Anda di halaman 1dari 43

RETURN TO WORK PADA KASUS

KECELAKAAN KERJA
(beserta sharing pengalaman kasus pada industri manufaktur perusahaan
swasta)

Dr. David R. Wibowo, Sp.Ok

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
PENDAHULUAN
• Penatalaksanaan Kembali Kerja (Return to Work) pada
kasus Kecelakaan Kerja sedang menjadi trend terbaru.
• Sudah ada beberapa RS besar yang mempekerjakan Sp.Ok,
dan sudah cukup banyak RS di Jabodetabek yang membuka
lowongan terhadap Sp.Ok
• Sayangnya banyak Sp.Ok yang baru memulai praktek di RS
belum mengetahui tips & tricks untuk memulai praktek di
RS  akhirnya kecewa karena:
• Penghasilan dianggap terlalu rendah
• Minim pasien
• Kadang2 kurang dihargai oleh sesama TS dokter spesialis lainnya
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
TAHAPAN MEMBANGUN PELAYANAN
KEDOKTERAN OKUPASI DI RS
1. Tahap rekrutmen: wawancara, kredensial, penandatanganan
kontrak kerja
2. Tahap pembangunan sistem pelayanan
3. Tahap sosialisasi: eksternal dan internal

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Tahap Rekrutmen
1. Wawancara dengan pimpinan/direktur RS:
• Mintalah keterangan tentang job desc
• Full time or part time?
• Bila part time  pastikan jumlah jam kerja < 20 jam seminggu
• Guarantee Fee vs Fixed Income?
• Sharing dokter? Umumnya antara 60-85% dari tarif pelayanan
• Adakah tunjangan sebagai:
• Kepala Unit MCU dan/atau K3RS?
• Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja?

2. Kredensial dengan Komite Medik:


• Siapkan white paper atau Perkonsil 90/2020
• Terangkan 5 Kompetensi Utama Sp.Ok dengan jelas kepada audiens
• Catatan: tidak semua bidang spesialisasi hadir pada saat kredensial; sebaiknya mengundang juga
perwakilan dari SMF Orthopedi
• Terangkan kewenangan klinis yang bersinggungan dengan Sp lainnya: audiometri dan spirometri
okupasi
• Pertimbangkan dukungan mitra bestari (Ketua PERDOKI Cabang, perwakilan PP PERDOKI/KKOI,
maupun Sp.Ok lain yang sudah berpraktek di RS) sewaktu menjalani kredensial  terutama RS tipe
A/B
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
3. Penandatanganan
IMPROVING Kontrak Kerja
PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
• Pastikan isi kontrak kerja sesuai dengan kesepakatan sewaktu wawancara
Tahap Pembangunan Sistem Pelayanan
• Ajukan tarif pelayanan, dapat mengacu pada Pedoman Remunerasi Dokter
Indonesia (IDI 2023 – dalam tahap penyusunan) atau SE PERDOKI
0923/2021 tentang Tarif Pelayanan Kedokteran Okupasi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan  tarif pelayanan harus masuk ke dalam sistem
billing RS dan Buku Tarif RS
• Bekerja sama dengan Dept. Pelayanan Medis dan Komite Mutu RS untuk
menyusun dokumen2 berikut: Kebijakan Direktur, Rincian Kewenangan
Klinis dan Penugasan Klinis, Panduan Pelayanan Kedokteran Okupasi,
Panduan Praktek Klinis, SPO, dan formulir2 untuk internal RS
• Bila diperlukan, dapat dibuat suatu Internal Memo oleh direktur RS yang
isinya mendukung pelayanan kedokteran okupasi di RS tentang:
• Pembatasan surat sakit yang dikeluarkan oleh DPJP klinis
• Alur rujukan ke klinik kedokteran okupasi
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Tahap Sosialisasi
• Eksternal RS:
• BPJS Ketenagakerjaan: kredensial dengan BPJS Ketenagakerjaan, dilanjutkan dengan
pembuatan addendum
• Pastikan bahwa pelayanan FTW, RTW, PAK, Penilaian Kecacatan masuk dalam addendum
• Perusahaan: health talk, edukasi, sosialisasi, dan silaturahmi kepada perusahaan klien RS
• Pastikan bahwa setiap perusahaan rekanan RS (terutama perusahaan padat karya) mengetahui
bahwa Sp.Ok telah hadir di RS tempat praktek anda
• Bangunlah sarana komunikasi dengan dokter perusahaan atau HRD perusahaan rekanan  saling
bertukar no HP/WA
• Pastikan bahwa perusahaan rekanan mengetahui peranan Sp.Ok di RS tempat praktek anda sebagai
DPJP tata laksana okupasi
• Tenaga medis eksternal RS: seminar medis ber-SKP IDI dengan topik RTW pada kasus
Kecelakaan Kerja
• Internal RS:
• Pembahasan dan sosialisasi PPK Penatalaksanaan Kembali Bekerja Pada Kasus
Kecelakaan Kerja kepada para DPJP yang terlibat dalam kasus kecelakaan kerja
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Tata Laksana Kecelakaan Kerja (termasuk PAK)
(Peraturan Pemerintah RI No. 88/2019 ttg Kesehatan Kerja )

• Pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik, psikis, dan fungsi


yang diakibatkan
Umumnya oleh keadaan/kondisi
dilaksanakan olehsakit,Tenaga
penyakit atau
Medis
Pemulihan / Dokter spesialis klinis yang merawatnya
cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian Iisik
Tatalaksana Medis selain Sp.Ok
sebagai
dan/atau rehabilitatif untuk DPJP
mencapai Klinis fungsi yang
kemampuan
optimal.

• Upaya pemulihan terhadap Pekerja yang telah memiliki


Pemulihan Kerja
Pelayanan oleh Sp.Ok
keterbatasan fisik/mental di RS: Penyakit
yang disebabkan PenilaianAkibat Laik
Kerja,
(Tata Laksana
Dokter
bukan
Kerja,Penyakitspesialis
Penilaian kedokteran
Akibat Kerja, atau
Kembali Kerja okupasi
kecelakaan kerja agar dapat
(return to
membantu Pekerja meningkatkan toleransi fisik dan
Okupasi) melaksanakan sebagai
fungsi DPJP
work), Penilaian Kecacatan
sosialnya, Okupasi
sehingga dapat kembali bekerja.
• Dilaksanakan melalu Program Kembali Bekerja (Return To Work)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Tata Laksana Pasien Pada Peserta Program
RTW
• Tata laksana medis:
• DPJP (orthopedi, bedah umum, neuro, bedah saraf, dll)  rencana kontrol sesuai
anjuran DPJP
• Sp. KFR (jika membutuhkan Fisioterapi)  rencana fisioterapi sesuai anjuran Sp.KFR
• Tata laksana okupasi oleh Sp.Ok
• Penilaian Laik Kerja
• Penilaian Kembali Kerja
• Penilaian Kecacatan
• Catatan: Surat Keterangan Sakit sebaiknya dikeluarkan oleh Sp.Ok selama
mengikuti program RTW  sebaiknya dalam bentuk Sertifikat Medis Untuk
Kelaikan Kerja
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Catatan:
1. Nominal angka di atas adalah acuan tarif batas bawah (setara dengan tarif RS Pemerintah Kelas 1)
2. Jika tarif pelayanan RS secara keseluruhan dikenakan diskon oleh penjamin (terutama BPJS Ketenagakerjaan),
maka perlu dipertimbangkan mark-up tarif antara 20-30% dari angka nominal imbalan jasa di atas
3. INDONESIA
15th Nominal imbalan jasa Sp.OkMEDICINE
OCCUPATIONAL terbaru mengalami
UPDATE kenaikan pada Standar Remunerasi Dokter yang saat slide ini
dibuat, sedang
IMPROVING disusun oleh IDI
PRODUCTIVITY TO (keluaran
RECOVER 2023)TOGETHER
 Penegakan Diagnosis Okupasi, Penilaian Laik Kerja dan
Penilaian Kembali Kerja naik menjadi Rp 340.000, sedangkan Penilaian Kecacatan naik menjadi Rp 350.000
Format Standar
Penilaian Laik
Kerja dan
Penilaian
Kembali Kerja

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
ALGORITMA & TIMELINE
PENATALAKSANAAN
KEMBALI BEKERJA

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
ALGORITMA PENILAIAN LAIK KERJA DALAM
PROGRAM RETURN TO WORK
(PENATALAKSANAAN KEMBALI KERJA)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Pertimbangan Dalam Menentukan Kelaikan Bekerja
Pada Kasus Kecelakaan Kerja: Risk Assessment –
Capacity - Tolerance

