Anda di halaman 1dari 9

[LAPORAN KASUS]

Laporan Kasus Kecelakaan Kerja: Hubungan antara Pajanan Pekerjaan dengan


Kejadian Hepatitis A pada Petugas Kebersihan di SDN 2 Sengkang

Andi Siti Bani Fitriasih1, Muhammad Ikhsan2

1
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

2
Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

ABSTRAK

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan
masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan
kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui
usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-
gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Penyakit hepatitis A sudah ada sejak
zaman Hippocrates, walaupun penyebabnya, yaitu hepatitis A virus (HAV), baru ditemukan
pada tahun 1973 oleh Purcell. HAV ditularkan terutama secara fekal-oral. Beberapa faktor
risiko penularan, yakni air yang terkontaminasi, kontak personal, institusionalisasi, okupasi,
pelancong ke daerah hiperendemis, pria homoseksual serta pengguna narkoba. Seorang laki-
laki berusia 20 tahun, bekerja sebagai petugas kebersihan toilet dan kantin sekolah dasar,
datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak satu minggu yang lalu yang diawali mual,
muntah, demam, sejak dua minggu yang lalu. Pasien tersebut juga mengeluh buang air kecil
berwarna seperti teh dan matanya kuning. Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium, disimpulkan bahwa pasien mengidap hepatitis A. Hal ini kemungkinan besar
terjadi karena pekerjaan pasien yang beresiko untuk terjadinya infeksi disertai dengan
kurangnya pemakaian APD untuk mencegah penyakit dan kurangnya penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat oleh pasien sendiri.

Kata kunci: analisis kecelakaan kerja, hepatitis A, petugas kebersihan.


Work Accident Case Report: Relationship between Occupational Exposure and
Hepatitis A Incidence in Cleaning Workers at SDN 2 Sengkang

Andi Siti Bani Fitriasih1, Muhammad Ikhsan2

1
Faculty of Medicine, Hasanuddin University

2
Occupational Medicine Sub-department, Department of Community Medicine, Faculty of
Medicine, Hasanuddin University

ABSTRACT

Occupational health is a part of public health or the application of public health in a working
community and its environment. Occupational health aims to obtain the highest degree of
health, both physically, mentally and socially for the working community and the company
environment, through preventive, promotive and curative efforts against diseases or health
problems due to work or the work environment. Hepatitis A has existed since the time of
Hippocrates, although the cause, namely hepatitis A virus (HAV), was only discovered in
1973 by Purcell. HAV is transmitted primarily faecally-orally. Several risk factors for
transmission, namely contaminated water, personal contact, institutionalization, occupation,
travelers to hyperendemic areas, homosexual men and drug users. A 20-year-old man, who
works as a toilet cleaner and elementary school canteen, comes with complaints of upper right
abdominal pain since one week ago which started with nausea, vomiting, fever, two weeks
ago. The patient also complained of tea-colored urination and yellow eyes. From the results of
physical examination and laboratory examination, it was concluded that the patient had
hepatitis A. This most likely occurred because the patient's occupation was at risk for
infection accompanied by a lack of wearing PPE to prevent disease and a lack of application
of clean and healthy living habits by the patient himself.

Kata kunci: Cleaning service, hepatitis A, work accident analysis.


