Anda di halaman 1dari 11

Kelainan Kromosom Trisomi 13

E4

Verani Agusthiyanti Hidayat

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Pendahuluan

Defek genetik dapat muncul pada setiap usia, mulai dari saat konsepsi hingga usia
lanjut. Namun, dampak terbesar dari gangguan yang diturunkan ini terjadi pada masa kanak-
kanak. Sekitar 1 dari 40 bayi yang dilahirkan memiliki suatu malformasi mayor yang dapat
dikenali sejak lahir, dan lebih dari setengah jumlah tersebut melibatkan faktor genetik.
Kesalahan yang terjadi pada meiosis selama pembentukan gamet dapat menyebabkan
abnormalitas struktur atau jumlah kromosom. Sindrom yang disebabkan abnormalitas
kromosom meliputi Sindrom Down , Trisomi 13, Trisomi 18, Sindrom Turner, dan Sindrom
Klinefelter selain itu terdapat duplikasi, delesi atau inversi kromosom yang kejadiannya lebih
jarang.

Abnormalitas kromosom terjadi pada sekitar 8% telur yang dibuahi tetapi hanya pada
0,6% bayi yang lahir hidup. Lima puluh persen abortus spontan disebabkan abnormalitas
kromosom. Pada bayi baru lahir dan anak yang lebih tua, banyak gambaran yang mencurigakan
adanya anomali kromosom, meliputi berat lahir rendah ( IUGR ), gagal tumbuh, keterlambatan
perkembangan, dan adanya tiga atau lebih malformasi kongenital.

Kelainan pada kromosom bisa kelainan dari jumlah kromosom nya yang terbagi atas 2
yaitu trisomi dan monosomi dan juga bisa kelainan dari struktur kromosom nya dapat berupa
balanced ( tidak ada materi genetik yang hilang ) atau unbalanced ( ada materi genetik yang
hilang ) dan dapat berupa inversi, delesi, translokasi, adesi.

Pada makalah ini akan membahas mengenai trisomi 13 yang merupakan kelainan
jumlah kromosom 13.

1
Anamnesis 1

• Identitas pasien

• Nama, Usia, Alamat dl

• Berapa kali pasien hamil, bersalin dan abortus ( G2P1A0 )

• Keluhan /Riwayat penyakit sekarang

• Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan dan kelahiran dapat menggali berbagai resiko multipel yang terkait
dengan dismorfologi. Bayi-bayi kecil usia kehamilan mungkin memiliki anomali
kromosom atau terpapar terhadap teratogen. Bayi-bayi besar usia kehamilan mungkin
memiliki ibu diabetes atau mengalami sindrom pertumbuhan berlebihan seperti
sindrom Beckwith-Wiedemann. Usia ibu yang lanjut dikatikan dengan peningkatan
resiko non-disjunction yang menyebabkan trisomi. Usia ayah yang lanjut mungkin
terkait dengan peningkatan resiko mutasi baru yang menyebabkan pembawa sifat
autosomal dominan. Masalah medis ibu dan pajanan ( medikamentosa, asap rokok, dan
penggunaan alkohol ) dikaitkan dengan malformasi.

- Sudah berapa kali hamil

- Riwayat kehamilan yang lalu

- Riwayat abortus

• Riwayat penyakit dahulu

• Riwayat keluarga

Perlu disusun suatu pedigree untuk mencari abnormalitas, baik yang serupa maupun
tidak serupa pada kerabat derajat satu dan dua. Riwayat abortus atau kematian pada
masa neonaatal harus ditanyakan.