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
BEBERAPA PERMASALAHAN DALAM
MEMBUAT PENILAIAN KELAIKAN
KERJA
• Beberapa manajer kasus BPJS Ketenagakerjaan belum men-support “tindakan” Visitasi ke Tempat Kerja
(sesuai tarif RS)  asesmen tempat kerja menjadi tidak optimal
• Kondisi pada saat penilaian awal kelaikan kerja masih belum stabil (masih nyeri, masih kaku sendi yang
bersifat reversible  masih butuh fisioterapi 2-3 x/minggu, dll.)  perlu asesmen berkala  tidak
cukup hanya 1 kali kunjungan ke Sp.Ok
• DPJP klinis sering kali tidak memahami kapan dilakukan Penilaian Laik Kerja  dikeluarkan surat sakit
berkepanjangan  melanggar etika kedokteran
• Adanya kesulitan dalam hal mencari referensi untuk menentukan kapan dilakukan asesmen ulang
kelaikan bekerja  Sp.Ok mesti memahami healing time masing-masing kasus
• Jika masih terdapat gangguan fungsi, penilaian akhir kelaikan bekerja (dan penilaian kecacatan) hanya
dapat dilakukan jika sudah dinyatakan maximum medical improvement  kadang2 tidak jelas siapa yang
berwenang menentukan
• Kesulitan untuk menginput 7 Langkah RTW dalam rekam medis elektronik (e-MR)  harus dibuat
template khusus  tidak semua RS dapat memfasilitasi  perlu kesepakatan format penulisan SOAP
di e-MR
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
TIPIKAL TIMELINE
PENATALAKSANAAN KEMBALI
KERJA KASUS KK/PAK

15th INDONESIA
Catatan: OCCUPATIONAL
pada umumnya,MEDICINE UPDATE
Penilaian Laik Kerja mesti dilakukan beberapa kali
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Penilaian Laik Kerja vs Penilaian Kembali Kerja (Pada Kasus Kecelakaan Kerja)

Penilaian Laik Kerja (Fit to Work) Penilaian Kembali Kerja (Return to Work)
Pengertian Penilaian awal atau penilaian lanjutan Penilaian akhir kelaikan kerja (Final RTW
kelaikan kerja (Early RTW Program) Assessment)
Maksud dan Tujuan • Bertujuan untuk memastikan pekerja • Bertujuan untuk menilai apakah pekerja
dapat melakukan pekerjaannya dapat kembali ke pekerjaan semula atau
secara efektif tanpa risiko terhadap tidak.
dirinya sendiri, rekan kerja, maupun • Menilai kesesuaian kondisi medis pasien
lingkungan kerjanya. dengan pekerjaannya saat kondisinya
• Menilai kelaikan kerja seorang sudah stabil
pekerja yang baru “pulih” dari sakit • Menentukan penempatan kerja yang
lama (≥ 2 minggu) sesuai
• Mempersingkat masa istirahat
(STMB) yang tidak perlu
Periode penilaian Dapat lebih dari satu kali (sesuai indikasi) Umumnya hanya satu kali di akhir masa
perawatan  SAAT TUTUP KASUS
Indikasi rujukan dari Setelah dinilai oleh DPJP klinis dapat Setelah dinyatakan pulih sempurna atau
DPJP klinis ke SpOk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa maximum medical improvement dari DPJP
(DPJP okupasi) gangguan, umumnya setelah pulih dari klinis
luka bekas operasi
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
KASUS-KASUS KECELAKAAN KERJA YANG SERING
DIHADAPI
• Bidang Orthopedi:
• Fingertip injury  tersering
• Traumatic amputation atau crush injury
• Fraktur (termasuk komplikasinya berupa kontraktur sendi)
• HNP
• Ruptur tendon/ligamen
• Bidang Neurologi / Bedah Saraf:
• Cedera Kepala Sedang s/d Berat
• Perdarahan Intrakranial
• Bidang THT / Bedah Mulut
• Fraktur Le Fort
• Fraktur Mandibulla
• Bidang Bedah Umum / Bedah Plastik
• Combustio
• Bidang mata
• Trauma okuli: mekanik maupun kimia
• Hemianopsia pasca trauma kapitis
• dll
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
BERAPA LAMAKAH DAPAT KEMBALI
BEKERJA PASCA OPERASI?
• Tergantung pada tiga hal:
• Jenis trauma
• Jenis operasi
• Jenis pekerjaan
• Perlu diperkirakan lamanya masa pemulihan (healing time) normal untuk menyusun rencana
penatalaksanaan kembali bekerja
• Masa pemulihan kerja lebih lama pada:
• Fraktur pada tulang panjang dan tebal
• Fraktur dekat persendian
• Fraktur jenis kominutif atau misalignment
• Terdapat komplikasi (infeksi, compartment syndrome, abses, dll.)
• Fraktur/amputasi pada anggota gerak bawah  menyangga tubuh untuk berjalan/mobilitas
• Faktor individu: usia, obesitas, anemia, riwayat DM, malnutrisi, kebiasaan merokok, dll
• Jenis pekerjaan: semakin berat, maka masa pemulihan akan semakin lama
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Acuan Untuk Menilai Masa
Pemulihan (1) (menurut buku
RTW dari AMA)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Acuan Untuk Menilai Masa
Pemulihan (2)
(menurut buku Fitness to
Work dari Oxford)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Acuan Untuk Menilai Masa Pemulihan (3)
(hasil Googling di Internet)

