Disusun Oleh :
Pembimbing :
Dr. Krispinus Duma, SKM, M.Kes,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laboratorium
Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai Kedokteran Keluarga di Puskesmas Palaran
Periode Juni 2019. Saya menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tugas ini tidak
lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Juduli
Kata Pengantarii
Daftar Isiiii
BAB 1 Pendahuluan4
BAB 2 Kasus5
2.1 Definisi5
2.2 Etiologi6
2.3 Patomekanisme9
2.5 Diagnosis12
2.6 Penatalaksanaan13
2.7 Pencegahan14
Daftar Pustaka16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh paparan terhadap bahan kimia dan
biologis, serta bahaya fisik di tempat kerja. Meskipun angka kejadiannya tampak
lebih kecil dibandingkan dengan penyakit-penyakit utama penyabab cacat lainnya,
terdapat bukti bahwa penyakit ini mengenai cukup banyak orang. Khususnya di
negara-negara yang sedang giat mengembangkan industri. Pada banyak kasus,
penyakit akibat kerja ini bersifat berat dan mengakibatkan kecacatan. Akan tetapi
ada dua faktor yang membuat penyakit ini mudah dicegah. Pertama, bahan
penyebab penyakit dapat diidentifikasi, diukur dan dikontrol. Kedua, populasi yang
beresiko biasanya mudah didatangi dan diawasi secara teratur serta diobati.
Selain itu, perubahan-perubahan awal seringkali dapat pulih dengan
penanganan yang tepat.Kerusakan saraf pusat dapat terjadi akibat pajanan bahan
kimia yang bersifat neurotoksik, penggunaan obat-obatan yang bersifat
neurotoksik, dan memiliki gangguan metabolisme seperti diabetes atau uremia.
Akan tetapi yang menjadi fokus utama ilmu kesehatan masyarakat adalah hubungan
antara kerusakan neurologis dan zat yang bersifat racun (toksin) yang ditemukan
ditempat kerja.
Gangguan neurotoksik adalah salah satu dari sepuluh penyakit dan cidera
yang berhubungan dengan tempat kerja di Amerika Serikat. Pajanan terhadap racun
seperti timbal, pelarut organik dan insektisida di tempat kerja dianggap
berkontribusi pada perkembangan terjadinya gejala neurobehavioral.
Oleh karena itu, deteksi dini penyakit akibat kerja sangatlah penting. Dengan
demikian, tenaga kerja yang sakit dapat segera diobati sehingga penyakitnya tidak
berkembang dan dapat disembuhkan dengan segera. selain itu juga dapat dilakukan
pencegahan agar tenaga kerja yang lain dapat terlindung dari penyakit tersebut.
Dengan adanya tugas ini, diharapkan dapat menjelaskan sebagian kecil
masalah yang dialami pekerja. Khususnya pekerja yang terkena pajanan pelarut
sintetis seperti metal etil keton (MEK).
4
BAB 2
KASUS
Seorang perempuan yang bekerja pada sebuah pabrik sol sepatu (bottom
sole) datang kepada seorang dokter, dia menjelaskan kepada dokter bahwa dia
memiliki keluhan, diantaranya sakit kepala, pusing, kesemutan yang hilang timbul
semenjak beberapa bulan yang lalu.
2.1 Definisi
Metil Etil Keton (MEK) merupakan salah satu jenis pelarut dalam dunia
industri. Banyak pelarut yang digunakan dalam industri untuk berbagai tujuan,
antara lain proses ekstraksi: minyak makan, minyak wangi, bahan farmasi, pigmen
dan produk-produk lainnya dari sumber alam. Menghilangkan lemak merupakan
satu contoh penggunaan solven untuk menghilangkan bahan-bahan yang tidak
diinginkan. Solven ditambahkan untuk memudahkan pemakaian penyalut (coating)
pada adhesive, tinta, cat, vernis, dan penyegel (sealer). Solven-solven ini mudah
5
menguap, oleh karena itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke atmosfer setelah
penggunaan.