• Asupan gizi

• Bagaimana asupan gizi sehari-hari

• Kebiasaan pasien seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan


penyalahgunan obat-obatan terlarang

• Riwayat persalinan

- Sudah berapa kali melahirkan

2
- Cara persalinan sebelum nya gimana

- Persalinan normal atau ada komplikasi

Pemeriksaan Fisik

• Tanda-tanda vital : tekanan darah, frekuensi nafas , nadi, suhu

Pemeriksaan Penunjang
A. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan non-invasif yang paling banyak dilakukan dan dapat dilakukan pada
setiap tahap dan usia kehamilan. Pemeriksaan USG pada trimester (TM) I dilakukan pada usia 11-13 minggu
untuk memeriksa nuchal fold translucency (NT). Pemeriksaan pada TM I dapat mengidentifikasikan adanya
kelainan seperti Sindrom Down, trisomi 18, dan trisomi 13 hingga 90%. Hasil pemeriksaan USG pada trisomi
13 dapat ditemukan peningkatan penebalan nuchal, polihidramnion atau oligohidramnion, bukti IUGR, hidrops
fetalis, usus echogenik, dan corda tendinea echogenik. Selain USG, dilakukan pula pemeriksaan serum
maternal.2
B. Skrining Marker Serum Maternal
Skrining marker serum maternal merupakan tes darah yang dilakukan pada ibu hamil pada kehamilan TM I
dan/atau TM II untuk mengetahui adanya kelainan kromosom atau tidak. Skrining ini terbagi menjadi 2 : 2
 TM I (11-13 minggu)
Pada waktu ini marker yang diperiksa adalah serum fi-human chorionoc gonadotropin bebas (free fi- hCG)
dan pregnancy associated plasma proteni (PAPP-A). Pada trisomi 13, ditemukan penurunan nilai kedua
marker tersebut.5
 TM II (15-18 minggu)
Pada waktu ini marker yang diperiksa adalah kadar protein yang dihasilkan janin selama kehamilan dan beredar
di peredaran darah ibu. Pemeriksaan ini dikenal sebagai triple screening (a-fetoprotein, unconjugated estriol,
dan human chorionoc gonadotropin ) atau quad screening (ditambah pemeriksaan inhibin A). nilai normal
pemeriksaan marker ini bergantung pada usia kehamilan, jumlah janin, berat badan, ras, dan riwayat diabetes
pada ibunya.3

C. Amniosentesis

Amniosentesis merupakan prosedur diagnostik prenatal yang paling banyak dipakai


dan bertujuan untuk mendapatkan sampel pemeriksaan kromosom Pemeriksaan ini dilakukan
untuk memastikan adanya kelainan kromosom pada janin yang ditemukan pada pemeriksaan
prenatal sebelumnya (USG dan serum marker). Pemeriksaan ini dilakukan pada TM II, sekitar

3
usia 15-20 minggu. Pemeriksaan ini menggunakan jarum spinal yang dimasukkan ke dalam
kantong amnion dengan tuntunan USG lalu mengambil sekitar 15-30 cc cairan amnion. Sel
janin yang terdapat pada cairan tersebut lalu dikultur dan diperiksa untuk mengetahui adakah
kelainan kromosom.

Cordosentesis ( percutaneus umbilical blood sampling)

Dikerjakan setelah amniosentesis tidak dapat dilakukan (misal usia gestasi >20
minggu). Cordosentesis dilakukan dengan mengaspirasi darah janin dari vena umbilikalis
perkutaneus dari perut ibu dengan bantuan USG. darah biasanya diambil sebanyak 0,5-1ml dan
dicek apakah benar darah janin atau bukan (dengan analisa HbF). analisa kromosom
menggunakan cordosentesis biasanya memerlukan waktu 5-7 hari.

4
Working Diagnosis

Trisomi 13 / patau syndrome


Merupakan penyakit kelainan genetik dengan kromosom 13. Trisomi 13 (47, XX/XY+ 13) serta
memiliki jumlah kromosom 47 (45A+XX atau 45A+XY). Patau syndrome atau dikenal juga trisomi 13
adalah salah satu penyakit yang melibatkan kromosom, yaitu struktur yang membawa informasi
genetik seseorang dalam gen. Syndrome ini terjadi jika pasien memiliki lebih satu kromosom pada
pasangan kromosom ke 13 karena tidak terjadinya persilangan antara kromosom saat proses meiosis.
Beberapa pula disebabkan oleh translokasi Robertsonian. Lebih satu kromosom pada kromosom yang
ke 13 mengganggu pertumbuhan normal bayi serta menyebabkan munculnya tanda-tanda syndrome
patau.
Biasanya fatal pada tahun pertama kehidupan, hanya 8,6% bayi bertahan hidup
melewati ulang tahun pertama mereka. Bayi dengan trisomi 13 memiliki banyak malformasi.
Bayi ini kecil usia kehamilan dan mikrosefalik. Sering ditemukan defek fasial garis tengah,
seperti siklop ( orbita tunggal ), sebosefali ( nostril tunggal ), dan bibir dan palatum sumbing,
demikian juga dengan sistem anomali sistem saraf pusat, seperti holoprosensefali alobar.
Kening tampak sloping, telinga sering didapatkan berukuran kecil dan malformasi, mungkin
didapatkan mikrotalmia atau anoftalmia. Polidaktili postaksial tangan sering dijumpai,
demikian juga dengan clubfeet atau rocker-bottom feet. Hipospadia dan kriptorkidisme sering
dijumpai pada anak laki-laki, sedangkan anak perempuan umumnya mengalami hipoplasia
labia minora. Kebanyakan bayi dengan trisomi 13 juga memiliki penyakit jantung kongenital.
Banyak bayi dengan kondisi ini memiliki lesi tengkorak berbentuk punched-out di oksiput
kiri atau kanan yang disebut aplasia kutis kongenital, bila ditemukan bersama dengan
polidaktili dan beberapa atau semua kelainan wajah yang disebutkan sebelumnnya maka
temuan tersebut patognomonik untuk diagnosis trisomi 13.1

