Anda di halaman 1dari 117

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT MARET 2020

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Penyakit Akibat Kerja : Dermatitis Kontak Akibat Kerja


(Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Wisma Benhil Car
Wash

DISUSUN OLEH:
Anisar Apriliani
C014181094

PEMBIMBING
Dr. dr. SULTAN BURAENA, MS, Sp. OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN IKM/IKK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Anisar Apriliani
Stambuk : C014181094
Universitas : Universitas Hasanuddin
Judul : Penyakit Akibat Kerja : Dermatitis Kontak Akibat Kerja
(Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Wisma Bnhil Car Wash

Telah menyelesaikan tugas laporan hasil survey dan artikel dengan judul tersebut
di atas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.

Makassar, 13 Maret 2020

Pembimbing Supervisor,

Dr. dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………..I
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………...II
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………III
ARTIKEL PENELITIAN…………………………………………………………………...1-9
STATUS OKUPASI……………………………………………………………………...10-19
LAPORAN WALK THROUGH SURVEY……………………………………………......20-43

III
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

ARTIKEL PENELITIAN
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja
Wisma Benhil Car Wash
Anisar Apriliani
Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAK menempel pada kulit. Dikenal dua jenis


Latar belakang : Kesehatan Kerja dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak
merupakan salah satu bidang kesehatan iritan yang merupakan respon
masyarakat yang menfokuskan perhatian nonimunologi dan dermatitis kontak
pada masyarakat pekerja baik yang berada alergik yang diakibatkan oleh mekanisme
di sektor formal maupun informal imunologik spesifik. Keduanya dapat
Peningkatan perkembangan industri dan bersifat akut maupun kronis. Penyakit ini
adanya perubahan gaya hidup masyarakat ditandai dengan peradangan kulit
lebih menyukai hal-hal yg praktis polimorfik yang mempunyai ciri-ciri yang
membawa efek positif pada usaha luas, meliputi: rasa gatal, eritema
penyedia jasa. Salah satunya car wash. Hal (kemerahan), endema (bengkak), papul
ini memberikan konsekuensi semakin (tonjolan padat diameter kurang dari
banyak orang yang bekerja dibidang jasa 55mm), vesikel (tonjolan berisi cairan
pencucian mobil. Sehingga beresiko diameter lebih dari 55mm), crust dan
terkena penyakit kulit akibat kerja. skuama.
Penyakit kulit akibat kerja (occupational Bila dihubungkan dengan jenis pekerjaan,
dermatoses) adalah suatu peradangan kulit dermatitis kontak dapat terjadi pada
diakibatkan oleh suatu pekerjaan hampir semua pekerjaan. Biasanya
seseorang. Dermatitis kontak merupakan penyakit ini menyerang pada orang-orang
50% dari semua penyakit akibat kerja yang sering berkontak dengan bahan-
terbanyak yang bersifat nonalergi atau bahan yang bersifat toksik maupun alergik,
iritan. Penelitian survailance di Amerika misalnya ibu rumah tangga, petani dan
menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit pekerja yang berhubungan dengan bahan-
akibat kerja adalah dermatitis kontak. bahan kimia dan lain-lain
Dermatitis kontak adalah dermatitis Metode : Penelitian ini menggunakan
disebabkan bahan atau substansi yang metode penelitian deskriptif dengan

1
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

pendekatan cross sectional melalui proses pernah lagi menggunakan alat pelindung
walk through survey. Data yang digunakan diri. Pasien bekerja selama 8 jam dalam
berupa kebiasaan responden dan data sehari. Pasien sudah bekerja di Wisma
faktor-faktor pencetus Dermatitis Kontak Benhil Car Wash selama 5 tahun.
Akibat Kerja yaitu faktor eksogen yang Kesimpulan: Dermatitis Kontak Akibat
terdiri dari karakteristik bahan kimia, Kerja terbagi menjadi dermatitis kontak
karakteristik paparan, faktor lingkungan, alergi dan dermatitis kontak iritan. Adapun
dan lama kontak. Faktor endogen terdiri bahan yang biasanya digunakan dalam
dari genetik, jenis kelamin, ras, usia, dan pencucian mobil yang dapat menyebabkan
lokasi kulit. Sampel dalam penelitian ini dermatitis kontak akibat kerja yaitu sabun.
adalah pasien dengan gejala alergi pada Faktor eksogen penyebab dermatitis
kulit. Distribusi sampel penelitian kontak akibat kerja adalah karakteristik
berdasarkan jenis pekerjaan yang bahan kimia, karakteristik paparan, lama
dilakukan didapatkan hasil 1 pekerja dari 3 kontak dan faktor lingkungan. Sedangkan
pekerja mengalami keluhan perih dan faktor endogen antara lain genetik, jenis
kemerahan pada kedua tangan kelamin, ras, usia, lokasi kulit. Pada
Hasil : Pada penelitian ini diambil sampel penelitian yang dilakukan ini, pekerja
dari pekerja wisma benhil car wash dari wisma benhil car wash menderita
perhitungan sampel didapatkan sampel dermatitis kontak alergi karena bahan yang
sebanyak 1 dari 3 pekerja (total jumlah digunakan dalam mencuci yaitu sabun
pekerja yang diwawancarai). Jumlah yang dapat bersifat mengiritasi kulit.
responden keseluruhan yang berjumlah 3 Pasien awal bekerja menggunakan alat
orang yang mana dari keseluruhan pelindung diri namun belakangan ini
responden tersebut terdapat 1 orang di pasien hampir tidak pernah menggunakan
bagian pencucian basah dan 2 orang alat pelindung diri lagi saat bekerja
dipencucian kering. Prevalensi DKAK akibatnya muncul keluhan perih dan
yang didapatkan dari responden sebesar 50 kemerahan pada kedua tangan.
%. Faktor yang berpengaruh dalam DKAK Kata kunci: dermatitis kontak akibat
adalah faktor bahan yang digunakan dalam kerja, dermatitis kontak iritan, cross
sabun yang digunakan untuk mencuci sectional, walk through survey,Wisma
mobil. Pasien sebelumnya pernah Benhil car wash
menggunakan alat pelindung diri namun
beberapa lama ini pasien hampir tidak

2
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

PENDAHULUAN Sampel dalam penelitian ini adalah


Sebagai sistem organ tubuh yang karyawan di wisma benhil car wash yang
paling luas, kulit membangun sebuah pekerjaannya selalu berkontak dengan
barrier yang memisahkan organ-organ bahan kimia seperti sabun . Penelitian pada
internal dengan dunia luar dan turut studi cross sectional terdapat beberapa
berpartisipasi dalam fungsi tubuh yang kelemahan yaitu kurangnya jumlah kasus
vital. Masalah kulit adalah salah satu yang didapatkan, berat-ringannya kasus
penyakit akibat kerja. yang sulit ditentukan karena keterbatasan
Pada studi epidemiologi, Indonesia sarana pemeriksaan dan kurangnya waktu
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 yang didapatkan untuk melanjutkan survei.
kasus adalah dermatitis kontak, dimana Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak
66,3% diantaranya adalah DKI dan 33,7% menggambarkan perjalanan penyakit,
adalah DKA. Terdapat berbagai faktor insiden, maupun prognosis penyakit.
yang dapat mempengaruhi terjadinya Setiap peserta studi menjalani
dermatitis kontak yang dapat terbagi dalam penilaian eksposur dari pekerjaan termasuk
faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor observasi langsung dan melakukan foto
eksogen meliputi tipe dan karakteristik dari tugas-tugas pekerjaan.
agen, karakteristik paparan, serta faktor Bahan yang digunakan pada survei
lingkungan. Sedangkan faktor endogen ini adalah checklist yang di buat. Checklist
meliputi faktor genetik, jenis kelamin, ini dibuat berdasarkan informasi yang
usia, ras, lokasi kulit, dan riwayat atopi diperlukan dari tujuan survei dilakukan.
Pada survei ini, informasi yang diperlukan
METODE adalah faktor hazard, alat kerja apa yang
Penelitian ini menggunakan digunakan, alat pelindung diri yang
metode penelitian deskriptif dengan digunakan, ketersediaan obat P3K di
pendekatan cross sectional melalui proses tempat kerja.
walk through survey. Peralatan yang diperlukan untuk
Pemilihan tempat kerja didasarkan melakukan walk through survey antara lain
banyaknya bahan kimia yang digunakan alat tulis menulis berfungsi sebagai media
dalam usaha car yang dapat menyebabkan untuk pencatatan selama survei dilakukan,
alergi dan iritasi pada kulit. Penelitian ini kamera smartphone berfungsi sebagai alat
dilakukan pada saat jam kerja. untuk memotret kegiatan dan lingkungan
yang berfungsi sebagai alat untuk

3
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

mendapatkan data primer mengenai survei 10 Maret Pembuatan artikel


2
yang dilakukan. 2020 status okupasi
Cara survei yang dilakukan adalah 11 Maret - Pembuatan status
3
dengan menggunakan walk through 2020 okupasi
12 Maret - Pembuatan laporan walk
survey. Merupakan survei untuk 4
2020 Through survey
mendapatkan informasi yang relatif 13 Maret
5
sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu 2020 Presentasi
yang relatif singkat sehingga diperlukan
upaya pengumpulan data untuk HASIL

kepentingan penilaian secara umum dan Pada penelitian ini diambil sampel

analisa sederhana. Bahaya apa dan dalam satu dari tiga karyawan di wisma benhil

situasi yang bagaimana bahaya dapat car wash.

timbul, merupakan sebagai hasil dari Responden tersebut merupakan

penyelenggaraan kegiatan walk through bagian pencucian basah. Dari rencana

survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya waktu yang telah ditetapkan, terkumpul

dan lamanya paparan bahaya terhadap data yang didapatkan dari check list yang

karyawan. dibuat.

Pihak okupasi kesehatan dapat Dari hasil check list diperoleh 1

kemudian memberikan monitoring survei karyawan laki-laki yang berusia 28 tahun

untuk memperoleh kadar kuantitas dan telah bekerja sebagai karyawan

eksposur atau kesehatan okupasi mengenai selama 5 tahun. Pasien mengeluhkan

risk assessment. kedua tangannya gatal dan kering,mulanya

Survei dilakukan di wisma benhil muncul bentol-bentol kecil pada tangan.

car wash Jl. Urip Sumoharjo dengan Hal ini sudah dirasakan selama seminggu

jadwal survei selama 4 hari, yaitu: terakhir. Kemudan pasien mengobati


sendiri dengan minyak kayu putih. Bentol-

No bentolnya hilang namun gatalnya tidak

. Tanggal Kegiatan hilang. Kulitnya pun berubah menjadi


- Melapor ke bagian K3 sangat merah dan disertai perih. Awalnya
RS Ibnu Sina bekerja pasien rajin menggunakan alat
- Pengarahan kegiatan
1 9 Maret 2020 pelindung diri namun beberapa lama ini
- Walk through survey
-Melakukan survei di pasien mengaku jarang menggunakan alat
lokasi penelitian pelindung diri saat melakukan

4
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

pekerjaannya. Riwayat menggunakan salep terus-menerus dengan durasi yang lama,


bethametazone ada. Riwayat atopi dalam akan menyebabkan kerentanan pada
keluarga tidak ada. Riwayat alergi tidak pekerja mulai dari tahap ringan sampai
ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat tahap berat. Lama kontak dengan bahan
dengan keluhan yang sama ada saat 2 kimia akan meningkatkan terjadinya
tahun yang lalu. DKAK.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja
Pada pemeriksaan fisik didapatkan terbagi menjadi dermatitis kontak alergi
nadi 88 kali/menit, pernapasan 20 dan dermatitis kontak iritan. Adapun bahan
kali/menit, tekanan darah 120/80 mmHg yang biasanya digunakan dalam usaha
o
dan temperatur 36.7 C. Pemeriksaan bengkel yang dapat menyebabkan
effloresensi kulit didapatkan skuama dan dermatitis kontak akibat kerja yaitu sabun,
eritema pada kedua tangan Faktor eksogen penyebab dermatitis
Terdapat berbagai faktor yang kontak akibat kerja adalah karakteristik
dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis bahan kimia, karakteristik paparan, lama
kontak yang dapat terbagi dalam faktor kontak dan faktor lingkungan. Sedangkan
eksogen dan faktor endogen. Faktor faktor endogen antara lain genetik, jenis
eksogen meliputi tipe dan karakteristik kelamin, ras, usia, lokasi kulit.
agen, karakteristik paparan, serta faktor Menurut Siregar (1996), Penyakit
lingkungan. Sedangkan faktor endogen kulit akibat kerja disebabkan oleh 4 faktor
meliputi faktor genetik, jenis kelamin, atara lain:
usia, ras, lokasi kulit, dan riwayat atopi. 1. Faktor kimiawi dapat berupa
Berdasarkan hasil penelitian yang iritasi primer, allergen, atau

berdasar pada hazard yaitu faktor kimia kasinogen


2. Faktor mekanis atau fisik seperti
yaitu bahan yang digunakan adalah sabun
tekanan, gesekan, trauma, panas,
yang dapat mengakibatkan reaksi alergi
dingin, kelembapan udara, sinar
pada kulit dan mengiritasi kulit.
radioaktif
Pencahayaan menggunakan 90% matahari
3. Faktor biologis seperti jasad renik
dan 10% lampu. (mikroorganisme) hewan dan
produknya, jamur, parasite, dan
DISKUSI virus
Kontak kulit dengan bahan kimia 4. Faktor psikologis (kejiwaan),
yang bersifat iritan atau alergen secara ketidakcocokan pengelolaan

5
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

perusahaan sering menghambat kimia menyebabkan kerusakan sel kulit


konflik di antara pegawai dan lapisan luar, semakin lama berkontak maka
dapat menimbulkan gangguan semakin merusak sel kulit lapisan yang
pada kulit seperti neurodermatitis
lebih dalam dan memudahkan untuk
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah terjadinya penyakit dermatitis.
merupakan reaksi peradangan yang terjadi Pengendalian risiko, yaitu dengan cara
pada seseorang yang telah mengalami
membatasi jumlah dan lama kontak yang
sensitisasi terhadap suatu allergen.
terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti
Nuraga (2008) melakukan upaya pengendalian lama kontak dengan
penelitian di Industri otomotif yang bahan kimia dengan menggunakan
semuanya kontak dengan bahan kimia terminologi yang bervariasi seperti
termasuk logam, terdapat 3 faktor yang Occupational Exposure Limits (OELs)
sangatmempengaruhi kejadian dermatitis atau Threshold Limit Values (TLVs) yang
kontak ini, yaitu lama kontak (p=0,029), dapat diterapkan bagi pekerja yang
frekuensi kontak, dan yang paling dominan melakukan kontak dengan bahan kimia
adalah penggunaan alat pelindung. selama rata-rata 8 jam per hari.
Pekerja car wash merupakan salah Bahan-bahan iritan ataupun alergen
satu pekerjaan yang mempunyai faktor yang sering ditemukan di car wash
resiko terjadinya penyakit kulit pada seperti sabun misalnya. Bahan tersebut
tangan, terutama kelainan dermatitis merupakan bahan penyebab terjadinya
kontak. Tangan pekerja pencucian mobil DKAK pada pekerja car wash.
merupakan bagian dari tubuh yang sangat Patogenesisnya terjadi melalui dua
sering terpapar oleh bahan-bahan kimia. cara yaitu melalui mekanisme kerusakan
Kontak kulit dengan bahan kimia yang fungsi sawar kulit yang diperankan oleh
bersifat iritan atau alergen secara terus stratum korneum dan pelepasan mediator
menerus dengan durasi yang lama, akan akibat kerusakan keratinosit. Stratum
menyebabkan kerentanan pada tahap berat. korneum memiliki banyak fungsi salah
Lama kontak dengan bahan kimia akan satunya adalah sebagai lapisan sawar
meningkatkan terjadinya DKAK. Semakin pelindung yang mencegah pelepasan
lama kontak dengan bahan kimia, maka cairan berlebihan dari kulit. Fungsi
peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi integritas kulit bergantung pada kadar
sehingga menimbulkan kelainan kulit. kelembapan stratum korneum.Mekanisme
Pekerja yang berkontak dengan bahan terjadiriya kelainan kulit pada DKA adalah

6
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

mengikuti respons imun yarng diperantarai lipatan siku, lipatan lutut disertai
oleh sel (cell-mediated immune respons) riwayat atopi pada penderita atau
atau reaksi imunologik tipe IV, suatu keluarganya. Dermatitis atopik
hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini sering mengenai tangan pada
terjadi melalui dua fase, yaitu fase remaja dan biasanya bertambah
sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya parah pada pekerjaan dengan
individu yang telah mengalami sensitisasi pajanan air dan bahan- bahan iritan
dapat menderita DKA. Sentisisasi terjadi yang tinggi
dalam beberapa minggu setelah kontak 2. Dermatitis Kontak Iritan
dengan allergen (referensi lain mengatakan Dermatitis kontak iritan, terjadi ketika

terjadi dalam 5 hari atau lebih), tetapi kulit bersentuhan dengan zat tertentu
yang merusak lapisan luar kulit,
belum terjadi perubahan pada kulit.
sehingga menyebabkan kulit
Perubahan pada kulit terjadi setelah
kemerahan, gatal dan muncul sensasi
adanya kontak yang berikutnya terhadap
nyeri atau tersengat.
allergen, walaupun dalam jumlah yang
3. Dermatitis Seboroik
sangat sedikit. Sensitifitas tersebut akan
Merupakan penyakit
bertahan selama berbulan-bulan, bertahun-
papuloskuamosa yang kronik dan
tahun, bahkan seumur hidup.
berhubungan dengan peningkatan
Lesi kulitnya berupa eritematosa,
produksi sebum (sebore) pada kulit
likenifikasi, ekskoriasi, skuama,
kepala dan area yang memiliki
hiperkeratosis, dan kulit pecah dengan
banyak kelenjar sebasea di wajah
batas yang tidak tegas. Sedangkan keluhan
dan badan. Dermatitis seboroik
yang timbul dapat berupa gatal, panas, dan
dapat menyerupai dermatitis
nyeri akibat pecahnya kulit yang
kontak pada wajah.
hiperkeratotik. Lokasi kulit di mana saja
dapat terkena, akan tetapi yang terbanyak Pemeriksaan penunjangnya adalah
adalah tangan. uji tempel/ Patch test dengan bahan yang
Diagnosa banding dermatitis dicurigai.
kontak alergi adalah: Tatalaksananya adalah
1. Dermatitis Atopi
menghindari pajanan terhadap alergen, jika
Dermatitis atopi merupakan erupsi
terjadi peradangan kulit, diberikan
kulit yang bersifat kronik residitif,
kortikosteroid topical, dan pemakaian alat
pada tempat-tempat tertentu seperti

7
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

pelindung diri bagi pasien yang bekerja adalah karakteristik bahan kimia,
dengan bahan alergen. karakteristik paparan, lama kontak dan
Prognosis dermatitis kontak iritan faktor lingkungan. Sedangkan faktor
baik jika bahan alergen dapat dihindari. endogen antara lain genetik, jenis kelamin,
ras, usia, lokasi kulit. Pada penelitian yang
KETERBATASAN PENELITIAN dilakukan ini, pekerja wisma benhil car
Penelitian ini tentunya tidak wash menderita dermatitis kontak alergi
terlepas dari keterbatasan, adapun karena bahan yang digunakan dalam
keterbatasan dari penelitian ini adalah menduco yaitu sabun bersifat allergen
checklist yang dibuat hanya menentukan terhadap penderita. Pasien juga hampir
hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak sudah tidak pernah menggunakan alat
dapat menentukan insidens, berat pelindung diri saat bekerja akibatnya
ringannya penyakit dan prognosis muncul keluhan perih dan kemerahan pada
penyakit. kedua tangan.
Selain itu checklist yang hanya
terfokus pada faktor penyebab penyakit SARAN
akibat kerja, tidak memenuhi semua poin- 1. Sebaiknya pekerja pencucian mobil
poin yang diperlukan untuk mendiagnosis menggunakan alat pelindung diri
penyakit dari keluhan yang dirasakan. selama bekerja seperti sarung tangan
Perlu penelitian yang lebih mendalam dan agar terhindar dari bahan alergik
pemeriksaan patch test untuk dapat menilai seperti sabun.
secara keseluruhan penyebab dari keluhan 2. Sebaiknya pekerja segera

yang dirasakan oleh pekerja. memeriksakan dirinya ke dokter


apabila didapatkan gejala berulang
yang sama.
KESIMPULAN
Dermatitis Kontak Akibat Kerja
REFERENSI
terbagi menjadi dermatitis kontak alergi
1. Mariz,Hamzah, R wintoko. 2015.
dan dermatitis kontak iritan. Adapun bahan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
yang biasanya digunakan dalam usaha car
Kejadian Dermatitis Kontak Akibat
wash yang dapat menyebabkan dermatitis Kerja Pada Karyawan Pencucian
kontak akibat kerja yaitu sabun, body kit Mobil Di Kelurahan Sukarame Kota
dan bahan lainnya. Faktor eksogen Bandar Lampung. Fakultas
penyebab dermatitis kontak akibat kerja Kedokteran Universitas Lampung

8
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

2. Permana Made Gede Cahyadi,2010.


Special study fase II Dermatitis
Kontak Akibat kerja pada Tukang
Cuci Mobil. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Bali
3. Budiarisma Putu Yonika,Suryawati
Nyoman. 2019. Profil Dermatitis
Kontak Akibat Kerja pada Karyawan
Pencucian Mobil dan Sepeda Motor di
Kota Denpasar Selatan pada Tahun
2016. Fakultas Kedokteran

9
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Berkas Okupasi

Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan:


No Berkas :
No Rekam Medis :

Data Administrasi
Tanggal: 9 Maret 2020 diisi oleh Nama: Anisar Apriliani NPM/NIP: C014181094

Nama Tn. M
Alamat Jl. Pongtiku, Makassar
Umur 28 tahun Tempat/tanggal lahir: Jayapura,13 Mei 1992
Kedudukan dalam keluarga Anak
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Kristen
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pencucian basah di car wash
Status perkawinan Menikah
Kedatangan yang ke 1
Telah diobati sebelumnya Betamethazone salep
Alergi obat Tidak ada
Sistem pembayaran -

Data Pelayanan

I. ANAMNESIS (subyektif)
Anamnesis dilakukan secara: autoanamnesis dengan pasien langsung

A. Alasan kedatangan/keluhan utama:


Gatal dan nyeri disertai kemerahan pada kedua tangan

B. Keluhan lain /tambahan:


-

C. Riwayat perjalanan penyakit sekarang:


Pasien mengeluhkan kedua tangannya gatal dan kering,mulanya muncul bentol-bentol kecil pada tangan. Hal ini sudah dirasakan selama
seminggu terakhir. Kemudan pasien mengobati sendiri dengan minyak kayu putih. Bentol-bentolnya hilang namun gatalnya tidak hilang.
Kulitnya pun berubah menjadi sangat merah dan disertai perih. Awalnya bekerja pasien rajin menggunakan alat pelindung diri namun beberapa
lama ini pasien mengaku jarang menggunakan alat pelindung diri saat melakukan pekerjaannya. Riwayat menggunakan salep
bethametazone ada. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada. Riwayat alergi tidak ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat
dengan keluhan yang sama ada saat 2 tahun yang lalu.

D. Riwayat penyakit keluarga:


Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.

10
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

E. Riwayat penyakit dahulu:


Sebelumnya pasien pernah menderita keluhan yang sama
F. Riwayat Sosioekonomi dan kebiasaan:
Dalam seharian, pasien bekerja dari pukul 08.00-17.00 WITA. Jam istirahat pada pukul 12.00. Kebiasaannya pasien makan 3
kali dalam 1 hari. Pasien merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Pasien jarang berolahraga.

Anamnesis Okupasi (khusus untuk pasien yang bekerja)

1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali, serta lama kerja di tiap pekerjaan tersebut

Jenis pekerjaan Bahan/material yang Tempat kerja (perusahaan) Masa kerja


digunakan (dalam bulan / tahun)

Pencucian basah di car wash Air,shampoo mobil Car Wash 5 tahun

2. Uraian tugas/pekerjaan
duco dan pendempulan di Bengkel Ago. Pasien datang bekerja pada jam 08.00 WITA sampai 17.00 WITA. Pasien bekerja 6 hari
dalam seminggu dari Senin-Sabtu dengan waktu istirahat sekitar 30 menit - 1 jam.

Uraian Tugas Rutin


Jam 07.00 – 07.30 : Bangun, mandi, dan sarapan
Jam 07.30 - 08.00 : Berangkat kerja
Jam 08.00 - 12.00 : Kegiatan di tempat kerja
Jam 12.00 - 13.00 : Istirahat dan makan siang
Jam 13.00 - 17.00 : Kegiatan di tempat kerja
Jam 17.00 – 17.30 : Pulang ke rumah
Jam 17.30 – 22.00 : Istirahat dan makan malam
Jam 22.00 - 07.00 : Tidur

Bangun, mandi, dan Istirahat dan


sarapan Berangkat kerja Kegiatan di tempat makansiang
Jam 07.00-07.30 Jam 07.30-08.00 kerja Jam 12.00-13.00
Jam 08.00-12.00

Istirahat dan makan malam Pulang Kegiatan di tempat


Jam 17.30-22.00 Jam 17.00-17.30 kerja
Tidur Jam 13.00-17.00
Jam 22.30-07.00

3. Bahaya Potensial (potential hazard) dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan kerja

11
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Urutan kegiatan Bahaya Potensial Gangguan Risiko


kesehatan yang kecelakaan
mungkin kerja
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko
Membasahi mobil Tidak ada Sabun Tidak ada posisi berdiri Tidak ada -Dermatitis kontak Tidak ada
menggunakan air akibat kerja
dan jongkok
biasa,lalu (dermatitis kontak
menggunakan sabun serta dominan alergi)
untuk mengilangkan - rotator cuff injury
menggerakkan
kotoran pada mobil
alat gerak atas
saat mengecek
dan mereparasi
mobil

4. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Mengeluh gatal dan perih pada kedua tangan

5. Body Discomfort Map:

Keterangan :
Tanyakan kepada pekerja atau pekerja dapat
mengisi sendiri

Tanda pada gambar area yang dirasakan :


Perih dan kemerahan = ////////

12
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

13
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda Vital
a. Nadi : 88 x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 110/80 mmHg

b. Pernafasan : 20 x/menit d. Suhu Badan : 36.7 oC

2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 162 cm Berat Badan : 60 Kg c. IMT = 22,86 kg/m2 (normal)
b. Lingkar perut : - cm d. Bentuk badan : Astenikus Atletikus  Piknikus

3. Tingkat Kesadaran dan keadaan umum Keterangan


a. Kesadaran :  Compos Mentis
Kesadaran menurun
b. Tampak kesakitan : Tidak
Ya
c. Gangguan saat berjalan :  tidak
Ya

4. Kelenjar Getah Bening jumlah, Ukuran, Perlekatan, Konsistensi


a. Leher : Normal
Tidak Normal
b. Submandibula Normal
Tidak Normal
c. Ketiak : Normal
Tidak Normal
d. Inguinal Normal
Tidak Normal

5. Mata mata kanan mata-kiri Ket

a. Persepsi Warna Normal Normal


Buta Warna Parsial Buta Warna Parsial
Buta Warna Total
Buta Warna Total
b. Kelopak Mata  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak Normal
c. Konjungtiva  Normal  Normal
Hiperemis Sekret Hiperemis Sekret
Pucat Pucat Pterigium
Pterigium
d.Kesegarisan / gerak bola  Normal  Normal
Strabismus Strabismus
mata
e. Sklera  Normal  Normal
Ikterik Ikterik
f. Lensa mata tidak keruh tidak keruh
Keruh Keruh
g. B ulu Mata  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak Normal

h. Penglihatan 3 dimensi  Normal  Normal


Tidak Normal Tidak Normal

i. Visus mata : Tanpa koreksi :


Dengan koreksi:

6.Telinga Telinga kanan Telinga kiri


a. Daun Telinga  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak Normal
b. Liang Telinga  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak Normal
- Serumen  Ada serumen  Ada serumen
Tidak ada Tidak ada
Menyumbat (prop) Menyumbat (prop)
c. Membrana Timpani  Intak  Intak
Tidak intak Tidak intak
lainnya…… lainnya sulit dinilai
d. Test berbisik  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak Normal
e. Test Garpu tala Rinne  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak Normal
f. Weber
g. Swabach

14
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

h. Lain – lain ……….

7. Hidung

a. Meatus Nasi  Normal


Tidak Normal
b. Septum Nasi  Normal
Deviasi ke ........
c. Konka Nasal  Normal
Udem warna merah lubang hidung normal
d. Nyeri Ketok Sinus maksilar  Normal
Nyeri tekan positif di ……..
e. Penciuman : normal

8. Gigi dan Gusi

9. Tenggorokan
a. Pharynx  Normal Hiperemis
Granulasi

b. Tonsil : Kanan : To T1 T2 T3 Kiri : To T1 T2 T3


Ukuran  Normal Hiperemis  Normal Hiperemi

c. Palatum  Normal Tidak Normal


d. Lain- lain

10. Leher Keterangan


a. Gerakan leher  Normal
Terbatas
b. Kelenjar Thyroid  Normal
Tidak Normal
c. Pulsasi Carotis  Normal
Bruit
d. Tekanan Vena Jugularis  Normal
Tidak Normal
e. Trachea  Normal
Deviasi
f. Lain-lain : …..
Spurling test : tidak ada kelainan

11. Dada Keterangan


a. Bentuk  Simetris
Asimetris
b. Mammae  Normal Tumor: Ukuran
Tidak Normal
Letak
Konsistensi
c. Lain – lain

12. Paru- Paru dan Jantung Keterangan


a. Palpasi  Normal
Tidak Normal
Kanan Kiri
b. Perkusi  Sonor Redup Hipersonor  Sonor Redup Hipersonor

Iktus Kordis :  Normal


Tidak Normal , sebutkan .............
Batas Jantung :  Normal
Tidak Normal , sebutkan ………

c. Auskultasi : - bunyi napas  Vesikular Bronchovesikular  Vesikular Bronchovesikular


- Bunyi Napas tambahan  Tak ada Ronkhi Wheezing  Tak ada Ronkhi Wheezing

- Bunyi Jantung  Normal Tidak Normal Sebutkan ....

13. Abdomen Keterangan


a. Inspeksi  Normal Tidak Normal
b. Perkusi  Timpani Redup
c. Auskultasi: Bising Usus  Normal Tidak Normal
d. Hati  Normal Teraba…….jbpx ……jbac
e. Limpa  Normal- Teraba shoeffne …..

15
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Kanan ; Normal Kiri : Normal


f. Ginjal
Tidak Normal Tidak Normal

Kanan ; Normal Kiri : Normal


g. Ballotement Tidak Normal Tidak Normal

Kanan ;  Normal Kiri :  Normal


h. Nyeri costo vertebrae
Tidak Normal Tidak Normal

14. Genitourinaria
a. Kandung Kemih  Normal Tidak Normal
b. Anus/Rektum/Perianal  Normal Tidak Normal
 Normal Tidak Normal
c Genitalia Eksternal
d. Prostat (khusus Pria)  Normal Tidak Normal

Kanan Kiri
15a.Tulang / sendi Ekstremitas atas
- Gerakan  Normal tidak normal
Normal  tidak normal
- Tulang  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Sensibilitas  baik tidak baik  baik tidak baik
- Oedema  tidak ada ada tidak ada ada
- Varises  tidak ada ada  tidak ada ada
- Kekuatan otot 4/ 4 / 5 / 5 5/5/5/5
- vaskularisasi  baik tidak baik  baik tidak baik
- kelainan Kuku jari  tidak ada ada
 tidak ada ada
Pemeriksaan khusus:
Tes Range of Motion : (+)

Kanan Kiri
15b.Tulang / Sendi Ekstremitas bawah
- Gerakan  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- Tulang  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Sensibilitas  baik tidak baik  baik tidak baik
- Oedema  tidak ada ada  tidak ada ada
- Varises  tidak ada ada  tidak ada ada
- vaskularisasi  baik tidak baik  baik tidak baik
- kelainan Kuku jari  tidak ada ada  tidak ada ada

Pemeriksaan khusus:
Tes Range of Motion: (+)
Tes Strength: a. Heel walking: (+) b. Toe walking: (+) c. Resistes great toe dorsoflexion: (+)
Tes Patrick: (+)
Tes Kontra patrick : (+)

15c. Otot motoric


1. Trofi  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak
Normal
2. Tonus  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak
Normal
3. Kekuatan 5/5/5/5 5/5/5/5 Gerakan abnormal :
(Fs motorik)  tidak ada
tic ataxia
lainya ..

16. Refleks kanan kiri


a. Refleks Fisiologis patella,  Normal  Normal
Tidak Normal Tidak
lainnya .........
Normal

16
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

b. Refleks Patologis: Babinsky  negatif Positif  negatif Positif


lainnya ………

d. Knee jerk/ankle jerk: (+)


e. Straight leg raise: (+)

17. Kulit
Efloresensi dan Lokasi nya: eritema dan skuama pada kedua regio

manus
a. Kulit □ Normal Tidak Normal
b. Selaput Lendir  Normal
Tidak
Normal
c. Kuku  Normal Tidak Normal
d. Lain – lain ………

18. Status Lokalis: Tiada kelainan

Gambar lokasi kelainan kulit

III. RESUME KELAINAN YANG DIDAPAT:

Keluhan pasien adalah gatal dan perih yang disertai kemerahan pada kedua tangan. Mulanya muncul bentol-bentol kecil pada
tangan. Hal ini sudah dirasakan selama seminggu terakhir. Kemudan pasien mengobati sendiri dengan minyak kayu putih. Bentol-
bentolnya hilang namun gatalnya tidak hilang. Kulitnya pun berubah menjadi sangat merah dan disertai perih. Awalnya bekerja
pasien rajin menggunakan alat pelindung diri namun beberapa lama ini pasien mengaku jarang menggunakan alat pelindung diri
saat melakukan pekerjaannya. Riwayat menggunakan salep bethametazone ada. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada.
Riwayat alergi tidak ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat dengan keluhan yang sama ada saat 2 tahun lalu. Pada kedua
tangan terlihat eritem dan skuama.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

17
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Hasil Body Map:

Gatal dan perih pada kedua tangan

Hasil Brief Survey ;


Tidak ada kelainan

V. DIAGNOSIS KERJA:
Dermatitis Kontak Alergi

VI. DIAGNOSIS DIFERENSI:

Dermatitis Kontak Iritan, dermatitis seboroik, dermatitis atopi

18
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

VII. DIAGNOSIS OKUPASI :


Langkah Diagnosis Pertama
1. Diagnosis Klinis Dermatitis Kontak Alergi
Dasar diagnosis (anamnesis, Keluhan pasien adalah gatal dan perih yang disertai kemerahan pada kedua tangan.
pemeriksaan fisik, pemeriksaan Mulanya muncul bentol-bentol kecil pada tangan. Hal ini sudah dirasakan selama
penunjang, body map, brief seminggu terakhir. Kemudan pasien mengobati sendiri dengan minyak kayu putih.
survey) Bentol-bentolnya hilang namun gatalnya tidak hilang. Kulitnya pun berubah menjadi
sangat merah dan disertai perih. Awalnya bekerja pasien rajin menggunakan alat
pelindung diri namun beberapa lama ini pasien mengaku jarang menggunakan alat
pelindung diri saat melakukan pekerjaannya. Riwayat menggunakan salep
bethametazone ada. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada. Riwayat alergi tidak ada.
Riwayat demam tidak ada. Riwayat dengan keluhan yang sama ada saat 2 tahun lalu.
Pada kedua tangan terlihat eritem dan skuama
2. Pajanan di tempat kerja
Fisik Tidak ada
Kimia Sabun
Biologi Tidak ada
Ergonomi posisi berdiri dan jongkok serta dominan menggerakkan alat gerak atas saat mencuci
mobil
Psikososial Tidak ada
3 . Evidence Based (sebutkan Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah merupakan reaksi peradangan yang
secara teoritis) pajanan di tempat terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.
kerja yang menyebabkan Patogenesisnya terjadi melalui dua cara yaitu melalui mekanisme kerusakan fungsi
diagnosis klinis di langkah 1. sawar kulit yang diperankan oleh stratum korneum dan pelepasan mediator akibat
Dasar teorinya apa? kerusakan keratinosit. Stratum korneum memiliki banyak fungsi salah satunya adalah
sebagai lapisan sawar pelindung yang mencegah pelepasan cairan berlebihan dari
kulit. Fungsi integritas kulit bergantung pada kadar kelembapan stratum
korneum.Mekanisme terjadiriya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respons imun
yarng diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe
IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase
sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat
menderita DKA. Sentisisasi terjadi dalam beberapa minggu setelah kontak dengan
allergen (referensi lain mengatakan terjadi dalam 5 hari atau lebih), tetapi belum terjadi
perubahan pada kulit. Perubahan pada kulit terjadi setelah adanya kontak yang
berikutnya terhadap allergen, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Sensitifitas
tersebut akan bertahan selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan seumur hidup.
Lesi kulitnya berupa eritematosa, likenifikasi, ekskoriasi, skuama,
hiperkeratosis, dan kulit pecah dengan batas yang tidak tegas. Sedangkan keluhan
yang timbul dapat berupa gatal, panas, dan nyeri akibat pecahnya kulit yang
hiperkeratotik. Lokasi kulit di mana saja dapat terkena, akan tetapi yang terbanyak
adalah tangan.
Diagnosa banding dermatitis kontak alergi adalah:
4. Dermatitis Atopi
Dermatitis atopi merupakan erupsi kulit yang bersifat kronik residitif, pada
tempat-tempat tertentu seperti lipatan siku, lipatan lutut disertai riwayat atopi
pada penderita atau keluarganya. Dermatitis atopik sering mengenai tangan
pada remaja dan biasanya bertambah parah pada pekerjaan dengan pajanan
air dan bahan- bahan iritan yang tinggi
5. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan, terjadi ketika kulit bersentuhan dengan zat tertentu
yang merusak lapisan luar kulit, sehingga menyebabkan kulit kemerahan,
gatal dan muncul sensasi nyeri atau tersengat.
6. Dermatitis Seboroik
Merupakan penyakit papuloskuamosa yang kronik dan berhubungan dengan
peningkatan produksi sebum (sebore) pada kulit kepala dan area yang
memiliki banyak kelenjar sebasea di wajah dan badan. Dermatitis seboroik
dapat menyerupai dermatitis kontak pada wajah.

Pemeriksaan penunjangnya adalah uji tempel/ Patch test dengan bahan yang
dicurigai.
Tatalaksananya adalah menghindari pajanan terhadap alergen, jika terjadi
peradangan kulit, diberikan kortikosteroid topical, dan pemakaian alat pelindung diri
bagi pasien yang bekerja dengan bahan alergen.
Prognosis dermatitis kontak iritan baik jika bahan alergen dapat dihindari.

19
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

4. Apakah pajanan cukup


Masa kerja 5 tahun
Jumlah jam terpajan/ hari ± 8 jam/hari
Pemakaian APD Tidak ada
Konsentrasi pajanan Sulit dinilai
Lainnnya........... -
Kesimpulan jumlah pajanan dan Secara subjektif, pajanan terhadap bahan kimia (sabun) dapat menyebabkan penyakit
dasar perhitungannya akibat kerja
5. Apa ada faktor individu yang Tidak ada
berpengaruh thd timbulnya
diagnosis klinis? Bila ada,
sebutkan.
6 . Apa terpajan bahaya Bahan yang bersifat alergen seperti sabun
potensial yang sama spt di
langkah 3 luar tempat kerja?
Bila ada, sebutkan

7 . Diagnosis Okupasi Ya, diagnosis klinis adalah penyakit akibat kerja.


Apa diagnosis klinis ini termsk
penyakit akibat kerja?
Bukan penyakit akibat kerja
(diperberat oleh pekerjaan/
bukan sama sekali PAK)_
Butuh pemeriksaan lbh lanjut)?

VIII. KATEGORI KESEHATAN (pilih salah satu)


a. Kesehatan baik (sehat untuk bekerja = physical fitness),
b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan (sehat untuk bekerja dengan catatan)
c. Kemampuan fisik terbatas
d. Tidak fit untuk sementara

IX. PROGNOSIS
1. klinik: ad vitam : bonam
ad sanasionam : bonam
ad fungsionam : bonam
2.Okupasi (bila ada d/ okupasi): dubia ad bonam
X. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN
Jenis permasalahan Rencana Tindakan (materi & metoda); Tatalaksana
No Medis & non medis medikamentosa; non medika mentosa(nutrisi, olahraga, konseling Target Hasil yang
dll) dan OKUPASI) waktu diharapkan
1. Dermatitis Kontak Pengobatan non-medikamentosa: Segera Keluhan tidak
Akibat Kerja
- pemakaian alat pelindung diri ada
(Dermatitis Kontak
Alergi)
Pengobatan medikamentosa:
- kotikosteroid topical seperti betamethasone salep,
dexamethasone salep

Persetujuan Pembimbing
Pembimbing : dr. Sultan Buraena, MS, Sp. OK
Tanda Tangan:

Nama Jelas: Anisar Apriliani


Tanggal: 13 Maret 2020 20
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

21
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

PROFIL DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA


KARYAWAN PENCUCIAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA
DENPASAR SELATAN PADA TAHUN 2016.

Putu Yonika Budiarisma1, Nyoman Suryawati21 Program Studi Pendidikan


Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Email: ybudiarisma@gmail.com

ABSTRAK

Dermatitis Kontak Akibat Kerja (DKAK) adalah salah satu dermatitis kontak
yang terjadi pada pekerja, salah satunya pada karyawan pencucian mobil dan
sepeda motor. Kondisi DKAK dapat menurunkan produktivitas karyawan dan
mempengaruhi kualitas hidup pekerja. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui profil DKAK pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor,
dimana data DKAK pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor di
Denpasar belum diketahui. Penelitian dilakukan selama 9 bulan dengan metode
deskriptif dan pendekatan cross sectional study, dengan jumlah sampel 47 orang
yang didapatkan dengan teknik convenient purposive sampling. Seluruh sample
kemudian diwawancara dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian
didapatkan kejadian tersering DKAK pada rentang usia 21-30 tahun (57%).
Terbanyak pada laki-laki (100%). Gejala dan tanda DKAK tersering kulit
mengelupas (60%), dengan bagian tubuh dominan terkena adalah bagian telapak
tangan (66%). Keseluruhan responden (100%) mengalami kontak dengan bahan
kimia selama proses kerja dengan lama kontak >6 jam/hari (62%), serta
frekuensi >10 jam/hari (77%). Responden DKAK yang memiliki riwayat atopi
sebanyak 26% sedangkan riwayat atopi keluarga (17%). Detergent adalah bahan
kimia yang terbanyak digunakan (89%). Lama waktu bekerja 0-2 tahun (87%).
Sebanyak 30% responden sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya
yang berhubungan dengan bahan kimia dan 22% responden memiliki riwayat
penyakit kulit sebelumnya. Angka DKAK yang tinggi menunjukkan masih
kurangnya pemahaman mengenai DKAK dan pentingnya penggunaan Alat
Perlindungan Diri (APD) ketika melakukan pekerjaan. Selain itu, penelitian
selanjutnya disarankan menggunakan ruang lingkup yang lebih luas dan juga
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

sampel yang lebih banyak.Kata kunci: Profil, Dermatitis Kontak Akibat Kerja,
Karyawan, Pencucian Mobil, Sepeda Motor.

ABSTRACT

Occupational Contact Dermatitis (OCD) is one of type contact dermatitis which


occurs as result from occupational hazards. One of them happens to car and
motorcycle wash worker. OCD itself can decrease the worker productivity and
disturb the daily life. This study aim was find out the profil of OCD in the car
and motorcycle wash worker, wherein the data of OCD in car and motorcycle
wash worker in Denpasar was unknown. The study done by descriptive and
approach the cross sectional study, the sample use 47 peoples were found by
convenient purposive sampling technique. Then the sample interviewed by
using questionnaires.The results obtained majority data from 47 respondents
with OCD have age distance 21-30 years (57%). All respondent (100%) are
male. The most sign and symptoms was skin peel (60%), meanwhile the most
part of body which have the sign and symptoms is palm (66%). All respondent
(100%) was contact with chemical during the worked process with the longest
contact was >6 hour/day (62%), and the frequency was >10 hour/day (77%).
Respondent with atopic history was 26% and the family atopic history was 17%.
Detergent was the most chemical used (89%). The longest worker 0-2 years
(87%). Respondent with other occupation before which contact with the
chemical was 30% and 22% respondent has skin disease history. The high
prevalence from OCD showed the worker lack of knowledge about the OCD
and also the car and motorcycle wash worker need more attention in using
Personal Protective Equipment. Besides, the next study better if use large group
of sample and more broad district.Keywords: Occupational Dermatitis Contact,
Worker, Car Wash, Motorcycle

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini, dengan perkembangan jaman yang semakin pesat dan praktis,
banyak masyarakat yang mengembangkan usaha penyedia jasa. Perkembangan pada
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

usaha penyedia jasa meliputi elemen-elemen di dalamnya tidak hanya dalam hal
teknologi tapi juga manusia yang terlibat didalamnya untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan pada konsumen. Tapi sayangnya, perkembangan ini tidak hanya membawa
dampak baik, tapi juga berimbas memberikan sisi negatifnya sendiri, seperti ancaman
kesehatan bagi pekerjanya, salah satunya adalah kesehatan kulit. 1

Kulit adalah bagian paling luar dari tubuh yang berfungsi sebagai proteksi tubuh. Jika
kulit terkena defek buruk dapat dipastikan bahwa fungsi proteksi tidak akan berjalan
dengan baik sehingga memudahkan virus ataupun bakteri untuk masuk kedalam tubuh.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah Dermatitis Kontak.2

Dermatitis Kontak secara umum adalah suatu keadaan inflamasi atau radang noninfeksi
pada kulit yang diakibatkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit. Reaksi Dermatitis
Kontak dapat ditandai berupa kulit menjadi merah atau coklat. Kadang-kadang disertai
dengan rasa panas dan edema atau ada papula, vesikula dan pastula, kadang-kadang
terdapat bula yang purulen dengan daerah sekitarnya normal.3

Pada seluruh kasus yang berkaitan dengan penyakit kulit akibat kerja 90% diantaranya
adalah dermatitis kontak akibat kerja.4 Dermatitis kontak akibat kerja adalah salah satu
penyakit kulit yang timbul pada lingkungan kerja akibat pekerja mengalami kontak
dengan bahan-bahan iritan maupun alergen yang dapat menimbulkan kelainan kulit.5

Di Amerika dilakukan penelitian survailance dimana disebutkan bahwa 80% penyakit


kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. Di antara dermatitis kontak, dermatitis kontak
iritan merupakan urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi dengan urutan
kedua memiliki presentase 14%-20%.6 Sedangkan data dari National Health Interview
Survey menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja menduduki peringkat kedua
setelah traumatic injuries dalam penyakit akibat kerja yang terjadi. Terhitung dalam
setahun diantara 100.000 pekerja normal terdapat 1.700 pekerja mengalami dermatitis
kontak akibat kerja.7

Dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) dapat memberikan gangguan ringan hingga berat
dalam beraktivitas sehari-hari bagi penderita, sehingga dapat menurunkan angka
produktivitas pada pekerja. Padahal di lain sisi produktivitas sangatlah dituntut dalam
bekerja oleh pasar.5

Di Amerika biaya tahunan untuk penyakit

kulit akibat kerja berkisar antara 222 juta sampai 1 milyar dollar setiap tahunnya.
Sedangkan di Inggris diperkirakan sekitar empat juta hari kerja hilang setiap tahunnya
karena absen akibat penyakit akibat kerja dan kira-kira kehilangan 200 juta poundsterling
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

pada industri di Inggris karena hilangnya jam kerja karyawan.8

Di Indonesia khususnya Bali adalah salah satu destinasi pariwisata paling diminati oleh
penduduk dunia, sehingga berdampak dengan kemajuan gaya hidup yang sangat pesat
terutama Kota Denpasar. Sebagai ibu kota provinsi, Denpasar adalah salah satu daerah
dengan perkembangan paling maju, baik dari segi pendidikan, sosial-ekonomi ataupun
perkembangan mata pencaharian. Dengan perkembangan jaman yang semakin dibuat
untuk memudahkan manusia dan tentunya mencari nilai praktis yang tinggi berbagai
macam bentuk mata pencaharian sedang dikembangkan di daerah ibu kota. Salah satu
usaha penyedia jasa yang kini sangat berkembang adalah jasa pencucian mobil dan
sepeda motor. Perkembangan penyedia jasa ini berkembang pesat karena banyaknya
penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor baik sepeda motor dan mobil untuk
mendukung keseharian masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pencucian mobil dan sepeda motor sangat banyak
menggunakan tenaga manusia. Ketika bekerja tentunya kontak dengan bahan pembersih
seperti detergent dan bahan pelicin mobil lainnya memiliki beberapa dampak bagi para
pekerja, salah satunya ancaman dermatitis kontak akibat kerja.

Dengan adanya kasus DKAK pada karyawan akan berdampak pada penurunan
produktivitas dan juga peningkatan biaya untuk pengobatan. Hal ini akan mempengaruhi
pemasukan untuk usaha jasa tersebut. Selain itu kurangnya kesadaran akan usaha
preventif sangat mempengaruhi tingkat kejadian DKAK sehingga sangat diperlukan
edukasi kepada masyarakat untuk upaya pencegahan.

Melihat keadaan diatas, profil tentang dermatitis kontak akibat kerja khususnya pada
karyawan pencucian mobil dan sepeda motor akan sangat membantu masyarakat dalam
mengenali DKAK, maka penulis tertarik untuk meneliti profil Dermatitis Kontak Akibat
Kerja pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor di Kota Denpasar Selatan tahun
2016.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian


cross-sectional. Variabel diukur pada satu saat tertentu dalam penelitian. Responden
penelitian adalah 47 pekerja pencucian mobil dan sepeda motor di kawasan Denpasar
Selatan.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Responden adalah semua yang aktif bekerja pada bulan April 2016 sampai Juli 2016 di
Denpasar Selatan, Bali dan memenuhi salah satu gejala dermatitis kontak baik iritan
maupun alergi ketika bekerja dalam lingkungan kerjanya ataupun responden yang pernah
mengalami riwayat dermatitis kontak akibat kerja. Teknik yang digunakan untuk
penentuan sampel penelitian adalah convenient purposive sampling dengan memakai
kuisioner responden dan hanya mengambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Pengisian kuisioner dilakukan dengan cara mewawancarai sampel satu persatu
dan juga inspeksi sampel yang memiliki gejala DKAK.

Kriteria Eksklusi dari responden adalah responden tidak dapat mengikuti sepenuhnya
pengisian kuisioner pada hari pengambilan kuisioner dan responden yang tidak bersedia
mengisi kuisioner. Kuisioner dalam penelitian ini memiliki beberapa pertanyaan terkait
dengan profil DKAK pada responden, seperti umur, jenis kelamin, gejala dan bagian
tubuh yang mengalami gejala, riwayat atopi, masa kerja, jenis bahan kimia, lama dan
frekuensi paparan bahan

kimia.

Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dalam
bentuk distribusi frekuensi yang kemudian secara deskriftif dilakukan analisa mengenai
profil DKAK pada karyawan pencucian mobil dan sepeda

motor di Denpasar Selatan.

HASIL

kelamin perempuan. Profil DKAK berdasarkan gejala dan bagian tubuh yang mengalami
gejala, riwayat atopi, masa kerja, jenis bahan kimia, lama dan frekuensi paparan bahan
kimia. Berdasarkan hasil penelitian profil DKAK pada responden ditemukan responden
yang sedang DKAK atau yang memiliki riwayat DKAK. Hasil dapat dilihat dalam tabel
2.

Tabel 2 Profil Responden Berdasarkan Hasil Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Hasil Anamnesis & Pem. Fis Dermatitis RiwayatTotal

Frekuensi Persentase

20 43 27 57
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

47 100

Hasilmenggunakan tabel atau narasi yang terdiri dari beberapa profil responden yaitu,
umur, jenis kelamin, gejala dan bagian tubuh yang mengalami gejala, riwayat atopi, masa
kerja, jenis bahan kimia, lama dan frekuensi paparan bahan kimia. Profil demografi
responden dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan umur responden dan jenis kelamin.
Profil responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1 Profil Responden
Berdasarkan Umur

Tabel diatas menunjukkan sebanyak 20 orang atau 43% sedang mengalami DKAK dan
27 orang atau 57% memiliki riwayat DKAK. Pembagian kelompok menjadi sedang
DKAK dan riwayat DKAK berdasarkan pada hasil anamnesis dan juga pemeriksaan fisik
yang dilakukan kepada responden. Terdapat beberapa gejala Dermatitis Kontak pada
responden seperti, gatal, mengelupas, bengkak, melepuh dan lainnya. Profil responden
berdasarkan gejala dapat dilihat pada tabel 3.

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden memiliki lebih dari satu gejala penyakit.
Gejala yang paling sering dialami oleh responden adalah mengelupas.Gejala yang terjadi
pada responden dapat muncul pada satu atau lebih bagian kulit responden misalkan pada
tangan saja atau pada tangan dan kaki.

Tabel 3 Profil Responden Berdasarkan Tanda dan Gejala Pada Kulit

penelitian

Frekuensi Persentase

15 32 27 57 5 11 00 00

disajikan

dengan

Tanda dan Gejala Kulit

Frekuensi

Presentase

Umur
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

≤20 21-30 31-40 41-50 51-60

Rasa Terbakar Kemerahan Bengkak Lepuh Kecil

20 43 9 19 0 0 3 6

Gatal 26 55

Total 47 100

Hasil penelitian menunjukkan, jumlah terbanyak terjadinya DKAK adalah pada


kelompok umur 21-30 tahun dengan jumlah 27 reponden atau 53%.

Profil responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebanyak 47 orang atau
100% adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ada responden dengan
jenis

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Kulit Kering Kulit Bersisik Penebalan pada Kulit

23 49 1 2 6 13

Mengelupas 28 60

Bagian tubuh yang terkena sebagian besar adalah bagian tubuh yang sering digunakan
untuk bekerja, sehingga sering melakukan kontak dengan bahan kimia. Profil responden
berdasarkan lokasi munculnya gejala dapat dilihat pada tabel 4.

Seperti yang disebutkan pada table 4 diketahui bahwa lokasi terjadi DKAK paling banyak
adalah telapak tangan, dimana diketahui

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

responden memiliki lokasi gejala pada lebih dari satu bagian tubuh.

Profil DKAK pada responden juga dapat didasarkan pada lama kontak dengan bahan
kimia yang dapat dilihat pada tabel 5.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Tabel 4 Profil Responden Berdasarkan Bagian Kulit yang Mengalami Gejala

Tabel 5 Profil Responden Berdasarkan Lama Kontak dengan Bahan Kimia

Tabel 8 Profil Responden Berdasarkan Riwayat Atopi Keluarga

Riwayat Atopi Keluarga Responden dengan Riwayat Atopi Keluarga

Bagian Kulit Telapak Tangan Punggung Tangan Lengan Tangan Sela Jari Tangan Wajah
Leher Punggung Kaki Lainnya

Responden tidak dengan Riwayat Atopi Keluarga Total

Frekuensi

Presentase

8 17

Frekuensi

Presentasi

Lama Kontak

0-3 jam/hari 4-6 jam/hari >6 jam/hari

Denganmengalami kontak dengan bahan kimia selama proses kerja, hasil penelitian
menunjukkan responden dengan lama kontak >6 jam/hari memiliki presentase paling
tinggi mengalami DKAK yaitu 62%.

Frekuensi kontak responden dengan bahan kimia satu sama lainnya tentunya berbeda-
beda. Profil responden berdasarkan frekuensi kontak dengan bahan kiimia dapat dilihat
pada tabel 6. Tabel 6 Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Kontak dengan
Bahan Kimia

31 66 2 4 5 11 3 6

0 0 0 0 0 0 25 53 2 4
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

39 83

47 100

Frekuensi Presentase 11 237 1529 62

seluruh responden

(100%)

Frekuensi Kontak

0-6 kali/hari 6-10 kali/hari >10 jam/hari

Frekuensi Presentase

5 11 6 13 36 77

Bahan kimia dapat menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya DKAK pada
responden. Pada usaha pencucian mobil dan sepeda motor, bahan kimia yang sering
digunakan adalah detergen, pelicin mobil, pelicin ban atau oli plastik dan juga pewangi.
Profil responden berdasarkan jenis bahan kimia yang digunakan dapat dilihat pada tabel
9.Tabel 9 Profil Responden Berdasarkan Jenis Bahan Kimia

DKAK paling banyak terjadi adalah pada responden dengan frekuensi kontak bahan
kimia >10 kali/hari yaitu dengan presentase 77% atau sebanyak 36 responden. Tingkat
terjadinya DKAK juga dapat dipengaruhi oleh riwayat atopi dari responden. Pada
penelitian ini riwayat responden dibagi menjadi dua yaitu riwayat atopi pada responden
sendiri dan riwayat atopi pada keluarga responden. Profil responden berdasarkan riwayat
atopi dan riawayat atopi keluarga dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8.

Tabel 7 Profil Responden Berdasarkan Riwayat Atopi

Jenis Bahan Kimia

Detergent Pelicin Mobil Pewangi Lainnya

Frekuensi Presentase
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

42 89 6 13 1 2

32 68

Riwayat Atopi

Responden dengan Riwayat Atopi Responden tidak dengan Riwayat Atopi

Total

Frekuensi Presentase

12 26 35 74

47 100

Dari tabel 9 didapatkan bahwa, 42 orang atau 89% responden mengalami kontak dengan
detergen dan 32 orang atau 68% mengalami kontak dengan bahan lainnya seperti oli
plastik, silikon, dan shampoo.

Lama waktu bekerja atau masa bekerja responden dapat menjadi salah satu faktor
predisposisi terjadinya DKAK. Profil responden berdasarkan lama waktu bekerja atau
masa bekerja dapat dilihat pada tabel 10.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

Tabel 10 Profil Responden Berdasarkan Lama Waktu Bekerja

sampling, dimana hanya mengambil responden yang sedang mengalami atau riwayat
DKAK.4. Tanda dan Gejala pada Kulit

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan gejala paling sering muncul adalah kulit
mengelupas yaitu 60%. Hal ini dapat disebabkan karena responden bekerja pada tempat
yang basah dimana air merupakan salah satu bahan potensial iritan yang dapat dengan
mudah masuk ke dalam jaringan stratum korneum. Paparan terus menerus menyebabkan
bengkak dan mengkerutnya stratum korneum. Hal ini diperparah dengan adanya
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

penggunaan bahan kimia, seperti detergen, sehingga dapat merujuk pada salah satu gejala
DKAK yaitu kulit mengelupas.115. Bagian Kulit Yang Mengalami Gejala

Bagian kulit yang paling sering terkena gejala adalah telapak tangan yaitu, 66%. Hal ini
dapat disebabkan karena telapak tangan adalah bagian tubuh yang paling banyak
digunakan dalam bekerja sehingga sering mengalami kontak berulang dengan bahan
kimia dalam proses pekerjaan.16. Lama Kontak

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk 1, pada
karyawan Pencucian Mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung yang
menunjukkan pasien dengan kontak bahan kimia >5 jam memilki presentase 89,7%. Dari
kedua penelitian ini dapat dilihat bahwa semakin lama tubuh terkena kontak dengan
bahan kimia maka kemungkinan responden mengalami DKAK semakin tinggi. Hal ini
dapat disebabkan karena peradangan atau iritasi pada kulit semakin tinggi terjadi karena
kerusakan fungsi kulit pada responden semakin berat akibat lama terpajan bahan kimia. 5
7. Frekuensi Kontak dengan Bahan Kimia Penelitian yang dilakukan oleh Nuraga dkk5
pada pekerja industri otomotif menunjukkan bahwa 83% responden yang mengalami
DKAK adalah yang memiliki frekuensi paparan >15 kali/hari. Hal ini sejalan dengan
penelitian ini yang menunjukkan semakin sering frekuensi terpapar bahan kimia maka
semakin tinggi risiko DKAK. Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya lapisan kulit akibat
terlalu sering terkena bahan kimia dapat menyebabkan semakin mudahnya bahan kimia
masuk kedalam kulit.128. Riwayat Atopi

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nuraga dkk5 pada karyawan industri otomotif
menunjukkan bahwa karyawan yang mengalami DKAK dan memiliki riwayat atopi
sebanyak 35% berbeda dengan penelitian ini yang menunjukkan angka 26% untuk
responden yang mengalami DKAK dan memiliki riwayat atopi. DKAK tidak hanya
ditentukan dengan adanya riwayat atopi saja, tapi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
pemberat atau predisposisi lainnya yang berperan dalam

Lama Waktu Bekerja

0-2 tahun 3-5 tahun 6-8 tahun >8 tahun

Frekuensi

415 11 12 00

Presentase
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

87

Dariresponden dengan riwayat atau sedang mengalami DKAK adalah responden yang
bekerja dengan masa kerja 0-2 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa profil responden berdasarkan riwayat


pekerjaan sebelumnya adalah 33 orang atau 70% responden sebelumnya tidak pernah
bekerja di tempat lain menjadikan usaha pencucian mobil dan sepeda motor sebegai
pekerjaan pertama. Dan 14 orang atau 30% sebelumnya sempat bekerja pada industri lain
yang kontak dengan bahan kimia seperti, toko kain, cleaning service dan di tempat
sablon.

PEMBAHASAN 1. Umur

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk1, pada karyawan Pencucian Mobil di
Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa kelompok umur < 20
tahun yang mengalami DKAK memiliki presentase 66,7%. Dari kedua penelitian dapat
disimpulkan bahwa responden yang mengalami DKAK mayoritas adalah dibawah 30
tahun. Hal ini disebabkan karena responden mayoritas yang bekerja pada usia dibawah 30
tahun, dimana lapangan pekerjaan ini adalah salah satu yang paling mudah didapatkan
tanpa perlunya ada pengalaman kerja ataupun ijazah.92. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan 100% atau seluruh responden pada penelitian ini adalah
laki- laki. Penelitian yang dilakukan Mariz dkk1 juga menunjukkan hal yang sama,
dimana lapangan pekerjaan ini didominasi oleh laki-laki sehingga angka kejadian DKAK
memiliki presentase 100%. Hal ini bisa disebabkan karena prekonsepsi gender di
Indonesia menunjukkan kecenderungan pekerjaan fisik lebih sering diambil oleh pria.
Sehingga untuk lapangan pekerjaan ini mayoritas dikerjakan oleh pria.103. Hasil
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pada penelitian yang dilakukan Mariz dkk1 menunjukkan presentase berbeda bahwa 78%
responden sedang mengalami DKAK. Hal ini dapat disebabkan karena data demografi
daerah serta persebaran penduduk yang berbeda di tiap kota dan jenis penelitian berbeda
dimana penelitian ini menggunakan teknik sampel convenient purposive

tabel diatas terlihat jumlah terbanyak

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

mencetuskan terjadinya DKAK yaitu seperti bahan kimia yang mencetuskan, alergi atau
iritan, lama pekerjaan dan masa pekerjaan. Riwayat atopi dapat berperan dalam
menentukan kerentanan kulit terhadap suatu alergen, dimana terjadi penurunan ambang
batas kerentanan kulit akibat fungsi barier yang tidak normal pada orang dengan riwayat
atopi sehingga semakin besar kemungkinan terjadinya DKAK.12

9. Bahan Kimia

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden mengalami kontak lebih dari satu bahan
kimia. Ini dapat terjadi karena dalam proses bekerja, responden mengalami perubahan
subspesialisasi pekerjaan menggunakan shift, misalkan dari pencucian, berpindah ke
bagian pengeringan ataupun pemolesan mobil. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan detergen adalah yang paling banyak menyebabkan terjadinya DKAK.
Detergen adalah salah satu bahan kimia yaitu basa lemah yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit akibat terkikisnya lapisan kulit, sedangkan pada lapangan pekerjaan ini
detergen adalah salah satu bahan kimia yang sering digunakan.1 Detergen juga digunakan
dalam kehidupan sehari-hari responden sehingga dapat menjadi salah satu faktor
predisposisi terjadinya DKAK pada responden.10. Lama Waktu Bekerja

Sesuai dengan temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk1, pada karyawan
Pencucian Mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung dimana menunjukkan
pekerja dengan masa kerja dibawah 1 tahun memiliki frekuensi terbanyak mengalami
DKAK dengan jumlah presentase 74%. Hal ini bisa disebabkan oleh kerentanan kulit
responden terhadap bahan kimia pada karyawan dengan masa kerja 0-2 tahun lebih
tinggi, dan adanya resistensi terhadap bahan kimia pada pekerja dengan masa kerja 3-5
tahun, 6- 8 tahun dan >8 tahun.13 Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi adalah
banyak karyawan yang tidak bertahan lama dengan pekerjaan ini dan juga banyak
karyawan baru ketika dilakukan pengisian kuisioner. Faktor lain yang dapat
menyebabkan rentang usia 0-2 tahun banyak yang sedang DKAK adalah karena
responden yang melaksanakan pengisian kuisioner sedang berada pada subspesialisasi
pekerjaan menggunakan bahan kimia yang bersifat alergen seperti bahan pelicin mobil
atau oli plastik, sehingga responden sedang mengalami DKAK karena reaksi cepat dari
reaksi alergen.11. Riwayat PekerjaanPada responden yang memiliki riwayat pekerjaan
pada kelompok tertentu dan melakukan kontak dengan bahan kimia seperti cleaning
service dan tempat sablon memiliki kecendrungan mengalami DKAK lebih tinggi, karena
sebelumnya kulit
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
responden sudah terpajan bahan kimia dan menyebabkan terjadinya kerusakan kulit. 13

Sedangkan untuk riwayat penyakit kulit dari hasil penelitian menunjukkan bahwa profil
responden berdasarkan riwayat penyakit terdahulu yaitu 10 orang atau 22% responden
mengalami penyakit kulit. Sedangkan 37 orang dan 78% tidak mengalami penyakit kulit
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mariz dkk1, pada karyawan Pencucian
Mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung ditemukan hasil 17,9%
sebelumnya mengalami penyakit kulit. Riwayat penyakit kulit seperti inflamasi ataupun
ada trauma pada kulit dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya DKAK. Pada
trauma ataupun ada abrasi pada kulit sebelumnya, memudahkan bahan kimia untuk lebih
mudah masuk ke dalam kulit sehingga risiko DKAK tinggi. Selain itu, riwayat penyakit
kulit sebelumnya dapat diajukan acuan untuk melihat apakah responden mudah terserang
penyakit kulit ataupun mengalami kerusakan kulit sebelumnya sehingga bisa menjadi
salah satu faktor risiko penyebab responden mudah mengalami DKAK13.

SIMPULAN

Hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan pencucian mobil dan sepeda motor
ditemukan bahwa dari 47 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Mayoritas
responden DKAK berada pada rentang usia 21-30 tahun. Semua responden adalah laki-
laki. Gejala dan tanda DKAK tersering adalah kulit mengelupas, dengan bagian tubuh
dominan terkena adalah bagian telapak tangan. Responden dengan DKAK seluruhnya
mengalami kontak dengan bahan kimia selama proses kerja dan mayoritas memiliki lama
kontak >6 jam/hari, serta responden dengan DKAK paling banyak memiliki frekuensi
>10 jam/hari. Responden DKAK yang memiliki riwayat atopi adalah sebanyak 26% dan
yang memiliki riwayat atopi keluarga sebanyak 17%. Bahan kimia yang paling banyak
digunakan adalah detergen. Responden yang mengalami DKAK mayoritas memiliki lama
waktu bekerja 0-2 tahun. Beberapa responden sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan
sebelumnya yang berhubungan dengan bahan kimia dan juga memiliki riwayat penyakit
kulit sebelumnya.

SARAN

Angka kejadian DKAK yang tinggi bisa menurunkan produktivitas pekerja oleh karena
itu diharapkan para pekerja dan tempat bekerja lebih waspada dengan ancaman dermatitis
kontak akibat kerja sehingga dapat memberikan perlindungan lebih ketika melakukan
proses kerja misalkan dengan menggunakan Alat Perlindungan Diri.

Kelemahan penelitian ini adalah sedikit data yang didapat dan juga wilayah yang masih
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

terbatas menunjukkan bahwa data penelitian kurang representatif. Sehingga sangat


dibutuhkan adanya penelitian lanjutan terutama dengan sampel penelitian yang lebih
besar dan juga ruang lingkup wilayah yang lebih besar. Sehingga didapatkan populasi
yang lebih bervariasi dan lebih representatif untuk wilayah yang lebih luas.

Kelemahan yang lain adalah penelitian ini hanya menunjukkan data demografi saja,
disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mencari tahu pasti jenis bahan
kimia penyebab DKAK pada lapangan pekerjaan ini dengan melakukan tes alergi seperti
patch test / uji tempel, dimana seperti yang diketahui bahwa responden mengalami
kontak lebih dari satu bahan kimia.

DAFTAR PUSTAKA

•Mariz, DR, Hamzah, SM, Wintoko, R. Factors that Corelation to The Incidence of
Occupational Contact Dermatitis on The Workers of Car Washes in Sukarame
Village Bandar Lampung City. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
2013

•Wasitaatmadja, Sjarif M. Anatomi dan Faal Kulit. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. h. 3-7

•Sularsito, Sri A dan Djuanda, Suria. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. h. 129-153

•Sassevile, Denis. Occupational Contact Dermatitis. Allergy, Asthma and Clinical


Immunology. 2008; 4(2): 59-65

•Nuraga, W, Lestari, F, Kurniawidjaja, LM. Dermatitis Kontak pada Pekerja yang


Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri
Cibitung Jawa Barat. MAKARA, Kesehatan. 2008; 12(2):63- 69

•Tahiraj, Desantila dan Vasili, Ermira. Epidemiology Study of Occupational Dermatitis.


International Journal of Science and Research (IJSR). 2013

7. Usatine, Richard dan Riojas, Marcela.

Diagnosis dan Management of Contact Dermatitis. American Academy of Family


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Physicians. 2010

8. Brown, T. Strategies for prebention: occupational contact dermatitis. Occupational


Medicine. 2004; 54: 450-457

9. Kwangsukstith, Chartchai dan Maibach, Howard I. Effect age and sex on the induction
and elicitation of allergic contact dermatitis. Contact Dermatitis: Environmental and
Occupational Dermatitis. 1995; 33: 289-298

10. Hardiani, Nove. Konstruksi Gender di Kalangan Mahasiswa Jurusan Sosiologi


Universitas Mulawarman. eJournal Sosiatri. 2015; 3(3): 79-88

11. Behrozzy, Ali dan Keegel, Tessa. Wet-Work Exposure: A Main Risk Factor For
Occupational Hand Dermatitis. Safety and Health Work. 2014; 5: 175-180

12. Afifah, Adilah. Skripsi Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya


Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Binatu. 2012

13. Imma, Nur Cahyawati. Skripsi Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Dermatitis pada Nelayan yang Bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjungsari
Kecamatan Rembang. 2010

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

SPECIAL STUDY FASE II


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA


TUKANG CUCI MOBIL

Oleh:
Made Gede Cahyadi Permana
NIM: 0702005161
Penyelia: dr. I. G. K. Darmada Sp.KK(K)

Fakultas kedokteran Universitas Udayana


2010
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan bagian terluar yang melapisi manusia di mana berfungsi untuk
melindungi organ-organ internal. kulitlah yang pertama kali terkena eksposur dari luar, seperti
sinar matahari, udara, sabun, cat, minyak dan sejenisnya. Oleh karena itu, kulit sangat riskan
mengalami inflamasi dan kerusakan akibat pengaruh zat-zat yang mengenainya.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Kuantitas paparan kulit terhadap suatu zat sangat mempengaruhi percepatan dan keparahan
dari inflamasi kulit, atau yang sering disebut dengan dermatitis kontak. Dermatitis kontak yang
terjadi akibat paparan terhadap zat iritan dan reaksinya nonimunologik disebut dermatitis kontak
iritan, sedangkan dermatitis yang terjadi akibat paparan zat dengan terjadinya reaksi imun
disebut dermatitis kontak alergik. Semakin sering kita bersentuhan dengan zat-zat iritan, semakin
besar risiko kita mengalami dermatitis kontak. Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terhadap
dermatitis kontak, biasanya orang yang memiliki profesi dengan frekuensi paparan terhadap zat
iritan cukup tinggi contohnya: tukang cuci mobil, buruh celup di pabrik, tukang aduk semen,
pegawai bengkel, dan pegawai pabrik tekstil. Setiap harinya, pekerja-pekerja tersebut
berinteraksi dengan bahan iritan(sabun, oli, bensin, semen, dll). Bahan iritan dapat merusak
berbagai lapisan kulit, seperti ada bahan yang merusak stratum korneum, adapula yang merusak
lapisan lipid.
Bila dibandingkan dengan kuantitas usaha-usaha menengah ke atas seperti bengkel dan
pabrik di Indonesia yang sangat menjamur, maka secara teori, akan banyak jumlah orang
mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan teori dan literatur yang digunakan penulis, didapatkan
prevalensi kasus dermatitis kontak akibat dari pekerjaan adalah 80 %, dari semua kasus penyakit
kulit akibat kerja. Penulis mencoba mengobservasi kejadian dermatitis kontak di masyarakat,
dengan mengkhususkan pada tukang cuci mobil. Dalam observasi, penulis menemukan
kejanggalan-kejanggalan pada stasiun kerja dari perusahaan cuci mobil, misalnya kondisi
lingkungan kerja di mana penulis melakukan observasi lembab, dan basah. Kejadian seperti ini
diduga terjadi di semua perusahaan cuci mobil. Dapat dibayangkan, seberapa banyak tukang cuci
mobil yang akan mengidap dermatitis kontak. Oleh karena itu penulis merasa penting untuk
mengangkat permasalahan ini dalam bentuk karya tulis tinjauan pustaka dan observasi yang
berjudul Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Tukang Cuci Mobil.

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1 Seberapa tinggi prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil?
1.2.2 Bagaimana wujud dermatitis kontak akibat kerja yang terjadi pada tukang cuci mobil?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

1.2.3 Kondisi seperti apa serta faktor-faktor apa saja yang mendukung para tukang cuci mobil ini
mengidap dermatitis kontak akibat kerja?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan menjelaskan prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada tukang
cuci mobil serta aspek-aspek yang mendukung prevalensi tersebut.
1.3.2 Untuk mengetahui manifestasi klinis dermatitis kontak akibat kerja yang paling sering pada
tukang cuci mobil.
1.3.3 Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi dan faktor yang berperan dalam mendukung
terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil di lapangan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Masyarakat dapat mengerti faktor-faktor risiko dermatitis kontak akibat kerja.
1.4.2 Masyarakat dapat mengetahui gejala-gejala awal dermatitis kontak akibat kerja serta dapat
mengantisipasi terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.

BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Berdasarkan etimologinya dermatitis adalah peradangan kulit pada daerah epidermis dan
dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau endogen di mana
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik seperti edema, eritema, papul,
vesikel, skuama, dan likenifikasi disertai dengan keluhan gatal. 1,2 Dermatitis yang akan dibahas
penulis yaitu dermatitis kontak, dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau zat yang menempel
di kulit.

2.2 Epidemiologi Penyakit


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Literatur menyatakan bahwa dermatitis kontak merupakan penyakit tersering diderita oleh
masyarakat dibandingan penyakit kulit lainnya.1,2 Penderitanya berasal dari berbagai ras, semua
umur dan semua jenis kelamin. Dermatitis kontak terbanyak diperkirakan adalah dermatitis
kontak akibat kerja. Data epidemiologi yang spesifik sangat sulit didapatkan, karena banyak
penderita yang acuh terhadap gejala dermatitis ringan dan tidak berobat. Berdasarkan penelitian
dari Netherlands Expert Centre on Occupational Dermatoses terhadap jumlah kasus penyakit
kulit akibat kerja(occupational skin diseases) selama 5 tahun (2001 hingga 2005) di suatu
negara, didapatkan hasil berikut: Dari 4516 kasus baru, 3603 kasus merupakan kasus dermatitis
kontak. Bila dibandingkan dengan penyakit lain, persentase kasus baru dermatitis kontak sebesar
79,8 %, sehingga dermatitis kontak merupakan penyakit kulit akibat kerja yang paling sering
diderita oleh masyarakat. Berdasarkan jenis kelamin, persentase wanita lebih banyak
dibandingkan pria yaitu wanita 51,1% dengan kisaran umur yang dominan sekitar 15-24 dan 25-
34 tahun sedangkan pria 49% dengan kisaran umur sekitar 35–44, 45–54, dan 55–64 tahun.3

2.3 Etiologi
Secara umum, penyebab utama dermatitis ada dua yaitu berasal dari luar atau eksogen,
contohnya: bahan kimia seperti detergen, asam, basa, oli, semen, fisik seperti sinar matahari,
suhu, dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Penyebab dari dalam, atau endogen
misalnya dermatitis atopik. Penyebab dermatitis yang lain adalah idiopatik.1
Pada dermatitis kontak iritan penyebabnya adalah zat yang bersifat iritan seperti bahan
pelarut, detergen, sabun, minyak pelumas, asam, basa, dan serbuk kayu. Selain faktor molekul,
faktor lain yang menentukan tingkat keparahan dan kejadian dermatitis kontak iritan adalah lama
kontak, frekuensi kontak(sering atau jarang terpapar dengan bahan iritan), trauma fisik yang
membantu terjangkit dermatitis, dan faktor lingkungan yang lembab. Sedangkan pada dermatitis
kontak alergik, zat yang menyebabkan dermatitis kontak alergik biasanya memiliki berat
molekul di bawah 1000 dalton, berupa alergen, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai epidermis. 1 Zat-zat alergen ini akan mengalami reaksi
imunologik yang menyebabkan inflamasi.

2.4 Patogenesis
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Pada dermatitis kontak iritan, kerusakan sel yang terjadi diakibatkan oleh proses kimiawi
ataupun fisik. Zat-zat yang mengiritasi kulit, merusak stratum korneum, mendenaturasi keratin,
menghilangkan lipid pada lapisan tanduk, serta mengubah daya ikat air di kulit. Bahan iritan
kebanyakan bersifat toksik yang merusak membran lemak keratinosit, adapula yang menembus
membran sel dan merusak organel-organel sel seperti mitokondria, lisosom, dan komponen inti
sel. Kerusakan membran sel, menyebabkan aktifnya fosfolipase sehingga melepaskan asam
arakidonat, diasilgliserida, Platelet activating factor(PAF)dan inositida(IP3). Asam arakidonat
diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien, keduanya menginduksi vasodilatasi serta
meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin,
dan sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit, neutrofil, dan sel mas(mastosit) untuk melepaskan
histamin, serta meningkatkan produksi leukotrien, prostaglandin dan PAF, yang menyebabkan
terjadinya perubahan vaskular yang kuat. Diasilgliserid menstimulasi sintesis interleukin-1 dan
mengaktifkan Granulocyte-Macrophage Colony Stimulation Factor(GMCSF). Interleukin-1
mengaktifkan sel T-Helper untuk mengeluarkan interleukin-2 dan mengaktifkan reseptor
interleukin-2, sehingga menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel. Terlibatnya TNF,
yang merupakan sitokin pro-inflamasi yang mengaktifkan sel T, makrofag dan granulosit,
menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin. Semua proses di atas
menimbulkan gejala radang di tempat kontak berupa eritema, edema, panas, nyeri pada iritan
yang kuat, sedangkan pada iritan yang lemah akan menimbulkan gejala setelah mengalami
kontak berulang-ulang, yang akan menyebabkan delipidasi pada stratum korneum sehingga
menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi barriernya yang mempermudah kerusakan sel di
bawahnya oleh bahan iritan.1,4
Pada dermatitis kontak alergik, reaksi inflamasi diinduksi oleh reaksi hipersensitivitas tipe
IV yang merupakan reaksi tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase yaitu fase sensitisasi
dan fase elitisasi.
Fase sensitisasi merupakan fase pengenalan bahan alergen terhadap tubuh. Hapten yang
masuk ditangkap secara pinositosis oleh sel langerhans dan diproses oleh sitosol dan
dikonjugasikan oleh HLA-DR menjadi antigen. Sel langerhans akan menjadi aktif akibat adanya
sitokin sehingga mampu menstimulasi sel T, dan menghasilkan banyak mediator inflamasi,
termasuk TNF, mediator ini menyebabkan sel langerhans masuk ke kelenjar limfe untuk
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

mempresentasikan antigen kepada sel T-Helper spesifik. Sel T-Helper spesifik berproliferasi
menjadi lebih banyak, turunannya yaitu sel T-memori akan beredar ke seluruh tubuh, yang
menandakan individu tersensitisasi. Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu.1
Fase Elitisasi, merupakan fase di mana individu mengalami paparan ulang terhadap
alergen. Proses awalnya mirip dengan proses sensitisasi. Namun di sini proses presentasi
dilakukan oleh sel T-memori baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi proses
aktivasi, yang berupa reaksi berantai untuk mengeluarkan mediator inflamasi yang sangat banyak
di kulit. Produk akhir proses ini adalah teraktivasinya sel mas dan makrofag oleh sitokin dan
eikosanoid. Sel mas akan menghasilkan histamin, faktor kemotaktik, dan leukotrien, sedangkan
eikosanoid menyebabkan dilatasi vaskuler dan meningkatkan permeabilitas. Faktor kemotaktik
dan eikosanoid juga akan menarik monosit, neutrofil, serta sel darah lainnya dari dalam
pembuluh darah masuk ke dalam dermis. Rangkaian kejadian di atas akan menimbulkan
manifestasi klinis dari dermatitis kontak alergik.

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan literatur yang penulis gunakan, dermatitis kontak terdiri dari dua macam,
pertama adalah dermatitis kontak iritan yaitu dermatitis yang terjadi akibat kulit terpapar oleh
bahan yang bersifat iritan, tanpa reaksi imunologik, kedua adalah dermatitis kontak alergik
adalah dermatitis yang terjadi akibat sensitisasi terhadap suatu zat atau bahan allergen sehingga
terjadi reaksi imunologik, yang menyebabkan inflamasi.1,2
Dermatitis kontak iritan merupakan dermatitis yang paling sering diderita oleh masyarakat.
Berdasarkan literatur yang penulis baca, sebanyak 3 dari 4 kasus dermatitis kontak iritan
disebabkan oleh bahan seperti detergen, sabun, bahan pelarut, bahan perekat, serat, dan bahan
kimia lainnya. Semakin sering kulit melakukan kontak dengan bahan iritan, semakin tinggi
kesempatan untuk mengalami dermatitis kontak iritan serta meningkatkan keparahan dari
penyakitnya. Berdasarkan penyebab dan pengaruh dari faktor pencetusnya(individu, lingkungan)
Dermatitis kontak iritan dibagi menjadi beberapa macam yaitu: dermatitis kontak iritan akut,
dermatitis kontak iritan akut lambat, reaksi iritan, dermatitis kumulatif, dermatitis traumateratif,
eksikasi ekzematik, pustular-akneformis, noneritematosa, dan subyektif. 1 Manifestasi klinis pada
dermatitis di atas akan dijelaskan pada bagian manifestasi klinis.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau tipe lambat.
Kasus dermatitis ini lebih jarang daripada dermatitis kontak iritan. Faktor yang berkontribusi
terhadap terjadinya dermatitis kontak alergik adalah konsentrasi dari alergennya, durasi paparan
terhadap alergen, dan adanya penyakit kulit penyerta lain.

2.6 Manifestasi klinis


Manifestasi pada dermatitis kontak iritan sangat bergantung pada sifat iritannya(iritan kuat
menimbulkan gejala akut, iritan lemah menimbulkan gejala kronis), faktor individu yang
menderita dermatitis(ras, umur, lokasi atopi, penyakit kulit penyerta yang lain), serta faktor
lingkungan(suhu, kelembaban). Berdasarkan literatur yang penulis gunakan sebagai acuan,
dermatitis kontak iritan dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan gejala klinisnya antara
lain:
1. Dermatitis kontak iritan akut. Contohnya luka bakar oleh zat kimia keras.
Biasanya etiologinya adalah iritan yang kuat misalnya kalium hidroksida.
Reaksinya berlangsung cepat dan segera timbul. Intensitasnya sebanding dengan
konsenterasi dan lamanya kontak. Iritasinya terbatas pada daerah kontak saja.
Gejala yang timbul yaitu: kulit terasa panas, perih, sensasi seperti terbakar, eritema,
edema, bula, nekrosis. Ada batas tegas antara kulit yang iritasi dan yang normal,
dan pada umumnya asimetris.1
2. Dermatitis kontak iritan akut lambat. Gejalanya sama dengan Dermatitis kontak
iritan akut, tetapi baru muncul setelah 8-24 jam atau lebih pasca-kontak. Contoh
bahan penyebabnya adalah: asam hidrofluorat, tretionin, antralin, bisa juga bulu
serangga(dermatitis venenata). Gejala klinis awal belum muncul, kemudian setelah
selang waktu 8-24 jam akan muncul eritema disertai nyeri, setelah itu berlanjut
menjadi vesikel atau nekrosis.1
3. Dermatitis kontak iritan kumulatif(dermatitis kronis). Dermatitis ini yang
paling sering terjadi, terutama pada pekerja yang kontak secara kontinyu dengan
bahan iritan, seperti montir mobil, tukang cuci, penata rambut, dan koki dapur.
Kontak terhadap bahan iritan lemah terjadi secara berulang-ulang, misalnya faktor
fisis seperti gesekan, truma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; bahan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

seperti detergen, sabun pelarut, tanah, dan air. Prosesnya bisa diakibatkan oleh satu
bahan saja, tetapi biasanya proses menjadi dermatitis iritan melalui paparan
berulang-ulang terhadap beberapa faktor dan bahan secara bersama. Setelah kontak
berminggu-minggu atau bahkan hingga tahunan, baru timbul reaksi peradangan.
Gejala klinis yang terjadi berupa kulit kering, skuama, eritema, kemudian menjadi
hiperkeratosis dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlanjut kulit bisa retak
seperti luka iris(fisur). Pasien biasanya mengeluh gatal atau nyeri akibat fisur. Ada
kalanya kelainan di kulit hanya berupa skuama tanpa eritema dan kulit kering
sehingga sering diabaikan oleh penderita.1
4. Reaksi iritan. Merupakan dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang terpapar
pekerjaan basah seperti penata rambut. Reaksi hanya terjadi pada awal pertama
melakukan, kemudian umumnya akan sembuh sendiri atau akan menjadi dermatitis
kontak iritan kumulatif. Gejala klinisnya berupa skuama, eritema, vesikel, pustul,
dan erosi serta terjadi penebalan kulit.1
5. Dermatitis kontak iritan traumatik. Biasanya akibat dari trauma panas dan
laserasi. Penyembuhannya lambat, sekitar lebih dari 6 minggu, sering terjadi di
tangan.1
6. Dermatitis kontak iritan noneritematosa. Merupakan bentuk subklinik dari
dermatitis kontak iritan, di mana ditandai dengan perubahan fungsi barrier stratum
korneum tetapi tidak diikuti oleh gejala klinis.1
7. Dermatitis kontak subyektif(dermatitis kontak sensori). Tidak terlihat adanya
kelainan di kulit, namun pasien mengeluh pedih dan terasa terbakar setelah
bersentuhan dengan iritan. Bahan yang biasanya menimbulkan dermatitis kontak
subyektif adalah asam laktat.1
Pada dermatitis kontak alergik, umumnya keluhan gatal yang paling sering muncul,
sedangkan kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitisnya dan lokasi. Pada fase akut,
awalnya muncul bercak eritematosa berbatas jelas serta adanya edema, papulovesikel, vesikel,
atau bula. Bila vesikel atau bula pecah, akan menimbulkan erosi dan eksudasi. Sedangkan pada
fase kronis, kulit tampak kering, berskuama, papul, likenifikasi, mungkin juga fisur, batasnya
tidak jelas. Lokasi terjadinya dermatitis kontak alergik bisa di mana saja, namun pada skalp,
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

telapak tangan, dan telapak kaki relatif resisten terhadap dermatitis kontak alergik. Lokasi tubuh
yang bisa terkena dermatitis antara lain:
1. Tangan. Merupakan lokasi tersering terkena dermatitis. Lebih dari sepertiga penyakit
kulit akibat kerja terjadi di tangan. Alergennya biasanya: semen, detergen, antiseptik,
getah, cat, dan pestisida.
2. Lengan. Alergennya bisa berupa nikel(jam tangan), hingga deodorant(pada daerah
ketiak).
3. Wajah. Biasanya disebabkan oleh kosmetik, spons, obat topikal, hingga tangkai kaca
mata. Dapat pula berasal dari alergen di tangan, kemudian kontak dengan wajah saat
mengusap keringat. Pada daerah bibir, biasanya disebabkan oleh lipstick, pasta gigi. Pada
kelopak mata biasanya disebabkan oleh mascara, obat tetes mata, eye shadow, dan salep
mata.
4. Telinga. Alergennya berupa anting, tangkai kaca mata, hingga gagang telepon.
5. Leher. Alergennya bersal dari kalung yang terbuat dari nikel, parfum, zat warna pakaian.
6. Badan. Disebabkan oleh bahan tekstil, kancing logam, elastis busa, bahan pewangi
pakaian.
7. Genitalia. Penyebabnya berupa kondom, pembalut, detergen, nilon.
8. Paha dan tungkai bawah. Biasanya disebabkan oleh kunci yang dimasukkan ke
kantong, dompet, kaos kaki nilon, semen, sepatu.

2.7 Penegakan Diagnosis


Untuk menentukan diagnosis apakah dermatitis tersebut dikatakan dermatitis kontak iritan
atau dermatitis kontak alergik secara fisik dan anamnesis cukup sulit mengingat keduanya
memiliki manifestasi klinis yang hampir mirip. Oleh karena itu diperlukan suatu anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat, serta uji tempel.
Dasar anamnesis dokter yang digunakan adalah sacred seven and basic four. Dalam
aplikasinya, ada Beberapa hal yang harus diperhatikan dokter saat menganamnesis pasien yang
diduga dermatitis kontak akibat kerja yaitu:
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

1. Pernyataan pasien yang berkenaan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan


penyakit, perubahan penyakit, serta adanya pekerjaan tambahan yang bercampur
dan termodifikasi.
2. Kehidupan Sosial pasien, dari pasien bekerja hingga kegiatan pasien setelah
bekerja.
3. Tempat kerja pasien, proses pekerjaan pasien, bahan-bahan kimia yang terpapar
terhadap pasien.
4. Riwayat kesehatan seperti riwayat alergi dan atopik, riwayat penyakit terdahulu,
dan lain-lain yang masih menunjang terhadap penegakan diagnosis.
Uji tempel dilakukan di punggung dengan cara menempelkan suatu antigen(bisa standar
buatan pabrik, bisa juga antigen murni) dengan menggunakan finn chamber,1,7 dibiarkan
sekurang-kurangnya 48 jam. Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas dan
dibaca 15-30 menit setelah pelepasan, hal ini bertujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan efek tekanan bahan yang diuji. Pembacaan kedua dilakukan sampai satu minggu
setelah uji tempel, biasanya 72-96 jam setelah aplikasi. Pembacaan yang kedua sangat penting
untuk membantu membedakan apakah ini respon alergik atau iritan, serta mengidentifikasi lebih
banyak lagi respon positif alergen. Hasilnya dicatat seperti berikut ini:
1. (+)  Reaksi lemah/nonvesikuler, ada eritema, infiltrat, papul
2. (++)  Reaksi kuat : edema, infiltrat atau vesikel
3. (+++)  Reaksi sangat kuat: bula, ulkus
4. (?)  meragukan: hanya makula eritematosa saja
5. IR  iritan : terbakar, pustule, atau purpura
6. (-)  Reaksi Negatif
7. Excited skin
8. NT  non-tested/tidak dites
Dalam pelaksanaannya, uji tempel harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Dermatitis harus sudah sembuh, bila dalam keadaan akut akan timbul reaksi
excited skin atau angry back yang merupakan reaksi positif palsu. Bagian tepi
menunjukkan reaksi yang lebih kuat dan bagian tengahnya lebih ringan atau
bahkan tidak ada sama sekali.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian


kortikosteroidn sistemik dihentikan, karena bisa menimbulkan reaksi negatif
palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang-
kurangnya satu minggu sebelum tes dilakukan. Luka bakar sinar matahari yang
terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat member efek negatif palsu.
3. Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca. Pembacaan kedua
dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh setelah aplikasi.
4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel longgar,
karena memberikan efek negatif palsu. Penderita juga dilarang mandi sekurang-
kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung tetap kering.
5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan untuk penderita yang punya
riwayat urtikaria dadakan karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata
bahkan reaksi anafilaksis, oleh karena itu dilakukan prosedur khusus.
Interpretasi hasil uji tempel tidak mudah, serta dilaksanakan setelah pembacaan kedua.
Respon alergik biasanya menunjukkan tipe crescendo antara pembacaan kesatu dan kedua yaitu
dari + ke ++ atau ke +++. Sebaliknya reaksi iritan menunjukkan tipe decrescendo yang
merupakan kebalikan dari respon alergik.1

2.8 Manajemen Pasien


Hal paling utama dalam manajemen pasien dermatitis kontak adalah manajemen preventif
dibandingkan dengan kuratif. Berikut manajemen dan pengobatan pasien dermatitid kontak iritan
antara lain:
 Reduksi paparan antara bahan dan kulit yaitu:
 Kurangi frekuensi kontak dengan bahan iritan.
 Ganti bahan yang iritan dengan bahan lain yang lebih tidak mengiritasi.
 Hindari oklusi  iritan ada di dalam media protektif kita seperti sarung tangan, atau
pakaian pelindung lebih buruk daripada tidak memakai pelindung. Pastikan sarung
tangan dan pakaian pelindung yang kita gunakan berada dalam kondisi baik, tidak ada
sobekan, dan bersih. Jangan menggunakan krim pelindung ataupun sarung tangan pada
kulit yang teriritasi.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

 Hindari trauma kulit.


 Hindari lingkungan yang terlalu panas dan lembab, karena akan mendukung terjadinya
dermatitis kontak.
 Hindari kondisi yang dingin dan terlalu basah.
 Gunakan sarung tangan pelindung saat kontak dengan bahan iritan.
 Gunakan krim pelindung untuk kontak dengan bahan iritan tertentu.
 Gunakan moisturizers untuk mencegah dermatitis kontak akibat detergen.
 Tingkatkan kebersihan diri dan kewaspadaan kerja. Bersihkan iritan yang menempel di
kulit sesegera mungkin dan gunakan pembersih yang tidak iritatif. Keringkan dengan
seksama.4
 Pengobatan dengan kuratif yaitu:
 Steroid(biasanya yang topikal), emollient, bila perlu gunakan antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder. Pengobatan disesuaikan dengan keadaan klinis dan kemampuan dari
pasien.1,4
 Jika dermatitis pasien berat, diharapkan pasien untuk berhenti kontak dengan bahan iritan
atau bila perlu berhenti bekerja untuk sementara waktu hingga dermatitis teratasi.4
Sedangkan manajemen pasien pada dermatitis kontak alergik antara lain:
1. Pemberian kortikosteroid jangka pendek untuk mengatasi peradangan akut. Misalnya
prednison 30 mg/hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau
larutan air salisil 1:1000.1
2. Untuk dermatitis yang sudah mereda atau yang ringan cukup diberikan kortikosteroid topikal
saja.
3. Ganti bahan-bahan yang bersifat alergik dengan yang non-alergik, misalnya bila alergi
terhadap gagang kaca mata berbahan nikel, gantilah dengan yang berbahan plastik.
4. Pekerja yang alergi terhadap benda kerjanya sebaiknya dipindahkan dan diganti dengan
pekerja yang non-alergi terhadap bahan tersebut.4
5. Rekomendasi untuk menggunakan pelindung, seperti sarung tangan. Sarung tangan yang
digunakan disesuaikan dengan tempat kerja dan bahan yang terpapar.
6. Sarankan pekerja untuk berhenti bekerja bila alergi yang dideritanya parah, dan keadaan
tidak bisa mendukung lagi.4
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

2.9 Prognosis
Pada dermatitis kontak iritan, bila penyebab dermatitis tidak dapat disingkirkan, maka
prognosisnya kurang baik. Biasanya keadaan ini terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis yang
penyebabnya multifaktor, serta penderita atopi. Begitu pula pada dermatitis kontak alergik,
selama tidak bisa lepas dari bahan alergen, prognosisnya akan tidak baik, apalagi bila diikuti
dengan faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis numularis). Namun literatur yang penulis
baca menyebutkan bahwa prognosis dermatitis yang diakibatkan oleh pekerjaan tidak baik.
Berdasarkan studi di swedia, disebutkan hanya 25% dari 555 individu yang sembuh secara total
dari dermatitis akibat kerja, dalam kurun waktu 10 tahun, dan prognosisnya tidak lebih baik dari
40% yang berganti profesi.7
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

BAB III
Pembahasan dan Kesimpulan
3.1 Hasil Observasi
Penulis melakukan observasi pada perusahaan cuci mobil bernama UD. Maestro Motor,
dengan jumlah tukang cuci mobil 8 orang. Penulis melakukan observasi melalui wawancara
terhadap tukang cuci mobil secara langsung. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
tukang cuci mobil, data yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel.1 Tabel rekapan hasil observasi pada tukang cuci mobil UD. Maestro Motor

N lama Umu riwayat atop


o Nama kerja r gatal-gatal Lokasi efloresensi i alergi
1 Ketut 6 tahun 34 Ada jari kaki kemerahan - -
kulit
            mengelupas    
Aryawa
2 n 1 tahun 24 Tidak - - - -
3 Suardika 6 tahun 35 Ada jari kaki kemerahan - -
kulit
            mengelupas    
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

4 Satwika 6 tahun 29   jari tangan kemerahan - -


          jari kaki      
5 Agus 4 bulan 26 Tidak - - - -
6 Poli 2 bulan 30 Ada jari tangan kemerahan - -
7 Jefri 2 bulan 28 Ada jari tangan kemerahan - -
          Tangan      
8 Suradi 6 tahun 35 Ada jari tangan kemerahan - -
kulit
          jari kaki mengelupas    

6
Prevalensi: × 100 %=75 %
8

Semua tukang cuci mobil yang diwawancara menyatakan tidak pernah memiliki riwayat atopi
maupun alergi, serta menyatakan keluarga mereka tidak memiliki riwayat atopi. Semua tukang
cuci mobil bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00, dengan lama kerja dalam 1 hari sekitar 9 jam.
Bahan yang digunakan untuk bekerja antara lain: air, sabun khusus pencuci mobil, oli plastik,
dan pelicin mobil(bahan silikon). Dari 6 orang yang tercatat terkena dermatitis kontak, 4 orang
didapatkan oleh penulis di tempat observasi sedangkan 2 orang yaitu bapak Jefri dan bapak
Satwika hanya berdasarkan riwayat saja.
Hubungan antara beberapa variabel dibandingkan dengan kejadian dermatitis kontak dapat
dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan dermatitis kontak dengan lama kerja

dermatitis kontak
No Lama Kerja

sehat sakit
1 0-5 tahun 2 2
2 6-10 tahun 0 4
3 >10 tahun 0 0
Total 2 6
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Tabel 3. Perbandingan dermatitis kontak dengan umur

dermatitis kontak
No Umur

sehat sakit
1 24-29 tahun 2 2
2 30-35 tahun 0 4
Total 2 6

Tabel 4. Perbandingan dermatitis kontak dengan bahan kimia

dermatitis kontak
No Bahan Kimia
sehat sakit
Sabun & oli
1 plastik 1 4
2 Silikon 1 2
Total 2 6

Tabel 2 menunjukkan jumlah tukang cuci mobil yang terjangkit dermatitis kontak akibat
kerja dengan lama bekerja 0-5 tahun sebanyak 2 orang mengalami kelainan, dan 2 orang lagi
normal. Pekerja dengan lama kerja 6-10 tahun sebanyak 4 orang mengalami kelainan. Jadi
dermatitis kontak akibat kerja memiliki kaitan erat dengan lama bekerja dari tukang cuci, hal ini
berhubungan dengan lamanya mereka terpapar dengan bahan pencuci.
Pada tabel 3, rentangan umur yang sering terkena dermatitis kontak adalah 30-35 tahun,
dengan jumlah 6 orang. Sedangkan rentang 24-29 tahun memiliki perbandingan yang sama
antara yang normal dan kelainan. Hal ini diduga karena pegawai yang di atas 30 tahun adalah
pegawai lama, di mana rata-rata lama kerja mereka 6 tahun.
Tabel 4 adalah tabel perbandingan terhadap bahan kimia yang digunakan. Penggunaan
sabun dan oli plastik, menduduki peringkat pertama menyebabkan kelainan daripada silikon.
Beberapa faktor yang penulis rasa berpengaruh pada tingginya angka ini adalah lingkungan pada
bagian pencucian lebih berisiko terhadap dermatitis kontak daripada lingkungan bagian
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

pengeringan, dan dugaan penulis bahwa sabun dan oli plastik memiliki kemampuan
menyebabkan dermatitis kontak lebih tinggi daripada silikon.

3.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dari penulis, dari 8 tukang cuci mobil
didapatkan hasil sebagai berikut:
prevalensi dermatitis kontak akibat kerja yang terjadi pada perusahaan yang diobservasi
adalah 75%. Prevalensi dari dermatitis kontak akibat kerja ini sangat tinggi mengingat hampir
semua tukang cuci mobil di perusahaan yang diobservasi pernah mengalami gejala dermatitis
kontak akibat kerja. Beberapa aspek yang diduga berperan dalam tingginya prevalensi adalah
durasi jam kerja yang membuat paparan terhadap bahan iritan menjadi semakin lama, jenis bahan
pembersih yang digunakan, serta lingkungan lembab yang mendukung terjadinya dermatitis
kontak.
Manifestasi klinis terbanyak yang diakui pernah diderita adalah kemerahan dengan lokasi
terbanyak di jari tangan. Kulit yang paling sering bersentuhan dengan bahan pencuci mobil
adalah kulit tangan, sehingga kulit tangan paling riskan mengalami dermatitis kontak. Bapak
Ketut, Aryawan, dan Suradi mengaku pernah mengalami gatal di jari kaki juga, dengan
efloresensi kemerahan, dan kulit yang mengelupas. Penulis menduga hal ini diakibatkan kondisi
tempat kerja dari Pak Ketut, Pak Aryawan, dan Pak Suradi. Mereka ditempatkan di bagian
penyemprotan, pemberian sabun, dan oli plastik. Air bekas cucian dari mobil yang disemprot,
menggenang pada lantai, sehingga kaki mereka selalu tergenang air campuran sabun dan oli
plastik, yang merupakan suatu iritan. Bapak Poli, dan Jefri baru bekerja 2 bulan, namun
mengaku pernah kemerahan di tangan. Mereka ditempatkan di bagian pengeringan dan
pembersihan, di mana bahan yang terpapar oleh mereka adalah silikon dan air sabun.
Kemungkinan ada faktor sensitifitas kulit yang mempengaruhi kedua tukang cuci mobil yang
baru ini.
Dari segi lingkungan kerja, penulis berpendapat bahwa lingkungan kerja di tempat
observasi mendukung terjadinya dermatitis kontak. Suasana yang lembab, menyebabkan pori-
pori kulit yang melebar sehingga bahan iritan menjadi semakin mudah masuk ke dalam kulit.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Genangan air bercampur sabun dan oli plastik di lokasi kerja juga diduga membantu terjadinya
dermatitis kontak, terutama di daerah kaki.
Jadi dapat penulis simpulkan dari observasi sebagai berikut: tinggi prevalensi dermatitis
kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil berkisar 75% yang mendukung teori dermatitis
kontak akibat kerja merupakan penyakit kulit akibat kerja terbanyak. Manifestasi klinis yang
paling sering muncul dalam dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil adalah
kemerahan di kulit, dan kulit kelupas. Lokasi terbanyak yang kena dermatitis kontak akibat kerja
adalah di jari tangan. Kondisi dan faktor-faktor yang mendukung para tukang cuci mobil ini
mengidap dermatitis kontak akibat kerja antara lain lingkungan kerja yang lembab, keadaan
tempat kerja yang ada genangan air campuran, serta bahan pembersih yang kemungkinan bisa
menyebabkan peradangan di kulit. Namun di sini perlu diingatkan, bahwa relevansi akan
diagnosis terhadap para pekerja kurang. Hal ini dikarenakan untuk mengatakan bahwa suatu
kelainan kulit adalah dermatitis kontak, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan medis seperti uji
tempel, sedangkan observasi yang penulis laksanakan tidak melaksanakan prosedur medis
apapun, sehingga dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut untuk menrntukan kelainan dari tukang
cuci mobil ini adalah dermatitis kontak atau bukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. Dermatitis. In: Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda, dr. Mochtar
Hamzah, Prof. Dr. dr. Siti Aisah (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007; p. 129-138.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

2. Contact Dermatitis. [cited 2010 January]. Available from:


www.omnimedicalsearch.com/conditions-diseases/contact-dermatitis.html.

3. T. M. Pal, N. S. de Wilde, M. M. van Beurden, P. J. Coenraads and D. P. Bruynzeel.


Notification of occupational skin diseases by dermatologists in The Netherlands.
Occupational Medicine. 2008.

4. A Guide To Occupational Skin Disease. Occupational Safety and Health Service


Department of Labour New Zealand. 1995.

5. Adam D. Perry, MD, and John P. Trafeli, MD. Hand Dermatitis: Review of Etiology,
Diagnosis, and Treatment. J Am Board Fam Med Vol. 22, No. 3. 2009; p. 325-330.

6. Medical aspects of occupational skin disease(second edition). HSE Books. 2004. ISBN 0 7176
1545 6.

7. David J Gawkrodger. Patch testing in occupational dermatology. Occup. Environ. Med. 2001;
p. 823-828.

8. Dermatitis Prevention Occupational Skin Disorder. Occupational Safety and Health Bureau
Montana Department of Labor and Industry.

9. Daniel J Hogan, MD. Contact Dermatitis: Irritant. [cited 2010 January]. Available from:
emedicine.medscape.com/article/1049353-overview.
10. Hand Dermatitis: Clinical Features, Diagnosis, and Management: Irritant Contact
Dermatitis.[cited 2010 January]. Available from:
www.medscape.com/viewarticle/572227_2.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact


Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village
Bandar Lampung City
Occupational contact dermatitis is one of the most occurs skin disease of the
worker. This disease may reduce worker productivities. Knowing the factors
related to occupational contact dermatitis can make the prevention easier to
done. The objective of this research is to investigate factors related to
occupational contact dermatitis on workers at car washes. The study design of
this analytic research is cross-sectional. The research subjects were selected
using total sampling with 50 respondents. Data collecting procedure was carried
out by questionnaire. This research used Fisher exact statistical test. The results
of the study found that 78% of respondents experienced occupational contact
dermatitis. Based on statistical tests, frequency of contact, duration of contact,
personal hygiene and the use of Self Protection Device (SPD) obtained a result
of p<0.05, which means there is a meaningful relationship to the incidence of
occupational contact dermatitis.

Keywords: Factors that corelation, occupational contact dermatitis,


workers
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak
Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil di Kelurahan
Sukarame Kota Bandar Lampung
ABSTRAK

Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja
yang banyak terjadi.Penyakit ini dapat menurunkan produktifitas pekerja.
Dengan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhinya diharapkan
proses pencegahan dapat lebih mudah dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi angka kejadian dermatitis kontak pada karyawan
pencucian mobil di kelurahan Sukarame Bandarlampung. Penelitian ini
adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Responden
penelitian diambil secara keseluruhan yaitu sebanyak 50 responden. Data yang
diperoleh adalah data primer dari kuesioner, Setelah itu dilakukan uji
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

statistik Fisher exact. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 78% responden
mengalami kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Berdasarkan uji statistik,
faktor lama kontak, masa kerja, personal hygiene, dan penggunaan alat
pelindung diri(APD) didapatkan hasil p< 0,05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna terhadap kejadian dermatitis kontak akibat kerja.
ISSN 2337-3776

`
Abstract
Mariz DR, Hamzah SM, Wintoko R

Faculty of Medicine Lampung University

Kata kunci: Dermatitis kontak akibat kerja, faktor yang mempengaruhi,


karyawan

45

Pendahuluan
Peningkatan perkembangan industri dan adanya perubahan gaya hidup
masyarakat terutama pada masyarakat ibukota yang lebih menyukai hal-
hal yang praktis membawa efek positif pada usaha penyedia jasa. Jenis
usaha penyedia jasa yang berkembang dan semakin menjamur
dikalangan masyarakat, salah satunya adalah usaha penyedia jasa
pencucian mobil atau dikenal dengan istilah car wash. Hal ini
memberikan konsekuensi semakin banyak orang yang bekerja dibidang
jasa pencucian mobil, sehingga semakin banyak pula kemungkinan
orang yang berisiko terkena penyakit kulit akibat kerja (Djunaedi, 2003).
Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu
peradangan kulit diakibatkan oleh suatu pekerjaan seseorang. Dermatitis
kontak merupakan 50% dari semua penyakit akibat kerja terbanyak yang
bersifat nonalergi atau iritan. Penelitian survailance di Amerika
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis


kontak (Kosasih, 2004).
Dermatitis kontak adalah dermatitis disebabkan bahan atau substansi
yang menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu
dermatitis kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan
dermatitis kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik
spesifik. Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2007).
Penyakit ini ditandai dengan peradangan kulit polimorfik yang
mempunyai ciri-ciri yang luas, meliputi: rasa gatal, eritema (kemerahan),
endema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 55mm),
vesikel (tonjolan berisi cairan diameter lebih dari 55mm), crust dan
skuama (Freedberg, 2003).
Bila dihubungkan dengan jenis pekerjaan, dermatitis kontak dapat terjadi
pada hampir semua pekerjaan. Biasanya penyakit ini menyerang pada
orang-orang yang sering berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat
toksik maupun alergik, misalnya ibu rumah tangga, petani dan pekerja
yang berhubungan dengan bahan- bahan kimia dan lain-lain (Orton,
2004).
46
ISSN 2337-3776

Metode
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross-
sectional yang kemudian akan dideskripsikan untuk menggambarkan
hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kejadian
dermatitis kontak akibat kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah
karyawan pencuci mobil di tempat pencucian mobil di kelurahan
sukarame Bandar lampung yang diambil secara keseluruhan. Waktu
penelitian adalah 4 minggu. Metode Penelitian yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah menggunakan kuesioner yang diisi sendiri
oleh responden (self completion questionnaire). Kuesioner yang
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

digunakan telah diuji oleh peneliti lain.


Sebagai variabel dependent dalam penelitian ini adalah penyakit
dermatitis kontak akibat kerja. Dalam melakukan diagnosis untuk
menentukan variabel dependent, penelitian ini hanya berdasarkan
anamnesa melalui pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Untuk
pemeriksaan klinis dan penunjang tidak dilakukan. Anamnesa
merupakan dasar penegakan diagnosis, sehingga dengan anamnesa ini
dirasakan sudah cukup mewakili dalam menentukan diagnosis awal.
Recall period untuk dermatitis tidak dipertimbangkan dalam penelitian
ini, dengan asumsi bahwa desain studi adalah cross sectional untuk
mendapatkan gambaraan sesaat.
Sedangkan sebagai variabel independent yang diteliti antara lain lama
kontak, usia pekerja, masa kerja, jenis kelamin, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, penggunaan APD, dan personal hygiene. Dengan analisis
bivariat dapat dilihat hubungan antara variabel dependent dengan
variabel independent menggunakan uji statistik Fisher exact karena
expected value <5 pada setiap sel.
Hasil
Berdasarkan hasil dari anamnesis yang ada di dalam kuesioner pada
penelitian didapatkan angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja
seperti yang tertera pada Tabel 1.
47
ISSN 2337-3776

Tabel 1. Angka Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Pekerja


Pencucian Mobil di Kelurahan Sukarame Bandar Lampung
ISSN 2337-3776

Variabel
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Lama Kontak

Usia

Jenis Kelamin

Masa Kerja

Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya

Personal Hygiene Penggunaan APD

Kategori Frekuensi

<5jam 39 >5jam 11 < 20 tahun 32 > 20 tahun 18 Laki-Laki 50 Perempuan 0 < 1


tahun 37 > 1 tahun 13 Memiliki Riwayat 12 Tidak Memiliki Riwayat 38

Baik 10 Tidak Baik 40 Lengkap 18 Tidak Lengkap 32

Persentase (%)

78
22
64
36
100
0
74
26
24
76
20 80 36 64

Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi dengan angka


kejadian dermatitis kontak akibat kerja dapat dilihat pada Tabel 2.
48

Tabel 2. Hubungan Faktor-Faktor Dengan Kejadian Dermatitis Kontak


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Akibat Kerja Pada Pekerja Pencuci Mobil Di Kelurahan Sukarame


Bandar Lampung.
ISSN 2337-3776

Dermatitis kontak akibat kerja Total Dermatitis Tidak dermatitis n%n%n%

Pvalue

0,017

0,287
0,046

0,105

0,030

0,001

Lama Kontak < 5 jam> 5 jamUsia

< 20 thn> 20 thnMasa Kerja< 1 thn> 1 thnRiwayat Penyakit Kulit Sebelumnya


YaTidakPersonal Hygiene BaikTidak baik Penggunaan APD LengkapTidak
lengkap

4 10,3 35 89,7

23 58,9 16 41,1

26 66,7 13 33,3

7 17,9 32 82,1

5 12,8 34 87,2

8 20,5 31 79,5

3 27,3 8 72,7
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

9 81,8 2 18,2

11 100 0 0

5 45,5 6 54,5

5 12,8 6 54,5

10 90,9 1 9,1

7 14 43 86

32 64 18 36

37 74 13 25

12 24 38 76

10 20 40 20

18 36 32 64

Hasil penelitian mengenai hubungan antara lama kontak dengan


kejadian
dermatitis kontak akibat kerja pada karyawan pencuci mobil dapat
dilihat dari hasil
uji statistic didapatkan nilai p-value sebesar 0,017. Kemudian hubungan
anatara 49
personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada
pekerja pencuci mobil dapat dilihat dari hasil uji statistik didapatkan
nilai p-value sebesar 0,030. Untuk hubungan antara faktor penggunaan
APD dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja
pencuci mobil dapat dilihat dari hasil uji statistik didapatkan nilai p-
value sebesar 0,001. Sedangkan hubungan faktor masa kerja dengan
kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja pencuci mobil dapat
dilihat dari hasil uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,046.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Keempat hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna


antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja
karena p<0,05.
Hasil penelitian mengenai hubungan antara faktor tidak langsung (usia)
dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja pencuci
mobil dengan menggunakan uji statistic fisher exact didapatkan nilai p-
value sebesar 0,287 sedangkan hubungan antara riwayat penyakit kulit
sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja
pencuci mobil dengan menggunakan uji statistic fisher exact didapatkan
nilai p-value sebesar 0,105. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna karena p>0,05.
Pembahasan

Dermatitis yang terjadi pada pekerja adalah dermatitis kontak akibat


kerja. Dermatitis kontak akibat kerja didefinisikan sebagai penyakit kulit
dimana pajanan di tempat kerja merupakan faktor penyebab yang utama
serta faktor kontributor. Hasil penelitian menunjukan bahwa 78% dari
50 orang pekerja di bagian pencucian mobil di kelurahan Sukarame
Bandar Lampung menderita dermatitis. Hal tersebut sejalan dengan studi
epidemiologi di Indonesia yang memperlihatkan bahwa 97% dari 389
kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah
dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis alergi (Hudyono,
2002).
Kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar pada kejadian
dermatitis akibat kerja. Pekerja di bagian pencucian mobil di kelurahan
Sukarame
Bandar Lampung berkontak dengan bahan kimia saat melakukan proses
pekerjaan.
50
ISSN 2337-3776
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Bahan kimia tersebut terdapat didalam sabun dan sampo yang digunakan
untuk mencuci mobil. Bahan-bahan kimia tersebut berpotensi untuk
menimbulkan dermatitis. Bahan kimia yang terkandung dalam sabun
umumnya bersifat iritan lemah dan sensitizer, sehingga dapat
menyebabkan dermatitis. Terlihat dari 78% pekerja yang menderita
dermatitis timbul kelainan kulit setelah berulang kali kontak dengan zat
kimia, dengan kelainan kulit berupa, likenifikasi (penebalan kulit),
visura (retakan) serta timbul gejala seperti nyeri, panas, kulit kering
bahkan tanpa gejala, bercak kemerahan, papula (tonjolan padat), vesikel
(tonjolan berisi cairan), endema (bengkak) dan gejala gatal serta kulit
seperti bersisik. Lokasi terjadinya dermatitis pada pekerja terdapat pada
bagian tangan sela jari dan telapak tangan serta di sela- sela jari dan
telapak kaki (Freedberg, 2003)
Kejadian dermatitis pada karyawan pencuci mobil di kelurahan
Sukarame Bandar Lampung, terjadi akibat proses kerja yang
mengharuskan para pekerja berkontak dengan bahan kimia yang terdapat
didalam sabun dalam jangka waktu yang lama serta faktor-faktor lain
yang mendukung untuk terjadinya dermatitis pada pekerja.
Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan
kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak setiap pekerja berbeda-
beda. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara lama kontak dengan kejadian
dermatitis kontak akibat kerja, dengan p-value 0,017. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatma Lestari (2007) pada
pekerja PT. Inti Pantja Press Industri, dimana pada penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara lama
kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan p-value sebesar 0,003.
Menurut Hudyono (2002), kontak kulit dengan bahan kimia yang
bersifat iritan atau alergen secara terus menerus dengan durasi yang
lama, akan menyebabkan kerentanan pada pekerja mulai dari tahap
ringan sampai tahap berat. Pada penelitian ini menunjukan bahwa
pekerja yang mempunyai rata-rata lama kontak dengan bahan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

51
ISSN 2337-3776

kimia lebih lama cenderung lebih banyak menderita dermatitis kontak


akibat kerja, dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai rata-rata
lama kontak lebih singkat. Terbukti bahwa lama kontak mempengaruhi
kejadian dermatitis kontak akibat kerja.
Usia merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari
individu. Selain itu usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat
memperparah terjadinya dermatitis (Hayakawa, 2000). Berdasarkan
hasil analisis univariat didapatkan hasil sebanyak 64% pekerja memiliki
umur < 20 tahun dan 36% dengan usia > 20 tahun. Hasil analisis bivariat
menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia
dengan kejadian dermatitis kontak, dengan p-value sebesar 0,287.
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Febria Suryani (2011) pada pekerja PT. Cosmar Indonesia. Dari hasil uji
analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan
p-value 0,008. Menurut Erliana (2008) dalam konteks determinan
kejadian dermatitis kontak berdasarkan umur dapat menyerang semua
kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor resiko utama
terhadap paparan bahan-bahan penyebab dermatitis kontak.
Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu
bekerja di suatu tempat. Masa kerja dalam penelitian ini merupakan
jangka waktu pekerja mulai bekerja di bagian pencucian mobil di sampai
waktu penelitian. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya
seseorang telah terpajan dengan bahan kimia (Hudyono, 2002).
Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa distribusi pekerja
menurut masa kerja cukup bervariasi, dapat dilihat sebanyak 66,7%
pekerja yang bekerja < 1 tahun sudah mengalami dermatitis kontak
akibat kerja dan jumlahnya lebih banyak daripada pekerja yang bekerja
> 1 tahun.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Dari hasil analisis bivariat, menunjukan bahwa adanya hubungan yang


signifikan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak akibat
kerja, dengan p-value 0,046. Hasil ini tidak sebanding dengan hasil
penelitian Trihapsoro (2008) Hal ini bisa disebabkan karena setiap jenis
kulit individu memiliki sensitivitas yang
52
ISSN 2337-3776

berbeda-beda, serta variabel masa kerja juga memiliki faktor lain seperti
berapa kali dia terpapar dalam sehari dan kontak dengan lebih 1 jenis
bahan kimia.
Riwayat penyakit kulit dalam penelitian ini merupakan pekerja yang
sebelumnya menderita atau memiliki penyakit kulit akibat kerja.
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa pekerja yang memiliki riwayat
penyakit kulit dan menderita dermatitis kontak sebesar 17,9% sedangkan
pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit dan menderita
dermatitis kontak sebesar 82.1% dengan uji bivariat didapatkan p-value
sebesar 0,105 yang menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan
antara penyakit kulit sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak
akibat kerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anissa (2010) di
TPA Cipayung yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara riwayat penyakit dengan kejadian dermatitis kontak
iritan.
Kebersihan perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan
dan perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi
sehat dan selamat ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja dapat
mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada
bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit,
kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia.
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

signifikan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak,


dengan P-value sebesar 0,030. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Metty Carina (2008) pada pekerja pengangkut sampah kota Palembang,
yang menunjukkan bahwa ada hubungan hygiene pribadi dengan
kejadian dermatitis pada pekerja pengangkut sampah.
Penggunaan APD merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya
dermatitis kontak akibat kerja, karena dengan mengunakan APD dapat
terhindar dari kontak langsung dengan bahan kimia yang terkandung di
dalam sabun pencuci mobil. Berdasarkan penelitian terdahulu
menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak. Diantaranya
53
ISSN 2337-3776

penelitian yang dilakukan oleh Erliana (2008) pada pekerja percetakan


paving blok, menunjukan bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD
87,5% menderita dermatitis dibandingkan dengan pekerja yang
menggunakan APD hanya 19%.
Simpulan
Dari hasil penelitian diatas didapatkan 78% responden mengalami
kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Faktor langsung berupa lama
kontak dan faktor tidak langsung berupa masa kerja, personal hygiene
dan penggunaan APD mempunyai pengaruh pada kejadian dermatitis
kontak akibat kerja pada karyawan pencuci mobil di kelurahan sukarame
Bandar lampung. Sedangkan faktor usia dan riwayat penyakit kulit
sebelumnya tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian dermatitis
kontak akibat kerja pada karyawan pencuci mobil di kelurahan sukarame
Bandar lampung.
Daftar Pustaka
Carinna M. 2008. Hubungan antara higiene pribadi dengan kejadian dermatitis pada
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

pekerja pengangkut sampah kota palembang tahun 2008. Skripsi mahasiswi fakultas
kedokteran universitas sriwijaya. 79-86

Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6.
Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI. Jakarta. 129-152

Djunaedi H, Lokananta MD. 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 31(3). 27-33

Erliana. 2008. Hubungan karakteristik individu dan penggunaan alat pelindung diri
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block CV. F. Lhoksumawe.
Skripsi mahasiswi fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara. 88-93

Febria S. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja
bagian processing dan filling PT. Cosmar Indonesia Tanggerang Selatan tahun 2011. 83-
86

Fredberg I.M, et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th Ed,
McGraw-Hill Professional, New York. 253-379

Hayakawa, R. 2000. Contact Dermatitus. Nagoya J. Medicine. Sciene 63. 83-90. Nagoya
Hudyono J. 2002. Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, November
2002. 49(9):

16-23Kosasih A. 2004. Dermatitis akibat kerja. Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin,
Fakultas

Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta. 159-172Lestari F, Nuraga W, Kurniawidjaja


LM. Dermatitis kontak pada pekerja yang terpajan dengan bahan

kimia di perusahaan industri otomotif kawasan industri Cibitung Jawa Barat. Makara
Kesehatan. 12(2): 63-69

54
ISSN 2337-3776

Mausulli A. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan pada
pekerja pengolahan sampah di TPA Cipayung kota Depok tahun 2010. Skripsi
Universitas Islam Negeri. 78-83

Orton, D.I, Wilkinson, J.D. 2004. Cosmetic allergy: Incidence, Diagnosis and
Management. Am J Clin Dermatol. 5(5): 327-337
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Trihapsoro, I. 2003. Dermatitis kontak alergi pada pasien rawat jalan di RSUP H Adam
Malik Medan. Skripsi fakultas kedokteran Universitas sumatera utara. 78-89

ISSN 2337-3776

55
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Maret 2020


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

“Studi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


di Benhill Car Wash”

OLEH:
ANASTASIO HARIMBA / C014181022
ANDI ANGGARA KARDIAN NUGRAHA S / C014182095
ANISAR APRILIANI / C014181094
FIQIH EKA PUTRA / C014181023
IRA VERNANDA / C014181024
KRISNA GOYSAL / C014182209
NURUL ISHLA ARDY A / C014182071
RIA RISTIANA / C014172030
VICTORIO TUNGADI / C014181006

PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

HALAMAN PENGESAHAN
Yang tersebut dibawah ini :

Anastasio Harimba C014181022


Andi Anggara Kardian Nugraha S C014182095
Anisar Apriliani C014181094
Fiqih Eka Putra C014181023
Ira Vernanda C014181024
Krisna Goysal C014182209
Nurul Ishla Ardy A C014182071
Ria Ristiana C014172030
Victorio Tungadi C014181006

Adalah benar telah menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Studi Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Benhill Car Wash” pada Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 13 Maret 2020


Mengetahui,

dr. Sultan Buraena Sp.OK


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

I. Bahan dan Cara


A. Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survey jalan
sepintas) dalam rangka untuk survey aspek risiko dalam kesehatan dan keselamatan kerja
pada pekerja cuci mobil antara lain adalah :
 Alat tulis menulis
Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama walk through survey (survey jalan
sepintas)
 Kamera digital
Berfungsi sebagai alat untuk memotret kehidupan dan kegiatan para pekerja
 Check list
Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer melalui pengamatan lokasi
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.

B. Cara pemantauan
Penulis melakukan orientasi lokasi untuk mengetahui lokasi lingkungan kerja
kemudian direncanakan dan diidentifikasi risiko-risiko kondisi lingkungan kerja, fisik,
kimia, dan psikososial yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja pada
pekerja cuci mobil Benhil di Jalan Urip Sumoharjo dengan metode Walk through survey
dengan menggunakan check list

II. Lokasi, Biaya & Waktu


A. Lokasi
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Lokasi walk through survey aspek identifikasi risiko dalam kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat cuci mobil Benhil di Jalan Urip Sumoharjo didepan
Wisma Benhil.

B. Biaya
Biaya yang digunakan pada walk through survey aspek identifikasi risiko dalam
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ini adalah swadaya.

C. Waktu
Penelitian mengenai indentifikasi risiko-risiko dalam kesehatan dan keselamatan
kerja pada pekerja Car Wash Benhil di Urip Sumoharjo akan dilaksanakan selama kurang
lebih 1 minggu (09-13 Maret 2020)

No Tanggal Kegiatan
- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
Senin
1. - Pengarahan kegiatan
9 Maret 2020
- Pembuatan proposal walk through survey
Selasa - Walk through survey
2.
10 Maret 2020 - Pembuatan laporan walk through survey

Rabu - Walk through Survey


3.
11 Maret 2020 - Pembuatan laporan walk through survey

Kamis - Pembuatan status okupasi


4.
12 Maret 2020 - Pembuatan artikel status okupasi

Jumat - Presentasi walk through survey


5.
13 Maret 2020 - Presentasi status okupasi

HASIL SURVEI
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

A. Hasil Survei
Hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
Alur Instalasi:
1. Pengarah Mobil
2. Pencuci mobil luar
3. Cuci mesin
4. Cuci dalam
5. Pengering mobil
6. Kasir

1. Pengarah mobil
a. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya ditempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang cukup
terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.Warna
dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air,
suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas didepan lokasi tempat
kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan
terhadap karyawan. Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh
pekerja.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia cair.
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan dari mobil.
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dengan gerakan yang
berulang.
 Faktor Psikososial
Shift kerja dibagi menjadi dua : shift pagi (pukul 07.00 – 15.00 WITA), shift
malam (pukul 15.00 – 22.00 WITA), dengan waktu istirahat untuk shift pagi
dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00.
Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja
dengan pekerja lainnya.
b. Alat Yang Digunakan
Tidak ada alat yang digunakan oleh pekerja ini.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sandal karet..
d. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3


sebelum perekrutan.
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3.
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
f. Konstruksi Bangunan
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap dengan lingkungan tempat
pekerja melakukan pekerjaannya
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1) Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detektor, hydran, rambu-
rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2) Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

2. Pencuci Mobil Luar


a. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan
kerja.Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di


depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
 Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan
terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat kimia ini berasal dari
kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
 Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa sabun cuci mobil yang terpapar pada pekerja
 Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
 Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor biologi
Terdapat pajanan terhadap bakteri maupun parasit.
 Faktor ergonomik
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan jongkok serta
dominan menggerakkan lengan kanannya saat membersihkan mobil, dilakukan
dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat), serta gerakan
yang berulang.
 Faktor Psikososial
Shift kerja dibagi menjadi tiga : shift pagi (pukul 07.00 – 12.00 WITA), shift
siang (pukul 12.00 – 17.00 WITA), dan shift malam (pukul 17.00 – 22.00
WITA), dengan waktu istirahat untuk masing-masing shift berlangsung selama
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

30 menit pada pukul 10.00, 15.00 dan 20.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat
interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
b. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan oleh pekerja ini adalah penyemprot air, selang, spons.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot, namun ada beberapa
karyawan yang masih menggunakan sandal bahkan ada yang tidak menggunakan
alas kaki.
d. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3
sebelum perekrutan.
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3.
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

f. Konstruksi Bangunan
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun.
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka.
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


1) Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detektor, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2) Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

3. Pencuci Mobil Dalam


a. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampuyang cukup
terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.Warna
dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air,
suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi tempat
kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan
terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat kimia ini berasal dari
kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa sabun cuci mobil yang terpapar pada pekerja
3) Bahan gas
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini


4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Terdapat pajanan terhadap bakteri maupun jamur.
 Faktor Ergonomi
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan jongkok, serta
dominan menggerakkan lengan kanannya saat membersihkan mobil dilakukan
dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat), dengan gerakan
yang berulang.
 Faktor Psikososial
Shift kerja dibagi menjadi tiga : shift pagi (pukul 07.00 – 12.00 WITA), shift
siang (pukul 12.00 – 17.00 WITA), dan shift malam (pukul 17.00 – 22.00
WITA), dengan waktu istirahat untuk masing-masing shift berlangsung selama
30 menit pada pukul 10.00, 15.00 dan 20.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat
interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
b. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah vakum, kain lap, spons.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan masker, pakaian biasa dan sandal karet.
d. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3
sebelum perekrutan.
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3.
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
f. Konstruksi Bangunan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun.
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka.
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.

g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


1) Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detektor, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2) Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

4. Pencuci Mesin
a. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan
kerja.Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan
air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi
tempat kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.


4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan
terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat kimia ini berasal dari
kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa sabun cair untuk mencuci mesin mobil yang
terpapar padapekerja.
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini.
 Faktor Ergonomis
Pekerja lebih banyak berdiri saat bekerja dengan posisi membungkuk karena
letak mesin mobil yang lebih rendah, dilakukan berulang, menetap dan dalam
waktu yang lama.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi tiga : shift pagi (pukul 07.00 – 12.00 WITA), shift
siang (pukul 12.00 – 17.00 WITA), dan shift malam (pukul 17.00 – 22.00
WITA), dengan waktu istirahat untuk masing-masing shift berlangsung selama
30 menit pada pukul 10.00, 15.00 dan 20.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat
interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
b. Alat yang Digunakan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah spons basah, selang air, kuas, dan
sikat.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sandal karet.
d. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2) Pemeriksaankesehatan berkala : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3
sebelum perekrutan
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
f. Konstruksi Bangunan
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun.
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka.
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1)Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2)Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

5. Pengering
a. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu, yang
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.
Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan
air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi
tempat kerja yang berada di tepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat pajanan terhadap debu pada petugas yang bekerja di bagian
vacuum.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair pada pekerja ini
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomis
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dan jongkok, serta


dominan menggerakkan lengan kanannya saat membersihkan mobil, dilakukan
dengan menggunakan alat (kain lap), dengan gerakan yang berulang.
 Faktor Psikososial
Shift kerja dibagi menjadi tiga : shift pagi (pukul 07.00 – 12.00 WITA), shift
siang (pukul 12.00 – 17.00 WITA), dan shift malam (pukul 17.00 – 22.00
WITA), dengan waktu istirahat untuk masing-masing shift berlangsung selama
30 menit pada pukul 10.00, 15.00 dan 20.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat
interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
b. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah kain lap.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
d. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3
sebelum perekrutan
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
f. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detektor, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.

6. Kasir
a. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor Fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang cukup
terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna
dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan
air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi
tempat kerja yang berada ditepi jalan raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Terdapat paparan radiasi dari layar komputer yang berlangsung dalam
waktu lama dan menetap.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia padat.
2) Bahan kimia cair
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Tidak terdapat bahan kimia cair yang terpapar pada pekerja


3) Bahan gas
Terdapatgas hasil emisi kendaraan yang terpapar pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume yang terpapar pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
 Faktor Ergonomi
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi duduk di depan layar komputer,
sambil mengetik dan menulis administrasi serta pembayaran yang dilakukan
secara berulang, menetap, dan berlangsung lama.
 Faktor Psikososial
Shift kerja dibagi menjadi dua : shift pagi (pukul 07.00 – 15.00), shift malam
(pukul 15.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk shift pagi dan shift malam
berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Namun, pekerja
seringkali tidak meninggalkan tempat saat istirahat karena banyaknya antrian
mobil yang masuk.
b. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada pekerja ini adalah alat tulis, kertas, dan komputer.
c. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa.
d. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
e. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1) Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3
sebelum perekrutan
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) : tidak ada SOP khusus untuk K3
3) Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

f. Konstruksi Bangunan
1) Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena
tergenang air dan sabun
2) Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang
cukup kuat.
3) Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga
oleh rangka baja yang cukup aman
4) Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat
karyawan bekerja.
5) Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan
semi terbuka
6) Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
g. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1) Lingkungan kerja memiliki APAR, alarm, detektor, hydran, rambu-rambu
evakuasi, dan tempat berkumpul.
2) Pekerja diberikan simulasi kebakaran.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

CHECK LIST WALK THROUGH SURVEY IDENTIFIKASI RESIKO


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
TEMPAT : Ruang Pencucian Wisma Benhil Car wash
HARI / TANGGAL : Selasa / 10 Maret 2020
1. Hazard Lingkungan Kerja
a. Faktor Fisik
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah terdapat sumber kebisingan Pompa air
yang mempengaruhi kerja ? √ dan
kompresor air
2. Apakah terdapat sumber radiasi di

tempat kerja?
3. Apakah suhu ruangan ditempat kerja

panas ?
4. Apakah sering terpapar dengan

panas dan pancaran cahaya ?
5. Adakah alat-alat kerja tersusun

rapi ?

b. Faktor Kimia
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ditempat kerja pekerja terus Sabun

menerus terpajan bahan kimia?
2. Apakah terjadi kontak langsung Tidak
antara pekerja dengan bahan kimia? memakai

sarung
tangan
3. Apakah bau bahan kimia kendaraan

boleh dihidu di tempat kerja ?
4. Apakah pajanan kimia berpengaruh

terhadap pelaksanaan tugas ?
5. Apakah ditempat kerja terdapat √
Standar Opreating Procedure (SOP)
penyimpanan bahan kimia kendaraan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

?
6. Apakah ditempat kerja disediakan terdapat
sarana alat pelindung diri ? masker
√ sarung ,
tangan dan
sepatu bot
7. Apakah pekerja menggunakan sarana Pegawai
alat pelindung diri ketika proses tidak

pembaikian kendaraan ? menggunaka
n APD
8. Apa saja jenis bahan kimia yang Sabun cuci
sering terpapar selama waktu √ mobil
bekerja?

c. Faktor Biologi
N PERIHAL YA TIDAK KET
o
1. Apakah tersedia tempat sampah? √
2. Apakah diarea tempat kerja tersedia

tempat cuci tangan?
3. Apakah tersedia desinfektan untuk

cuci tangan

d. Faktor Ergonomi
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada keluhan yang datang
dari karyawan berkaitan dengan √
kerja bergilir?
2. Apakah ada posisi kerja yang Berjongkok
menimbulkan kelelahan ? saat
√ membersihka
n bagian
bawah mobil
3. Apakah ada petugas yang telah
mengikuti pelatihan tentang √
ergonomik ?

e. Faktor Psikososial
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah hubungan antara pekerja

dengan pemilik Car wash baik ?
2. Apakah hubungan antara sesama

rekan kerja baik ?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

2. Alat kerja yang digunakan


No PERIHAL YA TIDAK KET
1 Apakah ada alat kerja yang Mesin pompa

digunakan? air
2 Apakah alat yang digunakan

menggunakan mesin?
3 Apakah alat kerja digunakan terus-

menerus?
4 Apakah alat berhubungan dengan

bagian tubuh pekerja?
5 Apakah alat berhubungan dengan

listrik?

3. Alat Pelindung Diri


No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah pekerja menggunakan APD

pada saat bekerja ?
2. Apakah APD yang digunakan masih

layak pakai

4. Ketersediaan Obat P3K


No PERIHAL YA TIDAK KET
1.
Apakah tersedia kotak P3K ? √

5. Pemeriksaan Kesehatan
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada pemeriksaan kesehatan

berkala ?
2. Apakah ada pemeriksaan kesehatan

khusus untuk pekerja ?

6. Faktor Lingkungan Kerja


No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Adakah keluasan ruang untuk
melakukan kerja secara efektif √
memuaskan ?
2. Apakah terdapat sistem ventilasi √ Sirkulasi
yang berfungsi dengan baik ditempat udara
kerja ? memadai
3. Apakah terdapat sumber √ Ruangan
pencahayaan yang baik ? dilengkapi
lampu dan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

penchayaan
matahari
cukup
4. Apakah disediakan tempat mencuci

tangan ?
5. Apakah kebersihan diruangan kerja √
memuaskan ?
6. Adakah dilakukan pengecekan alat

Car wash secara berkala ?
7. Apakah sisa tempat pembuangan
sampah dipantau dengan baik ? √

7. Keluhan yang dialami petugas


No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah para pekerja diberi ijin untuk

berobat diwaktu kerja?
2. Apakah ada keluhan yang Tangan dan
berhubungan dengan cara kerja? kaki gatal-

gatal dan
perih.
3. Apakah ada keluhan yang

berhubungan dengan tempat kerja?
4 Apakah ada keluhan yang

berhubungan dengan alat kerja?

8. Upaya K3 Lainnya
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada penyuluhan tentang K3

sebelumnya?
2. Apakah ada pelatihan tentang K3

sebelumnya?
3. Apakah dilakukan pemantauan rutin

terhadap bahaya di tempat kerja?
4 Apakah ada rambu-rambu yang

berhubungan dengan bahaya?
5 Apakah ada rambu-rambu evakuasi

di tempat kerja?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

CHECK LIST WALK THROUGH SURVEY IDENTIFIKASI RESIKO


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
TEMPAT : Ruang Pengeringan Wisma Benhil Car wash
HARI / TANGGAL : Selasa / 10 Maret 2020
1. Hazard Lingkungan Kerja
a. Faktor Fisik
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah terdapat sumber kebisingan Sound system
yang mempengaruhi kerja ? dan Suara

Vacuum
Cleaner
2. Apakah terdapat sumber radiasi di

tempat kerja?
3. Apakah suhu ruangan ditempat kerja

panas ?
4. Apakah sering terpapar dengan panas

dan pancaran cahaya ?
5. Adakah alat-alat kerja tersusun rapi ? √

b. Faktor Kimia
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ditempat kerja pekerja terus Body kit

menerus terpajan bahan kimia?
2. Apakah terjadi kontak langsung Tidak
antara pekerja dengan bahan kimia? √ memakai
sarung tangan
3. Apakah bau bahan kimia kendaraan

boleh dihidu di tempat kerja ?
4. Apakah pajanan kimia berpengaruh

terhadap pelaksanaan tugas ?
5. Apakah ditempat kerja terdapat
Standar Opreating Procedure (SOP)

penyimpanan bahan kimia kendaraan
?
6. Apakah ditempat kerja disediakan Terdapat
sarana alat pelindung diri ? √ sarung tangan
dan sepatu bot
7. Apakah pekerja menggunakan sarana petugas tidak
alat pelindung diri ketika proses √ menggunakan
pembaikian kendaraan ? APD
8. Apa saja jenis bahan kimia yang Semir
sering terpapar selama waktu √ ban,body kit
bekerja?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

c. Faktor Biologi
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah tersedia tempat sampah? √
2. Apakah di area tempat kerja tersedia

tempat cuci tangan?
3. Apakah tersedia desinfektan untuk

cuci tangan

d. Faktor Ergonomi
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada keluhan yang datang
dari karyawan berkaitan dengan √
kerja bergilir?
2. Apakah ada posisi kerja yang Berjongkok
menimbulkan kelelahan ? saat

mengeringkan
mobil
3. Apakah ada petugas yang telah
mengikuti pelatihan tentang √
ergonimik ?

e. Faktor Psikososial
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah hubungan antara pekerja

dengan pemilik Car wash baik ?
2. Apakah hubungan antara sesama

rekan kerja baik ?

2. Alat kerja yang digunakan


No PERIHAL YA TIDAK KET
1 Apakah ada alat kerja yang vacum cleaner

digunakan?
2 Apakah alat yang digunakan

menggunakan mesin?
3 Apakah alat kerja digunakan terus-

menerus?
4 Apakah alat berhubungan dengan

bagian tubuh pekerja?
5 Apakah alat berhubungan dengan

listrik?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

3. Alat Pelindung Diri


No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah pekerja menggunakan APD

pada saat bekerja ?
2. Apakah APD yang digunakan
masih layak pakai √

4. Ketersediaan Obat P3K


No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah tersedia kotak P3K ? √

5. Pemeriksaan Kesehatan
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada pemeriksaan kesehatan

berkala ?
2. Apakah ada pemeriksaan kesehatan

khusus untuk pekerja ?

6. Faktor Lingkungan Kerja


No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Adakah keluasan ruang untuk
melakukan kerja secara efektif √
memuaskan ?
2. Apakah terdapat sistem ventilasi √ Sirkulasi
yang berfungsi dengan baik udara
ditempat kerja ? memadai
3. Apakah terdapat sumber Ruangan
pencahayaan yang baik ? dilengkapi
lampu dan

pencahayaan
matahari
cukup
4. Apakah disediakan tempat mencuci √
tangan ?
5. Apakah kebersihan diruangan kerja

memuaskan ?
6. Adakah dilakukan pengecekan alat √
Car wash secara berkala ?
7. Apakah sisa tempat pembuangan
sampah dipantau dengan baik ? √
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

7. Keluhan yang dialami petugas


No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah para pekerja diberi ijin

untuk berobat diwaktu kerja?
2. Apakah ada keluhan yang

berhubungan dengan cara kerja?
3. Apakah ada keluhan yang

berhubungan dengan tempat kerja?
4 Apakah ada keluhan yang

berhubungan dengan alat kerja?

8. Upaya K3 Lainnya
No PERIHAL YA TIDAK KET
1. Apakah ada penyuluhan tentang K3

sebelumnya?
2. Apakah ada pelatihan tentang K3

sebelumnya?
3. Apakah dilakukan pemantauan
rutin terhadap bahaya di tempat √
kerja?
4 Apakah ada rambu-rambu yang

berhubungan dengan bahaya?
5 Apakah ada rambu-rambu evakuasi

di tempat kerja?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

CHECK LIST WALK THROUGH SURVEY IDENTIFIKASI RESIKO

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

TEMPAT : Kasir Wisma Benhil Car wash

HARI / TANGGAL : Selasa / 10 Maret 2020

1. Hazard Lingkungan Kerja


a. Faktor Fisik

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah terdapat sumber kebisingan Sumber


yang mempengaruhi kerja ? kebisingan
berasal dari

sound system,
serta alat
pencuci mobil

2. Apakah terdapat sumber radiasi di √ Sumber


tempat kerja? radiasi berasal
dari layar
monitor
komputer
yang dipakai
oleh kasir

3. Apakah suhu ruangan ditempat √ Kasir


kerja panas ? langsung
berada di
tengah-tengah
alat pencuci
mobil dan
tidak
tersedianya
pendingin
ruangan

4. Apakah sering terpapar dengan √ Meja kasir


panas dan pancaran cahaya (proses langsung
pengimpalan) ? menghadap
celah terbuka

5. Adakah alat-alat kerja tersusun √


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

rapi ?

b. Faktor Kimia

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah ditempat kerja pekerja


terus menerus terpajan bahan √
kimia?

2. Apakah terjadi kontak langsung


antara pekerja dengan bahan √
kimia?

3. Apakah bau bahan kimia


kendaraan boleh dihidu di tempat √
kerja ?

4. Apakah pajanan kimia berpengaruh



terhadap pelaksanaan tugas ?

5. Apakah ditempat kerja terdapat


Standar Opreating Procedure

(SOP) penyimpanan bahan kimia
kendaraan ?

6. Apakah ditempat kerja disediakan



sarana alat pelindung diri ?

7. Apakah pekerja menggunakan


sarana alat pelindung diri ketika √
proses pembaikian kendaraan ?

8. Apa saja jenis bahan kimia yang


sering terpapar selama waktu
bekerja? √
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

c. Faktor Biologi

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah tersedia tempat sampah? Ada tempat


sampah tepat

dibawah meja
kasir

2. Apakah diarea tempat kerja tersedia √ Berupa


tempat cuci tangan? tempat cuci
umum untuk
semua
pegawai

3. Apakah tersedia desinfektan untuk Pekerja perlu


cuci tangan membawa
√ desinfektan
sendiri

d. Faktor Ergonomi

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah ada keluhan yang datang dari


karyawan berkaitan dengan kerja √
bergilir?

2. Apakah ada posisi kerja yang Posisi duduk


menimbulkan kelelahan dengan √ yang lama.
pekerjaan yang berulang ?

3. Apakah ada petugas yang telah


mengikuti pelatihan tentang √
ergonimik

e. Faktor Psikososial

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah hubungan antara pekerja



dengan pemilik Car wash baik ?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

2. Apakah hubungan antara sesama



rekan kerja baik ?

2. Alat kerja yang digunakan

No PERIHAL YA TIDAK KET

1 Apakah ada alat kerja yang Berupa alat


digunakan? √ tulis kantor dan
komputer

2 Apakah alat yang digunakan



menggunakan mesin?

3 Apakah alat kerja digunakan terus- Memasukkan


menerus? data
√ pemasukan
melalui
komputer

4 Apakah alat berhubungan dengan



bagian tubuh pekerja?

5 Apakah alat berhubungan dengan



listrik?

3. Alat Pelindung Diri

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah pekerja menggunakan



APD pada saat bekerja ?

2. Apakah APD yang digunakan



masih layak pakai

4. Ketersediaan Obat P3K

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah tersedia kotak P3K ? √


Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

5. Pemeriksaan Kesehatan

No PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah ada pemeriksaan kesehatan



berkala ?

2. Apakah ada pemeriksaan kesehatan



khusus untuk pekerja ?

6. Faktor Lingkungan Kerja

No PERIHAL YA TIDA KET


K

1. Adakah keluasan ruang untuk


melakukan kerja secara efektif √
memuaskan ?

2. Apakah terdapat sistem ventilasi


yang berfungsi dengan baik ditempat √
kerja ?

3. Apakah terdapat sumber



pencahayaan yang baik ?

4. Apakah disediakan tempat mencuci



tangan ?

5. Apakah kebersihan diruangan kerja



memuaskan ?

6. Adakah dilakukan pengecekan alat



Car wash secara berkala ?

7. Apakah sisa tempat pembuangan Setiap hari


sampah dipantau dengan baik ? dilakukan

pengecekan
sampah

7. Keluhan yang dialami petugas

No PERIHAL YA TIDA KET


K
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

1. Apakah para pekerja diberi ijin untuk Tidak ada


berobat diwaktu kerja? sistem

perizinan
khusus

2. Apakah ada keluhan yang Biasanya ada


berhubungan dengan cara kerja? keluhan mata
lelah dan
berair karena
√ mengharuska
n pegawai di
depan
monitor
komputer

3. Apakah ada keluhan yang



berhubungan dengan tempat kerja?

4 Apakah ada keluhan yang √ Letak meja


berhubungan dengan alat kerja? yang rendah
mengharuska
n pegawai
kasir untuk
memposisika
n
pergelangan
tangan
dorsofleksi
terus-
menerus
ketika
mengetik

8. Upaya K3 Lainnya

No PERIHAL YA TIDA KET


K

1. Apakah ada penyuluhan tentang K3



sebelumnya?

2. Apakah ada pelatihan tentang K3



sebelumnya?
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

3. Apakah dilakukan pemantauan rutin



terhadap bahaya di tempat kerja?

4 Apakah ada rambu-rambu yang Sumber-


berhubungan dengan bahaya? sumber
listrik dan
√ kabel listrik
tidak
diberikan
rambu

5 Apakah ada rambu-rambu evakuasi



di tempat kerja?

PEMBAHASAN SURVEI
a. Survey tentang hazard umum pada pencuci mobil
Dari survey yang dijalankan, pencuci mobil banyak terpapar pada hazard umum
dari lingkungan kerja tersebut seperti lantai licin, butiran pasir dan debu serta polusi dari
kendaraan yang melintas di jalan raya. Pekerja pun terpapar terpapar percikan air terus
menerus. Hazard ini membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan
aman, dan tidak membahayakan pekerjanya. Pekerja di bagian pencucian mobil juga
terpapar dengan faktor kimia seperti penggunaan sabun terus menerus. Pencuci mobil pun
juga terpapar resiko pada faktor ergonomik yang membutuhkan pencuci mobil untuk
berdiri lama dan membungkuk untuk membersihkan bagian dalam mobil serta ban mobil
saat bekerja.
Pekerja juga mengalami hazard fisik yaitu elektrik terutama saat pekerja
menyambung steker, hazard bising yang bersumber dari alat vacuum cleaner, kompresor,
tabung sabun dan selang air karena menggunakan tekanan angin. Pencuci mobil juga
berisiko untuk terpapar dengan faktor biologi seperti kubangan air pada lantai yang
berasal dari cucian mobil menyebabkan infeksi terutama jamur pada pekerja terkhusus di
bagian pencucian.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

b. Survey untuk mengetahui tentang alat yang digunakan pekerja

Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil sebagian besar menggunakan alat
pencuci mobil yaitu selang, penyemprot, sabun cuci mobil dan kain lap. Alat-alat ini
relatif tidak berbahaya bagi pekerja kecuali sabun cuci mobil yang dapat menyebabkan
iritasi pada kulit penderita dan selang yang dapat menyebabkan jatuh karena tersandung.
c. Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pekerja
Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil sebagian besar tidak menggunakan alat
pelindung diri. Alat pelindung diri yang dipakai pencuci mobil seharusnya dipakai secara
lengkap untuk mengelakkan risiko infeksi jamur pada pekerja di bagian pencucian mobil
karena mereka terpajan air dan sabun dalam jangka waktu lama. Hal ini dikarenakan
pekerja tidak nyaman apabila menggunakan APD sehingga tidak disediakan kelengkapan
APD bagi para pekerja dalam beberapa bulan terakhir ini.

d. Survey tentang pemeriksaan kesehatan kerja

Dari hasil survey didapatkan bahwa pekerja tidak mendapatkan pemeriksaan


kesehatan rutin dan pemeriksaan kesehatan berkala khusus. Hal ini menyebabkan
kurangnya deteksi dini penyakit-penyakit terutama yang diakibatkan oleh kerja maupun
akibat lingkungan kerja.
e. Survey tentang upaya lain tentang K3
Dari hasil survey didapatkan bahwa pencuci mobil dibolehkan istirahat saat lelah
dan disediakan makan saat istirahat. Pekerja cuci mobil dapat langsung bertemu dengan
atasan jika mereka mempunyai keluhan.
Selain itu, tidak terdapat pelatihan khusus mengenai K3, dan tidak terdapat standar
operasi mengenai k3. Hal ini membuat lingkungan kerja tidak dapat mengantisipasi
dengan baik apabila terjadi kecelakaan kerja.
f. Survei tentang konstruksi bangunan
Dari hasil survey didapatkan konstruksi bangunan yang cukup baik dan aman
dengan ventilasi dan penyinaran yang cukup, meskipun pada kenyataannya didapatkan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

lantai yang licin akibat genangan air dan sabun yang berpotensi menyebabkan cedera
akibat kecelakaan kerja.
g. Survei pencegahan dan penanggulangan kebakaran

Dari hasil survey, memang didapatkan adanya upaya pencegahan dan


penanggulangan kebakaran namun tidak secara menyeluruh, hal ini dibuktikan dengan
terdapatnya APAR, alarm, namun tidak terdapat detector kebakaran maupun hidran serta
simulasi bila terjadi kebakaran. Selain itu juga tidak terdapat rambu evakuasi yang
mengarahkan orang-orang ke assembly point terutama saat terjadi bencana kebakaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pencuci mobil secara keseluruhannya terpapar pada hazard umum di tempat kerja seperti
faktor fisik berupa bising, kimiawi berupa sabun, ergonomis berupa pekerjaan dengan
berdiri, duduk dan jongkok dan gerakan repetitif.
2. Secara umum alat yang digunakan pekerja pencuci mobil adalah selang, mesin
penyemprot air, vakum, kain lap, dan spons.
3. Tidak ada alat perlindungan diri yang disiapkan bagi pegawai.
4. Pemeriksaan kesehatan prakarya tidak dilakukan, pemeriksaan kesehatan berkala dan
berkala khusus juga tidak dilakukan.
5. Pada lokasi pencucian mobil tidak didapatkan adanya upaya-upaya K3 lainnya dari pihak
manajemen seperti standar prosedur keselamatan, atau pelatihan-pelatihan untuk
keselamatan.
6. Konstruksi bangunan secara umum aman, kecuali lantai yang tergenang air dan sabun
yang berpotensi menyebabkan jatuh pada pekerja.
7. Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran ada namun tidak dilakukan secara
menyeluruh.

Saran
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

1. Masih perlunya pemantauan tentang ketersediaan alat pelindung diri untuk kesehatan dan
keselamatan kerja. Disarankan agar seluruh pekerja memakai alat pelindung diri saat
bekerja terutama pekerja di bagian pencucian.

Selain itu perlunya dilakukan survey ulangan untuk mengetahui hazard terbaru yang ada di
lingkungan dalam jangka waktu tiap beberapa bulan tertentu. Salah satu yang terpenting adalah
adanya semacam screening kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala bagi para karyawan.
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

DAFTAR PUSTAKA

1. Bramantyo, D. Manajemen Bengkel Mobil Terintegrasi. PPM: Jakarta. 2014. p1-5


2. Iqbal, M. Peluang bisnis dan Manajemen Mobil. Elex Media Komputindo: Jakarta. 2016.
p18-20.
3. Herman, R. Risk Manajemen Concept and Aplication. McGraw-Hill: Philadelphia. 2010.
p.37-56
4. Supriyadi, D. Sarana dan Prasarana BengkelMobil. Bandung. 2015. p.4-16.

Lampiran
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash
Dermatitis Kontak Akibat Kerja (Dermatitis Kontak Alergi) pada Pekerja Car Wash

Anda mungkin juga menyukai