LATAR BELAKANG

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan dan keselamatan kerja diatur
kesehatan masyarakat atau aplikasi oleh Undang-Undang No. 1 tahun 1970
kesehatan masyarakat di dalam suatu tentang keselamatan kerja yang berisi
masyarakat pekerja dan masyarakat “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan perlindungan atas keselamatan dalam
untuk memperoleh derajat kesehatan melakukan pekerjaan, dan setiap orang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan lainnya yang berada di tempat kerja perlu
sosial bagi masyarakat pekerja dan terjamin pula keselamatannya serta sumber
masyarakat lingkungan perusahaan produksi perlu dipakai dan dipergunakan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, secara aman dan efisien, sehingga proses
promotif dan kuratif terhadap penyakit- kerja berjalan lancar”. (2)
penyakit atau gangguan-gangguan
Penyakit hepatitis A sudah ada sejak
kesehatan akibat kerja atau lingkungan
zaman Hippocrates, walaupun
kerja. Kesehatan kerja ini merupakan
penyebabnya, yaitu hepatitis A virus
terjemahan dari “Occupational Health”
(HAV), baru ditemukan pada tahun 1973
yang cenderung diartikan sebagai lapangan
oleh Purcell. Penyakit hepatitis A sampai
kesehatan yang mengurusi masalah-
saat ini masih menjadi penyakit utama di
masalah kesehatan secara menyeluruh bagi
dunia dengan 1,5 juta kasus/tahun. Data
masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti
seroprevalensi menunjukkan bahwa setiap
usaha-usaha preventif, promotif, kuratif,
tahun terjadi 10 juta infeksi HAV di dunia.
dan rehabilitatif, higiene, penyesuaian
Pada anak usia < 6 tahun, infeksi
faktor manusia terhadap pekerjaannya dan
umumnya asimptomatik atau anikterik,
sebagainya. (1)
sedangkan pada anak usia ≥ 6 tahun serta
Pelaksanaan program Kesehatan dan dewasa biasanya simptomatik, dengan
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu ikterik pada > 70% kasus. (3) Di Indonesia,
bentuk upaya untuk menciptakan tempat dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi
kerja yang aman, sehat, bebas dari berbagai KLB hepatitis A. Menurut
pencemaran lingkungan, sehingga dapat Kemenkes RI pada tahun 2013 telah terjadi
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan KLB di 6 provinsi dan 11 kabupaten/kota
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada dengan 495 kasus, sedangkan pada tahun
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan 2014 di 3 provinsi dan 4 kabupaten/kota
produktivitas kerja. Pelaksanaan program dengan 282 kasus. (4)
HAV adalah enterovirus dari genus peningkatan enzim hati. Respons imun
Hepatovirus dan famili Picornaviridae humoral terhadap protein struktural HAV
dengan ribonucleic acid (RNA) linier terjadi sebelum timbulnya gejala. IgM anti-
beruntai ganda. Antigennya dapat HAV dapat dideteksi saat sebelum hingga
ditemukan pada serum, feses, dan hati timbulnya penyakit klinis, menurun dalam
penderita selama fase akut infeksi. (5) 3-6 bulan hingga tidak dapat dideteksi lagi.
IgG anti-HAV muncul segera sesudah IgM
Masa inkubasinya terjadi selama 2-6
timbul, bertahan hingga beberapa tahun
minggu (rata-rata 4 minggu). HAV
pascainfeksi, serta memberikan kekebalan
bereplikasi dalam hati dan diekskresikan
seumur hidup. HAV dapat dideteksi pada
melalui empedu dengan shedding pada
serum selama 6-12 bulan pasca-infeksi.5
feses dalam kadar tinggi sejak 2-3 minggu
IgM anti-HAV merupakan petanda bagi
sebelum sampai 1 minggu sesudah onset
hepatitis A akut, sedangkan IgG anti-HAV
klinis. Manusia merupakan reservoir
mengindikasikan pajanan sebelumnya
tunggalnya. HAV ditularkan terutama
terhadap HAV serta kekebalan terhadap
secara fekal-oral, baik melalui kontak
infeksi rekuren. (3)
orang ke orang maupun melalui konsumsi
makanan/air yang terkontaminasi, serta Manifestasi klinis infeksi hepatitis A
mungkin melalui darah dan sekresi tubuh. tergolong menjadi tiga fase, yaitu fase
Penularan melalui darah jarang terjadi, prodromal, ikterik, dan penyembuhan.
meskipun pada awal infeksi terjadi viremia Pada fase prodromal (5-7 hari), penderita
yang dapat menetap selama beberapa dapat mengalami gejala non spesifik yang
minggu setelah timbulnya gejala. tiba-tiba, berupa anoreksia, mual, muntah,
Penularan melalui saliva belum terbukti. rasa lelah, malaise, demam ringan
Beberapa faktor risiko penularan, yakni air (biasanya <39.5°C), mialgia, dan nyeri
