Anda di halaman 1dari 13

Hepatitis A pada Anak

Alyandini Saraswati Winata


B14 . 102019089
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email : alyandini.102019089@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Semua manusia pasti pernah terserang penyakit virus. Namun terdapat beberapa penyakit
virus yang bisa dihindari, yaitu dengan menjaga hygiene pribadi, makanan serta lingkungan. Akan
tetapi, masih banyak orang yang menganggap remeh pentingnya menjaga kebersihan makanan. Salah
satu penyakit virus yang dapat menyerang melalui makanan atau minuman yang tidak higenis adalah
Hepatitis A. Hepatitis A adalah radang hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A. Dimana cara
transmisi virus ini adalah melalui fecal-oral, yaitu virus masuk ke dalam tubuh ketika seseorang
mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja yang mengandung virus Hepatitis A.
Dengan ini, makalah ini dibuat untuk mahasiswa agar lebih mengerti dan memahami morfologi virus
ini dan epidemiologi, etiologic, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, pencegahan,
serta prognosis penyakit ini.

Kata kunci : Hepatitis A, Virus RNA, radang hati

Abstract

All humans must have had a viral disease. However, there are several viral diseases that
can be avoided, namely by maintaining personal hygiene, food and the environment. However, there
are still many people who underestimate the importance of maintaining food hygiene. One of the viral
diseases that can attack through unhygienic food or drink is Hepatitis A. Hepatitis A is inflammation
of the liver caused by the Hepatitis A. food or drink contaminated with feces containing the Hepatitis
A virus. With this, this paper is made for students to better understand and understand the
morphology of this virus and its epidemiology, etiologic, pathophysiology, clinical manifestations,
diagnosis, management, prevention, and prognosis of this disease.

Keywords : Hepatitis A, RNA virus, inflammation of the liver


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hepatitis A adalah radang hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (HAV) yang
bertransmisi HAV melalui fecal-oral, yakni virus masuk ke dalam tubuh ketika seseorang
mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja mengandung HAV. Hepatitis A
tergolong penyakit menular yang ringan, sehingga dapat sembuh spontan atau sempurna tanpa gejala
sisa, serta tidak menyebabkan infeksi kronis.

Skenario

Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun datang dibawa ibunya berobat ke puskesmas karena
kulit dan kedua mata kuning sejak 3 hari yang lalu.

Rumusan Masalah

Seorang anak laki-laki, 12 tahun datang dibawa ibunya karena kulit dan kedua mata kuning
sejak 3 hari yang lalu

PEMBAHASAN

Anamnesis
Anamnesis merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh dokter sebagai pemeriksan
dan pasien yang betujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang diderita dan informasi
lainnya yang berkaitan agar dapat mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang diajukan
seorang pasien yang diambil dengan teliti akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu
penyakit.
Pada kasus ini, anamnesis yang dilakukan adalah alloanamnesis. Hasil yang didapatkan
identitas berupa pasien laki-laki berusia 12 tahun. Pasien datang dengan keluhan utama kulit dan
kedua mata kuning sejak 3 hari yang lalu. Terdapat keluhan penyerta berupa demam sejak 1-2 minggu
yang lalu, disertai dengan disertai dengan mual, muntah, cepat lelah, rasa tidak nyaman di perut kanan
atas, dan nafsu makan menurun. BAK pasien berwarna seperti teh sejak 2 hari yang lalu. Menurut
ibunya, anaknya sering jajan dan makan makanan diluar. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
dahulu
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani saat diagnosis penyakit. Hasilnya
dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan
perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara sistematis, mulai dari kepala hingga kaki
(head to toe) yang dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi). Ruang
lingkup pemeriksaan fisik ini akan terdiri dari pemeriksaan tanda vital (suhu, denyut nadi, kecepatan
pernapasan, dan tekanan darah), pemeriksaan fisik head to toe, dan pemeriksaan fisik per sistem
tubuh (seperti sistem kardiovaskuler, pencernaan, muskuloskeletal, pernapasan, endokrin, integumen,
neurologi, reproduksi, dan perkemihan).

Pada keadaan umum pasien tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
menhasilkan data dalam batas normal. Pasien juga mengalami sklera ikterik, kulit ikterik, serta
hepatomegaly.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan


dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya. Pemeriksaan
penunjang biasanya dilakukan saat pasien berkonsultasi ke dokter karena adanya keluhan atau gejala
tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin (medical check-up).

Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk


menentukan langkah penanganan yang tepat serta memantau keberhasilan terapi pada pasien.

Pasien belum melakukan pemeriksaan penunjang. Namun, pada kasus ini, dianjurkan tes
bilirubin dan uji serologi.

Differential Diagnosis

Hepatitis B

Hepatitis B adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus ini dapat
menular melalui hubungan seksual atau berbagi jarum suntik. 

Infeksi hepatitis B merupakan penyakit yang tidak bertahan lama dalam tubuh penderita dan
akan sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Kondisi ini disebut dengan hepatitis akut atau infeksi
hepatitis B akut. Akan tetapi, infeksi hepatitis B juga dapat menetap dan bertahan dalam tubuh
seseorang (menjadi kronis). Penyakit hepatitis B masih banyak ditemukan di Indonesiadengan angka
kasus yang kian meningkat.
Hepatitis B tidak akan menular bila hanya berbagi alat makan atau berpelukan dengan
penderitanya. Penularan virus ini terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom dan berbagi jarum
suntik dengan penderita hepatitis B. Hal ini karena virus hepatitis B berada di dalam darah dan cairan
tubuh, seperti sperma dan cairan vagina. Selain itu, hepatitis B juga dapat ditularkan dari wanita yang
sedang hamil kepada bayi dalam kandungannya.

Working Diagnosis
Diagnosis yang diambil adalah pasien mengalami Hepatitis A

Definisi

Hepatitis A adalah radang hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (HAV) yang
bertransmisi HAV melalui fecal-oral, yakni virus masuk ke dalam tubuh ketika seseorang
mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja mengandung HAV. Hepatitis A
tergolong penyakit menular yang ringan, sehingga dapat sembuh spontan atau sempurna tanpa gejala
sisa, serta tidak menyebabkan infeksi kronis.

Etiologi

Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus. Virus ini termasuk virus RNA, serat tunggal,

dengan berat molekul 2,25-2,28 x 106 dalton, simetri ikosahedral, diameter 27-32 nm dan tidak
mempunyai selubung. Mempunyai protein terminal VPg pada ujung 5’nya dan poli(A) pada ujung
3’nya. Panjang genom HAV: 7500-8000 pasang basa. Hepatitis A virus dapat diklasifikasikan dalam
famili picornavirus dan genus hepatovirus.

Epidemiologi

Diperkirakan sekitar 1,5 juta kasus klinis dari hepatitis A terjadi di seluruh dunia setiap tahun,
tetapi rasio dari infeksi hepatits A yang tidak terdeteksi dapat mencapai sepuluh kali lipat dari jumlah
kasus klinis tersebut. Seroprevalensi dari hepatitis A virus beragam dari beberapa negara di Asia.
Pada negara dengan endemisitas sedang seperti Korea, Indonesia, Thailand, Srilanka dan Malaysia,
data yang tersedia menunjukan apabila rasio insidensi mungkin mengalami penurunan pada area
perkotaan, dan usia pada saat infeksi meningkat dari awal masa kanak-kanak menuju ke akhir masa
kanak-kanak, dimana meningkatkan resiko terjadinya wabah hepatitis A. 1

Di Amerika Serikat, angka kejadian hepatitis A telah turun sebanyak 95% sejak vaksin
hepatitis A pertama kali tersedia pada tahun 1995. Pada tahun 2010, 1.670 kasus hepatitis A akut
dilaporkan; Incidence rate sebanyak 0,6/100.000, rasio terendah yang pernah tercatat. Setelah
menyesuaikan untuk infeksi asimtomatik dan kejadian yang tidak dilaporkan, perkiraan jumlah infeksi
baru ialah sekitar 17.000 kasus.2

Hepatitis A masih merupakan suatu masalah kesehatan di negara berkembang seperti


Indonesia. Berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian
terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8-68,3%. x Incidence rate
dari hepatitis per 10.000 populasi sering kali berfluktuasi selama beberapa tahun silam. x Suatu studi di
Jakarta melaporkan bahwa anti-HAV kadang kadang ditemukan pada bayi baru lahir, dan ditemukan
pada 20% bayi. Angka prevalensi ini terus meningkat pada usia di atas 20 tahun. 3

Transmisi

Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral dari makanan dan minuman yang terinfeksi. Dapat juga
ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini terutama menyerang golongan sosial ekonomi
rendah yang sanitasi dan higienenya kurang baik. Masa inkubasi penyakit ini adalah 14-50 hari,
dengan rata-rata 28 hari. Penularan berlangsung cepat. 4

Patofisiologi

HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan traktus gastrointestinal
merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV kemudian di transport menuju hepar yang merupakan
situs primer replikasi, dimana pelepasan virus menuju empedu terjadi yang disusul dengan
transportasi virus menuju usus dan feses. Viremia singkat terjadi mendahului munculnya virus
didalam feses dan hepar. Pada individu yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di
ekskresi kedalam feses terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan menurun setelah ikterus
jelas terlihat. Anak-anak dan bayi dapat terus mengeluarkan virus selama 4-5 bulan setelah onset dari
gejala klinis.

Kerusakan sel hepar bukan dikarenakan efek direct cytolytic dari HAV; Secara umum HAV
tidak melisiskan sel pada berbagai sistem in vitro. Pada periode inkubasi, HAV melakukan replikasi
didalam hepatosit, dan dengan ketiadaan respon imun, kerusakan sel hepar dan gejala klinis tidak
terjadi.

Banyak bukti berbicara bahwa respon imun seluler merupakan hal yang paling berperan
dalam patogenesis dari hepatitis A. Kerusakan yang terjadi pada sel hepar terutama disebabkan oleh
mekanisme sistem imun dari Limfosit-T antigen-specific. Keterlibatan dari sel CD8+ virus-specific,
dan juga sitokin, seperti gamma-interferon, interleukin-1-alpha (IL-1-α), interleukin-6 (IL-6), dan
tumor necrosis factor (TNF) juga berperan penting dalam eliminasi dan supresi replikasi virus.
Meningkatnya kadar interferon didalam serum pasien yang dibandingkan dengan sel CD8+

Immunopatogenesis dari hepatitis A konsisten mengikuti gejala klinis dari penyakit. Korelasi
terbalik antara usia dan beratnya penyakit mungkin berhubungan dengan perkembangan sistem imun
yang masih belum matur pada individu yang lebih muda, menyebabkan respon imun yang lebih
ringan dan berlanjut kepada manifestasi penyakit yang lebih ringan.

Dengan dimulainya onset dari gejala klinis, antibodi IgM dan IgG anti-HAV dapat terdeteksi.
Pada hepatitis A akut, kehadiran IgM anti-HAV terdeteksi 3 minggu setelah paparan, titer IgM anti-
HAV akan terus meningkat selama 4-6 minggu, lalu akan terus turun sampai level yang tidak
terdeteksi dalam waktu 6 bulan infeksi. IgA dan IgG anti-HAV dapat dideteksi dalam beberapa hari
setelah timbulnya gejala. Antibodi IgG akan bertahan selama bertahun-tahun setelah infeksi dan
memberikan imunitas seumur hidup. Pada masa penyembuhan, regenerasi sel hepatosit terjadi.
Jaringan hepatosit yang rusak biasanya pulih dalam 8-12 minggu.

Manifestasi Klinis

Hepatitis A merupakan penyakit yang terutama menyerang anak dan dewasa muda. Pada fase
akut hepatitis A umumnya 90% asimtomatik atau bentuk yang ringan dan hanya sekitar 1% yang
timbul ikterus.

Pada anak manifestasinya sering kali asimtomatik dan anikterik. Gejala dan perjalanan klinis
hepatitis virus akut secara umum dapat dibedakan dalam 4 stadium : 4

1. Masa Tunas. Lamanya viremia pada hepatitis A 2-4 Minggu.

2. Fase pra-ikterik/prodromal. Keluhan umumnya tidak spesifik, dapat berlangsung 2-7 hari,
gambaran sangat bervariasi secara individual seperti ikterik, urin berwarna gelap, lelah/lemas, hilang
nafsu makan, nyeri & rasa tidak enak di perut, tinja berwarna pucat, mual dan muntah, demam
kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada sendi, pegal-pegal pada otot, diare dan rasa tidak
enak di tenggorokan. Dengan keluhan yang beraneka ragam ini sering menimbulkan kekeliruan pada
waktu mendiagnosis, sering diduga sebagai penderita influenza, gastritis maupun arthritis.

3. Fase Ikterik. Fase ini pada awalnya disadari oleh penderita, biasanya setelah demam turun
penderita menyadari bahwa urinnya berwarna kuning pekat seperti air teh ataupun tanpa disadari,
orang lain yang melihat sclera mata dan kulitnya berwarna kekuning-kuningan. Pada fase ini
kuningnya akan meningkat, menetap, kemudian menurun secara perlahan-lahan, hal ini bisa
berlangsung sekitar 10-14 hari. Pada stadium ini gejala klinis sudah mulai berkurang dan pasien
merasa lebih baik. Pada usia lebih tua dapat terjadi gejala kolestasis dengan kuning yang nyata dan
bisa berlangsung lama dan

4. Fase penyembuhan. Fase penyembuhan dimulai dengan menghilangkan sisa gejala tersebut
diatas, ikterus mulai menghilang, penderita merasa segar kembali walau mungkin masih terasa cepat
capai.

Umumnya, masa penyembuhan sempurna secara klinis dan biokimia memerlukan waktu
sekitar 6 bulan. Menurut Koff (1992) pada beberapa kasus dapat terjadi penyimpangan : sebanyak
20% penderita memperlihatkan perjalanan yang polifasik, setelah penderita sembuh terjadi lagi
peningkatan SGPT. Dilaporkan 50-90 hari setelah timbul keluhan dan hepatitis kolestasis timbul pada
sebagian kecil kasus dimana terjadi peningkatan kembali bilirubin serum yang baru menghilang 2-4
bulan kemudian (prolonged cholestasis) hepatitis fulminant, merupakan komplikasi yang sangat
jarang kurang dari 1%, kematiannya yang tinggi tergantung dari usia penderita.

Diagnosis

Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut


antara lain adalah: 4

A. Pemeriksaan Klinis

Diagnosis klinik ditegakan berdasarkan keluhan seperti demam, kelelahan, malaise, anorexia,
mual dan rasa tidak nyaman pada perut. Beberapa individu dapat mengalami diare. Ikterus (kulit dan
sclera menguning), urin berwarna gelap, dan feses berwarna dempul dapat ditemukan beberapa hari
kemudian. Tingkat beratnya penyakit beraragam, mulai dari asimtomatik (biasa terjadi pada anak-
anak), sakit ringan, hingga sakit yang menyebabkan hendaya yang bertahan selama seminggu sampai
sebulan

B. Pemeriksaan Serologik

Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap sebagai gold standard untuk diagnosis
dari infeksi akut hepatitis A. Virus dan antibody dapat dideteksi dengan metode komersial RIA, EIA,
atau ELISA. Pemeriksaan diatas digunakan untuk mendeteksi IgM anti-HAV dan total anti-HAV
(IgM dan IgG). IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya.
Dikarenakan IgG anti-HAV bertahan seumur hidup setelah infeksi akut, maka apabila seseorang
terdeteksi IgG anti- HAV positif tanpa disertai IgM anti-HAV, mengindikasikan adanya infeksi di
masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari HAV tidak dipengaruhi oleh pemberian passive dari
Immunoglobulin/Vaksinasi karena dosis profilaksis terletak dibawah level dosis deteksi.

B.1 Rapid Test

Deteksi dari antibodi dapat dilakukan melalui rapid test menggunakan metode
immunochromatographic assay, dengan alat diagnosis komersial yang tersedia. Alat diagnosis ini
memiliki 3 garis yang telah dilapisi oleh antibodi, yaitu “G” (HAV IgG Test Line), “M” (HAV IgM
Test Line), dan “C” (Control Line) yang terletak pada permukaan membran. Garis “G” dan “M”
berwarna ungu akan timbul pada jendela hasil apabila kadar IgG dan/atau IgM anti-HAV cukup pada
sampel. Dengan menggunakan rapid test dengan metode immunochromatographic assay didapatkan
spesifisitas dalam mendeteksi IgM anti-HAV hingga tingkat keakuratan 98,0% dengan tingkat
sensitivitas hingga 97,6%.

C. Pemeriksaan Penunjang Lain

Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan biokimia dari fungsi liver
(pemeriksaan laboratorium dari: bilirubin urin dan urobilinogen, total dan direct bilirubin serum,
alanine transaminase (ALT) dan aspartate transaminase (AST), alkaline phosphatase (ALP),
prothrombin time (PT), total protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, dan hitung sel darah lengkap).
Apabila tes lab tidak memungkinkan, epidemiologic evidence dapat membantu untuk menegakan
diagnosis.

Komplikasi

Hepatitis A umumnya adalah penyakit self-limiting yang akan sembuh dengan adanya
kekebalan tubuh. Komplikasi umumnya terjadi pada orang dewasa yang berumur lebih dari 50 tahun.
Diantara 10-15% dari seseorang yang telah terinfeksi akan kambuh hingga enam bulan setelah
penyakit akut sembuh, tetapi tidak ada perkembangan menjadi hepatitis A kronis. Penting untuk
dipahami bahwa virus dapat diekskresikan selama kambuh dan dapat ditransmisikan disaat itu juga.
Selain itu, komplikasi lain yang dapat terjadi pada hepatitis A adalah hepatitis virus kolestasis dan
hepatitis virus fulminan.18 Hepatitis virus kolestasis ditandai oleh kolestasis intrahepatik hebat, dengan
ikterus hebat, bilirubin dalam urine, dan tidak didapatkan urobilinogen di dalam urine dan tinja.
Hepatitis virus fulminan ditandai oleh kegagalan hati akut yang terkait dengan nekrosis masif dan
submasif sel hati, ini adalah suatu komplikasi yang jarang namun parah dimana 50% pasien dengan
kondisi ini memerlukan transplantasi hati langsung untuk menghindari kematian. Hepatitis fulminan
A juga bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut, termasuk disfungsi otot dan kegagalan organ
multiple.7

Tatalaksana

Tidak ada tatalaksana yang khusus untuk HAV

1. Perawatan Suportif 3

a. Pada periode akut dan dalam keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Aktivitas fisik
yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.

b. Manajemen khusus untuk hati dapat dapat diberikan sistem dukungan untuk
mempertahankan fungsi fisiologi seperti hemodialisis, transfusi tukar, extracorporeal liver
perfusion, dan charcoal hemoperfusion.

c. Rawat jalan pasien, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi sebaiknya diinfus.

d. Perawatan yang dapat dilakukan di rumah, yaitu :

- Tetap tenang, kurangi aktivitas dan banyak istirahat di rumah

- Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi

- Hindari minum obat yang dapat melukai hati seperti asetaminofen dan obat yang
mengandung asetaminofen

- Hindari minum minuman beralkohol

- Hindari olahraga yang berat sampai gejala-gejala membaik

2. Dietik3

a. Makanan tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak untuk pasien yang dengan
anoreksia dan nausea.
b. Selama fase akut diberikan asupan kalori dan cairan yang adekuat. Bila diperlukan
dilakukan pemberian cairan dan elektrolit intravena.

c. Menghindari obat-obatan yang di metabolisme di hati, konsumsi alkohol, makan-


makanan yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan, seperti makanan yang
berlemak

3. Medikamentosa 3

a. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A.

b. Obat-obatan diberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan, yaitu bila
diperlukan diberikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati, antiemetik golongan
fenotiazin pada mual dan muntah yang berat, serta vitamin K pada kasus yang
kecenderungan untuk perdarahan. Pemberian obat-obatan terutama untuk mengurangi
keluhan misalnya tablet antipiretik parasetamol untuk demam, sakit kepala, nyeri otot,
nyeri sendi.

Pencegahan

Lamanya penyembuhan yang kadang-kadang memerlukan waktu sampai 4-6 bulan sampai tes
faal hati menjadi normal, faktor ini yang akan menyebabkan kerugian dalam hal kehilangan
produktivitas kerja, dan pada anak-anak tentu saja tertinggal dalam hal pelajaran, juga biaya
perawatan yang tinggi. Bila dilakukan analisa manfaat biaya tentu saja akan lebih ekonomis kalau
dilakukan suatu usaha pencegahan, pertama dengan pola hidup yang baik dan bersih dan usaha kedua
dengan imunisasi.

A. Upaya Preventif umum5

Upaya preventif umum ini mencakup upaya perbaikan sanitasi yang tampak sederhana, tetapi
sering terlupakan. Namun demikian, upaya ini memberikan dampak epidemiologis yang positif karena
terbukti sangat efektif dalam memotong rantai penularan hepatitis A.

a. Perbaikan hygiene makanan-minuman. Upaya ini mencakup memasak air dan makanan
sampai mendidih selama minimal 10 menit, mencuci dan mengupas kulit makanan terutama yang
tidak dimasak, serta meminum air dalam kemasan (kaleng / botol) bila kualitas air minum non
kemasan tidak meyakinkan.
b. Perbaikan hygiene-sanitasi lingkungan-pribadi. Berlandaskan pada peran transmisi fekal-
oral HAV. Faktor hygiene-sanitasi lingkungan yang berperan adalah perumahan, kepadatan, kualitas
air minum, sistem limbah tinja, dan semua aspek higien lingkungan secara keseluruhan. Mencuci
tangan dengan bersih (sesudah defekasi, sebelum makan, sesudah memegang popok-celana), ini
semua sangat berperan dalam mencegah transmisi VHA.

c. Isolasi pasien. Mengacu pada peran transmisi kontrak antar individu. Pasien diisolasi segera
setelah dinyatakan terinfeksi HAV. Anak dilarang datang ke sekolah atau ke tempat penitipan anak,
sampai dengan dua minggu sesudah timbul gejala. Namun demikian, upaya ini sering tidak banyak
menolong karena virus sudah menyebar jauh sebelum yang bersangkutan jatuh sakit.

B. Upaya Preventif Khusus5

Pencegahan secara khusus dengan imunisasi. Cara pemberian imunisasi yaitu secara pasif dan
aktif. Imunitas secara pasif diperoleh dengan memberikan imunoglobulin yang spesifik yang berasal
dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja mendapat vaksin. Kekebalan ini tidak akan
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Pencegahan ini dapat digunakan segera
pada mereka yang telah terpapar kontak atau sebelum kontak (pada wisatawan yang ingin pergi ke
daerah endemis). Pemberian dengan menggunakan HB-Ig (Human Normal Imunoglobulin), dosis
yang dianjurkan adalah 0,02 mL/kg BB, diberikan dalam kurun waktu tidak lebih dari satu minggu
setelah kontak, dan berlaku untuk 2 bulan. United States Public Health Advisory Committee
menganjurkan bagi mereka yang melakukan kunjungan singkat kurang dari 2 bulan, dosis HB-Ig 0,02
mL/kg BB, sedangkan bagi mereka yang berpergian lebih lama dari 4 bulan, diberikan dosis 0,08
mL/kg BB Bagi mereka yang sering berpegian ke daerah endemis, dianjurkan untuk memeriksakan
total anti-HAV. Jika hasil laboratorium yang didapat positif, tidak perlu lagi pemberian
imunoglobulin, dan tentu saja bila hasil laboratorium negatif sebaiknya diberikan imunisasi aktif
sehingga kekebalan yang akan didapat tentu akan lebih bertahan lama.

Vaksin hepatitis A yang tersedia saat ini adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live
attenuated). Perkembangan pembuatan vaksin tergantung kepada strain virus yang diisolasi yang
harus tumbuh dengan baik dan dapat memberikan antigen yang cukup. Sejak tahun 1993 Report of the
committee on Infectious Disease mengizinkan penggunaan beberapa vaksin yaitu Havrix, Avaxim,
dan Vaqta. Di Indonesia telah dipasarkan sejak tahun 1993 oleh Smith Kline Beecham, dengan nama
dagang HAVRIX, tiap kemasan satu flacon berisi standar dosis satu ml (720 Elisa Unit) dengan
pemakaian pada orang dewasa satu flacon dan pada anak kurang dari 10 tahun cukup setengah dosis.
Jadwal yang dianjurkan adalah sebanyak 3 kali pemberian yaitu 0,1,6 bulan.
Prognosis

Dengan berkembangnya alternative pengobatan maka diharapkan prognosis hepatitis menjadi


lebih baik. Hepatitis A memberikan prognosis yang baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis
A infeksi sembuh sendiri. Komplikasi akibat hepatitis A hampir tidak ada kecuali pada para lansia
atau seseorang yang memang sudah mengidap penyakit hati kronis atau sirosis. Hanya 0,1% pasien
berkembang menjadi nekrosis hepatik akut fatal. 6

Kesimpulan

Pasien menderita hepatitis virus A akut. Yang disebabkan karena  terinfeksi virus hepatitis .
Transmisi dari penyakit ini secara fecal oral yaitu melalui makan makanan yang terkontaminasi dan
dikeluarkan melalui tinja. Gejala klinis hepatitis virus A akut yaitu demam, anoreksia, mual, muntah,
ikterus, hepatomegali, hiperbilirubinemia, urin berwarna coklat tua dan feses berwarna pucat. 

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. Global alert and response (GAR): hepatitis A. 2017
2. Bawazir AA, Hart CA, Sallam TA, Parry CM, Beeching NJ, Cuevas LE. Seroepidemiology of
hepatitis A and hepatitis E viruses in Aden, Yemen. Trans R Soc Trop Med Hyg.
2010;104(12):801−5.

3. Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

4. Noer, Sjaifoellah H.M., Sundoro, Julitasari. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi Pertama.
Editor : H. Ali Sulaiman. Jakarta: Jayabadi. 2007.
5. Martin A and Lemon SM, Hepatitis A virus. From discovery to Vaccines. Hepatology: 2006
Vol 45 No.2 Suppl 1, S164-S172.

6. Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
7. Brundage SC, Fitzpatrick AN, 2006. Hepatitis A. USA : Departement of Health and

Anda mungkin juga menyukai