Anda di halaman 1dari 4

BAB III

RENCANA PROGRAM PENGENDALIAN KLB HEPATITIS A


DI KABUPATEN PACITAN

A. Gambaran Umum Penyakit Hepatitis A.


Seperti yang telah dijelaskan bahwa masalah yang terjadi di Kabupaten Pacitan
adalah pengendalian KLB Hepatitis A. Dari masalah tersebut terdapat beberapa alternative
kegiatan yang diperlukan, yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi Hepatitis A

Hepatitis A masih merupakan masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia.


Berdasar atas data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar
kasus hepatitis akut yang dirawat, yaitu berkisar 39,8−68,3% (Cahyono,2009). Incidence rate (IR)
hepatitis per 10.000 populasi sering kali berfluktuasi selama beberapa tahun silam. Suatu studi di
Jakarta melaporkan bahwa anti-HAV dapat ditemukan pada bayi baru lahir dan ditemukan pada 20%
bayi. Angka prevalensi ini terus meningkat pada usia di atas 20 tahun (Riskesdas,2010). Hal ini sesuai
dengan kasus penyakit kuning akut dari empat provinsi yang kasus terbanyak berusia di atas 14
tahun.

Virus hepatitis A itu merupakan penyebab penting hepatitis virus akut, terutama di negara
berkembang. Pada anak penyakit ini biasanya subklinis anikterik, sedangkan pada dewasa yang
disebabkan oleh HAV lebih ke hepatitis ikterik. Tanda dan gejala hepatitis A meliputi kelelahan, mual
dan muntah, merasa perut tidak nyaman, kehilangan nafsu makan, demam ringan, nyeri otot, dan
juga sakit kuning. Semua suspek yang dikirim spesimennya memiliki gejala yang sama di antaranya
lemah, kurang nafsu makan, warna kuning pada kulit dan putih mata, serta demam ringan dan gatal
menyebar (Berger,2013).

Deteksi antibodi tersebut dapat dilaksanakan dengan rapid test memakai metode
immunochromatographic assay dengan alat diagnosis komersial yang telah tersedia. Alat diagnosis
ini memiliki tiga garis yang telah dilapisi oleh antibodi, yaitu “G” (HAV IgG test line), “M” (HAV IgM
test line), dan “C” (control line) yang terletak pada permukaan membran(Kleven,2001). Garis “G”
dan “M” berwarna ungu akan timbul pada jendela hasil apabila IgG dan/atau IgM anti-HAV kadarnya
cukup pada sampel. Menggunakan rapid test dengan metode immunochromatographic assay
didapatkan spesifisitas mendeteksi IgM antiHAV hingga keakuratan 98,0% dengan tingkat sensitivitas
hingga 97,6% (Wiseman,2015).

2. Penyebab

Virus hepatitis A itu merupakan penyebab penting hepatitis virus akut, terutama di negara
berkembang. Penularan virus hepatitis A dapat terjadi dengan cara kontak antara orang ke orang
(kontak di rumah, di tempat penitipan anak, pesantren, dan asrama) atau melalui makanan dan air
yang tercemar tinja yang mengandung virus hepatitis A (Kemenkes RI ,2012).Pada anak penyakit ini
biasanya subklinis anikterik, sedangkan pada dewasa yang disebabkan oleh HAV lebih ke hepatitis
ikterik. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan kemungkinan besar penularannya melalui
penggunaan sumber air yang tercemar oleh virus Hepatitis A.

3. Tempat kejadian
Kejadian virus Hepatitis A merupakan penyakit endemis di beberapa negara berkembang. Salah satu
tempat kejadian penularan virus Hepatitis A, yaitu di Kabupaten Pacitan yang merupakan wilayah
pegunungan dan perbukitan. Sedangkan di bagian selatan kabupaten Pacitan tanahnya merupakan
tanah gamping atau mengandung batu kapur, aliran sungai bawah tanah.

4. Sumber penularan

Penyakit ini berkaitan erat dengan lingkungan dan sanitasi yang bersih dari tiap individu. Suplai air
bersih yang adekuat dengan pembuangan kotoran yang baik dan benar di dalam komunitas,
dikombinasikan dengan praktik higiene personal yang baik, seperti secara teratur mencuci tangan
dapat mengurangi penyebaran penyakit HAV ( Wang dan Chen, 2016). Rerata masyarakat kabupaten
Pacitan tingkat pendidkannya masih rendah dilihat dari karakteristik Pendidikan kepala keluarga
yang terbanyak adalah tamatan SD/SLTP.

5. Cara penularan

Virus Hepatitis A cara penularannya melalui fecal oral , yaitu ketika seseorang yang belum terinfeksi
mengalami kontak dengan atau menelan benda, makanan atau air yang telah terkontaminasi feses
orang yang terinfeksi (CDC, 2012). Menurut Kemenkes (2014) penggunaan alat makan bersama
bukan faktor penularan utama dalam penyakit Hepatitis A dan risiko menularkan kecil. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutianah (2014) dalam
penelitiannya yang berjudul kondisi kesehatan lingkungan pesantren dan perilaku hidup bersih dan
sehat siswa dengan kejadian Hepatitis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
tukar menukar alat makan dengan kejadian hepatitis A. Virus ini juga dapat ditularkan melalui kontak
fisik dengan orang yang terinfeksi, termasuk kontak seksual dan tidak terbatas untuk kontak anal-
oral. Penyebarluasan hepatitis A di kalangan pria yang berhubungan seksual dengan sesama pria
telah dilaporkan. Penyebarluasan melalui air, walaupun jarang, biasanya terkait dengan air yang
terkontaminasi limbah atau tidak diolah dengan baik (CDC,2012).

6. Masa inkubasi

Masa inkubasi HAV adalah 15–50 hari dengan rata-rata 28 hari sampai dengan 30 hari setelah
infeksi. Gejala penyakit hepatitis A adalah demam, kelelahan, anoreksia (kehilangan nafsu makan),
gangguan pencernaan atau ketidaknyamanan terutama di hati, mual, muntah, urine berwarna teh
pekat, serta warna kekuningan pada kulit dan mata (ikterus) (Sundoro,2007).

7. Periode penularan

Menurut Wicaksono (2014) gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase
prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan) (Noer, 2007).

a. Fase Inkubasi
Fase Inkubasi merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada
dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin
pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari,
dengan rata-rata 28-30 hari.
b. Fase Prodromal (Pra-Ikterik)
Pada fase ini akan timbul keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Tandanya
berupa malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan
anorexia
c. Fase Ikterus
Fase Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah tibul ikterus jarang
terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
d. Fase Konvalesen (Penyembuhan)
Fase penyembuhan diawali dengan proses menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat
dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu.
Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-
10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya

8. Upaya penyembuhan

Upaya untuk menyembuhkan virus Hepatitis A dilakukan dengan 2 cara , yaitu medikamentosa dan
non-medikamentosa. Hingga sekarang belum ada pengobatan spesifik bagi hepatitis virus akut,
pengobatan hanya bersifat simtomatis(Brundage,2006). Dalam tatalaksana non-medikamentosa
adalah istirahat yang dilakukan dengan tirah baring, manajemen khusus untuk hati dapat diberikan
sistem dukungan untuk mempertahankan fungsi fisiologi seperti hemodialisis, transfusi tukar,
extracorporeal liver perfusion, dan charcoal hemoperfusion.Selain itu, makan yang di konsumsi
adalah makanan tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak untuk pasien yang dengan anoreksia
dan nausea dan menghindari obat-obatan yang di metabolisme di hati, konsumsi alkohol, makan-
makanan yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan, seperti makanan yang berlemak, tidak
ada diet khusus bagi penderita hepatitis A, yang penting adalah jumlah kalori dan protein adekuat
yaitu 1 g/kg protein, 30-35 cal/kg (Sanityoso,2009).

Daftar Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset
kesehatan dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kemenkes RI; 2010.

Brundage SC, Fitzpatrick AN, 2006. Hepatitis A. USA : Departement of Health and Environmenal
Control.

Bohm SR, Berger KW, Hackert PB, Renas R, Brunette S, Parker N, dkk. Hepatitis A outbreak among
adults with developmental disabilities in group homes--Michigan, 2013. MMWR. 2015;64(6):148–52.

Cahyono JBSB. Hepatitis A: cegah penularannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2009

CDC.2012. Hepatitis A. https://www.cdc.gov/hepatitis/hav/pdfs/hepageneralfactsheet.pdf

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI.
Pedoman pengendalian hepatitis virus. Jakarta: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI; 2012
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI.
Situasi dan Analisis Hepatitis.Jakarta : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI; 2014

Ly KN, Klevens RM. Trends in disease and complications of hepatitis A virus infection in the United
States, 1999-2011: a new concern for adults. J Infect Dis. 2015;212(2):176–82

Noer, Sjaifoellah H.M., Sundoro, Julitasari. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi Pertama. Editor : H. Ali
Sulaiman. Jakarta: Jayabadi. 2007.

Pratiwi,E. Soekarso,T. Adam,K. Setiawaty,V. 2017. Identifikasi Virus Hepatitis A pada Sindrom
Penyakit Kuning Akut di Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2013. Global Medical and Health
Communication. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Wang Z, Chen Y, Xie S, Lv H. Changing epidemiological characteristics of hepatitis A in Zhejiang


Province, China: increased susceptibility in adults. PLoS One. 2016;11(4):e0153804

Wiseman R, Weil LM, Lozano C, Johnson TJ Jr, Jin S, Moorman AC, dkk. Notes from the field: health
care-associated hepatitis A outbreak - Texas, 2015. MMWR. 2016;65(16):425–6

Satianah. 2014. Kondisi Kesehatan Lingkungan Pesantren Dan PHBS Terhadap Hepatitis. Journal
makara UI. http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/download/515/pdf _10 sitasi 2
januari 2014

Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

Anda mungkin juga menyukai