DISUSUN OLEH:
Anisar Apriliani
C014181094
PEMBIMBING
Dr. dr. SULTAN BURAENA, MS, Sp. OK
Telah menyelesaikan tugas laporan hasil survey dan artikel dengan judul tersebut
di atas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.
Pembimbing Supervisor,
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………..I
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………...II
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………III
ARTIKEL PENELITIAN…………………………………………………………………...1-9
STATUS OKUPASI……………………………………………………………………...10-19
LAPORAN WALK THROUGH SURVEY……………………………………………......20-43
III
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
ARTIKEL PENELITIAN
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja
Wisma Benhil Car Wash
Anisar Apriliani
Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
1
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
pendekatan cross sectional melalui proses pernah lagi menggunakan alat pelindung
walk through survey. Data yang digunakan diri. Pasien bekerja selama 8 jam dalam
berupa kebiasaan responden dan data sehari. Pasien sudah bekerja di Wisma
faktor-faktor pencetus Dermatitis Kontak Benhil Car Wash selama 5 tahun.
Akibat Kerja yaitu faktor eksogen yang Kesimpulan: Dermatitis Kontak Akibat
terdiri dari karakteristik bahan kimia, Kerja terbagi menjadi dermatitis kontak
karakteristik paparan, faktor lingkungan, alergi dan dermatitis kontak iritan. Adapun
dan lama kontak. Faktor endogen terdiri bahan yang biasanya digunakan dalam
dari genetik, jenis kelamin, ras, usia, dan pencucian mobil yang dapat menyebabkan
lokasi kulit. Sampel dalam penelitian ini dermatitis kontak akibat kerja yaitu sabun.
adalah pasien dengan gejala alergi pada Faktor eksogen penyebab dermatitis
kulit. Distribusi sampel penelitian kontak akibat kerja adalah karakteristik
berdasarkan jenis pekerjaan yang bahan kimia, karakteristik paparan, lama
dilakukan didapatkan hasil 1 pekerja dari 3 kontak dan faktor lingkungan. Sedangkan
pekerja mengalami keluhan perih dan faktor endogen antara lain genetik, jenis
kemerahan pada kedua tangan kelamin, ras, usia, lokasi kulit. Pada
Hasil : Pada penelitian ini diambil sampel penelitian yang dilakukan ini, pekerja
dari pekerja wisma benhil car wash dari wisma benhil car wash menderita
perhitungan sampel didapatkan sampel dermatitis kontak alergi karena bahan yang
sebanyak 1 dari 3 pekerja (total jumlah digunakan dalam mencuci yaitu sabun
pekerja yang diwawancarai). Jumlah yang dapat bersifat mengiritasi kulit.
responden keseluruhan yang berjumlah 3 Pasien awal bekerja menggunakan alat
orang yang mana dari keseluruhan pelindung diri namun belakangan ini
responden tersebut terdapat 1 orang di pasien hampir tidak pernah menggunakan
bagian pencucian basah dan 2 orang alat pelindung diri lagi saat bekerja
dipencucian kering. Prevalensi DKAK akibatnya muncul keluhan perih dan
yang didapatkan dari responden sebesar 50 kemerahan pada kedua tangan.
%. Faktor yang berpengaruh dalam DKAK Kata kunci: dermatitis kontak akibat
adalah faktor bahan yang digunakan dalam kerja, dermatitis kontak iritan, cross
sabun yang digunakan untuk mencuci sectional, walk through survey,Wisma
mobil. Pasien sebelumnya pernah Benhil car wash
menggunakan alat pelindung diri namun
beberapa lama ini pasien hampir tidak
2
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
3
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
kepentingan penilaian secara umum dan Pada penelitian ini diambil sampel
analisa sederhana. Bahaya apa dan dalam satu dari tiga karyawan di wisma benhil
survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya waktu yang telah ditetapkan, terkumpul
dan lamanya paparan bahaya terhadap data yang didapatkan dari check list yang
karyawan. dibuat.
car wash Jl. Urip Sumoharjo dengan Hal ini sudah dirasakan selama seminggu
4
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
5
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
6
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
mengikuti respons imun yarng diperantarai lipatan siku, lipatan lutut disertai
oleh sel (cell-mediated immune respons) riwayat atopi pada penderita atau
atau reaksi imunologik tipe IV, suatu keluarganya. Dermatitis atopik
hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini sering mengenai tangan pada
terjadi melalui dua fase, yaitu fase remaja dan biasanya bertambah
sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya parah pada pekerjaan dengan
individu yang telah mengalami sensitisasi pajanan air dan bahan- bahan iritan
dapat menderita DKA. Sentisisasi terjadi yang tinggi
dalam beberapa minggu setelah kontak 2. Dermatitis Kontak Iritan
dengan allergen (referensi lain mengatakan Dermatitis kontak iritan, terjadi ketika
terjadi dalam 5 hari atau lebih), tetapi kulit bersentuhan dengan zat tertentu
yang merusak lapisan luar kulit,
belum terjadi perubahan pada kulit.
sehingga menyebabkan kulit
Perubahan pada kulit terjadi setelah
kemerahan, gatal dan muncul sensasi
adanya kontak yang berikutnya terhadap
nyeri atau tersengat.
allergen, walaupun dalam jumlah yang
3. Dermatitis Seboroik
sangat sedikit. Sensitifitas tersebut akan
Merupakan penyakit
bertahan selama berbulan-bulan, bertahun-
papuloskuamosa yang kronik dan
tahun, bahkan seumur hidup.
berhubungan dengan peningkatan
Lesi kulitnya berupa eritematosa,
produksi sebum (sebore) pada kulit
likenifikasi, ekskoriasi, skuama,
kepala dan area yang memiliki
hiperkeratosis, dan kulit pecah dengan
banyak kelenjar sebasea di wajah
batas yang tidak tegas. Sedangkan keluhan
dan badan. Dermatitis seboroik
yang timbul dapat berupa gatal, panas, dan
dapat menyerupai dermatitis
nyeri akibat pecahnya kulit yang
kontak pada wajah.
hiperkeratotik. Lokasi kulit di mana saja
dapat terkena, akan tetapi yang terbanyak Pemeriksaan penunjangnya adalah
adalah tangan. uji tempel/ Patch test dengan bahan yang
Diagnosa banding dermatitis dicurigai.
kontak alergi adalah: Tatalaksananya adalah
1. Dermatitis Atopi
menghindari pajanan terhadap alergen, jika
Dermatitis atopi merupakan erupsi
terjadi peradangan kulit, diberikan
kulit yang bersifat kronik residitif,
kortikosteroid topical, dan pemakaian alat
pada tempat-tempat tertentu seperti
7
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
pelindung diri bagi pasien yang bekerja adalah karakteristik bahan kimia,
dengan bahan alergen. karakteristik paparan, lama kontak dan
Prognosis dermatitis kontak iritan faktor lingkungan. Sedangkan faktor
baik jika bahan alergen dapat dihindari. endogen antara lain genetik, jenis kelamin,
ras, usia, lokasi kulit. Pada penelitian yang
KETERBATASAN PENELITIAN dilakukan ini, pekerja wisma benhil car
Penelitian ini tentunya tidak wash menderita dermatitis kontak alergi
terlepas dari keterbatasan, adapun karena bahan yang digunakan dalam
keterbatasan dari penelitian ini adalah menduco yaitu sabun bersifat allergen
checklist yang dibuat hanya menentukan terhadap penderita. Pasien juga hampir
hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak sudah tidak pernah menggunakan alat
dapat menentukan insidens, berat pelindung diri saat bekerja akibatnya
ringannya penyakit dan prognosis muncul keluhan perih dan kemerahan pada
penyakit. kedua tangan.
Selain itu checklist yang hanya
terfokus pada faktor penyebab penyakit SARAN
akibat kerja, tidak memenuhi semua poin- 1. Sebaiknya pekerja pencucian mobil
poin yang diperlukan untuk mendiagnosis menggunakan alat pelindung diri
penyakit dari keluhan yang dirasakan. selama bekerja seperti sarung tangan
Perlu penelitian yang lebih mendalam dan agar terhindar dari bahan alergik
pemeriksaan patch test untuk dapat menilai seperti sabun.
secara keseluruhan penyebab dari keluhan 2. Sebaiknya pekerja segera
8
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
9
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Berkas Okupasi
Data Administrasi
Tanggal: 9 Maret 2020 diisi oleh Nama: Anisar Apriliani NPM/NIP: C014181094
Nama Tn. M
Alamat Jl. Pongtiku, Makassar
Umur 28 tahun Tempat/tanggal lahir: Jayapura,13 Mei 1992
Kedudukan dalam keluarga Anak
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Kristen
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pencucian basah di car wash
Status perkawinan Menikah
Kedatangan yang ke 1
Telah diobati sebelumnya Betamethazone salep
Alergi obat Tidak ada
Sistem pembayaran -
Data Pelayanan
I. ANAMNESIS (subyektif)
Anamnesis dilakukan secara: autoanamnesis dengan pasien langsung
10
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali, serta lama kerja di tiap pekerjaan tersebut
2. Uraian tugas/pekerjaan
duco dan pendempulan di Bengkel Ago. Pasien datang bekerja pada jam 08.00 WITA sampai 17.00 WITA. Pasien bekerja 6 hari
dalam seminggu dari Senin-Sabtu dengan waktu istirahat sekitar 30 menit - 1 jam.
