Anda di halaman 1dari 123

KESEHATAN DINAS KESEHATAN

LINGKUNGAN KERJA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


TAHUN 2017
BAHAYA KESEHATAN KERJA

Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Bahaya


Bahaya Kimia Biologi Ergonomis Psikososial
BAHAYA KIMIA
BENTUK BAHAN KIMIA
• Aerosol
Padat :
• Dust
• Fibres/Serat
• Fume logam
• Smoke

LIQUI
D
• Aerosols
cair :
• Mist GAS
• Fog
• Vapours/uap
JALUR MASUK KE DALAM TUBUH

Pernafasan Pencernaan Kulit


JALUR PEMBUANGAN

Gastro-intestinal Renal (Air Pernapasan Kulit (Keringat,


(BAB) Kencing) (Nafas Keluar) rambut, kuku)
EFEK KESEHATAN
AKIBAT PAJANAN BAHAN
KIMIA
Depresi pada
Iritasi Reaksi alergi
system syaraf

Pneumoconiosi Sistem
Asphyxia
s Reproduksi

Kanker
DAMPAK KESEHATAN
PAJANAN GAS DAN UAP
NO. GAS ATAU UAP DAMPAK KESEHATAN
1 BENZENE LEUKIMIA
2 KARBON DISULFIDE PENYAKIT KARDIAK
3 ETIL GLIKOL MONOETIL ETER EFEK FOETOTOKSIK
4 FLOUROKARBON CARDIAC ARRHYHATITHMIAS
5 HELIUM PERUBAHAN SUARA
6 NORMAL HEKSANA NEUROPATHY SARAF TEPI
7 NITROGLISERIN MENURUNKAN TEK. DARAH
8 TOLUENE PUSING, HILANG KONSENTRASI INGATAN
9 VINIL KLORIDA ANGIOSARCOMA
INTERAKSI BAHAN KIMIA
PENGENDALIAN
BAHAYA KIMIA
BAHAYA FISIK
Bahaya yg muncul karena adanya energy
fisika yg dibebankan pada tubuh seseorang

Radiasi Bising Getaran Temperatur Ekstrim


(pengion-non pengion)
PAJANAN TERHADAP FAKTOR2 BAHAYA
KESEHATAN
RADIASI
JENIS RADIASI
 NON PENGION =  PENGION = radiasi pertikel yg
Elektomagnetik dg pjn gel >10-8, memp. Energi cukup utk mengionasi
Frek 108-1017. atom
 Extremely Low Frequency (ELF)  Radiasi pengion partikel

 Gel. Mikro dan Radio  Alpha


 Beta
 Infra Merah
 Neutron
Cahaya Tampak
 Radiasi pengion elektromagnetik
UV
 Gamma
Laser
 Sinar X
SUMBER RADIASI
EYE TISSUE DAMAGED BY NON-IONIZING RADIATION
PENETRATION OF DIFFERENT
UV WAVELENGTHS
DAMPAK PAJANAN RADIASI ION

Gamma & x-rays Ionizing Particles


(a lpha , beta , protons, etc.)

Ionization & Excitation

Chemical Change
(free radical formation)

Biological Change
(DNA damage)

Malignant Inhibition of Cell Division


Mutations
Transformation of Cell (Cell Death)

Acute Somatic &


Cancer Genetic Effects
Teratogenic Effects
PRINSIP PENGENDALIAN RADIASI

Kurangi “WAKTU” Tambah “JARAK” Penempatan


Penghalang (Shielding)
PENEMPATAN
PENGHALANG “SHIELDING”
PENGENDALIAN ADMINISTRATIF

