laki. Pasien tidak cemburu dengan kakak
pasien. Pasien adalah anak yang mandiri, disiplin dan bertanggung jawab. Hubungan dengan teman-
teman baik. Saat ini pasien sudah bisa berpendapat, berargumen dengan orang tua, memiliki jadwal
tetap untuk belajar dan bermain. Pengambilan keputusan dalam masalah di keluarga dipegang oleh
ayah dan ibu pasien. Waktu luang pasien diisi dengan membantu orang tua di rumah, bermain HP
dan bermain dengan teman sebaya. Hubungan pasien dengan keluarga baik. Setiap hari keluarga inti
menyediakan waktu untuk berkumpul bersama.
Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di Sekaran. Komunikasi keluarga dengan tetangga baik. Pasien bersosialisasi dengan
tetangga. Tidak ada kepercayaan atau mitos dalam keluarga.
FUNGSI KELUARGA
Fungsi Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta di pabrik dengan penghasilan tetap, kurang lebih Rp
3.500.000 per bulan. Ibu pasien tidak bekerja. Dalam membayar tagihan rumah tangga menggunakan
uang yang dikelola oleh ibu dan ayah yaitu untuk kebutuhan rumah tangga, makan, serta iuran BPJS,
sisanya untuk pendidikan dan tabungan. Anggota keluarga sudah memiliki kartu JKN.
Fungsi Pendidikan
Pasien saat ini adalah seorang siswa SMA. Ayah dan ibu pasien bersekolah sampai tamat SMA.
Kakak pasien seorang mahasiswa. Keluarga melakukan perencanaan dan menyediakan dana khusus
untuk sekolah anak-anak
Fungsi Religius
Pasien sejak kecil menganut agama Islam, seluruh anggota keluarga beragama Islam, menjalankan
ibadah di rumah maupun masjid
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Faktor Perilaku
- Apabila pasien menderita suatu penyakit, pasien awalnya mengobati sendiri dengan membeli obat di warung atau
apotek terlebih dahulu. Apabila belum sembuh, pasien baru pergi berobat ke Puskesmas Sekaran.
- Pasien sering tidak menutup kaca helm saat berkendara
- Personal hygiene pasien masih kurang, tidak mencuci tangan saat beraktivitas dan tidak mencuci tangan saat
mengucek mata
Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dalam lingkungan yang bersih. Atap rumah memiliki langit-langit, dinding terbuat dari batu bata yang
sudah di cat. Lantai dari keramik. Kebersihan di dalam rumah baik. Pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah
baik. Sumber air minum berasal dari air mineral. Rumah memiliki kamar mandi dan jamban sendiri. Pasien mandi dan
buang air besar menggunakan kamar mandi dan jamban sendiri. Sampah dibuang tempat pembuangan sampah di luar
rumah.
Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Faktor sarana pelayanan kesehatan yang berhasil diidentifikasi adalah Puskesmas Sekaran dapat dijangkau dalam 10
menit dengan kendaraaan.
Faktor Keturunan
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita alergi, kelainan kongenital, jantung, hipertensi, kencing manis, dan
penyakit keturunan lainnya.
PENILAIAN
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN RUMAH
Penghuni 4 orang
Langit-langit Ada
Dinding Tembok sudah diplester dan dicat
Lantai kramik
Ventilasi Ada, luas ventilasi > 10% dari luas lantai
Cukup
Pencahayaan
Untuk masak, mandi dan cuci menggunakan air PAM
Sumber air
Untuk minum menggunakan air galon

Tempat sampah Sampah dikumpulkan di bak sampah kemudian dibuang di tempat penampungan sampah

Ruangan Ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur 3, kamar mandi, dapur, garasi

Jendela kamar tidur Ada


Ada
Jendela ruang keluarga
Ada
Jendela ruang tamu
LINGKUNGAN RUMAH
Jendela rumah setiap hari dibuka, baik jendela ruang keluarga maupun jendela kamar tidur.
Rumah dan halaman rumah dibersihkan setiap hari.
Setiap hari, sampah dibuang di tempat penampung sampah besar di depan rumah.
Sarana sanitasi
• Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini dialirkan ke selokan tertutup
• Pembuangan sampah pada keluarga ini adalah tempat sampah dalam rumah kedap air dan tertutup
• Sarana air bersih didapat dari PAM dan galon
• Jarak antara sarana air bersih dan tempat pembuangan kotoran lebih dari 10 meter
• Jamban keluarga ini adalah WC jongkok
• Tempat penampungan air dikuras 1 kali seminggu, barang-barang bekas biasanya dijual dan beberapa
disimpan

Akses ke sarana kesehatan


• Jarak dari rumah pasien ke Puskesmas Sekaran kurang lebih 10 menit dengan kendaraan bermotor
PERILAKU HIDUP SEHAT
Pertanyaan
Nilai
Indikator Rumah Tn. K Ny. L An. A An. AK
Keluarga
Tangga
Keluarga mengikuti program
N Y N N 1
Keluarga Berencana (KB)
Ibu hamil bersalin di fasilitas
N N N N N
pelayanan kesehatan
Bayi mendapatkan imunisasi dasar
N N N N N
lengkap
Bayi diberi ASI eksklusif selama 6
N N N N N
bulan
Balita mendapatkan pemantauan
N N N N N
pertumbuhan
Penderita TB paru berobat sesuai
N N N N N
dengan standar
PERILAKU HIDUP SEHAT
Pertanyaan Nilai
Indikator Tn. K Ny. L An. A An. AK
Rumah Tangga Keluarga
Penderita hipertensi berobat secara
N N N N N
teratur

Penderita gangguan jiwa mendapatkan


N N N N N
pengobatan dan tidak ditelantarkan

Anggota keluarga tidak ada yang


Y Y Y Y 1
merokok
Keluarga mempunyai akses air bersih Y Y Y Y 1
Keluarga mempunyai akses jamban
Y Y Y Y 1
sehat
Keluarga sudah menjadi anggota
Y Y Y Y 1
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Indeks Keluarga Sehat (IKS) : 5/(12-7) = 1  Keluarga Sehat


DIAGNOSTIK HOLISTIC

Aspek 1 (personal)
- Keluhan : benjolan pada kelopak mata kiri atas
- Kekhawatiran : benjolan di mata kirinya membesar dan semakin nyeri
- Harapan: rasa nyeri yang dialami berkurang dan benjolan di mata kiri atas segera sembuh

Aspek 2 (Klinis)

Pasien seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun dengan Hordeolum Internum


DIAGNOSTIK HOLISTIC
Aspek 3 (Internal)
• Usia : 16 tahun
• Genetik : Tidak ada
• Pekerjaan : Pelajar
• Pendidikan : SMA
• Perilaku olahraga : Rajin berolahraga
• Pola makan : frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di rumah
• Pola kegiatan : Pasien menghabiskan sebagian besar waktu untuk belajar.
Setelah itu pasien menghabiskan waktu luang untuk berolahraga dan bermain bersama teman
• Kebiasaan : pasien belum memiliki kebiasaan untuk mencuci tangan setelah
beraktivitas dan tidak mencuci tangan saat mengucek mata, pasien sering tidak menutup kaca
helm saat berkendara
• Spiritual : pasien beragama Islam dan taat beribadah
DIAGNOSTIK HOLISTIC

Aspek 4 (Eksternal)

• Hubungan dengan keluarga : interaksi pasien dengan keluarga baik

• Kondisi ekonomi keluarga cukup

Aspek 5 (Fungsional)

Pasien masih aktif dan tidak membutuhkan bantuan untuk kegiatan sehari-hari
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Patient Centered Care
Promotif
- Memberikan edukasi mengenai: definisi penyakit hordeolum faktor risiko terjadinya hordeolum pada pasien,
pentingnya pengendalian dan kontrol higenitas pada area wajah, intevensi farmakologis dan non-
farmakologis.
- Edukasi untuk menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh
Preventif
- Mengedukasi pasien untuk tetap kontrol minggu depan untuk melihat respon terapi.
- Mengedukasi pasien teratur menggunakan salep mata yang sudah diberikan
- Edukasi mengenai pasien yang sering berpergian menggunakan sepeda motor agar menggunakan kacamata
atau kaca pada helm untuk selalu digunakan pada saat mengendarai sepeda motor
- Edukasi pasien untuk jaga kebersihan mata dan biasakan mencuci tangan sebelum sentuh mata
- Edukasi tidak menyentuh mata yang sakit
- Edukasi menggunakan sarung tangan/ tissue bersih untuk memegang mata yang sakit
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Patient Centered Care

Kuratif

- Pemberian Cloramphenicol salep mata setiap 6 jam. Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan tangan
sebelum mengaplikasikan salep

- Kompres hangat 10-15 menit 4 kali per hari pada mata kiri

- Minum obat paracetamol untuk mengurangi nyeri

Rehabilitatif

Jika 1 minggu tidak mengecil  evaluasi untuk kembali ke dokter  insisi


PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Family Focused
Promotif :
Mengedukasi keluarga agar mengingatkan pasien untuk menerapkan pola hygiene dan menggunakan kaca helm saat
berkendara
Preventif :
- Mengedukasi pasien dan keluarga tentang penyebab hordeolum, faktor risiko, pengobatan, dan komplikasinya
- Mengedukasi keluarga untuk mengingatkan pasien untuk tetap kontrol minggu depan dan minum obat teratur
- Mengedukasi keluarga jika terdapat tanda komplikasi hordeolum segera dibawa ke fasilitas kesehatan
Kuratif
Memotivasi keluarga pasien untuk mengingatkan pasien mengunakan salep mata, mengompres mata, dan minum
paracetamol apabila nyeri
Rehabilitatif
Mengedukasi ke keluarga jika 1 minggu tidak mengecil  evaluasi untuk kembali ke dokter  insisi
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Community Oriented
Promotif
- Mengedukasi lingkungan sekitar rumah untuk cuci tangan menggunakan sabun setelah beraktivitas dan
sebelum makan dan saat menyentuh daerah rawan infeksi seperti mata
- Mengedukasi lingkungan sekitar rumah jika berkendara menggunakan kaca helm/ kacamata pelindung
saat berpergian naik motor
- Mengedukasi tetangga agar membersihkan lingkungan sekitar rumah secara teratur
- Mengedukasi masyarakat sekitar tentang pola hidup sehat, seperti makan makanan bergizi, olahraga
teratur, dan istirahat cukup.
Preventif
Mengedukasi masyarakat sekitar tentang penyebab hordeolum faktor risiko, pengobatan, dan
komplikasinya.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Community Oriented

Kuratif

Memberikan contoh cara menjaga mata pada masyarakat

Rehabilitatif

Belum diperlukan
TINDAK LANJUT
Risiko dan
Masalah Intervensi Follow Up
Kesehatan
Hordeolum - Memberikan penjelasan mengenai penyakit - Pasien sudah memahami faktor
Internum hordeolum, pencegahan, dan resiko dan pencetus penyakit
penatalaksanaannya yang diderita
- Edukasi mengenai pentingnya menjaga - Pasien memahami mengenai
higenitas daerah wajah terutama bagian mata pentingnya menjaga kebersihan
dikarenakan rawan infeksi dan kesehatan mata serta
- Edukasi menghindari paparan debu dan berkomitmen untuk
kotoran saat melakukan kegiatan diluar melakukannya
ruangan dan juga ketika sedang mengendarai - Pasien memahami dan akan
sepeda motor mengubah pola hidup
- Edukasi pasien untuk jaga kebersihan mata sebelumnya
dan biasakan mencuci tangan sebelum
sentuh mata
KESIMPULAN TINDAK
LANJUT

Tingkat pemahaman : Baik

Faktor pendukung : Pasien dan keluarga dapat memahami dan


berkomitmen melakukan saran yang diberikan.

Faktor penghambat :-

Indikator keberhasilan : Pasien memahami, dapat mengulangi edukasi


yang diberikan, pasien setuju untuk melakukan perubahan perilaku
DOKUMENTASI

DOKTERONCALL: Apa sih Bintitan


(Hordeolum) itu? - YouTube
MEDIA EDUKASI
Terima Kasih
Mohon Bimbingannya Dokter

Anda mungkin juga menyukai