3. Bahaya Potensial (potential hazard) dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan kerja
11
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
4. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Mengeluh gatal dan perih pada kedua tangan
Keterangan :
Tanyakan kepada pekerja atau pekerja dapat
mengisi sendiri
12
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
13
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
1. Tanda Vital
a. Nadi : 88 x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 110/80 mmHg
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 162 cm Berat Badan : 60 Kg c. IMT = 22,86 kg/m2 (normal)
b. Lingkar perut : - cm d. Bentuk badan : Astenikus Atletikus Piknikus
14
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
7. Hidung
9. Tenggorokan
a. Pharynx Normal Hiperemis
Granulasi
15
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
14. Genitourinaria
a. Kandung Kemih Normal Tidak Normal
b. Anus/Rektum/Perianal Normal Tidak Normal
Normal Tidak Normal
c Genitalia Eksternal
d. Prostat (khusus Pria) Normal Tidak Normal
Kanan Kiri
15a.Tulang / sendi Ekstremitas atas
- Gerakan Normal tidak normal
Normal tidak normal
- Tulang Normal tidak normal Normal tidak normal
- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik
- Oedema tidak ada ada tidak ada ada
- Varises tidak ada ada tidak ada ada
- Kekuatan otot 4/ 4 / 5 / 5 5/5/5/5
- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik
- kelainan Kuku jari tidak ada ada
tidak ada ada
Pemeriksaan khusus:
Tes Range of Motion : (+)
Kanan Kiri
15b.Tulang / Sendi Ekstremitas bawah
- Gerakan Normal tidak normal Normal tidak normal
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- Tulang Normal tidak normal Normal tidak normal
- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik
- Oedema tidak ada ada tidak ada ada
- Varises tidak ada ada tidak ada ada
- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik
- kelainan Kuku jari tidak ada ada tidak ada ada
Pemeriksaan khusus:
Tes Range of Motion: (+)
Tes Strength: a. Heel walking: (+) b. Toe walking: (+) c. Resistes great toe dorsoflexion: (+)
Tes Patrick: (+)
Tes Kontra patrick : (+)
16
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
17. Kulit
Efloresensi dan Lokasi nya: eritema dan skuama pada kedua regio
manus
a. Kulit □ Normal Tidak Normal
b. Selaput Lendir Normal
Tidak
Normal
c. Kuku Normal Tidak Normal
d. Lain – lain ………
Keluhan pasien adalah gatal dan perih yang disertai kemerahan pada kedua tangan. Mulanya muncul bentol-bentol kecil pada
tangan. Hal ini sudah dirasakan selama seminggu terakhir. Kemudan pasien mengobati sendiri dengan minyak kayu putih. Bentol-
bentolnya hilang namun gatalnya tidak hilang. Kulitnya pun berubah menjadi sangat merah dan disertai perih. Awalnya bekerja
pasien rajin menggunakan alat pelindung diri namun beberapa lama ini pasien mengaku jarang menggunakan alat pelindung diri
saat melakukan pekerjaannya. Riwayat menggunakan salep bethametazone ada. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada.
Riwayat alergi tidak ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat dengan keluhan yang sama ada saat 2 tahun lalu. Pada kedua
tangan terlihat eritem dan skuama.
Tidak dilakukan
17
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
V. DIAGNOSIS KERJA:
Dermatitis Kontak Alergi
18
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Pemeriksaan penunjangnya adalah uji tempel/ Patch test dengan bahan yang
dicurigai.
Tatalaksananya adalah menghindari pajanan terhadap alergen, jika terjadi
peradangan kulit, diberikan kortikosteroid topical, dan pemakaian alat pelindung diri
bagi pasien yang bekerja dengan bahan alergen.
Prognosis dermatitis kontak iritan baik jika bahan alergen dapat dihindari.
19
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
IX. PROGNOSIS
1. klinik: ad vitam : bonam
ad sanasionam : bonam
ad fungsionam : bonam
2.Okupasi (bila ada d/ okupasi): dubia ad bonam
X. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN
Jenis permasalahan Rencana Tindakan (materi & metoda); Tatalaksana
No Medis & non medis medikamentosa; non medika mentosa(nutrisi, olahraga, konseling Target Hasil yang
dll) dan OKUPASI) waktu diharapkan
1. Dermatitis Kontak Pengobatan non-medikamentosa: Segera Keluhan tidak
Akibat Kerja
- pemakaian alat pelindung diri ada
(Dermatitis Kontak
Alergi)
Pengobatan medikamentosa:
- kotikosteroid topical seperti betamethasone salep,
dexamethasone salep
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing : dr. Sultan Buraena, MS, Sp. OK
Tanda Tangan:
21
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
ABSTRAK
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (DKAK) adalah salah satu dermatitis kontak
yang terjadi pada pekerja, salah satunya pada karyawan pencucian mobil dan
sepeda motor. Kondisi DKAK dapat menurunkan produktivitas karyawan dan
mempengaruhi kualitas hidup pekerja. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui profil DKAK pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor,
dimana data DKAK pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor di
Denpasar belum diketahui. Penelitian dilakukan selama 9 bulan dengan metode
deskriptif dan pendekatan cross sectional study, dengan jumlah sampel 47 orang
yang didapatkan dengan teknik convenient purposive sampling. Seluruh sample
kemudian diwawancara dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian
didapatkan kejadian tersering DKAK pada rentang usia 21-30 tahun (57%).
Terbanyak pada laki-laki (100%). Gejala dan tanda DKAK tersering kulit
mengelupas (60%), dengan bagian tubuh dominan terkena adalah bagian telapak
tangan (66%). Keseluruhan responden (100%) mengalami kontak dengan bahan
kimia selama proses kerja dengan lama kontak >6 jam/hari (62%), serta
frekuensi >10 jam/hari (77%). Responden DKAK yang memiliki riwayat atopi
sebanyak 26% sedangkan riwayat atopi keluarga (17%). Detergent adalah bahan
kimia yang terbanyak digunakan (89%). Lama waktu bekerja 0-2 tahun (87%).
Sebanyak 30% responden sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya
yang berhubungan dengan bahan kimia dan 22% responden memiliki riwayat
penyakit kulit sebelumnya. Angka DKAK yang tinggi menunjukkan masih
kurangnya pemahaman mengenai DKAK dan pentingnya penggunaan Alat
Perlindungan Diri (APD) ketika melakukan pekerjaan. Selain itu, penelitian
selanjutnya disarankan menggunakan ruang lingkup yang lebih luas dan juga
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
sampel yang lebih banyak.Kata kunci: Profil, Dermatitis Kontak Akibat Kerja,
Karyawan, Pencucian Mobil, Sepeda Motor.
ABSTRACT
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, dengan perkembangan jaman yang semakin pesat dan praktis,
banyak masyarakat yang mengembangkan usaha penyedia jasa. Perkembangan pada
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
usaha penyedia jasa meliputi elemen-elemen di dalamnya tidak hanya dalam hal
teknologi tapi juga manusia yang terlibat didalamnya untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan pada konsumen. Tapi sayangnya, perkembangan ini tidak hanya membawa
dampak baik, tapi juga berimbas memberikan sisi negatifnya sendiri, seperti ancaman
kesehatan bagi pekerjanya, salah satunya adalah kesehatan kulit. 1
Kulit adalah bagian paling luar dari tubuh yang berfungsi sebagai proteksi tubuh. Jika
kulit terkena defek buruk dapat dipastikan bahwa fungsi proteksi tidak akan berjalan
dengan baik sehingga memudahkan virus ataupun bakteri untuk masuk kedalam tubuh.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah Dermatitis Kontak.2
Dermatitis Kontak secara umum adalah suatu keadaan inflamasi atau radang noninfeksi
pada kulit yang diakibatkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit. Reaksi Dermatitis
Kontak dapat ditandai berupa kulit menjadi merah atau coklat. Kadang-kadang disertai
dengan rasa panas dan edema atau ada papula, vesikula dan pastula, kadang-kadang
terdapat bula yang purulen dengan daerah sekitarnya normal.3
Pada seluruh kasus yang berkaitan dengan penyakit kulit akibat kerja 90% diantaranya
adalah dermatitis kontak akibat kerja.4 Dermatitis kontak akibat kerja adalah salah satu
penyakit kulit yang timbul pada lingkungan kerja akibat pekerja mengalami kontak
dengan bahan-bahan iritan maupun alergen yang dapat menimbulkan kelainan kulit.5
Dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) dapat memberikan gangguan ringan hingga berat
dalam beraktivitas sehari-hari bagi penderita, sehingga dapat menurunkan angka
produktivitas pada pekerja. Padahal di lain sisi produktivitas sangatlah dituntut dalam
bekerja oleh pasar.5
kulit akibat kerja berkisar antara 222 juta sampai 1 milyar dollar setiap tahunnya.
Sedangkan di Inggris diperkirakan sekitar empat juta hari kerja hilang setiap tahunnya
karena absen akibat penyakit akibat kerja dan kira-kira kehilangan 200 juta poundsterling
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Di Indonesia khususnya Bali adalah salah satu destinasi pariwisata paling diminati oleh
penduduk dunia, sehingga berdampak dengan kemajuan gaya hidup yang sangat pesat
terutama Kota Denpasar. Sebagai ibu kota provinsi, Denpasar adalah salah satu daerah
dengan perkembangan paling maju, baik dari segi pendidikan, sosial-ekonomi ataupun
perkembangan mata pencaharian. Dengan perkembangan jaman yang semakin dibuat
untuk memudahkan manusia dan tentunya mencari nilai praktis yang tinggi berbagai
macam bentuk mata pencaharian sedang dikembangkan di daerah ibu kota. Salah satu
usaha penyedia jasa yang kini sangat berkembang adalah jasa pencucian mobil dan
sepeda motor. Perkembangan penyedia jasa ini berkembang pesat karena banyaknya
penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor baik sepeda motor dan mobil untuk
mendukung keseharian masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pencucian mobil dan sepeda motor sangat banyak
menggunakan tenaga manusia. Ketika bekerja tentunya kontak dengan bahan pembersih
seperti detergent dan bahan pelicin mobil lainnya memiliki beberapa dampak bagi para
pekerja, salah satunya ancaman dermatitis kontak akibat kerja.
Dengan adanya kasus DKAK pada karyawan akan berdampak pada penurunan
produktivitas dan juga peningkatan biaya untuk pengobatan. Hal ini akan mempengaruhi
pemasukan untuk usaha jasa tersebut. Selain itu kurangnya kesadaran akan usaha
preventif sangat mempengaruhi tingkat kejadian DKAK sehingga sangat diperlukan
edukasi kepada masyarakat untuk upaya pencegahan.
Melihat keadaan diatas, profil tentang dermatitis kontak akibat kerja khususnya pada
karyawan pencucian mobil dan sepeda motor akan sangat membantu masyarakat dalam
mengenali DKAK, maka penulis tertarik untuk meneliti profil Dermatitis Kontak Akibat
Kerja pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor di Kota Denpasar Selatan tahun
2016.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Responden adalah semua yang aktif bekerja pada bulan April 2016 sampai Juli 2016 di
Denpasar Selatan, Bali dan memenuhi salah satu gejala dermatitis kontak baik iritan
maupun alergi ketika bekerja dalam lingkungan kerjanya ataupun responden yang pernah
mengalami riwayat dermatitis kontak akibat kerja. Teknik yang digunakan untuk
penentuan sampel penelitian adalah convenient purposive sampling dengan memakai
kuisioner responden dan hanya mengambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Pengisian kuisioner dilakukan dengan cara mewawancarai sampel satu persatu
dan juga inspeksi sampel yang memiliki gejala DKAK.