Catatan: diagnosis perlu ditulis secara spesifik agar healing time-nya dapat ditentukan oleh search engine Google
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Referensi Klasifikasi Jenis Pekerjaan menurut US Social Security
Act

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Contoh Masa Return To Work Dari Jenis Operasi Dan Pekerjaan Pasien
(1)
Tindakan/ Sedentary – admin Sedentary – light Active Light Heavy Manual Physically
Prosedur manual Manual Demanding
Operasi HNP 1-2 minggu 2 minggu 2-4 minggu 4-6 minggu 6-12 minggu
(Laminotomi atau
Foraminotomi)
Operasi HNP 4 minggu 4 minggu 6-8 minggu 6-12 minggu 12 minggu
(laminektomi)
Operasi HNP (Fusi 6-12 minggu 8-12 minggu 12 minggu 3-6 bulan 6-12 bulan
dan Dekompresi
Spinal)
Arthroplasti sendi 4-6 minggu 6-8 minggu 6-8 minggu 12 minggu kemungkinan tidak
jari tangan laik kerja
Fraktur clavicula 2-6 minggu 2-6 minggu 6-10 minggu 12 minggu 12 minggu
Fraktur jari 0-6 minggu 0-6 minggu 0-6 minggu 12 minggu 12 minggu
(tergantung lokasi) (tergantung lokasi) (tergantung lokasi)
Fraktur 1 minggu 1 minggu 8-10 minggu 12 minggu 12 minggu
pergelangan
tangan non
dominan

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


Sumber: Fitness for Work, PRODUCTIVITY
IMPROVING The Medical Aspect,TO
6th RECOVER
ed, Oxford University
TOGETHER Press
Contoh Masa Return To Work Dari Jenis Operasi Dan Pekerjaan Pasien
(2)
Tindakan/ Prosedur Sedentary – admin Sedentary – light Active Light Manual Heavy Manual Physically
manual Demanding
Fraktur pergelangan 8-10 minggu 8-10 minggu 8-10 minggu 12 minggu 12 minggu
tangan yang
dominan
Operasi ruptur 6-8 minggu 8 minggu 8-10 minggu 12 minggu 12 minggu
tendon
Operasi rotator cuff 2-12 minggu 4-12 minggu 12 minggu 3-6 bulan 6-9 bulan
sendi bahu
Total hip 2-8 minggu 4-8 minggu 6-8 minggu 12-16 minggu > 12 minggu
replacement
Arthroskopi & 1-2 minggu 1-2 minggu 2-4 minggu 2-6 minggu 4-6 minggu
menisektomi sendi
lutut
Repair tendon 2-4 minggu 2-4 minggu 12 minggu 26 minggu > 26 minggu
achilles
Amputasi anggota 6-12 minggu 6-12 minggu 12-26 minggu 26 minggu > 26 minggu,
gerak bawah kemungkinan tidak
laik kerja

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


Sumber: Fitness for Work, PRODUCTIVITY
IMPROVING The Medical Aspect,TO
6th RECOVER
ed, Oxford University
TOGETHER Press
Kriteria Rujukan ke Klinik Kedokteran
Okupasi untuk Program RTW (1)
Tuangkan dalam Panduan Praktik Klinis hal-hal yang menjadi perhatian DPJP untuk merujuk ke Sp.Ok
(paparkan juga saat kredensial dengan BPJS TK):
A. Terdapat cacat anatomis pasca kecelakaan kerja yang dapat berpengaruh secara signifikan dalam hal
penempatan kerja, misalnya:
kasus amputasi pada pekerja yang melakukan pekerjaan kasar
diskrepansi tungkai pada pekerja non sedentary
cacat pada wajah [kehilangan daun telinga dan/atau cacat pada sekat maupun cuping hidung] pada petugas front
office).
Catatan: Tidak semua cacat masuk dalam program RTW BPJS Ketenagakerjaan, diutamakan cacat karena proses amputasi
yang diprediksi berpengaruh secara signifikan terhadap pekerjaannya.
B. Terdapat gangguan fungsi pasca kecelakaan kerja yang berpotensi mempengaruhi kinerja secara
signifikan dalam pekerjaannya atau yang dapat menimbulkan disabilitas:
1) Kehilangan fungsi penglihatan (lapang pandang, visus, persepsi warna)
2) Kehilangan fungsi pendengaran
3) Kehilangan daya penciuman
4) Impotensi  disebutkan dalam PP 82/2019
15th5)INDONESIA
Kehilangan OCCUPATIONAL MEDICINE
kemampuan kerja fisik UPDATE
(berupa restriksi/limitasi)
IMPROVING
6) KehilanganPRODUCTIVITY TO (gangguan
kemampuan kerja mental RECOVER cemas,TOGETHER
PTSD, dll.)
Kriteria Rujukan ke Klinik Kedokteran Okupasi untuk Program RTW (2)
B.Terdapat gangguan fungsi (lanj.):
7)Pada kasus-kasus ortopedi, terutama:
a)Yang diprediksi akan menimbulkan disabilitas:
i. Ruptur tendon atau ligament
ii. Post menisektomi
iii.Post patelektomi
iv.Post pemasangan implant yang dapat bersifat menetap (total hip replacement, total knee replacement, costae clipping, dll)
v. Deformitas anggota gerak (swan neck deformity, boutonniere deformity, dll)
vi.Ankylosis sendi, kontraktur atau joint stiffness
vii.HNP Cervical maupun Lumbal
viii.
Delayed union atau non union
b)Yang membutuhkan penyesuaian kerja, pengurangan beban kerja, maupun job replacement:
i. Post ORIF plate and screw (atau internal fiksasi lainnya) selama internal fiksasi masih terpasang
ii. Post ORIF K-wire yang tidak bisa kembali ke pekerjaan semula lebih dari 1 bulan
iii.Dan semua kasus sembuh dengan pantangan atau syarat tertentu lainnya (misalnya tidak boleh kerja berat, tidak dapat duduk terlalu
lama, membutuhkan instrument khusus dalam bekerja, dll.)
C. Kasus-kasus pemulihan pasca trauma yang rentan terhadap timbulnya komplikasi dalam masa
perawatan di rawat jalan jika tidak dilakukan penyesuaian kerja, misalnya kasus luka bakar  rentan
terhadap: infeksi sekunder, neuritis, dll.
D. Kasus-kasus trauma yang berpotensi menyebabkan disabilitas permanen, sehingga membutuhkan
perawatan fisioterapi, misalnya pada joint stiffness, kelemahan otot, neuralgia, neuropati, dll.
E. Kasus pasca perawatan
15th INDONESIA lama (di ICU,
OCCUPATIONAL HCU, rawat
MEDICINE inap) selama 2 minggu atau lebih di RS.
UPDATE
F. Kasus-kasus
IMPROVING lainnya yang memerlukan
PRODUCTIVITY TO penyesuaian kerja, pengurangan beban kerja, maupun job
RECOVER TOGETHER
replacement  bisa dilakukan, dengan persetujuan terlebih dahulu.
Beberapa Contoh Rekomendasi Penyesuaian Kerja Yang
Dapat Diberikan Oleh Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi
Perlu kesepakatan antara pihak pemberi kerja dan pekerja ybs, misalnya:
• Rekomendasi pengurangan/penyesuaian/restriksi jam kerja (shift, lembur, atau kerja reguler)
saat memulai/melanjutkan tata laksana medis yang dapat mengganggu produktivitas kerja (mis:
fisioterapi, hemodialisa, kemoterapi, dll.).
• Restriksi pekerjaan/tugas-tugas tertentu, mis: bekerja di ketinggian, angkat angkut berat,
berdiri lama, gerakan repetitif tingkat tinggi, dll. selama fraktur masih belum union sempurna.
• Temporary/permanent job replacement ke pekerjaan yang lebih bersifat ringan.
• Penyesuaian lainnya pada:
• Tempat kerja (mis: kerja terbatas di lantai dasar atau tidak naik turun tangga di tempat kerja)
• Proses kerja (mis: rekomendasi penggunaan alat bantu [trolley atau hand pallet] untuk memindahkan
barang)
• Peralatan kerja (mis: rekomendasi penggunaan peralatan kerja yang ergonomis)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Contoh Rekomendasi Penyesuaian Kerja dalam
lampiran Sertifikat Medis Untuk Kelaikan Kerja (1)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Contoh Rekomendasi Penyesuaian Kerja dalam
lampiran Sertifikat Medis Untuk Kelaikan Kerja (2)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Contoh Rekomendasi Penyesuaian Kerja dalam
lampiran Sertifikat Medis Untuk Kembali Kerja (1)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Contoh Rekomendasi Penyesuaian Kerja dalam
lampiran Sertifikat Medis Untuk Kembali Kerja (2)

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
CONTOH KASUS

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Contoh Kasus 1: fingertip injury pada jari II
tangan kanan
• Pasien Tn. A, 21 tahun, pekerjaan sebagai operator di bagian produksi perusahaan
produk makanan (pabrik biskuit)
• Tanggal kejadian: 20 September 2022
• Kronologis kejadian secara singkat:
Kejadian bermula pada saat Pasien melakukan troubleshooting mesin cream mixer (pengaduk krim).
Waktu itu, ia memasukkan jari telunjuk tangan kanannya ke dalam mesin karena lubang dispensernya
sedang mampet, dengan maksud untuk mengetahui apakah ada yang menyumbat. Ia terlebih dahulu
memastikan bahwa mesinnya mati, tapi entah kenapa waktu ia memasukkan jari telunjuk kanannya,
tiba-tiba mesinnya hidup sendiri, dan sebagian jari tangan kanannya putus seketika. Kemudian ia
segera dibawa ke IGD RS PLKK terdekat untuk mendapatkan pertolongan, kemudian dilakukan operasi
debridemen dan repair stump. Setelah selesai menjalani pemulihan medis, pasien/pekerja tersebut
dirujuk ke Sp.Ok untuk dilakukan asesmen fit to work. Saat ini, pekerja tersebut telah dipindahkan
sementara ke bagian administrasi sebagai penjaga ruangan loker karyawan. Perusahaan ingin
mengetahui apakah ia sanggup kembali ke pekerjaan semula.
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Kondisi Pasien Saat Diperiksa (1)
• Tanggal Pemeriksaan: 17 Desember 2022 (kedatangan pertama kali)
• Subjective: Pasien masih merasa nyeri pada ujung jari II tangan kanan apabila
ditekan dengan kuat. Nyeri dicetuskan oleh aktivitas pekerjaan (mengangkat karung
dan menuang isinya ke dalam mesin). Ia masih dapat bekerja, namun memerlukan
rekomendasi untuk dibantu rekan sekerja (helper) untuk melakukan pekerjaan
berat. Setelah diskusi panjang lebar, Pasien menginginkan rekomendasi penyesuaian
jam kerja karena sulit menyesuaikan jadwal fisioterapi dengan jam kerja, karena
setelah bekerja shift III ia mengaku tidak kuat berkendara ke RS karena jaraknya
cukup jauh.
• Objective:
• Regio digiti II manus dextra:
• Look : Tampak adanya amputasi sebagian ruas pertama (bagian distal)
• Feel : Terdapat hiperestesi (nyeri tekan) di bagian ujung jari yang teramputasi.
• Move : Tidak terdapat kontraktur dan kelemahan otot pada persendian distal interphalangeal (DIP), proximal
interphalangeal (PIP), dan metacarpophalangeal (MCP)
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Kondisi Pasien Saat Diperiksa (2)
• Assessment:
• Diagnosis Klinis: Fingertip injury digiti II manus dextra
• Penilaian Laik Kerja:
• Risk : tidak terdapat risiko membahayakan diri sendiri maupun orang lain dalam melakukan pekerjaan di area
produksi
• Capacity : terdapat penurunan ringan kapasitas kerja dalam hal manual handling