2.2 Etiologi
Metil etil keton digunakan secara luas dimana solven yang lebih polar
dibutuhkan. Keton dalam jumlah besar digunakan dalam industri penyalut (the
coatings industry), industri sepatu (bottom sole). Seperti aldehid, keton juga bersifat
mengiritasi dan dengan alasan itu ia tidak dibenarkan diinhalasi dalam jumlah yang
berbahaya (in dangerous quantity). Toksisitas bertambah dengan bertambahnya
berat molekul, dan jika ikatan rangkap ditambahkan ke dalam strukturnya. Aseton,
umumnya suatu senyawa yang sangat aman, dan hanya akan menyebabkan
perasaan mengantuk dan iritasi pada dosis yang tinggi.
Metil etil keton sama seperti solven dengan bahaya yang rendah (a low-hazard
solvent), tetapi metil buill keton dimetabolisme, seperti juga heksan, menjadi suatu
neurotoksin yang kuat 2,5 hexsanedione.
• Pola kerja
• Lama pemaparan
6
• Suhu lingkungan kerja
• Tingkat ventilasi
Uap solven dapat masuk ke dalam tubuh terutama melalui inhalasi, walaupun
absorbsi melalui kulit dapat pula terjadi. Uap tersebut akan diabsorbsi dari paru-
paru ke dalam darah, dan didistribusi terutama ke jaringan-jaringan yang
mengandung banyak lemak dan lipid, misalnya sistem syaraf pusat, hati, dan
sumsum tulang.
Banyak bahan-bahan kimia di industri seperti resin dan polimer relatif tidak
toksik dalam penggunaannya pada kondisi normal, namun bila dipanaskan atau
diolah, bahan-bahan tersebut mungkin mengalami dekomposisi dan membentuk
produk sampingan yang sangat toksik. Informasi mengenai produk dan produk
sampingan dapat diperoleh dari produsennya atau dari bagian teknik.
Lama terpajan
Timbulnya gejala Neurotoksik pada pekerja pengecat dapat sangat tergantung pada
lamanya pajanan serta dosis pajanan yang diterima. Pajanan dengan kadar rendah
7
dalam waktu lama mungkin tidak akan segera menunjukan adanya gangguan.
Menurut O’Donoghue Maksimal pekerja terpapar bahan organik pajanan tinggi 4
jam selama sehari. Pekerja yang terpapar pajanan tinggi melebihi 4 jam ditemukan
bahwa pekerja tersebut mengalami radang tenggorokan, kehilangan keseimbangan
tubuh, lemah otot, gelisah, dan depresi.
Masa kerja
Masa kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian neurotoksik
pada pekerja. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah
terpajan dengan sumber penyakit yang dapat mengakibatkan kejadian neurotoksik.)
Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya
yang ditimbulkan oleh lingkungan kerjanya. Gamble memasukkan pekerja dengan
masa kerja setidaknya 10 tahun pada pekerjaan dengan tingkat pajanan tinggi
memiliki risiko terkena efek merugikan terhadap kesehatannya. Lundberg juga
berpendapat setidaknya 10 tahun pajanan di pertimbangkan sebagai kriteria untuk
mendiagnosis terjadinya chronic toxic encelopathy.
8
2.3 Patomekanisme Neurotoksisitas
9
2.4 Gejala klinis
Oleh karena itu, biasanya bersifat permanen. Banyak zat beracun dapat
mengubah aktivitas normal sistem saraf. Beberapa menghasilkan efek yang terjadi
hampir seketika dan berlangsung selama beberapa jam. Contohnya termasuk
minuman beralkohol atau asap dari sekaleng cat. Efek dari zat neurotoksik lainnya
mungkin muncul hanya setelah paparan berulang selama berminggu-minggu atau
bahkan bertahun-tahun. Misalnya : secara teratur menghembuskan asap pelarut di
tempat kerja atau makan makanan atau air minum yang terkontaminasi timbal.
Beberapa zat secara permanen dapat merusak sistem saraf setelah terpapar tunggal
- pestisida organofosfat dan senyawa logam tertentu seperti timbel trimetil. Banyak
zat neurotoksik dapat menyebabkan kematian saat diserap, dihirup, atau tertelan
dalam jumlah yang cukup besar. Zat neurotoksik memainkan peran kausal yang
signifikan dalam perkembangan beberapa kelainan neurologis dan psikiatri.
10
Kebanyakan solven adalah depresan Susunan Saraf Pusat. Mereka
terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf dan menghambat
transmisi impuls. Pada permulaan seseorang terpapar, maka fikiran dan tubuhnya
akan melemah. Pada konsentrasi yang sudah cukup tinggi, akan menyebabkan
orang tidak sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawa-
senyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki sifat
depresan yang lebih besar. Solven adalah irritan. Di dalam paru-paru, iritasi
menyebabkan cairan terkumpul. lrritasi kulit digambarkan sebagai hasil primer dari
larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin dari epidermis terlepas. Diikuti
hilangnya air dari lapisan lebih bawah. Kerusakan dinding sel juga merupakan suatu
faktor. Memerahnya kulit dan timbul tanda-tanda lain seperti inflamasi. Kulit pada
akhirnya sangat mudah terinfeksi oleh bakteri, menghasilkan ruam dan bisul
pemanah. Pemaparan kronik menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya kulit.
2.5 Diagnosis
11
2.6 Penatalaksanaan
Beberapa contoh tindakan yang perlu dilakukan pada kasus keracunan akut
adalah sebagai berikut:
Penurunan kesadaran :
Kejang :
Bila terdapat kejang maka penderita perlu diletakkan dalam sikap yang enak
dan semua pakaian dilepas. Menahan otot lengan dan tungkai tidak boleh terlalu
keras, dan di antara gigi perlu diletakkan benda yang tidak keras supaya lidah tidak
tergigit. Penderita keracunan dengan kejang harus diberi diazepam intravena
dengan segera, namun perlu dititrasi, karena bila berlebihan dapat membahayakan.
Penderita juga harus segera dirawat di rumah sakit.
12
Gejala-gejala keracunan perlu dikelompokkan. Misalnya bila terdapat koma
dengan gejala banyak keringat dan mulut penuh dengan air liur berbusa, muntah,
denyut nadi cepat, maka dapat dipastikan bahwa hal ini merupakan keracunan
insektisida organofosfat atau karbamat. Pemeriksaan laboratorium mungkin tidak
diperlukan.
Tindakan pada kasus keracunan bila tidak ada tenaga dokter di tempat adalah
sebagai berikut:
Sebelum penderita dibawa kerumah sakit, mungkin ada beberapa hal yang perlu
dilakukan bila terjadi keadaan sebagai berikut:
Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera (sebelum dibawa kerumah sakit)
dengan sabun dan air yang banyak. Begitu pula bila kena mata (air saja).
Jangan menggunakan zat pembersih lain selain air.
13
Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan pernafasan
buatan sampai dapat bernafas sendiri, sambil dibawa ke rumah sakit
terdekat. Bila tanda tanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak
dibenarkan meniup ke dalam mulut penderita.
Bila racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah memuntahkan penderita bila
sadar.Memuntahkan dapat dengan merogoh tenggorokan (jangan sampai
melukai)
Bila sadar, penderita dapat diberi norit yang digerus sebanyak 40 tablet,
diaduk dengan air secukupnya.
Semua keracunan harus dianggap berbahaya sampai terbukti bahwa
kasusnya tidak berbahaya.
Simpanlah muntahan dan urin (bila dapat ditampung) untuk diserahkan
kepada rumah sakit yang merawatnya.
Bila kejang, diperlakukan seperti dibahas di atas.
2.7 Pencegahan
14
pemaparan terhadap zat kimia yang dapat membahayakan tidak dapat dielakkan
dalam lingkungan kerja. Karena itu proteksi dan sikap hati-hati terhadap
xenobiotik, yaitu semua zat kimia yang dipakai manusia dan potensial dapat masuk
ke dalam tubuh, perlu ditingkatkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana, G., Sukrisna, A., Mulyani, T. (2013). Hubungan Paparan Xylene dan
Methil Hippuric Acid pada Pekerja Informal Pengecatan Mobil di Karasak,
Bandung. Tehnik Lingkungan Universitas Kebangsaan.
16
17