Kriteria Eksklusi dari responden adalah responden tidak dapat mengikuti sepenuhnya
pengisian kuisioner pada hari pengambilan kuisioner dan responden yang tidak bersedia
mengisi kuisioner. Kuisioner dalam penelitian ini memiliki beberapa pertanyaan terkait
dengan profil DKAK pada responden, seperti umur, jenis kelamin, gejala dan bagian
tubuh yang mengalami gejala, riwayat atopi, masa kerja, jenis bahan kimia, lama dan
frekuensi paparan bahan
kimia.
Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dalam
bentuk distribusi frekuensi yang kemudian secara deskriftif dilakukan analisa mengenai
profil DKAK pada karyawan pencucian mobil dan sepeda
HASIL
kelamin perempuan. Profil DKAK berdasarkan gejala dan bagian tubuh yang mengalami
gejala, riwayat atopi, masa kerja, jenis bahan kimia, lama dan frekuensi paparan bahan
kimia. Berdasarkan hasil penelitian profil DKAK pada responden ditemukan responden
yang sedang DKAK atau yang memiliki riwayat DKAK. Hasil dapat dilihat dalam tabel
2.
Frekuensi Persentase
20 43 27 57
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
47 100
Hasilmenggunakan tabel atau narasi yang terdiri dari beberapa profil responden yaitu,
umur, jenis kelamin, gejala dan bagian tubuh yang mengalami gejala, riwayat atopi, masa
kerja, jenis bahan kimia, lama dan frekuensi paparan bahan kimia. Profil demografi
responden dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan umur responden dan jenis kelamin.
Profil responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1 Profil Responden
Berdasarkan Umur
Tabel diatas menunjukkan sebanyak 20 orang atau 43% sedang mengalami DKAK dan
27 orang atau 57% memiliki riwayat DKAK. Pembagian kelompok menjadi sedang
DKAK dan riwayat DKAK berdasarkan pada hasil anamnesis dan juga pemeriksaan fisik
yang dilakukan kepada responden. Terdapat beberapa gejala Dermatitis Kontak pada
responden seperti, gatal, mengelupas, bengkak, melepuh dan lainnya. Profil responden
berdasarkan gejala dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden memiliki lebih dari satu gejala penyakit.
Gejala yang paling sering dialami oleh responden adalah mengelupas.Gejala yang terjadi
pada responden dapat muncul pada satu atau lebih bagian kulit responden misalkan pada
tangan saja atau pada tangan dan kaki.
penelitian
Frekuensi Persentase
15 32 27 57 5 11 00 00
disajikan
dengan
Frekuensi
Presentase
Umur
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
20 43 9 19 0 0 3 6
Gatal 26 55
Total 47 100
Profil responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebanyak 47 orang atau
100% adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan
jenis
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Kulit Kering Kulit Bersisik Penebalan pada Kulit
23 49 1 2 6 13
Mengelupas 28 60
Bagian tubuh yang terkena sebagian besar adalah bagian tubuh yang sering digunakan
untuk bekerja, sehingga sering melakukan kontak dengan bahan kimia. Profil responden
berdasarkan lokasi munculnya gejala dapat dilihat pada tabel 4.
Seperti yang disebutkan pada table 4 diketahui bahwa lokasi terjadi DKAK paling banyak
adalah telapak tangan, dimana diketahui
responden memiliki lokasi gejala pada lebih dari satu bagian tubuh.
Profil DKAK pada responden juga dapat didasarkan pada lama kontak dengan bahan
kimia yang dapat dilihat pada tabel 5.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Bagian Kulit Telapak Tangan Punggung Tangan Lengan Tangan Sela Jari Tangan Wajah
Leher Punggung Kaki Lainnya
Frekuensi
Presentase
8 17
Frekuensi
Presentasi
Lama Kontak
Denganmengalami kontak dengan bahan kimia selama proses kerja, hasil penelitian
menunjukkan responden dengan lama kontak >6 jam/hari memiliki presentase paling
tinggi mengalami DKAK yaitu 62%.
Frekuensi kontak responden dengan bahan kimia satu sama lainnya tentunya berbeda-
beda. Profil responden berdasarkan frekuensi kontak dengan bahan kiimia dapat dilihat
pada tabel 6. Tabel 6 Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Kontak dengan
Bahan Kimia
31 66 2 4 5 11 3 6
0 0 0 0 0 0 25 53 2 4
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
39 83
47 100
seluruh responden
(100%)
Frekuensi Kontak
Frekuensi Presentase
5 11 6 13 36 77
Bahan kimia dapat menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya DKAK pada
responden. Pada usaha pencucian mobil dan sepeda motor, bahan kimia yang sering
digunakan adalah detergen, pelicin mobil, pelicin ban atau oli plastik dan juga pewangi.
Profil responden berdasarkan jenis bahan kimia yang digunakan dapat dilihat pada tabel
9.Tabel 9 Profil Responden Berdasarkan Jenis Bahan Kimia
DKAK paling banyak terjadi adalah pada responden dengan frekuensi kontak bahan
kimia >10 kali/hari yaitu dengan presentase 77% atau sebanyak 36 responden. Tingkat
terjadinya DKAK juga dapat dipengaruhi oleh riwayat atopi dari responden. Pada
penelitian ini riwayat responden dibagi menjadi dua yaitu riwayat atopi pada responden
sendiri dan riwayat atopi pada keluarga responden. Profil responden berdasarkan riwayat
atopi dan riawayat atopi keluarga dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8.
Frekuensi Presentase
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
42 89 6 13 1 2
32 68
Riwayat Atopi
Total
Frekuensi Presentase
12 26 35 74
47 100
Dari tabel 9 didapatkan bahwa, 42 orang atau 89% responden mengalami kontak dengan
detergen dan 32 orang atau 68% mengalami kontak dengan bahan lainnya seperti oli
plastik, silikon, dan shampoo.
Lama waktu bekerja atau masa bekerja responden dapat menjadi salah satu faktor
predisposisi terjadinya DKAK. Profil responden berdasarkan lama waktu bekerja atau
masa bekerja dapat dilihat pada tabel 10.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
sampling, dimana hanya mengambil responden yang sedang mengalami atau riwayat
DKAK.4. Tanda dan Gejala pada Kulit
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan gejala paling sering muncul adalah kulit
mengelupas yaitu 60%. Hal ini dapat disebabkan karena responden bekerja pada tempat
yang basah dimana air merupakan salah satu bahan potensial iritan yang dapat dengan
mudah masuk ke dalam jaringan stratum korneum. Paparan terus menerus menyebabkan
bengkak dan mengkerutnya stratum korneum. Hal ini diperparah dengan adanya
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
penggunaan bahan kimia, seperti detergen, sehingga dapat merujuk pada salah satu gejala
DKAK yaitu kulit mengelupas.115. Bagian Kulit Yang Mengalami Gejala
Bagian kulit yang paling sering terkena gejala adalah telapak tangan yaitu, 66%. Hal ini
dapat disebabkan karena telapak tangan adalah bagian tubuh yang paling banyak
digunakan dalam bekerja sehingga sering mengalami kontak berulang dengan bahan
kimia dalam proses pekerjaan.16. Lama Kontak
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk 1, pada
karyawan Pencucian Mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung yang
menunjukkan pasien dengan kontak bahan kimia >5 jam memilki presentase 89,7%. Dari
kedua penelitian ini dapat dilihat bahwa semakin lama tubuh terkena kontak dengan
bahan kimia maka kemungkinan responden mengalami DKAK semakin tinggi. Hal ini
dapat disebabkan karena peradangan atau iritasi pada kulit semakin tinggi terjadi karena
kerusakan fungsi kulit pada responden semakin berat akibat lama terpajan bahan kimia. 5
7. Frekuensi Kontak dengan Bahan Kimia Penelitian yang dilakukan oleh Nuraga dkk5
pada pekerja industri otomotif menunjukkan bahwa 83% responden yang mengalami
DKAK adalah yang memiliki frekuensi paparan >15 kali/hari. Hal ini sejalan dengan
penelitian ini yang menunjukkan semakin sering frekuensi terpapar bahan kimia maka
semakin tinggi risiko DKAK. Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya lapisan kulit akibat
terlalu sering terkena bahan kimia dapat menyebabkan semakin mudahnya bahan kimia
masuk kedalam kulit.128. Riwayat Atopi
Pada penelitian yang dilakukan oleh Nuraga dkk5 pada karyawan industri otomotif
menunjukkan bahwa karyawan yang mengalami DKAK dan memiliki riwayat atopi
sebanyak 35% berbeda dengan penelitian ini yang menunjukkan angka 26% untuk
responden yang mengalami DKAK dan memiliki riwayat atopi. DKAK tidak hanya
ditentukan dengan adanya riwayat atopi saja, tapi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
pemberat atau predisposisi lainnya yang berperan dalam
Frekuensi
415 11 12 00
Presentase
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
87
Dariresponden dengan riwayat atau sedang mengalami DKAK adalah responden yang
bekerja dengan masa kerja 0-2 tahun.
PEMBAHASAN 1. Umur
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk1, pada karyawan Pencucian Mobil di
Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa kelompok umur < 20
tahun yang mengalami DKAK memiliki presentase 66,7%. Dari kedua penelitian dapat
disimpulkan bahwa responden yang mengalami DKAK mayoritas adalah dibawah 30
tahun. Hal ini disebabkan karena responden mayoritas yang bekerja pada usia dibawah 30
tahun, dimana lapangan pekerjaan ini adalah salah satu yang paling mudah didapatkan
tanpa perlunya ada pengalaman kerja ataupun ijazah.92. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan 100% atau seluruh responden pada penelitian ini adalah
laki- laki. Penelitian yang dilakukan Mariz dkk1 juga menunjukkan hal yang sama,
dimana lapangan pekerjaan ini didominasi oleh laki-laki sehingga angka kejadian DKAK
memiliki presentase 100%. Hal ini bisa disebabkan karena prekonsepsi gender di
Indonesia menunjukkan kecenderungan pekerjaan fisik lebih sering diambil oleh pria.