• Tolerance : pekerja yang bersangkutan sanggup kembali bekerja asalkan dilakukan penyesuaian jam kerja (non
shift) dan penyesuaian beban kerja (dibantu helper sewaktu melakukan manual handling)
• Kesimpulan: Laik Kerja Dengan Catatan: restriksi manual handling tanpa helper dan penyesuaian
jam kerja untuk dapat mengikuti program fisioterapi
• Planning:
• Tata Laksana Medis : rujuk ke Sp.KFR untuk dilakukan fisioterapi hingga maximum medical
improvement
• Tata Laksana Okupasi:
• Penilaian Laik Kerja: Sertifikat Medis Untuk Kelaikan Kerja terlampir
• Rencana kontrol ulang atas rujukan dari Sp.KFR apabila telah dinyatakan maximum medical improvement (MMI)
• Jika telah dinyatakan MMI dapat dilakukan Penilaian Kembali Kerja dan Penilaian Kecacatan (apabila masih
terdapat gangguan fungsi yang diperkirakan bersifat permanen)
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Contoh Kasus 2: crush injury digiti III-V tangan kiri
• Pasien Ny. S, 28 tahun, pekerjaan sebagai operator mesin press di bagian produksi perusahaan
pembuatan kaleng (can-making)
• Tanggal kejadian: 12 Oktober 2020
• Kronologis kejadian secara singkat:
Di saat Pasien sedang bekerja shift II, secara tidak sengaja tangan kirinya terjepit mesin press kaleng, sehingga jari III
dan IV, hancur, sedangkan jari V putus di tempat. Kemudian ia segera dibawa ke IGD RS PLKK terdekat untuk ditangani
secara medis, dan dilakukan operasi amputasi dan debridemen jari III-V . Pada tanggal 18 Desember 2020, ia dirujuk
oleh Sp.OT yang merawatnya ke Sp.Ok untuk dilakukan tata laksana okupasi. Saat itu, ia masih mengalami Post
Traumatic Stress Disorder, sehingga penutupan berkas KK3 ditunda sementara waktu. Pasien dikonsul ke psikiater
untuk penatalaksanaan PTSD, dan dirujuk ke unit fisioterapi untuk dibuatkan protesa.
Pada tanggal 4 Februari 2021 ia kembali dikonsul ke Klinik Kedokteran Okupasi dari Sp.KFR/fisioterapi, dan saat
diperiksa ia sudah diberikan protesa untuk menambah kepercayaan dirinya. Saat diperiksa ia mengaku sudah pasrah
menerima keadaan dan tidak lagi mengalami trauma psikis. Pasien sebelumnya pernah juga mengalami kecelakaan
kerja oleh mesin yang sama pada tahun 2015 yang mengenai tangan kanan, sehingga ruas pertama jari telunjuk, jari
tengah, dan jari manisnya putus.
Pasien juga mengaku bahwa saat ini ia telah dipindahtugaskan ke pekerjaan lain yang beban kerjanya jauh lebih
ringan, yaitu hanya melakukan pengecekan (QC) kaleng hasil cetakan mesin press yang berukuran kecil, setelah HRD
15thperusahaannya
INDONESIA OCCUPATIONAL
diadvokasi secaraMEDICINE
lisan lewatUPDATE
telp WA pada kedatangan Pasien pertama kali.
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Keterangan
: foto tgl 18
Des 2020
Keterangan: foto tgl 4 Feb 2021

Jenis-jenis produk hasil produksi


15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
perusahaan tempat Pasien
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
bekerja
Kondisi Pasien Saat Diperiksa (1)
• Tanggal Pemeriksaan: 4 Februari 2021 (kedatangan ke-2)
• Subjective: Saat ini tidak ada keluhan nyeri pasca amputasi maupun
kaku sendi. Pasien sudah dipindahtugaskan ke bagian QC, dan ia merasa
sudah mampu melakukan pekerjaan saat ini tanpa kesulitan berarti.
• Objective:
• Regio manus sinistra et dextra:
• Look :
• Tampak adanya amputasi pada jari III setinggi sendi proximal interphalangeal (PIP), jari IV dan V
setinggi metacarpophalangeal (MCP)
• Tampak adanya amputasi pada ruas pertama jari II-IV (riwayat kecelakaan kerja tahun 2015)
• Feel : Sensibilitas baik, tidak terdapat nyeri pasca amputasi.
• Move : Tidak terdapat kontraktur dan kelemahan otot pada persendian distal
interphalangeal (DIP), proximal interphalangeal (PIP), dan metacarpophalangeal (MCP)
pada jari-jari yang masih sehat
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Kondisi Pasien Saat Diperiksa (2)
• Assessment:
• Diagnosis Klinis: crush injury digiti III-V manus sinistra
• Penilaian Kembali Kerja dengan 7 Langkah Return to Work
1. Deskripsi Pekerjaan (saat ini):
a. Tugas rutin: memeriksa produk hasil cetakan secara visual
b. Waktu kerja: Senin s/d Jumat: pk 7-15 (shift I), pk 15-22 (shift II), pk 22-7 (shift III); Sabtu pk
7-12; pergantian shift seminggu sekali
c. Peralatan dan material yang digunakan: Pasien tidak mengoperasikan mesin, hanya
mengecek kualitas produk kaleng-kaleng berukuran kecil secara visual
2. Tuntutan Pekerjaan:
a. Kapasitas fisik: jenis pekerjaan ringan-sedang, manual handling < 2 kg
b. Mobilitas: tidak ada tuntutan khusus, namun harus mampu datang ke tempat kerja secara
mandiri
c. Penginderaan: tajam penglihatan harus baik dan mampu mendeteksi adanya kecacatan produk
d. Keseimbangan: tidak ada tuntutan khusus
e. Keterampilan motorik: tidak diperlukan kemampuan motorik halus
f. Kesiapan menghadapi emergensi: harus mampu menyelamatkan diri saat kondisi emergensi
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Kondisi Pasien Saat Diperiksa (3)
g. Komunikasi: mampu memahami perintah secara lisan maupun tertulis
h. Aspek mental: tidak boleh ada gangguan mental
i. Aspek organisasi: mampu bekerja dalam tim
j. Aspek lingkungan kerja: tidak bekerja di ketinggian
k. Aspek temporal: harus mampu bekerja secara shift (hingga shift III)
l. Aspek ergonomi: harus mampu duduk dalam jangka waktu lama selama jam kerja
3. Kondisi Medis Saat Ini: pasien merasa mampu melakukan pekerjaannya saat ini
4. Status kecacatan:
a. Impairment: amputasi pada jari III, IV, dan V tangan kiri (untuk episode kecelakaan
kerja yang sekarang), dan amputasi ruas pertama jari II, III, dan IV pada episode
kecelakaan kerja yang dahulu
b. Disability: terdapat gangguan untuk menggenggam benda-benda berat dengan kedua
tangannya
c. Handicap: Meskipun terdapat disabilitas seperti yang tertulis di atas, Pasien masih
dapat bekerja, namun dipindahkan ke bagian lain yang tergolong ringan, dan sesuai
dengan kapasitas kerjanya saat ini.

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
Kondisi Pasien Saat Diperiksa (4)
5. Risiko membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan kerja dalam
melakukan pekerjaan saat ini: diperkirakan tidak ada
6. Pertimbangan toleransi atasan dan teman kerja: atasan dapat menerima kondisi
kesehatan Pasien, dan telah bersedia menempatkan Pasien di posisi kerja yang
baru secara permanen di bagian QC
7. Status Kelaikan Kerja: Laik Kerja sebagai pekerja di bagian QC

• Planning:
• Tata Laksana Medis : tidak diperlukan
• Tata Laksana Okupasi:
• Penilaian Kembali Kerja: Sertifikat Medis Untuk Kembali Kerja terlampir
• Penilaian Kecacatan: cacat anatomis pada jari III, IV, dan V tangan kiri

15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE


IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER
QUESTIONS??
15th INDONESIA OCCUPATIONAL MEDICINE UPDATE
IMPROVING PRODUCTIVITY TO RECOVER TOGETHER

Anda mungkin juga menyukai