gambar 1. trisomi 13 kariotip: 47,XX,+132

5
Different Diagnosis

Trisomi 18

Trisomi 18 ( 47 XX, +18 atau 47 XY, +18 ) atau juga disebut Sindrom Edward adalah
trisomi autosomal kedua tersering, terjadi pada 1 dari 7500 kelahiran hidup. Lebih dari 95%
hasil konsepsi dengan trisomi 18 mengalami aborsi spontan pada trimester pertama. Trisomi
18 umumnya letal, hanya kurang dari 10% bayi yang terkena dapay bertahan sampai ulang
tahun pertama. Sebagian besar bayi dengan trisomi 18 lahir kecil untuk usia kehamilan. Anak
dengan trisomi 18 mengalami defiensi pertumbuhan intrauterin, konstelasi konsisten abnormal
kraniofasial dan anggota gerak, serta peningkatan kejadian defek struktural tertentu. Sindrom
ini dikenali dengan wajah yang sempit dengan jembatan hidung tinggi, fisura palpebra pendek,
mikrognatia dan mulut kecil, bersama dengan tangan yang mengepal, jari-jari bertumpang
tindih, dan kuku-kuku hipoplastik, hipertonia, oksiput prominen, dagu yang mundur ke
belakang, malformasi telinga dan telinga letak rendah, sternum pendek, rocker-bottom feet.
Sekitar 90% bayi ini meninggal saat berusia 1 tahun, seringkali karena malformasi sistem saraf
pusat atau jantung atau infeksi pernapasan, alasan pasti penurunan daya tahan hidup tidak
selalu diketahui. Sedikit individu yang mampu bertahan hidup sampai masa remaja memiliki
retardasi mental nyata.3

Etiologi

Trisomi 13 terjadi akibat munculnya ekstra duplikasi kromosom 13, umumnya terjadi
saat konsepsi dan ditransmisikan ke setiap sel tubuh. penyebab yang spesifik untuk sindom
patau tidak diketahui dengan pasti, namun diduga berhubungan dengan meningkatnya usia
maternal. aneuploidi merupakan akibat tersering dari nondisjunction. 4

Epidemiologi

Di Amerika Serikat, insiden Sindrom Patau terjadi pada 1 : 8.000-12.000 kelahiran


hidup. Insidensi akan meningkat dengan meningkatnya usia ibu.

Mortalitas dan morbiditas, rata-rata umur anak dengan sindrom patau hanya 2,5 hari
saja, dengan hanya 1 dari 20 anak yang dapat bertahan hingga lebih 6 bulan.

6
Sindrom patau terlihat sebelum lahir dan sepenuhnya jelas saat lahir . sejumlah besar
kasus dengan trisomi kromosom 13 mengakibatkan abortus spontan , kematian janin , bayi
lahir mati.

Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya trisomi 13 pada umumnya tak jauh berbeda dengan trisomi 18.
Patau Syndrome disebabkan munculnya ekstra duplikasi kromosom 13, umumnya terjadi saat
konsepsi dan ditransmisikan ke setiap sel tubuh. Sementara mekanisme bagaimana kromosom
trisomi mengganggu perkembangan masih belum diketahui secara pasti. Pada perkembangan
normal genom autosomal manusia memperoleh 2 duplikat, munculnya duplikat autosomal ke-
3 terutama trisomi 13 tipe sempurna/total sangat lethal terhadap perkembangan embrio.
Sindrom Patau juga dapat terjadi ketika bagian dari kromosom 13 menjadi melekat pada
kromosom lain (translokasi) sebelum atau pada saat pembuahan dalam translokasi
Robertsonian. Orang yang terkena memiliki dua salinan dari kromosom 13, ditambah bahan
tambahan dari kromosom 13 melekat pada kromosom lain. Dengan translokasi, orang tersebut
memiliki trisomi parsial untuk kromosom 13 dan sering tanda-tanda fisik dari sindrom berbeda
dari sindrom Patau khas.
Sebagian besar kasus sindrom Patau tidak diwariskan, tetapi terjadi peristiwa yang acak
selama pembentukan sel-sel reproduksi (telur dan sperma). Sebuah kesalahan dalam
pembelahan sel yang disebut non - disjungsi dapat menghasilkan sel-sel reproduksi dengan
jumlah abnormal kromosom. Sebagai contoh, sel telur atau sperma dapat memperoleh salinan
ekstra kromosom. Jika salah satu dari sel-sel reproduksi atipikal berkontribusi pada susunan
genetik seorang anak, anak akan memiliki ekstra kromosom 13 di setiap sel tubuh. Sindrom
Patau Mosaic juga tidak diwariskan. Hal ini terjadi sebagai kesalahan acak selama pembelahan
sel pada awal perkembangan janin.
Sindrom Patau karena translokasi dapat diwariskan. Orang yang terpengaruh dapat
membawa penataan ulang materi genetik antara kromosom 13 dan kromosom lain. Penataan
ulang ini disebut translokasi seimbang karena tidak ada bahan tambahan dari kromosom 13.
Meskipun mereka tidak memiliki tanda-tanda sindrom Patau, orang yang membawa jenis
translokasi seimbang berada pada peningkatan risiko memiliki anak dengan kondisi tersebut.5

7
gambar 2. proses nonjunction pada meiosis

Gejala Klinis 1
trisomi 13 trisomi 18

kepala dan wajah defek kulit kepala (misal: aplasia penampilan kecil dan prematur,
kutis), mikroftalmia, abnormalitas fisura palpebra yang ketat, hidung
kornea, bibir dan palatum sempit dan alae nasal hipoplastik,
sumbing pada 60-80% kasus, diameter bifrontal sempit, oksiput
mikrosefali, stoping forehead, prominen, mikrognatia, bibir atau
holoprosensofali, hemangioma palatum sumbing
kapiler, tuli

Dada penyakit jantung kongenital penyakit jantung kongenital


(misal: VSD, PDA, dan ASD) (misal: VSD, PDA, dan ASD),
pada 80% kasus, iga-iga posterior sternum pendek, puting kecil
tipis atau hilang

ekstremitas tumpang tindih jari jemari tangan abduksi panggul yang terb atas,
dan kaki (klinodaktili), polidaktili, klinodaktili, rocker bottom fet,
kuku hipoplastik, kuku bikonveks kuku hipoplastik

Umum keterlambatan perkembangan keterlambatan perkembangan


berat dan retardasi pertumbuhan berat dan retardasi pertumbuhan
prenatal dan pasca natal, prenatal dan pasca natal,
abnormalitas ginjal, projeksi kelahiran premature,
nukleus pada neutrofil, hanya 5% polihidramnion, hernia inguinal
hidup >6 bulan atau abdominal, hanya 5% hidup
>1 tahun

8
Gambar 3. Aplasia cutis Gambar 4. polydactyly Gambar 5. Sindrom Patau

Pengobatan

Intervensi bedah umumnya ditunda untuk beberapa bulan pertama kehidupan karena
tingginya angka kematian. Hati-hati dalam mengambil keputusan terhadap kemungkinan
harapan hidup mengingat beratnya derajat kelainan neurologik dan kelainan fisik dan
pemulihan pos operasi. Konsultasi genetika sangat penting ditinjau dari resiko berulangnya
trisomi 13 seperti halnya terhadap trisomi 18 karena translokasi.

Manajemen medis anak-anak dengan trisomi 13 direncanakan berdasarkan kasus per kasus
dan tergantung pada keadaan individual pasien. Pengobatan patau syndrome berfokus pada
masalah fisik tertentu dengan yang setiap anak lahir. Banyak bayi mengalami kesulitan
bertahan dalam beberapa hari pertama atau minggu karena saraf parah masalah atau kompleks
cacat jantung . Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki kerusakan jantung atau
celah bibir dan langit-langit . Terapi fisik, okupasi, dan pidato akan membantu individu dengan
patau syndrome mencapai potensi penuh perkembangan mereka.

Pencegahan

Dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan ahli genetik sebelum merencanakan


kehamilan selanjutnya terutama bila sebelumnya memiliki riwayat memiliki anak trisomi 13

9
Prognosis
Prognosis bayi dengan trisomi 13 sangat buruk dan mayoritas bayi lahir mati (still birth).Beberapa bayi
dapat berhasil lahir namun hidup tidak lama. Rata-rata usia bayi dengan trisomi 13 adalah 2,5 hari
hanya 1 dari 20 bayi yang akan bertahan lebih dari 6 bulan. Lebihdari 80% anak dengan trisomi 13
meninggal pada tahun pertama.3

Komplikasi yang dapat timbul antaralain:5

- komplikasi baghi janin salahsatunya hambatan pertumbuhan (IUGR)


- Kesulitan bernapas atau kurangnya bernafas (apnea)
- Keadaan tuli
- Masalah makan
- Gagal jantung
- Kejang
- Masalah penglihatan
Sekitar 90% dari bayi trisomi 13 meninggal dalam bulan pertama kehidupan mereka, hanya 5-
10% bertahan hidup sampai satu tahun. Anak-anak yang bertahan hidup dari bayi
membutuhkan terapi kesehatan untuk memperbaiki kelainan struktural dan komplikasi yang
terkait. Yang bertahan hidup hingga dewasa sangat jarang. Hanya satu orang dewasa yang
diketahui selamat sampai usia 33 tahun.

Kesimpulan
Sindrom Patau (Trisomi 13) merupakan kelainan autosomal ketiga tersering yang
terjadi pada bayi lahir yang hidup setelah Sindrom Down (trisomi 21) dan Sindrom Edwards
(trisomi 18). Insiden Sindrom Patau terjadi pada 1 : 8.000-12.000 kelahiran hidup. Insidensi
akan meningkat dengan meningkatnya usia ibu.
Penyebab trisomi 13 dapat terjadi akibat non-disjunction saat pembelahan miosis I atau
miosis II. Sekitar 85% trisomi 13 berhubungan dengan non-disjunction miosis maternal, dapat
pula terjadi akibat translokasi genetik. Terdapat 3 tipe pada trisomi 13 yaitu tipe klasik,
translokasi, dan mosaik. Karakteristik trisomi 13 adalah anomali multipel yang berat termasuk
anomali sistem saraf pusat, anomali wajah, defek jantung, anomali ginjal, dan anomali
ekstremitas. Manifestasi klinisnya dapat berupa mikrosefal, cyclops (mata tunggal), struktur
nasal abnormal, cleft bibir dan palatum, low set ears, dan polidaktili.

10
Trisomi 13 dapat dideteksi prenatal dengan melakukan pemeriksaan USG dan marker
serum maternal yang dilakukan pada trimester I. Bila terdapat kecurigaan janin mengalami
trisomi 13, dilakukan pemeriksaan kromosom jaringan janin dengan menggunakan
amniosentesis atau cordosentesis.
Tidak ada terapi spesifik atau pengobatan untuk trisomi 13. Kebanyakan bayi yang lahir
dengan trisomi 13 memiliki masalah fisik yang berat. Komplikasi hampir terjadi sesegera
mungkin seperti sulit bernapas, gagal jantung, gangguan penglihatan, kejang, dan ketulian.
Prognosis bayi dengan trisomi 13 sangat buruk dan mayoritas bayi lahir mati (still birth).
Beberapa bayi dapat berhasil lahir namun hidup tidak lama. Lebih dari 80% anak dengan
trisomi 13 meninggal pada tahun pertama.

Daftar Pustaka
1. Marchdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson: ilmu kesehatan anak
esensial. edisi keenam. Jakarta: Saunders Elsevier; 2011.hlm.202-206.
2. Shetty, Aditya, Gaillard, Frank et all. Patau syndrome. dikutip dari
http://radiopaedia.org/articles/patau-syndrome. diakses pada 26 September 2014.
3. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatri , volume 1. Jakarta :EGC;
2006.hlm.342.
4. Best, Robert G, Gregg, Romaine A. Patau Syndrome. Dikutip dari
http://emedicine.medscape.com/article/947706-overview. diakses pada 26 September 2014.
5. Englert H. Trisomy 13. Dikutip dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001660.htm. diakses pada : 26 September
2014.

11

Anda mungkin juga menyukai