Pelatihan K3

Sistem Ijin Kerja

Prosedur Keselamatan

Penentuan Area dengan Bahaya


Radiasi

Access control

Warning Sign
PERLINDUNGAN PERSONAL
KEBISINGAN
SUARA VS BISING
SUARA BISING
SUMBER KEBISINGAN

Pressure-
Mesin Getaran Reducing
Valve
DAMPAK PAJANAN BISING
Dampak auditori

Permanent
Temporary
Threshold Shift
Threshold Shift
NIHL

Tinnitus/berdenging Acoustic Trauma

Annoyance/Stress
NILAI AMBANG BATAS
KEBISINGAN

  8
𝑇 = 𝐿 − 85

( 3 )
2

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 70 Tahun 2016


tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Industri. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
DAMPAK KESEHATAN NON
AUDITORI Kegiatan Kebisingan Umum TK. Bising (dB)
Sulit diukur dan sulit
dikuantifikasi---gang. Bisikan 30
Psikologis : Percakapan 60
 Gangg konsentrasi Kereta barang,lalin 70
 Gangg emosi
 Sulit tidur Mesin Tenun pabrik tekstil 100
 Peningk. Adrenalin Pekerja kayu, pengecoran 110
 Sress
Hydraulic press 120
 dll
Pesawat Jet 140
Peluncuran Roket 180
EXAMPLE OF NOISE CONTROL
SUBSTITUTION
PENGENDALIAN TEKNIS
EXAMPLE OF NOISE CONTROL
ENGINEERING CONTROL
HINDARI
VIBRASI
JENIS PAJANAN GETARAN
HAND ARM VIBRATION

WHOLE BODY VIBRATION


PENGENDALIAN GETARAN
Pemilihan Alat yang Sesuai dengan
Perubahan Cara Kerja
Pekerjaan
PENGENDALIAN GETARAN
Bekerja sesuai dengan Cara Kerja yang Aman
Kondisi Peralatan
MENJAGA HAL-HAL YANG BERPENGARUH
PADA KESEHATAN TANGAN
TEMPERATUR EKSTRIM
TEMPERATURE REGULATION IS A “BALANCING
ACT”
KESEIMBANGAN PANAS H = M ± R ± C – E
DAMPAK TEKANAN PANAS

Heat Stroke Heat Exhaustion Heat Cramp Heat Collapse Heat Fatique

Heat Rashes
DAMPAK TEKANAN DINGIN

Hipotermia Frostbite Frostnip Trench Foot Chilblain Reynaud’s


Disorders
PENGENDALIAN
PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

KRITERIA TINDAKAN PENGENDALIAN


I. PENGENDALIAN
M, panas tubuh yang dihasilkan dari Kurangi aktivitan fisik dalam bekerja
kegiatan Gunakan pembantu untuk pekerjaan
berat
R, beban radiasi Gunakan pembatas
Isolasi dinding perapian
Tabir dari logam yang bisa memantulkan
panas
Pelindung pada tubuh
PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

KRITERIA TINDAKAN PENGENDALIAN


I. PENGENDALIAN
C, beban konveksi Jika temperatur udara di atas 35oC (95o F)
Turunkan temperatur udara
Turunkan kecepatan angin yang menerpa kulit
Gunakan pakaian
Jika temperatur udara di bawah 35oC (95o F)
Tingkatkan kecepatan angin yang menerpa kulit
Kurangi pakaian
PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

KRITERIA TINDAKAN PENGENDALIAN


I. PENGENDALIAN
EMax, maksimum evaporasi Menurunkan kelembaban
pendinginan oleh keringat Meningkatkan kecepatan angin
II. PRAKTEK KERJA Kurangi durasi pajanan;
Lebih sering terpajan pada waktu yang singkat lebih
baik daripada terpajan dalam waktu yang lama
meskipun jarang.
Jika memungkinkan dibuat schedule untuk istirahat di
area yang dingin dalam bekerja
PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

KRITERIA TINDAKAN PENGENDALIAN


II. PRAKTEK KERJA
Batas Pajanan Pembatasan sendiri, berdasarkan perintah formal
pekerja atau supervisor jika ada tanda dan gejala
kelebihan pajanan
Recovery Bekerja dekat area yang mempunyai AC
III. PERLINDUNGAN PERSONAL Pendinginan udara, pendinginan fluida
(R, C, dan Emax) Pemakaian apron atau pakaian yang bisa
memantulkan panas
PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

KRITERIA TINDAKAN PENGENDALIAN


IV. PERTIMBANGAN LAIN Tentukan melalui evaluasi medis, yang utama adalah
pemeriksaan system peredaran darah
Hati-hati pada pekerja yang tidak melakukan aklimatisasi
Sering minum air untuk mencegah dehidrasi
Kelelahan atau sakit ringan yang tidak berhubungan
dengan pekerjaan seperti (infeksi ringan, diare, gangguan
tidur, konsumsi alkohol)

V. HEAT WAVE Perkenalkan program peringatan bahaya panas


PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

Aklimatisasi

Penggantian Cairan

Pengendalian Teknis

PengendalianAdministratif

APD
BASIC ACCLIMATION SCHEDULE AND A SCHEDULE FOR RE-
ACCLIMATION AFTER PERIODS AWAY FROM HEAT STRESS
EXPOSURES DUE TO ROUTINE ABSENCE OR ILLNESS

Plog, B. A., & Quinlan, P. J. (Eds.). (2002). Fundamental of Industrial Hygiene (5th ed.). United States of America: National Safety Council Press.
PENGENDALIAN TEKNIS

Pengendalian Ventilasi Pendingina


Panas Konveksi Umum n Udara

Pendingina
Pengendalian
AC n Udara
Panas Radiasi lokal

Pengendalian Ruangan Portable


Panas Evaporasi Dingin Blower
PENGENDALIAN ADMINISTRATIF

Pembatasan Penurunan Peningkatan


temperature dan tingkat panas toleransi
waktu paparan metabolism terhadap panas

Skrining
Program
kemampuan
Pelatihan K3 Monitoring
toleransi
Pekerja
terhadap panas
A

ERGONOMI
GEJALA-GEJALA WMSDS
Discomfort
Pain
Numbness
Tingling
Burning
Swelling
Change in color
Tightness, loss of flexibility
RISK FACTORS AND CAUSES OF MSD’S

Repetition Risk of injury depends upon:


Force  Duration (how long)
 Frequency (how often)
Awkward Posture
 Intensity (how much)
Static Posture
 Combinations of risk factors
Contact Stress
Temperature Extremes
Vibration
Psycho Social
ERGONOMIC RISK FACTORS
1. Physical,
2. Psychological
3. non-work-related
activities

1. Work procedures
2. Equipment
3. workstation design

1. Physical "climate“
2. psychosocial "climate"
Risk factors the environment brings to the job
Develop at least “rules of thumb” for each environmental factor.
Illumination
Temperature & Glare

Air Humidity
Quality

Noise Color
Risk factors equipment brings to the job
Document
Holder Palm
support
Monitor

Work
surface
Back support

Keyboard

Knee space
Base
Foot rest Seat
pan
Risk factors the task brings to the job

Eyes Neck

Hand/Wrist Shoulder

Back

Forearm
Elbow
Hip

Feet Thigh
KEEP THE WEIGHT CLOSE TO THE
BODY

100 lbs. 10 lbs. 10 lbs. 100 lbs.


10 lbs.

10 lbs.

10 lbs.
10 lbs.
PENGENDALIAN
BAHAYA ERGONOMI
MODIFY WORKPLACE LAYOUT & EQUIPMENT
REDUCING AWKWARD
POSTURES
Reducing High Hand Force Reducing Highly Repetitive Motions
Modify the load Avoiding Repeated Impacts
BAHAYA PSIKOSOSIAL
POTENSI BAHAYA PSIKOSOSIAL

Beban kerja dan


Job Content Jadwal Kerja
Kecepatan Kerja

Lingkungan dan Budaya dan Fungsi


Kontrol
Peralatan Organisasi

Hubungan antar
Peran dalam
pribadi di tempat Pengembangan karir
Organisasi
kerja
PATOFISIOLOGIS GANGGUAN KESEHATAN
AKIBAT STRESSOR PSIKOSOSIAL DI
TEMPAT KERJA

Kemenkes RI. (2011). Gangguan Kesehatan Akibat Faktor


Psikososial di Tempat Kerja. Jakarta: Kementerian
Kesehatan.
PENGENDALIAN STRESS AKIBAT KERJA
(NIOSH, 1990)

Beban kerja fisik/mental disesuaikan kapasitas pekerja

Jam kerja disesuaikan dengan tuntutan tugas/tanggung jawab di luar pekerjaan

Memberikan kesempatan pengembangan karier/promosi/pengembangan


menurut kemampuan dan keahlian tertentu

Mengupayakan lingkungan social yang sehat di tempat kerja

Tugas-tugas pekerja harus dirancang untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan
agar pekerja bersangkutan dapat menggunakan keterampilan

Mengadakan ROTASI TUGAS untuk peningkatan karier dan pengembangan tugas

Kemenkes RI. (2011). Gangguan Kesehatan Akibat Faktor Psikososial di Tempat Kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
PENGENDALIAN STRESS AKIBAT KERJA
(NIOSH, 1990)

Penilaian Risiko Stress

Menghilangkan faktor penyebab stress kerja dan menghilangkan


faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan stress

Menciptakan lingkungan kerja yang aman

Memposisikan pekerja berdasarkan kemampuan individual dengan pemberian


Pemberian pelatihan yang sesuai dan rotasi kerja untuk mencegah kejenuhan

Melakukan meditasi dan Relaksasi

Konseling pekerja

Kemenkes RI. (2011). Gangguan Kesehatan Akibat Faktor Psikososial di Tempat Kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
SAMPLING STRATEGIES
PENGERTIAN SAMPLING
Sampling  Pengambilan sampel
 Sampel : Contoh, Bagian dari sesuatu yang menggambarkan keseluruhan
 Pengambilan Sampel : Mengambil sebagian kecil sari sesuatu dengan tujuan untuk melihat gambaran
secara keseluruhan
KENAPA SAMPLING
Objek yang akan diamati terlalu banyak/besar
Homogenitas objek yang diamati
Keterbatasan waktu
Keterbatasan sumber daya (sdm, dana, dll)
Untuk efisiensi
BAGAIMANA CARA MELAKUKAN
SAMPLING ?
Tergantung jenis bahaya yang akan disampling
Rujukan : Niosh Manual Analytical Method
SAMPLING STRATEGIES – 5 W’S & 3 H’S

WHY WHAT WHO WHEN WHERE

HOW HOW
HOW
MANY LONG
STRATEGI SAMPLING
WHAT  Apa yang akan disampling (jenis bahaya)
WHEN  Kapan dilakukan pengambilan sampel
 Siang atau malam
 Pre shift, during shift, end of shift, or end of work week

WHERE  Dimana sampel diambil


 General air (Sumber dan area)
 Pekerja : Pajanan, Cairan tubuh (Biological monitoring)
STRATEGI SAMPLING
WHOM  Siapa yang akan dijadikan sampel (Pekerja yang berisiko terpajan)
 Maximum risk employee
 Random

HOW LONG  Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pengambilan satu sampel
(Lihat Niosh Manual Analytical Method)
STRATEGI SAMPLING
HOW MANY  Berapa banyak sampel akan diambil; dipengaruhi oleh:
 Luas area yang berisiko (Area sampling)
 Minimal untuk analisis (Material sampling)
 Jumlah pekerja yang berisiko (sampling pada pekerja)

• HOW LONG and HOW MANY


 Full period single sample
 Full period consecutive sample

Lihat “Occupational Exposure Sampling Strategy Manual” dari NIOSH


– Partial period consecutive sample
– Grab sample
PENGERTIAN PENGUKURAN

Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur suatu bahaya di tempat kerja dengan
menggunakan peralatan, strategi, dan metoda tertentu.
TUJUAN PENGUKURAN
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
Untuk mengetahui tingkat risiko
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
PROSES PENGUKURAN

Direct Measurement
 Langsung mengukur bahaya
 Hasil pengukuran langsung diketahui
 Sering digunakan untuk bahaya fisik
 Untuk bahaya kimia  direct reading instrument

Indirect Measurement (bahaya kimia dan biologi)


 Bahaya diukur dengan mengambil sampel media
 Hasil pengukuran tidak langsung diketahui
 Perlu analisis laboratorium
LOKASI PENGUKURAN
General Air
 Sumber
 Mengukur konsentrasi emisi bahaya
 Pengukuran dilakukan di dekat sumber dengan jarak ± 1 meter
 Pada beberapa jenis bahaya kadang kala pengukuran pada sumber tidak bisa dilakukan karena berisiko bagi keselamatan alat
maupun operator.

 Area
 Pengukuran dilakukan pada area yang terpajan bahaya. Umumnya area yang terpajan adalah area yang terjangkau oleh
distribusi bahaya.
 Lebih diprioritaskan area terpajan yang terdapat pekerja yang bekerja atau dilalui oleh pekerja pada saat bekerja
LOKASI PENGUKURAN

Pekerja
 Pajanan
 Pengukuran dilakukan pada bagian tubuh yang terpajan.
 Telinga oleh Noise
 Area pernafasan oleh Debu, Bahan kimia di udara, dll
 Kulit oleh bahan kimia yang bisa terserap oleh kulit dll
 Pengukuran dapat bersifat :
 Mengukur dan mendapatkan data
 pengambilan sampel
LOKASI PENGUKURAN
 Cairan tubuh
 Pengukuran dilakukan dengan mengambil cairan tubuh sebagai media pengukuran.
 saliva
 urin
 feses
 Udara ekspirasi
 darah
 Hasil pengukuran diperoleh dari hasil analisis media yang diambil
METODE PENGUKURAN