Sehingga untuk lapangan pekerjaan ini mayoritas dikerjakan oleh pria.103. Hasil
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada penelitian yang dilakukan Mariz dkk1 menunjukkan presentase berbeda bahwa 78%
responden sedang mengalami DKAK. Hal ini dapat disebabkan karena data demografi
daerah serta persebaran penduduk yang berbeda di tiap kota dan jenis penelitian berbeda
dimana penelitian ini menggunakan teknik sampel convenient purposive
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
mencetuskan terjadinya DKAK yaitu seperti bahan kimia yang mencetuskan, alergi atau
iritan, lama pekerjaan dan masa pekerjaan. Riwayat atopi dapat berperan dalam
menentukan kerentanan kulit terhadap suatu alergen, dimana terjadi penurunan ambang
batas kerentanan kulit akibat fungsi barier yang tidak normal pada orang dengan riwayat
atopi sehingga semakin besar kemungkinan terjadinya DKAK.12
9. Bahan Kimia
Hasil penelitian didapatkan bahwa responden mengalami kontak lebih dari satu bahan
kimia. Ini dapat terjadi karena dalam proses bekerja, responden mengalami perubahan
subspesialisasi pekerjaan menggunakan shift, misalkan dari pencucian, berpindah ke
bagian pengeringan ataupun pemolesan mobil. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan detergen adalah yang paling banyak menyebabkan terjadinya DKAK.
Detergen adalah salah satu bahan kimia yaitu basa lemah yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit akibat terkikisnya lapisan kulit, sedangkan pada lapangan pekerjaan ini
detergen adalah salah satu bahan kimia yang sering digunakan.1 Detergen juga digunakan
dalam kehidupan sehari-hari responden sehingga dapat menjadi salah satu faktor
predisposisi terjadinya DKAK pada responden.10. Lama Waktu Bekerja
Sesuai dengan temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk1, pada karyawan
Pencucian Mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung dimana menunjukkan
pekerja dengan masa kerja dibawah 1 tahun memiliki frekuensi terbanyak mengalami
DKAK dengan jumlah presentase 74%. Hal ini bisa disebabkan oleh kerentanan kulit
responden terhadap bahan kimia pada karyawan dengan masa kerja 0-2 tahun lebih
tinggi, dan adanya resistensi terhadap bahan kimia pada pekerja dengan masa kerja 3-5
tahun, 6- 8 tahun dan >8 tahun.13 Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi adalah
banyak karyawan yang tidak bertahan lama dengan pekerjaan ini dan juga banyak
karyawan baru ketika dilakukan pengisian kuisioner. Faktor lain yang dapat
menyebabkan rentang usia 0-2 tahun banyak yang sedang DKAK adalah karena
responden yang melaksanakan pengisian kuisioner sedang berada pada subspesialisasi
pekerjaan menggunakan bahan kimia yang bersifat alergen seperti bahan pelicin mobil
atau oli plastik, sehingga responden sedang mengalami DKAK karena reaksi cepat dari
reaksi alergen.11. Riwayat PekerjaanPada responden yang memiliki riwayat pekerjaan
pada kelompok tertentu dan melakukan kontak dengan bahan kimia seperti cleaning
service dan tempat sablon memiliki kecendrungan mengalami DKAK lebih tinggi, karena
sebelumnya kulit
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
responden sudah terpajan bahan kimia dan menyebabkan terjadinya kerusakan kulit. 13
Sedangkan untuk riwayat penyakit kulit dari hasil penelitian menunjukkan bahwa profil
responden berdasarkan riwayat penyakit terdahulu yaitu 10 orang atau 22% responden
mengalami penyakit kulit. Sedangkan 37 orang dan 78% tidak mengalami penyakit kulit
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk1, pada karyawan Pencucian
Mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung ditemukan hasil 17,9%
sebelumnya mengalami penyakit kulit. Riwayat penyakit kulit seperti inflamasi ataupun
ada trauma pada kulit dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya DKAK. Pada
trauma ataupun ada abrasi pada kulit sebelumnya, memudahkan bahan kimia untuk lebih
mudah masuk ke dalam kulit sehingga risiko DKAK tinggi. Selain itu, riwayat penyakit
kulit sebelumnya dapat diajukan acuan untuk melihat apakah responden mudah terserang
penyakit kulit ataupun mengalami kerusakan kulit sebelumnya sehingga bisa menjadi
salah satu faktor risiko penyebab responden mudah mengalami DKAK13.
SIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor
ditemukan bahwa dari 47 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Mayoritas
responden DKAK berada pada rentang usia 21-30 tahun. Semua responden adalah laki-
laki. Gejala dan tanda DKAK tersering adalah kulit mengelupas, dengan bagian tubuh
dominan terkena adalah bagian telapak tangan. Responden dengan DKAK seluruhnya
mengalami kontak dengan bahan kimia selama proses kerja dan mayoritas memiliki lama
kontak >6 jam/hari, serta responden dengan DKAK paling banyak memiliki frekuensi
>10 jam/hari. Responden DKAK yang memiliki riwayat atopi adalah sebanyak 26% dan
yang memiliki riwayat atopi keluarga sebanyak 17%. Bahan kimia yang paling banyak
digunakan adalah detergen. Responden yang mengalami DKAK mayoritas memiliki lama
waktu bekerja 0-2 tahun. Beberapa responden sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan
sebelumnya yang berhubungan dengan bahan kimia dan juga memiliki riwayat penyakit
kulit sebelumnya.
SARAN
Angka kejadian DKAK yang tinggi bisa menurunkan produktivitas pekerja oleh karena
itu diharapkan para pekerja dan tempat bekerja lebih waspada dengan ancaman dermatitis
kontak akibat kerja sehingga dapat memberikan perlindungan lebih ketika melakukan
proses kerja misalkan dengan menggunakan Alat Perlindungan Diri.
Kelemahan penelitian ini adalah sedikit data yang didapat dan juga wilayah yang masih
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Kelemahan yang lain adalah penelitian ini hanya menunjukkan data demografi saja,
disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mencari tahu pasti jenis bahan
kimia penyebab DKAK pada lapangan pekerjaan ini dengan melakukan tes alergi seperti
patch test / uji tempel, dimana seperti yang diketahui bahwa responden mengalami
kontak lebih dari satu bahan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
•Mariz, DR, Hamzah, SM, Wintoko, R. Factors that Corelation to The Incidence of
Occupational Contact Dermatitis on The Workers of Car Washes in Sukarame
Village Bandar Lampung City. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
2013
•Wasitaatmadja, Sjarif M. Anatomi dan Faal Kulit. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. h. 3-7
•Sularsito, Sri A dan Djuanda, Suria. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. h. 129-153
Physicians. 2010
9. Kwangsukstith, Chartchai dan Maibach, Howard I. Effect age and sex on the induction
and elicitation of allergic contact dermatitis. Contact Dermatitis: Environmental and
Occupational Dermatitis. 1995; 33: 289-298
11. Behrozzy, Ali dan Keegel, Tessa. Wet-Work Exposure: A Main Risk Factor For
Occupational Hand Dermatitis. Safety and Health Work. 2014; 5: 175-180
13. Imma, Nur Cahyawati. Skripsi Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Dermatitis pada Nelayan yang Bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjungsari
Kecamatan Rembang. 2010
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Oleh:
Made Gede Cahyadi Permana
NIM: 0702005161
Penyelia: dr. I. G. K. Darmada Sp.KK(K)
Kuantitas paparan kulit terhadap suatu zat sangat mempengaruhi percepatan dan keparahan
dari inflamasi kulit, atau yang sering disebut dengan dermatitis kontak. Dermatitis kontak yang
terjadi akibat paparan terhadap zat iritan dan reaksinya nonimunologik disebut dermatitis kontak
iritan, sedangkan dermatitis yang terjadi akibat paparan zat dengan terjadinya reaksi imun
disebut dermatitis kontak alergik. Semakin sering kita bersentuhan dengan zat-zat iritan, semakin
besar risiko kita mengalami dermatitis kontak. Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terhadap
dermatitis kontak, biasanya orang yang memiliki profesi dengan frekuensi paparan terhadap zat
iritan cukup tinggi contohnya: tukang cuci mobil, buruh celup di pabrik, tukang aduk semen,
pegawai bengkel, dan pegawai pabrik tekstil. Setiap harinya, pekerja-pekerja tersebut
berinteraksi dengan bahan iritan(sabun, oli, bensin, semen, dll). Bahan iritan dapat merusak
berbagai lapisan kulit, seperti ada bahan yang merusak stratum korneum, adapula yang merusak
lapisan lipid.
Bila dibandingkan dengan kuantitas usaha-usaha menengah ke atas seperti bengkel dan
pabrik di Indonesia yang sangat menjamur, maka secara teori, akan banyak jumlah orang
mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan teori dan literatur yang digunakan penulis, didapatkan
prevalensi kasus dermatitis kontak akibat dari pekerjaan adalah 80 %, dari semua kasus penyakit
kulit akibat kerja. Penulis mencoba mengobservasi kejadian dermatitis kontak di masyarakat,
dengan mengkhususkan pada tukang cuci mobil. Dalam observasi, penulis menemukan
kejanggalan-kejanggalan pada stasiun kerja dari perusahaan cuci mobil, misalnya kondisi
lingkungan kerja di mana penulis melakukan observasi lembab, dan basah. Kejadian seperti ini
diduga terjadi di semua perusahaan cuci mobil. Dapat dibayangkan, seberapa banyak tukang cuci
mobil yang akan mengidap dermatitis kontak. Oleh karena itu penulis merasa penting untuk
mengangkat permasalahan ini dalam bentuk karya tulis tinjauan pustaka dan observasi yang
berjudul Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Tukang Cuci Mobil.
1.2.3 Kondisi seperti apa serta faktor-faktor apa saja yang mendukung para tukang cuci mobil ini
mengidap dermatitis kontak akibat kerja?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan menjelaskan prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada tukang
cuci mobil serta aspek-aspek yang mendukung prevalensi tersebut.
1.3.2 Untuk mengetahui manifestasi klinis dermatitis kontak akibat kerja yang paling sering pada
tukang cuci mobil.
1.3.3 Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi dan faktor yang berperan dalam mendukung
terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil di lapangan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Masyarakat dapat mengerti faktor-faktor risiko dermatitis kontak akibat kerja.
1.4.2 Masyarakat dapat mengetahui gejala-gejala awal dermatitis kontak akibat kerja serta dapat
mengantisipasi terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Berdasarkan etimologinya dermatitis adalah peradangan kulit pada daerah epidermis dan
dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau endogen di mana
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik seperti edema, eritema, papul,
vesikel, skuama, dan likenifikasi disertai dengan keluhan gatal. 1,2 Dermatitis yang akan dibahas
penulis yaitu dermatitis kontak, dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau zat yang menempel
di kulit.
Literatur menyatakan bahwa dermatitis kontak merupakan penyakit tersering diderita oleh
masyarakat dibandingan penyakit kulit lainnya.1,2 Penderitanya berasal dari berbagai ras, semua
umur dan semua jenis kelamin. Dermatitis kontak terbanyak diperkirakan adalah dermatitis
kontak akibat kerja. Data epidemiologi yang spesifik sangat sulit didapatkan, karena banyak
penderita yang acuh terhadap gejala dermatitis ringan dan tidak berobat. Berdasarkan penelitian
dari Netherlands Expert Centre on Occupational Dermatoses terhadap jumlah kasus penyakit
kulit akibat kerja(occupational skin diseases) selama 5 tahun (2001 hingga 2005) di suatu
negara, didapatkan hasil berikut: Dari 4516 kasus baru, 3603 kasus merupakan kasus dermatitis
kontak. Bila dibandingkan dengan penyakit lain, persentase kasus baru dermatitis kontak sebesar
79,8 %, sehingga dermatitis kontak merupakan penyakit kulit akibat kerja yang paling sering
diderita oleh masyarakat. Berdasarkan jenis kelamin, persentase wanita lebih banyak
dibandingkan pria yaitu wanita 51,1% dengan kisaran umur yang dominan sekitar 15-24 dan 25-
34 tahun sedangkan pria 49% dengan kisaran umur sekitar 35–44, 45–54, dan 55–64 tahun.3
2.3 Etiologi
Secara umum, penyebab utama dermatitis ada dua yaitu berasal dari luar atau eksogen,
contohnya: bahan kimia seperti detergen, asam, basa, oli, semen, fisik seperti sinar matahari,
suhu, dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Penyebab dari dalam, atau endogen
misalnya dermatitis atopik. Penyebab dermatitis yang lain adalah idiopatik.1
Pada dermatitis kontak iritan penyebabnya adalah zat yang bersifat iritan seperti bahan
pelarut, detergen, sabun, minyak pelumas, asam, basa, dan serbuk kayu. Selain faktor molekul,
faktor lain yang menentukan tingkat keparahan dan kejadian dermatitis kontak iritan adalah lama
kontak, frekuensi kontak(sering atau jarang terpapar dengan bahan iritan), trauma fisik yang
membantu terjangkit dermatitis, dan faktor lingkungan yang lembab. Sedangkan pada dermatitis
kontak alergik, zat yang menyebabkan dermatitis kontak alergik biasanya memiliki berat
molekul di bawah 1000 dalton, berupa alergen, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai epidermis. 1 Zat-zat alergen ini akan mengalami reaksi
imunologik yang menyebabkan inflamasi.
2.4 Patogenesis
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Pada dermatitis kontak iritan, kerusakan sel yang terjadi diakibatkan oleh proses kimiawi
ataupun fisik. Zat-zat yang mengiritasi kulit, merusak stratum korneum, mendenaturasi keratin,
menghilangkan lipid pada lapisan tanduk, serta mengubah daya ikat air di kulit. Bahan iritan
kebanyakan bersifat toksik yang merusak membran lemak keratinosit, adapula yang menembus
membran sel dan merusak organel-organel sel seperti mitokondria, lisosom, dan komponen inti
sel. Kerusakan membran sel, menyebabkan aktifnya fosfolipase sehingga melepaskan asam
arakidonat, diasilgliserida, Platelet activating factor(PAF)dan inositida(IP3). Asam arakidonat
diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien, keduanya menginduksi vasodilatasi serta
meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin,
dan sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit, neutrofil, dan sel mas(mastosit) untuk melepaskan
histamin, serta meningkatkan produksi leukotrien, prostaglandin dan PAF, yang menyebabkan
terjadinya perubahan vaskular yang kuat. Diasilgliserid menstimulasi sintesis interleukin-1 dan
mengaktifkan Granulocyte-Macrophage Colony Stimulation Factor(GMCSF). Interleukin-1
mengaktifkan sel T-Helper untuk mengeluarkan interleukin-2 dan mengaktifkan reseptor
interleukin-2, sehingga menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel. Terlibatnya TNF,
yang merupakan sitokin pro-inflamasi yang mengaktifkan sel T, makrofag dan granulosit,
menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin. Semua proses di atas
menimbulkan gejala radang di tempat kontak berupa eritema, edema, panas, nyeri pada iritan
yang kuat, sedangkan pada iritan yang lemah akan menimbulkan gejala setelah mengalami
kontak berulang-ulang, yang akan menyebabkan delipidasi pada stratum korneum sehingga
menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi barriernya yang mempermudah kerusakan sel di
bawahnya oleh bahan iritan.1,4
Pada dermatitis kontak alergik, reaksi inflamasi diinduksi oleh reaksi hipersensitivitas tipe
IV yang merupakan reaksi tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase yaitu fase sensitisasi
dan fase elitisasi.
Fase sensitisasi merupakan fase pengenalan bahan alergen terhadap tubuh. Hapten yang
masuk ditangkap secara pinositosis oleh sel langerhans dan diproses oleh sitosol dan
dikonjugasikan oleh HLA-DR menjadi antigen. Sel langerhans akan menjadi aktif akibat adanya
sitokin sehingga mampu menstimulasi sel T, dan menghasilkan banyak mediator inflamasi,
termasuk TNF, mediator ini menyebabkan sel langerhans masuk ke kelenjar limfe untuk
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
mempresentasikan antigen kepada sel T-Helper spesifik. Sel T-Helper spesifik berproliferasi
menjadi lebih banyak, turunannya yaitu sel T-memori akan beredar ke seluruh tubuh, yang
menandakan individu tersensitisasi. Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu.1
Fase Elitisasi, merupakan fase di mana individu mengalami paparan ulang terhadap
alergen. Proses awalnya mirip dengan proses sensitisasi. Namun di sini proses presentasi
dilakukan oleh sel T-memori baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi proses
aktivasi, yang berupa reaksi berantai untuk mengeluarkan mediator inflamasi yang sangat banyak
di kulit. Produk akhir proses ini adalah teraktivasinya sel mas dan makrofag oleh sitokin dan
eikosanoid. Sel mas akan menghasilkan histamin, faktor kemotaktik, dan leukotrien, sedangkan
eikosanoid menyebabkan dilatasi vaskuler dan meningkatkan permeabilitas. Faktor kemotaktik
dan eikosanoid juga akan menarik monosit, neutrofil, serta sel darah lainnya dari dalam
pembuluh darah masuk ke dalam dermis. Rangkaian kejadian di atas akan menimbulkan
manifestasi klinis dari dermatitis kontak alergik.
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan literatur yang penulis gunakan, dermatitis kontak terdiri dari dua macam,
pertama adalah dermatitis kontak iritan yaitu dermatitis yang terjadi akibat kulit terpapar oleh
bahan yang bersifat iritan, tanpa reaksi imunologik, kedua adalah dermatitis kontak alergik
adalah dermatitis yang terjadi akibat sensitisasi terhadap suatu zat atau bahan allergen sehingga
terjadi reaksi imunologik, yang menyebabkan inflamasi.1,2
Dermatitis kontak iritan merupakan dermatitis yang paling sering diderita oleh masyarakat.
Berdasarkan literatur yang penulis baca, sebanyak 3 dari 4 kasus dermatitis kontak iritan
disebabkan oleh bahan seperti detergen, sabun, bahan pelarut, bahan perekat, serat, dan bahan
kimia lainnya. Semakin sering kulit melakukan kontak dengan bahan iritan, semakin tinggi
kesempatan untuk mengalami dermatitis kontak iritan serta meningkatkan keparahan dari
penyakitnya. Berdasarkan penyebab dan pengaruh dari faktor pencetusnya(individu, lingkungan)
Dermatitis kontak iritan dibagi menjadi beberapa macam yaitu: dermatitis kontak iritan akut,
dermatitis kontak iritan akut lambat, reaksi iritan, dermatitis kumulatif, dermatitis traumateratif,
eksikasi ekzematik, pustular-akneformis, noneritematosa, dan subyektif. 1 Manifestasi klinis pada
dermatitis di atas akan dijelaskan pada bagian manifestasi klinis.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau tipe lambat.
Kasus dermatitis ini lebih jarang daripada dermatitis kontak iritan. Faktor yang berkontribusi
terhadap terjadinya dermatitis kontak alergik adalah konsentrasi dari alergennya, durasi paparan
terhadap alergen, dan adanya penyakit kulit penyerta lain.
seperti detergen, sabun pelarut, tanah, dan air. Prosesnya bisa diakibatkan oleh satu
bahan saja, tetapi biasanya proses menjadi dermatitis iritan melalui paparan
berulang-ulang terhadap beberapa faktor dan bahan secara bersama. Setelah kontak
berminggu-minggu atau bahkan hingga tahunan, baru timbul reaksi peradangan.
Gejala klinis yang terjadi berupa kulit kering, skuama, eritema, kemudian menjadi
hiperkeratosis dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlanjut kulit bisa retak
seperti luka iris(fisur). Pasien biasanya mengeluh gatal atau nyeri akibat fisur. Ada
kalanya kelainan di kulit hanya berupa skuama tanpa eritema dan kulit kering
sehingga sering diabaikan oleh penderita.1
4. Reaksi iritan. Merupakan dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang terpapar
pekerjaan basah seperti penata rambut. Reaksi hanya terjadi pada awal pertama
melakukan, kemudian umumnya akan sembuh sendiri atau akan menjadi dermatitis
kontak iritan kumulatif. Gejala klinisnya berupa skuama, eritema, vesikel, pustul,
dan erosi serta terjadi penebalan kulit.1
5. Dermatitis kontak iritan traumatik. Biasanya akibat dari trauma panas dan
laserasi. Penyembuhannya lambat, sekitar lebih dari 6 minggu, sering terjadi di
tangan.1
6. Dermatitis kontak iritan noneritematosa. Merupakan bentuk subklinik dari
dermatitis kontak iritan, di mana ditandai dengan perubahan fungsi barrier stratum
korneum tetapi tidak diikuti oleh gejala klinis.1
7. Dermatitis kontak subyektif(dermatitis kontak sensori). Tidak terlihat adanya
kelainan di kulit, namun pasien mengeluh pedih dan terasa terbakar setelah
bersentuhan dengan iritan. Bahan yang biasanya menimbulkan dermatitis kontak
subyektif adalah asam laktat.1
Pada dermatitis kontak alergik, umumnya keluhan gatal yang paling sering muncul,
sedangkan kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitisnya dan lokasi. Pada fase akut,
awalnya muncul bercak eritematosa berbatas jelas serta adanya edema, papulovesikel, vesikel,
atau bula. Bila vesikel atau bula pecah, akan menimbulkan erosi dan eksudasi. Sedangkan pada
fase kronis, kulit tampak kering, berskuama, papul, likenifikasi, mungkin juga fisur, batasnya
tidak jelas. Lokasi terjadinya dermatitis kontak alergik bisa di mana saja, namun pada skalp,
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
telapak tangan, dan telapak kaki relatif resisten terhadap dermatitis kontak alergik. Lokasi tubuh
yang bisa terkena dermatitis antara lain:
1. Tangan. Merupakan lokasi tersering terkena dermatitis. Lebih dari sepertiga penyakit
kulit akibat kerja terjadi di tangan. Alergennya biasanya: semen, detergen, antiseptik,
getah, cat, dan pestisida.
2. Lengan. Alergennya bisa berupa nikel(jam tangan), hingga deodorant(pada daerah
ketiak).
3. Wajah. Biasanya disebabkan oleh kosmetik, spons, obat topikal, hingga tangkai kaca
mata. Dapat pula berasal dari alergen di tangan, kemudian kontak dengan wajah saat
mengusap keringat. Pada daerah bibir, biasanya disebabkan oleh lipstick, pasta gigi. Pada
kelopak mata biasanya disebabkan oleh mascara, obat tetes mata, eye shadow, dan salep
mata.
4. Telinga. Alergennya berupa anting, tangkai kaca mata, hingga gagang telepon.
5. Leher. Alergennya bersal dari kalung yang terbuat dari nikel, parfum, zat warna pakaian.
6. Badan. Disebabkan oleh bahan tekstil, kancing logam, elastis busa, bahan pewangi
pakaian.
7. Genitalia. Penyebabnya berupa kondom, pembalut, detergen, nilon.
8. Paha dan tungkai bawah. Biasanya disebabkan oleh kunci yang dimasukkan ke
kantong, dompet, kaos kaki nilon, semen, sepatu.
2.9 Prognosis
Pada dermatitis kontak iritan, bila penyebab dermatitis tidak dapat disingkirkan, maka
prognosisnya kurang baik. Biasanya keadaan ini terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis yang
penyebabnya multifaktor, serta penderita atopi. Begitu pula pada dermatitis kontak alergik,
selama tidak bisa lepas dari bahan alergen, prognosisnya akan tidak baik, apalagi bila diikuti
dengan faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis numularis). Namun literatur yang penulis
baca menyebutkan bahwa prognosis dermatitis yang diakibatkan oleh pekerjaan tidak baik.
Berdasarkan studi di swedia, disebutkan hanya 25% dari 555 individu yang sembuh secara total
dari dermatitis akibat kerja, dalam kurun waktu 10 tahun, dan prognosisnya tidak lebih baik dari
40% yang berganti profesi.7
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
BAB III
Pembahasan dan Kesimpulan
3.1 Hasil Observasi
Penulis melakukan observasi pada perusahaan cuci mobil bernama UD. Maestro Motor,
dengan jumlah tukang cuci mobil 8 orang. Penulis melakukan observasi melalui wawancara
terhadap tukang cuci mobil secara langsung. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
tukang cuci mobil, data yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel.1 Tabel rekapan hasil observasi pada tukang cuci mobil UD. Maestro Motor
6
Prevalensi: × 100 %=75 %
8
Semua tukang cuci mobil yang diwawancara menyatakan tidak pernah memiliki riwayat atopi
maupun alergi, serta menyatakan keluarga mereka tidak memiliki riwayat atopi. Semua tukang
cuci mobil bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00, dengan lama kerja dalam 1 hari sekitar 9 jam.
Bahan yang digunakan untuk bekerja antara lain: air, sabun khusus pencuci mobil, oli plastik,
dan pelicin mobil(bahan silikon). Dari 6 orang yang tercatat terkena dermatitis kontak, 4 orang
didapatkan oleh penulis di tempat observasi sedangkan 2 orang yaitu bapak Jefri dan bapak
Satwika hanya berdasarkan riwayat saja.
Hubungan antara beberapa variabel dibandingkan dengan kejadian dermatitis kontak dapat
dilihat sebagai berikut:
dermatitis kontak
No Lama Kerja
sehat sakit
1 0-5 tahun 2 2
2 6-10 tahun 0 4
3 >10 tahun 0 0
Total 2 6
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
dermatitis kontak
No Umur
sehat sakit
1 24-29 tahun 2 2
2 30-35 tahun 0 4
Total 2 6
dermatitis kontak
No Bahan Kimia
sehat sakit
Sabun & oli
1 plastik 1 4
2 Silikon 1 2
Total 2 6
Tabel 2 menunjukkan jumlah tukang cuci mobil yang terjangkit dermatitis kontak akibat
kerja dengan lama bekerja 0-5 tahun sebanyak 2 orang mengalami kelainan, dan 2 orang lagi
normal. Pekerja dengan lama kerja 6-10 tahun sebanyak 4 orang mengalami kelainan. Jadi
dermatitis kontak akibat kerja memiliki kaitan erat dengan lama bekerja dari tukang cuci, hal ini
berhubungan dengan lamanya mereka terpapar dengan bahan pencuci.
Pada tabel 3, rentangan umur yang sering terkena dermatitis kontak adalah 30-35 tahun,
dengan jumlah 6 orang. Sedangkan rentang 24-29 tahun memiliki perbandingan yang sama
antara yang normal dan kelainan. Hal ini diduga karena pegawai yang di atas 30 tahun adalah
pegawai lama, di mana rata-rata lama kerja mereka 6 tahun.
Tabel 4 adalah tabel perbandingan terhadap bahan kimia yang digunakan. Penggunaan
sabun dan oli plastik, menduduki peringkat pertama menyebabkan kelainan daripada silikon.
Beberapa faktor yang penulis rasa berpengaruh pada tingginya angka ini adalah lingkungan pada
bagian pencucian lebih berisiko terhadap dermatitis kontak daripada lingkungan bagian
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
pengeringan, dan dugaan penulis bahwa sabun dan oli plastik memiliki kemampuan
menyebabkan dermatitis kontak lebih tinggi daripada silikon.
3.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dari penulis, dari 8 tukang cuci mobil
didapatkan hasil sebagai berikut:
prevalensi dermatitis kontak akibat kerja yang terjadi pada perusahaan yang diobservasi
adalah 75%. Prevalensi dari dermatitis kontak akibat kerja ini sangat tinggi mengingat hampir
semua tukang cuci mobil di perusahaan yang diobservasi pernah mengalami gejala dermatitis
kontak akibat kerja. Beberapa aspek yang diduga berperan dalam tingginya prevalensi adalah
durasi jam kerja yang membuat paparan terhadap bahan iritan menjadi semakin lama, jenis bahan
pembersih yang digunakan, serta lingkungan lembab yang mendukung terjadinya dermatitis
kontak.
Manifestasi klinis terbanyak yang diakui pernah diderita adalah kemerahan dengan lokasi
terbanyak di jari tangan. Kulit yang paling sering bersentuhan dengan bahan pencuci mobil
adalah kulit tangan, sehingga kulit tangan paling riskan mengalami dermatitis kontak. Bapak
Ketut, Aryawan, dan Suradi mengaku pernah mengalami gatal di jari kaki juga, dengan
efloresensi kemerahan, dan kulit yang mengelupas. Penulis menduga hal ini diakibatkan kondisi
tempat kerja dari Pak Ketut, Pak Aryawan, dan Pak Suradi. Mereka ditempatkan di bagian
penyemprotan, pemberian sabun, dan oli plastik. Air bekas cucian dari mobil yang disemprot,
menggenang pada lantai, sehingga kaki mereka selalu tergenang air campuran sabun dan oli
plastik, yang merupakan suatu iritan. Bapak Poli, dan Jefri baru bekerja 2 bulan, namun
mengaku pernah kemerahan di tangan. Mereka ditempatkan di bagian pengeringan dan
pembersihan, di mana bahan yang terpapar oleh mereka adalah silikon dan air sabun.
Kemungkinan ada faktor sensitifitas kulit yang mempengaruhi kedua tukang cuci mobil yang
baru ini.
Dari segi lingkungan kerja, penulis berpendapat bahwa lingkungan kerja di tempat
observasi mendukung terjadinya dermatitis kontak. Suasana yang lembab, menyebabkan pori-
pori kulit yang melebar sehingga bahan iritan menjadi semakin mudah masuk ke dalam kulit.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Genangan air bercampur sabun dan oli plastik di lokasi kerja juga diduga membantu terjadinya
dermatitis kontak, terutama di daerah kaki.
Jadi dapat penulis simpulkan dari observasi sebagai berikut: tinggi prevalensi dermatitis
kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil berkisar 75% yang mendukung teori dermatitis
kontak akibat kerja merupakan penyakit kulit akibat kerja terbanyak. Manifestasi klinis yang
paling sering muncul dalam dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil adalah
kemerahan di kulit, dan kulit kelupas. Lokasi terbanyak yang kena dermatitis kontak akibat kerja
adalah di jari tangan. Kondisi dan faktor-faktor yang mendukung para tukang cuci mobil ini
mengidap dermatitis kontak akibat kerja antara lain lingkungan kerja yang lembab, keadaan
tempat kerja yang ada genangan air campuran, serta bahan pembersih yang kemungkinan bisa
menyebabkan peradangan di kulit. Namun di sini perlu diingatkan, bahwa relevansi akan
diagnosis terhadap para pekerja kurang. Hal ini dikarenakan untuk mengatakan bahwa suatu
kelainan kulit adalah dermatitis kontak, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan medis seperti uji
tempel, sedangkan observasi yang penulis laksanakan tidak melaksanakan prosedur medis
apapun, sehingga dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut untuk menrntukan kelainan dari tukang
cuci mobil ini adalah dermatitis kontak atau bukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. Dermatitis. In: Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda, dr. Mochtar
Hamzah, Prof. Dr. dr. Siti Aisah (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007; p. 129-138.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
5. Adam D. Perry, MD, and John P. Trafeli, MD. Hand Dermatitis: Review of Etiology,
Diagnosis, and Treatment. J Am Board Fam Med Vol. 22, No. 3. 2009; p. 325-330.
6. Medical aspects of occupational skin disease(second edition). HSE Books. 2004. ISBN 0 7176
1545 6.
7. David J Gawkrodger. Patch testing in occupational dermatology. Occup. Environ. Med. 2001;
p. 823-828.
8. Dermatitis Prevention Occupational Skin Disorder. Occupational Safety and Health Bureau
Montana Department of Labor and Industry.
9. Daniel J Hogan, MD. Contact Dermatitis: Irritant. [cited 2010 January]. Available from:
emedicine.medscape.com/article/1049353-overview.
10. Hand Dermatitis: Clinical Features, Diagnosis, and Management: Irritant Contact
Dermatitis.[cited 2010 January]. Available from:
www.medscape.com/viewarticle/572227_2.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja
yang banyak terjadi.Penyakit ini dapat menurunkan produktifitas pekerja.
Dengan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhinya diharapkan
proses pencegahan dapat lebih mudah dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi angka kejadian dermatitis kontak pada karyawan
pencucian mobil di kelurahan Sukarame Bandarlampung. Penelitian ini
adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Responden
penelitian diambil secara keseluruhan yaitu sebanyak 50 responden. Data yang
diperoleh adalah data primer dari kuesioner, Setelah itu dilakukan uji
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
statistik Fisher exact. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 78% responden
mengalami kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Berdasarkan uji statistik,
faktor lama kontak, masa kerja, personal hygiene, dan penggunaan alat
pelindung diri(APD) didapatkan hasil p< 0,05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna terhadap kejadian dermatitis kontak akibat kerja.
ISSN 2337-3776
`
Abstract
Mariz DR, Hamzah SM, Wintoko R
45
Pendahuluan
Peningkatan perkembangan industri dan adanya perubahan gaya hidup
masyarakat terutama pada masyarakat ibukota yang lebih menyukai hal-
hal yang praktis membawa efek positif pada usaha penyedia jasa. Jenis
usaha penyedia jasa yang berkembang dan semakin menjamur
dikalangan masyarakat, salah satunya adalah usaha penyedia jasa
pencucian mobil atau dikenal dengan istilah car wash. Hal ini
memberikan konsekuensi semakin banyak orang yang bekerja dibidang
jasa pencucian mobil, sehingga semakin banyak pula kemungkinan
orang yang berisiko terkena penyakit kulit akibat kerja (Djunaedi, 2003).
Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu
peradangan kulit diakibatkan oleh suatu pekerjaan seseorang. Dermatitis
kontak merupakan 50% dari semua penyakit akibat kerja terbanyak yang
bersifat nonalergi atau iritan. Penelitian survailance di Amerika
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Metode
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross-
sectional yang kemudian akan dideskripsikan untuk menggambarkan
hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kejadian
dermatitis kontak akibat kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah
karyawan pencuci mobil di tempat pencucian mobil di kelurahan
sukarame Bandar lampung yang diambil secara keseluruhan. Waktu
penelitian adalah 4 minggu. Metode Penelitian yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah menggunakan kuesioner yang diisi sendiri
oleh responden (self completion questionnaire). Kuesioner yang
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Variabel
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Lama Kontak
Usia
Jenis Kelamin
Masa Kerja
Kategori Frekuensi
Persentase (%)
78
22
64
36
100
0
74
26
24
76
20 80 36 64
Pvalue
0,017
0,287
0,046
0,105
0,030
0,001
4 10,3 35 89,7
23 58,9 16 41,1
26 66,7 13 33,3
7 17,9 32 82,1
5 12,8 34 87,2
8 20,5 31 79,5
3 27,3 8 72,7
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
9 81,8 2 18,2
11 100 0 0
5 45,5 6 54,5
5 12,8 6 54,5
10 90,9 1 9,1
7 14 43 86
32 64 18 36
37 74 13 25
12 24 38 76
10 20 40 20
18 36 32 64
Bahan kimia tersebut terdapat didalam sabun dan sampo yang digunakan
untuk mencuci mobil. Bahan-bahan kimia tersebut berpotensi untuk
menimbulkan dermatitis. Bahan kimia yang terkandung dalam sabun
umumnya bersifat iritan lemah dan sensitizer, sehingga dapat
menyebabkan dermatitis. Terlihat dari 78% pekerja yang menderita
dermatitis timbul kelainan kulit setelah berulang kali kontak dengan zat
kimia, dengan kelainan kulit berupa, likenifikasi (penebalan kulit),
visura (retakan) serta timbul gejala seperti nyeri, panas, kulit kering
bahkan tanpa gejala, bercak kemerahan, papula (tonjolan padat), vesikel
(tonjolan berisi cairan), endema (bengkak) dan gejala gatal serta kulit
seperti bersisik. Lokasi terjadinya dermatitis pada pekerja terdapat pada
bagian tangan sela jari dan telapak tangan serta di sela- sela jari dan
telapak kaki (Freedberg, 2003)
Kejadian dermatitis pada karyawan pencuci mobil di kelurahan
Sukarame Bandar Lampung, terjadi akibat proses kerja yang
mengharuskan para pekerja berkontak dengan bahan kimia yang terdapat
didalam sabun dalam jangka waktu yang lama serta faktor-faktor lain
yang mendukung untuk terjadinya dermatitis pada pekerja.
Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan
kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak setiap pekerja berbeda-
beda. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara lama kontak dengan kejadian
dermatitis kontak akibat kerja, dengan p-value 0,017. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatma Lestari (2007) pada
pekerja PT. Inti Pantja Press Industri, dimana pada penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara lama
kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan p-value sebesar 0,003.
Menurut Hudyono (2002), kontak kulit dengan bahan kimia yang
bersifat iritan atau alergen secara terus menerus dengan durasi yang
lama, akan menyebabkan kerentanan pada pekerja mulai dari tahap
ringan sampai tahap berat. Pada penelitian ini menunjukan bahwa
pekerja yang mempunyai rata-rata lama kontak dengan bahan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
51
ISSN 2337-3776
berbeda-beda, serta variabel masa kerja juga memiliki faktor lain seperti
berapa kali dia terpapar dalam sehari dan kontak dengan lebih 1 jenis
bahan kimia.
Riwayat penyakit kulit dalam penelitian ini merupakan pekerja yang
sebelumnya menderita atau memiliki penyakit kulit akibat kerja.
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa pekerja yang memiliki riwayat
penyakit kulit dan menderita dermatitis kontak sebesar 17,9% sedangkan
pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit dan menderita
dermatitis kontak sebesar 82.1% dengan uji bivariat didapatkan p-value
sebesar 0,105 yang menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan
antara penyakit kulit sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak
akibat kerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anissa (2010) di
TPA Cipayung yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara riwayat penyakit dengan kejadian dermatitis kontak
iritan.
Kebersihan perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan
dan perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi
sehat dan selamat ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja dapat
mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada
bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit,
kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia.
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
pekerja pengangkut sampah kota palembang tahun 2008. Skripsi mahasiswi fakultas
kedokteran universitas sriwijaya. 79-86
Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6.
Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI. Jakarta. 129-152
Djunaedi H, Lokananta MD. 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 31(3). 27-33
Erliana. 2008. Hubungan karakteristik individu dan penggunaan alat pelindung diri
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block CV. F. Lhoksumawe.
Skripsi mahasiswi fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara. 88-93
Febria S. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja
bagian processing dan filling PT. Cosmar Indonesia Tanggerang Selatan tahun 2011. 83-
86
Fredberg I.M, et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th Ed,
McGraw-Hill Professional, New York. 253-379
Hayakawa, R. 2000. Contact Dermatitus. Nagoya J. Medicine. Sciene 63. 83-90. Nagoya
Hudyono J. 2002. Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, November
2002. 49(9):
16-23Kosasih A. 2004. Dermatitis akibat kerja. Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin,
Fakultas
kimia di perusahaan industri otomotif kawasan industri Cibitung Jawa Barat. Makara
Kesehatan. 12(2): 63-69
54
ISSN 2337-3776
Mausulli A. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan pada
pekerja pengolahan sampah di TPA Cipayung kota Depok tahun 2010. Skripsi
Universitas Islam Negeri. 78-83
Orton, D.I, Wilkinson, J.D. 2004. Cosmetic allergy: Incidence, Diagnosis and
Management. Am J Clin Dermatol. 5(5): 327-337
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Trihapsoro, I. 2003. Dermatitis kontak alergi pada pasien rawat jalan di RSUP H Adam
Malik Medan. Skripsi fakultas kedokteran Universitas sumatera utara. 78-89
ISSN 2337-3776
55
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
OLEH:
ANASTASIO HARIMBA / C014181022
ANDI ANGGARA KARDIAN NUGRAHA S / C014182095
ANISAR APRILIANI / C014181094
FIQIH EKA PUTRA / C014181023
IRA VERNANDA / C014181024
KRISNA GOYSAL / C014182209
NURUL ISHLA ARDY A / C014182071
RIA RISTIANA / C014172030
VICTORIO TUNGADI / C014181006
PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, Sp.OK
HALAMAN PENGESAHAN
Yang tersebut dibawah ini :
Adalah benar telah menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Studi Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Benhill Car Wash” pada Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Cara pemantauan
Penulis melakukan orientasi lokasi untuk mengetahui lokasi lingkungan kerja
kemudian direncanakan dan diidentifikasi risiko-risiko kondisi lingkungan kerja, fisik,
kimia, dan psikososial yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja pada
pekerja cuci mobil Benhil di Jalan Urip Sumoharjo dengan metode Walk through survey
dengan menggunakan check list
Lokasi walk through survey aspek identifikasi risiko dalam kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat cuci mobil Benhil di Jalan Urip Sumoharjo didepan
Wisma Benhil.
B. Biaya
Biaya yang digunakan pada walk through survey aspek identifikasi risiko dalam
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ini adalah swadaya.
C. Waktu
Penelitian mengenai indentifikasi risiko-risiko dalam kesehatan dan keselamatan
kerja pada pekerja Car Wash Benhil di Urip Sumoharjo akan dilaksanakan selama kurang
lebih 1 minggu (09-13 Maret 2020)
No Tanggal Kegiatan
- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
Senin
1. - Pengarahan kegiatan
9 Maret 2020
- Pembuatan proposal walk through survey
Selasa - Walk through survey
2.
10 Maret 2020 - Pembuatan laporan walk through survey
HASIL SURVEI
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
A. Hasil Survei
Hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
Alur Instalasi:
1. Pengarah Mobil
2. Pencuci mobil luar
3. Cuci mesin
4. Cuci dalam
5. Pengering mobil
6. Kasir
1. Pengarah mobil
a. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya ditempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang cukup
terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.Warna
dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air,
suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas didepan lokasi tempat
kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan
terhadap karyawan. Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh
pekerja.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia cair.
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan dari mobil.
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dengan gerakan yang
berulang.
Faktor Psikososial
Shift kerja dibagi menjadi dua : shift pagi (pukul 07.00 – 15.00 WITA), shift
malam (pukul 15.00 – 22.00 WITA), dengan waktu istirahat untuk shift pagi
dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00.
Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja
dengan pekerja lainnya.
b. Alat Yang Digunakan
Tidak ada alat yang digunakan oleh pekerja ini.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sandal karet..
d. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
30 menit pada pukul 10.00, 15.00 dan 20.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat
interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
b. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan oleh pekerja ini adalah penyemprot air, selang, spons.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot, namun ada beberapa
karyawan yang masih menggunakan sandal bahkan ada yang tidak menggunakan
alas kaki.
d. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3
sebelum perekrutan.
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3.
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
f. Konstruksi Bangunan
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun.
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka.
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun.
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka.
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
4. Pencuci Mesin
a. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan
kerja.Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan
air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi
tempat kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah spons basah, selang air, kuas, dan
sikat.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sandal karet.
d. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2) Pemeriksaankesehatan berkala : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3
sebelum perekrutan
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
f. Konstruksi Bangunan
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun.
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka.
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1)Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2)Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
5. Pengering
a. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu, yang
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.
Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan
air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi
tempat kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat pajanan terhadap debu pada petugas yang bekerja di bagian
vacuum.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair pada pekerja ini
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detektor, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
6. Kasir
a. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang cukup
terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna
dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan
air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi
tempat kerja yang berada ditepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Terdapat paparan radiasi dari layar komputer yang berlangsung dalam
waktu lama dan menetap.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia padat.
2) Bahan kimia cair
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
f. Konstruksi Bangunan
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1) Lingkungan kerja memiliki APAR, alarm, detektor, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2) Pekerja diberikan simulasi kebakaran.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
b. Faktor Kimia
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ditempat kerja pekerja terus Sabun
√
menerus terpajan bahan kimia?
2. Apakah terjadi kontak langsung Tidak
antara pekerja dengan bahan kimia? memakai
√
sarung
tangan
3. Apakah bau bahan kimia kendaraan
√
boleh dihidu di tempat kerja ?
4. Apakah pajanan kimia berpengaruh
√
terhadap pelaksanaan tugas ?
5. Apakah ditempat kerja terdapat √
Standar Opreating Procedure (SOP)
penyimpanan bahan kimia kendaraan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
?
6. Apakah ditempat kerja disediakan terdapat
sarana alat pelindung diri ? masker
√ sarung ,
tangan dan
sepatu bot
7. Apakah pekerja menggunakan sarana Pegawai
alat pelindung diri ketika proses tidak
√
pembaikian kendaraan ? menggunaka
n APD
8. Apa saja jenis bahan kimia yang Sabun cuci
sering terpapar selama waktu √ mobil
bekerja?
c. Faktor Biologi
N PERIHAL YA TIDAK KET
o
1. Apakah tersedia tempat sampah? √
2. Apakah diarea tempat kerja tersedia
√
tempat cuci tangan?
3. Apakah tersedia desinfektan untuk
√
cuci tangan
d. Faktor Ergonomi
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada keluhan yang datang
dari karyawan berkaitan dengan √
kerja bergilir?
2. Apakah ada posisi kerja yang Berjongkok
menimbulkan kelelahan ? saat
√ membersihka
n bagian
bawah mobil
3. Apakah ada petugas yang telah
mengikuti pelatihan tentang √
ergonomik ?
e. Faktor Psikososial
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah hubungan antara pekerja
√
dengan pemilik Car wash baik ?
2. Apakah hubungan antara sesama
√
rekan kerja baik ?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
5. Pemeriksaan Kesehatan
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada pemeriksaan kesehatan
√
berkala ?
2. Apakah ada pemeriksaan kesehatan
√
khusus untuk pekerja ?
penchayaan
matahari
cukup
4. Apakah disediakan tempat mencuci
√
tangan ?
5. Apakah kebersihan diruangan kerja √
memuaskan ?
6. Adakah dilakukan pengecekan alat
√
Car wash secara berkala ?
7. Apakah sisa tempat pembuangan
sampah dipantau dengan baik ? √
8. Upaya K3 Lainnya
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada penyuluhan tentang K3
√
sebelumnya?
2. Apakah ada pelatihan tentang K3
√
sebelumnya?
3. Apakah dilakukan pemantauan rutin
√
terhadap bahaya di tempat kerja?
4 Apakah ada rambu-rambu yang
√
berhubungan dengan bahaya?
5 Apakah ada rambu-rambu evakuasi
√
di tempat kerja?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
b. Faktor Kimia
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ditempat kerja pekerja terus Body kit
√
menerus terpajan bahan kimia?
2. Apakah terjadi kontak langsung Tidak
antara pekerja dengan bahan kimia? √ memakai
sarung tangan
3. Apakah bau bahan kimia kendaraan
√
boleh dihidu di tempat kerja ?
4. Apakah pajanan kimia berpengaruh
√
terhadap pelaksanaan tugas ?
5. Apakah ditempat kerja terdapat
Standar Opreating Procedure (SOP)
√
penyimpanan bahan kimia kendaraan
?
6. Apakah ditempat kerja disediakan Terdapat
sarana alat pelindung diri ? √ sarung tangan
dan sepatu bot
7. Apakah pekerja menggunakan sarana petugas tidak
alat pelindung diri ketika proses √ menggunakan
pembaikian kendaraan ? APD
8. Apa saja jenis bahan kimia yang Semir
sering terpapar selama waktu √ ban,body kit
bekerja?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
c. Faktor Biologi
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah tersedia tempat sampah? √
2. Apakah di area tempat kerja tersedia
√
tempat cuci tangan?
3. Apakah tersedia desinfektan untuk
√
cuci tangan
d. Faktor Ergonomi
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada keluhan yang datang
dari karyawan berkaitan dengan √
kerja bergilir?
2. Apakah ada posisi kerja yang Berjongkok
menimbulkan kelelahan ? saat
√
mengeringkan
mobil
3. Apakah ada petugas yang telah
mengikuti pelatihan tentang √
ergonimik ?
e. Faktor Psikososial
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah hubungan antara pekerja
√
dengan pemilik Car wash baik ?
2. Apakah hubungan antara sesama
√
rekan kerja baik ?
5. Pemeriksaan Kesehatan
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada pemeriksaan kesehatan
√
berkala ?
2. Apakah ada pemeriksaan kesehatan
√
khusus untuk pekerja ?
8. Upaya K3 Lainnya
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada penyuluhan tentang K3
√
sebelumnya?
2. Apakah ada pelatihan tentang K3
√
sebelumnya?
3. Apakah dilakukan pemantauan
rutin terhadap bahaya di tempat √
kerja?
4 Apakah ada rambu-rambu yang
√
berhubungan dengan bahaya?
5 Apakah ada rambu-rambu evakuasi
√
di tempat kerja?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
rapi ?
b. Faktor Kimia
c. Faktor Biologi
d. Faktor Ergonomi
e. Faktor Psikososial
5. Pemeriksaan Kesehatan
8. Upaya K3 Lainnya
PEMBAHASAN SURVEI
a. Survey tentang hazard umum pada pencuci mobil
Dari survey yang dijalankan, pencuci mobil banyak terpapar pada hazard umum
dari lingkungan kerja tersebut seperti lantai licin, butiran pasir dan debu serta polusi dari
kendaraan yang melintas di jalan raya. Pekerja pun terpapar terpapar percikan air terus
menerus. Hazard ini membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan
aman, dan tidak membahayakan pekerjanya. Pekerja di bagian pencucian mobil juga
terpapar dengan faktor kimia seperti penggunaan sabun terus menerus. Pencuci mobil pun
juga terpapar resiko pada faktor ergonomik yang membutuhkan pencuci mobil untuk
berdiri lama dan membungkuk untuk membersihkan bagian dalam mobil serta ban mobil
saat bekerja.
Pekerja juga mengalami hazard fisik yaitu elektrik terutama saat pekerja
menyambung steker, hazard bising yang bersumber dari alat vacuum cleaner, kompresor,
tabung sabun dan selang air karena menggunakan tekanan angin. Pencuci mobil juga
berisiko untuk terpapar dengan faktor biologi seperti kubangan air pada lantai yang
berasal dari cucian mobil menyebabkan infeksi terutama jamur pada pekerja terkhusus di
bagian pencucian.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil sebagian besar menggunakan alat
pencuci mobil yaitu selang, penyemprot, sabun cuci mobil dan kain lap. Alat-alat ini
relatif tidak berbahaya bagi pekerja kecuali sabun cuci mobil yang dapat menyebabkan
iritasi pada kulit penderita dan selang yang dapat menyebabkan jatuh karena tersandung.
c. Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pekerja
Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil sebagian besar tidak menggunakan alat
pelindung diri. Alat pelindung diri yang dipakai pencuci mobil seharusnya dipakai secara
lengkap untuk mengelakkan risiko infeksi jamur pada pekerja di bagian pencucian mobil
karena mereka terpajan air dan sabun dalam jangka waktu lama. Hal ini dikarenakan
pekerja tidak nyaman apabila menggunakan APD sehingga tidak disediakan kelengkapan
APD bagi para pekerja dalam beberapa bulan terakhir ini.
lantai yang licin akibat genangan air dan sabun yang berpotensi menyebabkan cedera
akibat kecelakaan kerja.
g. Survei pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Kesimpulan
1. Pencuci mobil secara keseluruhannya terpapar pada hazard umum di tempat kerja seperti
faktor fisik berupa bising, kimiawi berupa sabun, ergonomis berupa pekerjaan dengan
berdiri, duduk dan jongkok dan gerakan repetitif.
2. Secara umum alat yang digunakan pekerja pencuci mobil adalah selang, mesin
penyemprot air, vakum, kain lap, dan spons.
3. Tidak ada alat perlindungan diri yang disiapkan bagi pegawai.
4. Pemeriksaan kesehatan prakarya tidak dilakukan, pemeriksaan kesehatan berkala dan
berkala khusus juga tidak dilakukan.
5. Pada lokasi pencucian mobil tidak didapatkan adanya upaya-upaya K3 lainnya dari pihak
manajemen seperti standar prosedur keselamatan, atau pelatihan-pelatihan untuk
keselamatan.
6. Konstruksi bangunan secara umum aman, kecuali lantai yang tergenang air dan sabun
yang berpotensi menyebabkan jatuh pada pekerja.
7. Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran ada namun tidak dilakukan secara
menyeluruh.
Saran
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
1. Masih perlunya pemantauan tentang ketersediaan alat pelindung diri untuk kesehatan dan
keselamatan kerja. Disarankan agar seluruh pekerja memakai alat pelindung diri saat
bekerja terutama pekerja di bagian pencucian.
Selain itu perlunya dilakukan survey ulangan untuk mengetahui hazard terbaru yang ada di
lingkungan dalam jangka waktu tiap beberapa bulan tertentu. Salah satu yang terpenting adalah
adanya semacam screening kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala bagi para karyawan.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash