102016150
Pendahuluan
Penyakit akibat kerja terjadi disebabkan oleh seseorang yang terpajan faktor
fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor-faktor ini merupakan
permasalahan utama di setiap tempat kerja dan menentukan terjadinya penyakit akibat
kerja, sebagai contoh seseorang yang terpajan metil etil keton di tempat kerja
merupakan faktor utama terjadinya keracunan yang menimbulkan gejala-gejala
tertentu seperti pusing, mata berair, tampak lemas (mengantuk), dll. Perlu diketahui
juga bahwa terdapat juga faktor lain seperti kerentanan individual yang dapat
mempengaruhi perkembangan penyakit dari pekerja yang terpajan di tempat kerja.1 Di
dalam makalah ini akan dibahas tentang intoksikasi pelarut atau solvent pada pekerja
di pabrik sepatu dan juga langkah mengatasinya.1
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pertama-tama kita melihat keadaan umum pasien yang
ditemukan bahwa keadaan umum dan kesadaan umum pasien. Lalu kita melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien yang terdiri dari tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, dan suhu. Lalu kita dapat melakukan pemeriksaan head to toe.
Pada skenario ini pemeriksaan fisik dalam batas normal.2
Pemeriksaan Penunjang
Pada skenario ini pasien mengalami gejala seperti pusing dan mengantuk serta
mata berair yang diduga terkena pajanan kimiawi yang disebabkan oleh bahan sol
sepatu yaitu metil etil keton (MEK).
Patofisiologi
Seperti aldehid, keton juga bersifat mengiritasi, dan dengan alasan itu ia tidak
dibenarkan diinhalasi dalam jumlah yang berbahaya. Keton, umumnya suatu senyawa
yang sangat atnan, dan hanya akan menyebabkan perasaan mengantuk dan iritasi pada
dosis yang tinggi. Metil etil keton sendiri dapat mengiiritasi tubuh dengan melalui
terhirupnya ke dalam tubuh dalam bentuk uap, gas, debu dll atau dapat melalui kontak
pada kulit.3,4
Gejala klinis
Pada peranan faktor individu sendiri biasanya ditanyakan pada pasien apakah
ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaan yang dapat
mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD? Apakah pasien
mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami. Apakah gejala hanya pada pasien
ini sahaja tau juga pada teman sekerja? Factor individu mencakup status kesehatan
fisik pasien, faktor kesehatan mental pasien dan higinis perorangan pasien.5
Berdasarkan kasus, dari anamnesis dan juga skenario tidak dijelaskan adanya
permasalahan pada faktor individu.
Pada faktor lain ini biasanya juga ditanyakan apakah ada faktor lain yang dapat
merupakan penyebab penyakit? Riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
risikonya meningkat. Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit? Apakah pasein mempunyai kerja tambahan?
Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab di tempat kerja.5
Berdasarkan kasus ini, dari anamnesis dan juga skenario tidak dijelaskan adanya
permasalahan pada faktor lain diluar pekerjaan.
7. Diagnosis Okupasi
Pada skenario ini didapatkan pasien mengalami pusing, mengantuk, serta mata
berair yang diketahui kemungkinan pasien terpapar lem dalam produksi sepatu. Salah
satu zat kimia yang dipakai pada lem ialah MEK yang jika terpapar pajanan akut
dapat menimbulkan iritasi saluran pernapasan, iritasi pada mata, sakit kepala, vertigo,
kelelahan (mengantuk), sulit konsentrasi, efek nerologis lain hingga kematian. Jadi
dapat kita katakan diagnosis okupasinya ialah PAK karena adanya intoksikasi solven
(MEK) yang dihirup dari pasien sampai pasien mengalami gejala yang serupa. Namun
untuk menentukan diagnosis okupasi yang pasti memerlukan data pendukung dari
pemeriksaan penunjang.5
Pada kasus ini pengendalian paparan pada pasien sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya neurotoksis sebelum mengenai pasien lainnya. Pada lingkungan
kerjanya disediakan pertukaran udara yang cukup dengan membuat ventilasi udara di
ruang kerja. Kemudian menggunakan alat pelindung diri mulai dari perlindungan
pernapasan, perlndungan pada tangan (sarung tangan yang terbuat dari karet butil),
perlindungan mata (dengan menggunakan kacamata pelindung), perlindungan kulit
dan tubuh dengan memakai pakaian pelindung dan sepatu, dan paling akhir
melakukan tindakan higienis seperti mencuci tangan pada awal dan akhir setelah
melakukan aktivitas kerja.3,4,5
Pada pasien yang terkena pajanan kimia melalui udara (inhalasi) yang dapat
menyebabkan pernapasan pasien tidak teratur atau berhenti berikan pernapasan buatan
dan segera panggil dokter. Jika terpapar pada bagian kulit segera bersihkan dengan
sabun dan air mengalir, lalu lepaskan pakaian dan sepatu yang tercemar dan dicuci
sebelum dipakai kembali. Jika sampai mengenai mata, bilas mata baik-baik dengan air
sedikit selama 15 menit dan periksakan ke dokter. Jika tertelan segera dapatkan
bantuan medis.3
Penatalaksanaan
Secara medika mentosa pengobatan yang dilakukan ialah bersifat simptomatik saja,
seperti pada skenario kasus pasien merasa pusing, dengan gejala ini dapat
memberikan obat Paracetamol 500 mg untuk menghilangkan nyeri kepala tersebut
diminum jika kepala terasa nyeri saja.1,2
Kesimpulan
Dari skenario ini didapatkan pasien mengalami intoksikasi akibat metil etil
keton yang memberikan gejala seperti di skenario. Pengendalian paparan pada tempat
kerja tersebut sangatlah penting, jika tidak dilakukan segera dapat menurunkan
produktivitas suatu perusahaan, dan secara nasional.
Daftar Pustaka