Metode pengukuran bahaya berbeda-beda, tergantung jenis bahayanya


Adakalanya terdapat perbedaan pengukuran pada sumber, area, dan pekerja
Adakalanya terdapat perbedaan metode pengukuran pada area indoor maupun outdoor
Metode pengukuran  Lihat standar NIOSH, OSHA, ACGIH, ASHREI
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN (UMUM)
Tentukan titik pengukuran/sampling baik pada sumber, area, maupun pekerja
Kumpulkan informasi tentang:
 Karakteristik lingkungan kerja
 Proses kerja yang ada
 Jumlah pekerja dan pola kerja yang ada
 Pengendalian yang sudah ada
 Equipment dan fasilitas yang ada
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN (UMUM)

Persiapan Alat Ukur/Alat Sampling


 Pastikan alat ukur/sampling yang digunakan sesuai dengan bahaya yang akan diukur/disampling
 Pastikan alat ukur/sampling berfungsi baik
 Pastikan alat ukur lengkap (asesoris lengkap)
 Pastikan alat ukur terkalibrasi
 Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan dengan benar
 Siapkan form pencatatan
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN (UMUM)

Pelaksanaan Pengukuran/Sampling
 Pastikan alat ukur/sampling diletakkan pada tempat yang tepat
 Pastikan langkah pengoperasian alat ukur/sampling sesuai dengan standar
 Pastikan waktu pengukuran sesuai dengan standar
 Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan dengan benar
 Jangan sampai alat ukur diganggu oleh pihak yang tidak berkepentingan
 Perhatikan keselamatan operator saat pengukuran
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN (UMUM)

Setelah Pengukuran/Sampling
 Lanjutkan dengan analisis data (untuk pengukuran berupa pengambilan sampel)
 Lakukan analisis data sesuai dengan metode analisis yang ada
 Bandingkan hasil pengukuran dengan standar (TLV, Peraturan yang berlaku)
 Susun rekomdasi untuk tindakan perbaikan jika diperlukan
KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
Kesalahan alat ukur
 Alat rusak
 Alat tidak kalibrasi
 Kelengkapan alat kurang

Kesalahan pembacaan
Kesalahan titik sampling
Kerusakan sampel (transportasi, terkontaminasi, dll)
Kesalahan metode analisis
Kesalahan interpretasi
NILAI AMBANG BATAS
GAMBARAN PAPARAN BAHAYA
[….] in AIR

TLV - CEILING

TLV - STEL

TLV - TWA

ACTION LEVEL

t
TWA (TIME WEIGHTED AVERAGE)
nilai pajanan atau intensitas rata-rata tertimbang waktu di tempat kerja yang dapat diterima
oleh hampir semua pekerja tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan atau penyakit, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam perminggu.

C1 T1  C2 T2  C3 T3  .......  Cn Tn
TLV  TWA 
8
TLV – STEL
(SHORT TERM EXPOSURE LIMIT)
nilai pajanan rata-rata tertinggi dalam waktu 15 menit yang diperkenankan dan tidak boleh
terjadi lebih dari 4 kali, dengan periode antar pajanan minimal 60 menit selama pekerja
melakukan pekerjaannya dalam 8 jam kerja perhari.
TLV-CEILING
nilai pajanan atau intensitas factor bahaya di tempat kerja yang tidak boleh dilampaui
selama jam kerja.
NILAI AMBANG BATAS

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
INDEKS PAJANAN BIOLOGIK

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
PENCAHAYAAN
PERSYARATAN PENCAHAYAAN

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 70


Tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
PERSYARATAN PENCAHAYAAN

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 70


Tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
PERSYARATAN
PENCAHAYAAN

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 48 Tahun 2016


tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perkantoran.
STRATEGI PENGUKURAN
PENCAHAYAAN
Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi;
pengukuran dilakukan pada jarak setiap 1 meter

SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja


STRATEGI PENGUKURAN
PENCAHAYAAN
Luas ruangan antara 10m2 - 100m2, pengukuran Luas ruangan lebih daari 100 m2, pengukuran
dilakukan pada jarak setiap 3 meter dilakukan pada jarak 6 meter

SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja


WALK THROUGH
SURVEY
INSTRUMEN
PENILAIAN AWAL HAZARD KESEHATAN DI PERUSAHAAN
DAFTAR TILIK PEMANTAUAN TEMPAT
KERJA
(UNTUK INDUSTRI KECIL)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai