Anda di halaman 1dari 40

ASPEK MEDIKOLEGAL DAN PERAN

DOKTER KESEHATAN KERJA

DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Keluarga

PEKERJA SEHAT, BUGAR DAN PRODUKTIF


Keluarga
Sehat, Sakit, Pekerja
Pekerja Sehat Sehat
= =
Keluarga Beban
Bahagia Keluarga

Keluarga Keluarga
Sehat, Sakit, Pekerja
Pekerja Sakit Sakit
= =
Masalah Bencana
Keluarga Keluarga
PERAN PEKERJA DALAM
PEMBANGUNAN

Tulang
punggung
keluarga

Pencetak
generasi
penerus bangsa

Penggerak
ekonomi bangsa

SEHAT
PEKERJA DAPAT MENGALAMI

PENYAKIT PENYAKIT AKIBAT KERJA


(PAK)
UMUM

Penyakit yang disebabkan oleh


pekerjaan atau lingkungan kerja
MASALAH PADA PEKERJA
Anemia
GIZI
Akses
Pemberian
ASI
REPRODUKSI
Abortus PAK
PEKERJA Gangguan Otot Rangka
Gangguan Haid Gangguan Jiwa
Gangguan Kulit dan
Pendengaran

PTM
Hipertensi KAK
Hari Absen
DM
Kematian
Penyakit Jantung Koroner
Kecelakaan
PM
HIV-AIDS
5
Tuberkulosis
DASAR IMPLEMENTASI KESEHATAN KERJA
IMPLEMENTASI KESEHATAN KERJA
UU No. 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN PEKERJA FORMAL
Psl 164 - 166

RPP UPAYA KESEHATAN KERJA


(Sedang dalam pembahasan)

PERMENKES
PEKERJA INFORMAL
IMPLEMENTASI KESEHATAN KERJA
 Sumber Daya
Manusia
 Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
 Peralatan Kesehatan
Kerja, Dan
 Pencatatan Dan
Pelaporan Kesehatan
Kerja

Penelitian dan
Pengembangan Upaya
Kesehatan Kerja
 TEMATIK
SDM  HOLISTIK REALISTIS
KESEHATAN  INTEGRATIF UTAMAKAN PASIEN
 SPASIAL
KERJA
TENAGA YANG KOMPETENSI
DIPERLUKAN MANAJEMEN
DOKTER TEKNIS
PERAWAT TEKNIS MEDIS
KESEHATAN
MASYARAKAT
DLL  PENDIDIKAN
 PELATIHAN
SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIDANG KESEHATAN
KERJA
Dokter • Promosi Kesehatan Dan
Spesialis okupasi Pencegahan Penyakit
S2 Kedokteran KOMPETEN • Penentuan Kelaikan Kerja
kerja/kesehatan SI DOKTER • Diagnosis dan Tata Laksana
kerja bagi tenaga PENYAKIT AKIBAT KERJA
Tenaga Kesehatan KERJA • Penilaian Kecacatan
lainnnya • Rehabilitasi Medik Dan RETURN
Perawat Kesehatan TO WORK
Kerja • Surveilans Kesehatan Kerja
D3/D4 JENJANG 1. Pelatihan
HIPERKES/kesehat PENDIDIKAN
an kerja 2. Pendidikan formal
KOMPETENSI
S1 kesehatan kerja
S2 kesehatan kerja
PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI INDONESIA

STRATEGI
•PEMBERDAYAAN Tertiery Healthcare
(Provincial Hospital) KURATIF DAN
MASYARAKAT & REHABILITATIF
KEMITRAAN Secondary Healthcare
•SOSILAISASI DAN (District Hospital)
ADVOKASI
•PENGUATAN
LAYANAN KESEHATAN Primary Healthcare
•PENGUATAN (Public health centre, private clinics )
PREVENTIF
DAN
KEBIJAKAN PROMOTIF
•PENGUATAN SISTEM Community Empowerment
INFORMASI
11
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN 12

Pemerintah

Akademisi & Profesi

Industri

Masyarakat & Pekerja


DASAR HUKUM
1. UU nomor 1/1970 tentang Keselamatan Kerja UU nomor 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan
2. UU nomor 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
3. UU nomor 36/2009 tentang Kesehatan UU nomor 24/2011 tentang BPJS
4. UU nomor 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. UU nomor 40/2004 tentang SJSN
6. Keputusan Presiden nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul Akibat
Hubungan Kerja
7. Permenkes No 56/2016 ttg Penyelenggaraan Pelayanan PAK
8. Permenkes No 48/2016 ttg Standar K3 Perkantoran
9. Permenkes No 70/2016 ttg Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri
KODE ETIK & STANDAR KOMPETENSI

• Kode Etik Kedokteran • Standar Kompetensi Dokter


Indonesia (KODEKI) Indonesia (SKDI 2012)
• Kode Etik Spesialis • Standar Kompetensi Dokter
Dalam Pelayanan
Kedokteran Okupasi
Kedokteran Okupasi Dan
(Konas PERDOKI Kesehatan Kerja
2016)
(Kolegium Kedokteran
Okupasi Indonesia 2014)
JAMINAN KESEHATAN UU No. 24
tahun 2011
tentang
BPJS
Kedokteran Kerja sebagai Profesi
• Kedokteran Kerja adalah profesi
• Praktisi kedokteran kerja adalah profesional
• What does "professionalism" means.
• Profession;
• Anggotanya mempunyai aturan tertentu dalam
bertindak
• Kelompoknya dapat menghukum anggota yang
melanggar disiplin
• Memberikan pelayanan sosial yang penting

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


16
Tim PERDOKI
Sikap-sikap umum profesional
• Menunjukkan sikap sesuai Kode Etik Dokter
Indonesia
• Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien
• Menunjukkan kepercayaan dan hormat
menghormati dlm hubungan Dokter-Pasien
• Menunjukkan rasa empati & dgn pendekatan
menyeluruh
• Mengapresiasi masalah pembiayaan dan
hambatan lain dlm berikan pelayanan kesehatan
serta dampaknya
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
17
Tim PERDOKI
Sikap-sikap umum profesional
• Mengintegrasi pertimbangan etis dlm
penanganan pasien sesuai standar
profesional
• Mengenal alternatif dlm hadapi pilihan etis
yg sulit
• Menganalisis sistematik dan
mempertahankan pilihan etik dlm
pengobatan setiap individu pasien

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


18
Tim PERDOKI
Perilaku profesional bekerja sama
• Menghormati setiap orang tanpa bedakan statusnya
• Bertindak dg cara-cara yg tunjukkan pengakuan pd tiap
individu apapun statusnya, menghargai baik kontribusi
maupun perannya
• Turut berperan dlm kegiatan yg perlukan kerja sama dgn
para petugas kes
• Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi
konflik
• Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap
masukan dari orang lain

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


19
Tim PERDOKI
Perilaku profesional bekerja sama
• Memahami pertimbangan-pertimbangan etis dalam
hubungan profesional dengan petugas kesehatan lain,
menganalisa pertimbangan etis yang sesuai dan
bertindak sebagai seorang yang profesional, bermoral
serta beretika
• Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega
melakukan suatu tindakan yang tidak profesional.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


20
Tim PERDOKI
Ciri Profesi
• Kewenangan dalam pengetahuan dan ketrampilan
khusus
• Tanggung jawab dan tugas spesifik
• Hak melatih, membina, menghukum dan memecat
anggota yang tidak dapat menjaga kompetensi atau
menjalankan tugas dan tanggung jawab.
Profesional
• Memegang kepercayaan penuh dalam pelayanan;
• Menjamin keputusan dan tindakan didasarkan pada
kepentingan pasien atau klien.
• Memiliki kode etik.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
21
Tim PERDOKI
Hukum, Manajemen Risiko dan etika kedokteran
• Hukum dan etika sering tumpang tindih.
• Mempunyai parameter unik dan tertentu

Definisi
Etika didefinisikan sebagai metodologi dalam mempertimbangkan implikasi
teknologi dan terapi medis dan apa yang perlu dilakukan.

Hukum adalah penegakan ketentuan sosial yang pelanggaran terhadapnya


merupakan kriminal.

Manajemen risiko adalah metode utk menurunkan risiko melalui kebijakan


dan praktis dalam institusi.Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
22
Tim PERDOKI
Kode Etik Kedokteran Indonesia

1. KEWAJIBAN UMUM
Semua dokter harus menjunjung tinggi, menghayati (9 Pasal)
dan
mengamalkan sumpah dokter.
2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
kehilangan kebebasan dan kemandirian profesi.
4. Seorang dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang
bersifat memuji diri.
5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya
tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan
dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumum-
kan atau menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatan
baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
7. Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

DR. Suma’mur PK
Kode Etik Kedokteran Indonesia

KEWAJIBAN UMUM (9 Pasal)


7a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktek medisnya,membe-
rikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan
dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingat-
kan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi,atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien .
7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus men-
jaga kepercayaan pasien.
8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memper-
hatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua
aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, pre-
ventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial,
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenar-benarnya.
9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di
bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus
saling menghormati.

DR. Suma’mur PK
Kode Etik Kedokteran Indonesia

KEWAJIBAN DOKTER
1.
TERHADAP PASIEN (4 Pasal)
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan memperguna-
kan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan
pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan pemeriksaan
atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian
dalam penyakit tersebut.
2. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien
agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan
penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
3. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang dike-
tahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia.
4. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ada orang lain
bersedia dan mampu memberikannya.

DR. Suma’mur PK
Kode Etik Kedokteran Indonesia

KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP TEMAN
SEJAWAT(2 Pasal)
1. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagai-
mana ia sendiri ingin diperlakukan.

2. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman


sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prose-
dur yang etis.

DR. Suma’mur PK
Kode Etik Kedokteran Indonesia

KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP DIRI SENDIRI
1. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.

2. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran / kesehatan.

(2 Pasal)

DR. Suma’mur PK
Kode Etik Kedokteran Okupasi
(Oleh; PERDOKI - modifikasi dari Kode etik Dokter Hiperkes)

1. Mengutamakan kesehatan dan keselamatan setiap tenaga kerja dan atau


orang lainnya di tempat kerja.
2. Melaksanakan tugas sebagai suatu amal ilmiah yang obyektif dan terpadu.
3. Secara terus-menerus berusaha agar pengetahuan kedokteran/kesehatan
baik mengenai tenaga kerja perseorangan maupun tentang kelompok
tenaga kerja dapat ditingkatkan dan dikembangkan.
4. Membuat sesuatu pernyataan dan atau persetujuan atas dasar hasil
pengamatan dan pandangan yang jujur.
5. Membebaskan diri dari tekanan dan atau pengaruh yang berasal dari
perbedaan kepentingan dalam membuat keputusan medis.
6. Mengusahakan dengan penuh kesadaran untuk mengetahui segala
persyaratan kesehatan, kesegaran jasmani, dan lingkungan kerja yang
perlu diterapkan, segenap bahaya yang diakibatkan oleh pekerjaan, dan
semua aspek kesehatan dan keselamatan kerja yang menyangkut hasil
dan kegiatan perusahaan secara luas.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
28
Tim PERDOKI
Kode Etik Kedokteran Okupasi (Oleh; PERDOKI - modifikasi dari Kode etik Dokter Hiperkes)

7. Memegang teguh rahasia kesehatan dan atau keadaan sakit


setiap orang terhadap siapapun, kecuali bila diperlukan atas
dasar kekuatan undang-undang, dan atau atas pertimbangan
kesehatan masyarakat yang lebih penting, dan atau
kepentingan kesehatan penderita dan atau untuk pertolongan
oleh dokter lainnya.

8. Berpegang pada prinsip bahwa pengusaha mempunyai hak


dan kewajiban untuk berkonsultasi tentang kesehatan tenaga
kerja dan keserasian kesehatan terhadap pekerjaannya,
tetapi tidak memilki hak untuk mengetahui diagnosis penyakit
dan atau hasil pemeriksaan medis tenaga kerja yang
bersangkutan.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


29
Tim PERDOKI
Kode Etik Kedokteran Okupasi (Oleh; PERDOKI - modifikasi dari Kode etik Dokter
Hiperkes)

9. Menyampaikan penjelasan yang mudah difahami kepada


tenaga kerja tentang kesehatannya, anjuran pemeriksaan
kesehatan lebih lanjut dalam hal diperlukan, pemberian
nasehat dan pengobatannya sesuai dengan keperluan dan
pertimbangan medis.

10. Mengadakan konsultasi dengan pihak-pihak yang dapat


melengkapi keterangan dan pengetahuan, apabila terdapat
masalah yang diragukan atau kurang jelas.

11. Selalu menjalin kerja sama secara baik dengan setiap


petugas kesehatan lainnya di luar profesi kedokteran /
kesehatan kerja. Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
30
Tim PERDOKI
Kode Etik Kedokteran Okupasi (Oleh; PERDOKI - modifikasi dari Kode etik Dokter Hiperkes)

12. Senantiasa menghindarkan penawaran dan atau penggunaan


jasa yang mendatangkan keuntungan bagi sesuatu pihak dan
atau kerugian bagi pihak lainnya.

13. Dengan cermat memperhatikan nilai-nilai psikologis,


kebudayaan dan agama yang terdapat dalam masyarakat
tenaga kerja dan menyerasikannya kepada tujuan kesehatan
dan keselamatan kerja dengan sebaik-baiknya.

14. Memperhatikan masalah lain di luar lingkungan tempat kerja


yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.
.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


31
Tim PERDOKI (Mei 2013)
Kode Etik Kedokteran Okupasi (Oleh; PERDOKI - modifikasi dari Kode etik Dokter Hiperkes)

15. Menjunjung tinggi ketentuan-ketentuan perundang-


undangan yang berlaku dalam kesehatan dan
keselamatan kerja.

16. Secara aktif tidak membenarkan dan berusaha untuk


memperbaki perbuatan yang menyalahi etik pelayanan
kedokteran/kesehatan kerja.

17. Melaksanakan pedoman etik kedokteran kerja dengan


penuh kesadaran dan keyakinan dalam rangka
menjunjung tinggi profesi kedokteran/kesehatan kerja.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


32
Tim PERDOKI (Mei 2013)
Komponen khusus
Etika Kedokteran Kerja

• Conflict of Interest
• Confidentiality
• Patient –Physician Relationship
• Ending the Patient – Physician Relationship
• Interdisciplinary team

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


33
Tim PERDOKI (Mei 2013)
Isu Rahasia Kedokteran
• Rahasia Kedokteran harus dijaga oleh tenaga
kesehatan, meskipun pasien telah meninggal
dunia
• Pembukaan rahasia kedokteran dimungkinkan :
• Kepentingan kesehatan pasien
• Memenuhi permintaan aparatur penegak
hukum dalam rangka penegakan hukum
• Permintaan pasien
• Berdasarkan ketentuan UU

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


34
Tim PERDOKI
• Umumnya
• Pasien harus memberi keterangan kepada dokter hal
yang sebenarnya
• Pasien adalah pemilik rahasia kedokteran
• Pasien dapat memberikan autorisasi kepada pemberi
kerja atau penjamin pelayanan kesehatan atau PPK
untuk membuka rahasia kedokterannya dalam
rangka klaim jaminan kesehatan
• Perusahaan dapat membuat peraturan perusahaan
yang mewajibkan pegawai melaporkan penyakit2
tertentu yang berkaitan dng kesehatan/keselamatan
kerja
• Pasien tidak dapat memaksa dokter untuk berbohong
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
35
Tim PERDOKI
Prinsipnya…..

Aspek Medikolegal praktek kedokteran

1. Memahami UU Praktek Kedokteran No 29,


2004
2. Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia
sebagai badan yang mengatur praktik
kedokteran
3. Menentukan, menyatakan dan menganalisis
segi etika dalam kebijakan kesehatan

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


36
Tim PERDOKI
Aspek Medikolegal praktek kedokteran ………..

Memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan


dengan:
1. Hak asasi manusia
2. Resep obat
3. Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual
4. Kode Etik Kedokteran Indonesia
5. Pembuatan surat keterangan sehat, sakit atau surat
kematian
6. Proses di pengadilan

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan


37
Tim PERDOKI
PENUTUP
• Upaya kesehatan kerja sangat berperan dalam
peningkatan kesehatan pekerja dan produktivitas kerja
• Potensi masalah kesehatan cukup besar akibat
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, masalah
kesehatan lainnya (penyakit menular dan tidak menular).
• Program Kesehatan Kerja sangat strategis mengingat
besarnya jumlah usia angkatan kerja dan tingginya risiko
penyakit akibat kerja serta kecelakaan kerja sehingga
memerlukan penanganan spesifik.
PENUTUP
• Banyaknya kepentingan berbagai pihak, Dokter
kesehatan kerja sering menghadapi tantangan dalam
memberikan pelayanan.
Hadapi tantangan dengan:
Dedikasi memberikan pemeliharaan medis yang
kompeten
Standar profesi
Menghargai kode etik dan hukum
Continuing medical education / professional
development
TERIMA KASIH

40

Anda mungkin juga menyukai