yang terkontaminasi, kontak personal kepala ringan. Bahkan, hingga 25% orang
(tinggal serumah dengan penderita), dewasa dan lebih dari 66% anak dengan
institusionalisasi, okupasi (misalnya, hepatitis A mengalami fase asimptomatik.
(3), (6)
perawatan harian), pelancong ke daerah Fase prodromal ini berlangsung
hiperendemis, pria homoseksual serta selama 5-7 hari. (6)
pengguna narkoba. Faktor risiko tidak
Pada fase ikterik (muncul dalam waktu 10
dapat diidentifikasi pada 55% kasus. (6)
hari dan mencapai puncak dalam 1-2
Viremia terjadi dalam 1-2 minggu sesudah minggu), muncul urin berwarna gelap
pajanan HAV dan menetap sampai periode (bilirubinuria), kadang-kadang diikuti
segera dengan feses berwarna pucat. hepatotoksik, seperti anti-kejang dan
Ikterus terjadi pada 70-85% penderita antituberkulosis. Perawatan di rumah sakit
hepatitis A akut dewasa, kurang sering diperlukan bila terdapat mual dan muntah
pada anak, dan jarang pada bayi. disertai dehidrasi yang memerlukan
Umumnya disertai rasa gatal (pruritus) pemberian cairan intravena. Penderita
yang derajatnya meningkat sesuai usia. dengan tanda/gejala gagal hati akut juga
Nyeri abdomen terjadi pada 40% perlu dirawat di rumah sakit. Parasetamol
(7)
penderita. diberikan secara hati-hati untuk
mengurangi rasa nyeri dan/atau demam,
Yang terakhir adalah fase penyembuhan,
dengan dosis maksimum 3-4 g/hari pada
pada fase ini keluhan mulai berkurang,
orang dewasa. Mual dan muntah dapat
Ikterus berangsur-angsur berkurang dan
diobati dengan anti-emetik. Terapi lainnya
hilang dalam 2-6 minggu kemudian,
sesuai dengan komplikasi spesifik yang
demikian pula anoreksia, lemas badan dan
timbul. (6)
hepatomegali mulai berkurang.
Penyembuhan sempurna sebagian besar Pencegahan jangka pendek adalah dengan
terjadi dalam 3-4 bulan. (3) mengontrol sumber penularan. Selain itu,
perlu edukasi mengenai cara penularan dan
Diagnosis hepatitis A ditegakkan
pencegahannya (misalnya, mencuci tangan,
berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan
sumber makanan yang aman) terhadap
pemeriksaan penunjang, yaitu dengan
penderita dan kontaknya. Pencegahan
mendeteksi antibodi terhadap virus
jangka panjang mencakup vaksinasi untuk
hepatitis A. Di samping itu, dapat
meningkatkan herd immunity dan
dilakukan tes biokimia fungsi hati untuk
mengurangi risiko wabah pada kelompok
melihat adanya peningkatan kadar bilirubin
(3)
risiko tinggi. (6)
dan enzim hati (ALT dan AST).
Pada kasus kecelakaan kerja, perlu
Pada kasus tanpa komplikasi akut,
dilakukan analisa dengan tujuan
umumnya cukup dengan perawatan
memperbaiki kualitas keselamatan kerja,
suportif, berupa tirah baring, diet, dan
mengurangi kesempatan terjadinya
terapi simptomatik. Penderita sebaiknya
kecelakaan kerja yang serupa di masa yang
tidak bekerja selama fase akut (hingga 10
akan datang, dan menyediakan atau
hari dari sejak timbulnya ikterus),
membangun tempat lingkungan kerja yang
dianjurkan mengonsumsi diet tinggi kalori,
3 aman. Konsep dasar pada kasus ini
menghindari alkohol dan obat-obat
adalah kecelakaan sebagai suatu hasil dari
serangkaian kejadian yang berurutan, buang air kecil berwarna seperti air teh
kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, pekat.
penyebabnya adalah faktor manusia dan
Pasien tidak pernah sakit kuning
faktor fisik, kecelakaan tergantung kepada
sebelumnya dan juga mengatakan tidak ada
lingkungan fisik kerja dan lingkungan
kontak dengan orang yang sakit kuning.
social kerja dan kecelakaan terjadi karena
Riwayat makan obat penghilang nyeri
kesalahan manusia. (8)
tidak ada. Pasien juga belum pernah
Analisis kecelakaan kerja dapat dilakukan mengalami hal seperti ini sebelumnya dan
dengan mencari faktor penyebab, faktor tidak ada riwayat penyakit yang sama
penyebab lain, akibat yang ditimbulkan, dalam keluarga.
klasifikasi kecelakaan, tindakan pasca
Pasien sudah bekerja sebagai petugas
kecelakaan kerja, dan kesimpulan dari
kebersihan toilet dan kantin sekolah selama
kasus kecelakaan kerja. Manfaat dari
2 tahun, dengan jam kerja selama 7 jam
analisis kecelakaan kerja yaitu dapat
sehari, dari hari Senin-Sabtu, dan waktu
mengetahui faktor-faktor apa saja yang
istirahat 2 jam setiap harinya. Selama
dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan
bekerja, pasien tidak memakai alat
kerja. (9)
pelindung diri (APD) khusus berupa
masker, sarung tangan, dan sepatu boot
KASUS
tertutup. Setelah bekerja, pasien hanya

Seorang laki-laki 20 tahun bekerja sebagai mencuci tangan dengan air tanpa sabun.

petugas kebersihan toilet dan kantin Pasien mengatakan bahwa tiap hari pasien

sekolah dasar. Pasien datang dengan kontak dengan sisa-sisa makanan, kotoran

keluhan nyeri pada perut kanan atas. dalam toilet, dan BAB atau BAK yang

Awalnya pasien mengeluhkan lemas, tidak tersiram dengan bersih. Di samping

mudah lelah, tidak nafsu makan sejak itu, setiap hari pasien makan siang di

kurang lebih 2 minggu yang lalu. Keluhan kantin sekolah atau membeli jajanan ringan

disertai demam, mual dan muntah, lalu yang dijual di sekitar sekolah.

seluruh badan pasien terasa gatal. Setelah Pemeriksaan Fisik


satu minggu, pasien mengalami nyeri perut
kanan atas dan berobat ke puskesmas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

Pasien juga mengeluhkan mata kuning dan keadaan umum pasien sakit sedang,
dengan gizi baik dan kesadaran
composmentis. Tekanan darah pasien
110/70 mmHg, pernapasan 20 kali per Tn. A kemungkinan besar virus terjangkit
o
menit, nadi 68 kali per menit, suhu 37.3 C, hepatitis A terkait dengan aktivitasnya
2
dan IMT 22.03 kg/m . Pada pemeriksaan sebagai petugas kebersihan. Penelitian
fisik juga ditemukan kedua mata ikterus, menunjukkan bahwa HAV ditularkan
pada pemeriksaan abdomen ditemukan terutama secara fekal-oral, baik melalui
hepar membesar 4 jari di bawah arcus kontak orang ke orang maupun melalui
costae dengan konsistensi kenyal dan konsumsi makanan atau air yang
permukaan rata serta pembesaran lien terkontaminasi, serta mungkin melalui
hingga Schuffner II. darah dan sekresi tubuh. Tn. A sendiri
merupakan seorang petugas kebersihan
Pemeriksaan Penunjang
toilet dan kantin, di mana ia setiap hari
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan mengalami pajanan sisa-sisa urin atau feses
menunjukkan sedikit penurunan kadar yang tidak terbilas dengan bersih di kamar
hemoglobin (10.2 x 103/ul) dan hematokrit mandi dan sisa-sisa makanan di kantin.
(32.1%), serta peningkatan kadar platelet Selama bekerja, Tn. A tidak menggunakan
(471.000). Dari kimia darah, ditemukan APD yang sesuai dan hanya mencuci
peningkatan kadar bilirubin total (2.9 tangan dengan air, tanpa sabun. Di
mg/dl), bilirubin direk (1.5 mg/dl), indirek samping itu,sehari-hari Tn. A makan siang
(1.4 mg/dl), SGOT (146 U/L), dan SGPT di kantin sekolah atau membeli jajanan di
(198 U/L). Pemeriksaan penanda serologis sekitar sekolah.
menunjukkan hasil positif untuk IgM anti-
Tatalaksana yang diberikan pada kasus ini
HAV dengan metode ICT.
terbagi menjadi terapi medikamentosa,
terapi non-medikamentosa, dan terapi
PEMBAHASAN okupasi. Terapi medikamentosa yang
diberikan pada pasien ini berupa antipiretik
Pada kasus ini diagnosa klinis ditegakan
parasetamol 3 x 500 mg dan antiemetik
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
ondansetron 2 x 1, sedangkan terapi non-
dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil
medikamentosa yang diberikan adalah bed
anamnesis, pemeriksaan fisik dan
rest. Terapi okupasi yang disarankan
investigasi tempat kejadian yang telah
terutama ditekankan pada aspek
dilakukan, ditegakkan diagnosa klinis pada
engineering control, administrative
kasus ini yang merupakan petugas
control, dan penggunaan alat pelindung
kebersihan adalah hepatitis A yang sedang
diri (APD). Alat kebersihan yang
berada dalam fase ikterik.
digunakan Tn. A sebaiknya diganti dengan faktor biologis berupa bakteri, virus,
alat yang lebih ergonomis, misalnya, untuk jamur, dan parasit di lingkungan kerja Tn.
membersihkan meja makan kantin, lap A sangat beresiko untuk menimbulkan
dapat diganti dengan wiper untuk infeksi. Kurangnya penerapan hidup bersih
meminimalisir gerakan repetitif yang dan kebiasaan pasien tidak menggunakan
berpotensi menimbulkan CTS. Pihak APD saat bekerja meningkatkan risiko
sekolah juga dapat memberlakukan rotasi pasien untuk mengalami berbagai penyakit
pekerja setiap beberapa bulan sekali. Di infeksi yang dapat ditularkan dari
samping itu, perlu ditekankan agar Tn. A lingkungan kerja tersebut.
memakai alat pelindung diri selama
bekerja, seperti sarung tangan, masker, dan DAFTAR PUSTAKA
sepatu boot/sepatu tertutup, serta
menerapkan cuci tangan dengan memakai
sabun setelah selesai bekerja. Tn. A juga
1. Harrianto. Buku Ajar Kesehatan kerja.
dapat mulai membawa bekal makan siang
Jakarta : EGC, 2008.
dari rumah ketimbang membeli makanan
kantin atau jajanan yang belum tentu 2. Mayasari D dan Kharisma MR. Laporan
kasus kecelakaan kerja: Fraktur Tertutup
terjamin kebersihannya.
Inkomplit Os Metakarpal dan Falang
Namun, prognosis untuk kondisi pasien Proksimal Digiti II Regio Manus Dekstra pada
umumnya sangat baik. Fatalitas akibat Karyawan Factory Divisi Mill Boiler PT. X. J
hepatitis jarang terjadi (0.1% pada anak Agromedicine, 2017, Vol. 4.

<15 tahun dan 2.1% pada dewasa ≥ 40 3. Lemon SM, et al. Type A viral hepatitis: A
tahun). Kematian jarang terjadi, lebih summary and update on the molecular
sering pada usia lanjut dan penderita virology, epidemiology, pathogenesis and
penyakit hati kronik. Angka kematian prevention. Journal of Hepatology, 2018, Vol.

sebesar 0.8%, mencapai 2.6% pada 68.

kelompok usia ≥60 tahun. (6) 4. Kemenkes RI. Situasi dan analisis hepatitis.
[Online] 18 August 2016. [Dikutip: 21 October
2020.]
KESIMPULAN
http://www.depkes.go.id/resources/download/p
Faktor fisik berupa air, makanan yang usdatin/infodatin/infodatin-hepatitis.pdf.
terkontaminasi, dan sisa urin/feses yang
tidak tersiram dengan bersih di toilet serta
5. Wang X, Ren J dan Gao Q. Hepatitis A
virus and the origins of picornaviruses. Nature,
2015, Vol. 517.

6. Eppy. Diagnosis dan Tatalaksana Hepatitis


A. CDK, 2018, Vol. 45.

7. Gilroy RK. Hepatitis A. 2016.

8. Ardani HN, Santoso H dan Rumita R.


Analisis risiko kesehatan dan keselamatan
kerja pada pekerja divisi mill boiler (studi
kasus di PT. Laju Perdana Indah pg Pakis
Baru, Pati). Semarang : Program Studi Tehnik
Industri Universitas Diponegoro, 2014.

9. Alrasyid H. Analisis kecelakaan kerja pada


kasus kecelakaan pekerja proyek pembangunan
hotel panghegar tewas terjatuh dari lantai 20,
rabu 23 maret 2011. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya, 2011.

Anda mungkin juga menyukai