Anda di halaman 1dari 23

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

ANALISIS FAKTOR RESIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA


ASBESTOSIS

OLEH:
Sitti Hartina R. S.Ked
K1A1 13 056

Pembimbing:
dr. Zida Maulina Aidi, M. Kedtrop

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN


MASYARAKAT-ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2019

0
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa
Nama : Sitti Hartina R, S.Ked
NIM : K1A13056
Judul Referat : Analisis Faktor Resiko Penyakit Akibat Kerja
..Asbestosis
Telah menyelesaikan referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo.
Kendari, Oktober 2019

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Zida Maulina Aini, M.Kedtrop

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan referat yang berjudul “Analisis Faktor Resiko Penyakit
Akibat Kerja Asbestosis” dapat dirampungkan dengan baik. Shalawat dan salam
juga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan kasus ini
disusun untuk melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat & Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Halu Oleo. Melalui kesempatan ini secara khusus penulis persembahkan ucapan
terima kasih kepada dr. Zida Maulina Aini, M.Kedtrop sebagai pembimbing
referat kami. Dengan segala kerendahan hati penulis sadar bahwa dalam penulisan
tugas ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah
perbaikan dan penyempurnaan tugas ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, Oktober 2019

Penulis

2
A. PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak
positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja,
kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak
pada peningkatan social ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif
yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama
proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri.1,2,3,4,5
Timbulnya penyakit akibat kerja telah mendapat perhatian dari
pemerintah Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 22
tahun 1993 telah ditetapkan 31 macam penyakit yang timbul karena kerja.
Berbagai macam penyakit yang timbul akibat kerja, organ paru dan saluran
nafas merupakan organ dan system tubuh yang paling banyak terkena oleh
pajanan bahan-bahan yang berbahaya ditempat kerja. 1,2,3,4,5
Penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan paru
yang terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya
saat seseorang sedang bekerja. Tempat tertimbunnya bahan-bahan tersebut
pada saluran pernafasan atau paru dan jenis penyakit paru yang terjadi
tergantung pada ukuran dan jenis yang terhirup. Beberapa jenis partikel yang
diantaranya bisa menyebabkan penyakit paru yaitu partikel organik dan
anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas dari hidrokarbon,
bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran
plastik. Masa waktu untuk timbulnya penyakit ini cukup lama, waktu yang
terpendek adalah lima tahun. Partikel anorganik yang jika terhirup dalam
jumlah banyak dapat pula menimbulkan gangguan paru, hal ini banyak terjadi
pada pekerja di pabrik semen, asbes, keramik dan tambang. 1,2,3,4,5,6
Di Indonesia, penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang
disebabkan oleh debu diperkirakan cukup banyak, meskipun data yang ada
masih kurang. Hasil pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan di Balai
HIPERKES dan Keselamatan Kerja Sulawesi Selatan pada tahun 1999
terhadap 200 tenaga kerja di delapan perusahaan, diperoleh hasil sebesar
45% responden yang mengalami restrictive (penyempitan paru), 1%

4
responden yang mengalami obstructive (penyumbatan paruparu), dan 1%
responden mangalami combination (gabungan antara restrictive dan
obstructive). Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan
kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya
jaringan paru-paru yang dapar berpengaruh terhadap produktivitas dan
kualitas kerja. 1,2,3,4,5,6
B. PENYAKIT AKIBAT KERJA
1. Defenisi
Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22
Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan
kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia,
biologi, ataupun psikologi di tempat kerja. 1,2,3,4,5
World Health Organization (WHO) membedakan empat kategori
Penyakit Akibat Kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
2. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Faktor-faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) tergantung
pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun
cara kerja. 1,2,3,4,5
Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan
yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses
kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat

5
berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur.
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat
kerja dan cara kerja.
5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
3. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu
perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman: 1,2,3,4,5
a. Diagnosis klinis :
Pajanan awal. Tanda dan gejala asbestosis kebanyakan tidak
khas dan mirip penyakit paru restriktif lainnya. Gejala paling sering
dan juga merupakan tanda awal adalah munculnya dispnea saat
beraktivitas. Dispnea akan berkembang progresif lambat dalam
beberapa tahun. Dispnea tetap akan memburuk walaupun pasien
tidak lagi terpapar asbestos.
Gejala lainnya adalah batuk produktif atau batuk kering
persisten, rasa sesak dan nyeri pada dada, serta adanya mengi.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan rhonki basal paru bilateral
(pada 60% pasien) yang terdengar pada akhir fase inspirasi.
Sering ditemukan pula jari tabuh (digital clubbing) pada 30-40%
pasien dan pada asbestosis lanjut. Gangguan lain yang perlu
diperhatikan adalah adanya cor pulmonale, keganasan yang
terkait asbestosis, seperti kanker paru, kanker laring, bahkan
kanker gaster dan pankreas. 6,7,8,9,10
Pada pemeriksaan fungsi paru akan didapatkan pola restriktif
dengan penurunan kapasitas vital, kapasitas total paru, dan
kapasitas difusi, dengan hipoksemia arterial. Kapasitas vital paksa
(Forced Vital Capacity, FVC) akan menurun <75%. Dapat juga

6
didapatkan pola obstruktif disebabkan fibrosis dan penyempitan
bronkioli.10,11,12,13
Pada gambaran histopatologi dapat diperoleh gambaran
parenkim paru yang kasar Gambaran ini didapati bilateral, sering di
lobus inferior. Secara mikroskopis didapati peningkatan kolagen
intersisial sehigga membuat fibrosis menjadi tebal. 10,11,12,13
Pada pemeriksaan radiologis, diagnosis memerlukan adanya
tanda fibrosis paru pada pasien dengan Pajanan asbestosis yang
bermakna. Fibrosis paru biasanya pertama kali diketahui melalui
pemeriksaan radiografi thorax, dan dapat dikonfirmasi melalui
pemindaian CT beresolusi tinggi. Namun, ada pasien dengan
asbestosis radiografis yang tidak menunjukkan gejala klinis
asbestosis. Sebaliknya 10-20% pasien dengan bukti histopatologis
fibrosis memiliki gambaran roentgen yang normal. 10,11,12,13
Diagnosis asbestosis dapat ditegakkan dengan adanya riwayat
Pajanan asbestos, adanya selang waktu yang sesuai antara Pajanan
dengan timbulnya manifestasi klinis, gambaran dari roentgen thorax,
adanya gambaran restriktif dalam pemeriksaan paru, kapasitas paru
yang terganggu, dan rhonki bilateral basal paru10,11,12,13

b. Pajanan yang dialami :


Pada pekerja biasa kontak langsung atau kena paparan dengan
bahan industri yang yang mengandung asbestos. Yang biasa sdh
berlangsung lama, dengan penggunaan alat pelindung diri yang
minin. Dan biasa mengenai kelompok yang terkena pajanan
tersebut”.
Nilai ambang batas serat asbes yang masih diperkenankan di
tempat kerja adalah tidak melebihi dari 0,1 serat/mL. Pengukuran
dan pengontrolan sebaiknya dinilai ulang ketika monitoring udara
mengindikasikan levelnya melebihi 0,01 serat/mL (10% dari nilai
ambang batas).

7
c. Hubungan pajanan dengan penyakit :
Pajanan asbestos menjadi penyebab utama dan secara langsung
terhadap terjadinya penyakit asbestos. Gejala setelah bekerja dan
terpapar asbestos pada tempat kerja yang cukup lama.

d. Pajanan yang dialami cukup besar :


Asbestosis yang diderita biasanya terjadi pada keadaan pajanan
yang cukup lama dan melebihi nilai ambang batas yang berlaku.

e. Peranan faktor individu / kepekaan individu :


Pada asbestos apakah terjadi keminiman penggunaan APD,
riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya
meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat
keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif
terhadap pajanan yang dialami.

f. Faktor lain diluar pekerjaan :


Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit? Biasa seperti kebiasaan merokok, dll

g. Diagnosis : PAK ( Penyakit Akibat Kerja )

C. ASBESTOSIS
1. Definisi Asbestosis
Asbestosis adalah pneumokoniosis yang disebabkan oleh
akumulasi Pajanan serat asbestos. 6,7,8,9,10 .
Nilai Ambang Batas pada asbestos yaitu untuk jenis Amosit 1.0
f/ml, Krisotil 1.0 f/ml , Asbes bentuk lain: 4.0 f/ml.
2. Penyebab
Asbestos adalah satu sekelompok mineral silika yg terbentuk
secara alami, ada di dalam tanah. Jadi dari dalam tanah sudah seperti itu.

8
Dengan ciri-cirinya : panjang, kristal berfiber tipis, masing-masing fiber
terdiri dari jutaan microscopic "fibrils" yg bisa terlepas oleh gesekan dan
proses lainnya.

Gambar 1. 1a. Batuan mengandung mineral silikat. 1b. Asbestos 14


Asbesto merupakan bahan yg ideal karena: kuat, meresap suara,
tahan api, panas dan listrik, tahan terhadap bahan kimia dan harga
terjangkau. Karena karakter yg ideal inilah digunakan secara luas disegala
bidang.
Menurut the Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika
ada enam macam Asbestos yaitu: Chrysotile, Amosite, Crocidolite,
Tremolite, Anthophyllite and Actinolite.
Chrysotile kira-kira 90% Asbestos yg dipakai di bidang industri
adalah Chrysotile. Jenis ini fiber/seratnya keriting dan lebih panjang
dibanding Asbestos jenis lain. Jenis ini sering disebut sebagai Asbestos

9
putih. Beberapa pihak mengatakan bahwa Asbestos jenis ini tidak bahaya,
tetapi penelitian telah membuktikan bahwa Asbestos ini sama saja
menyebabkan penyakit dan sangat berbahaya bagi manusia.

Gambar 2. Chrysotile 15
Amosite Jenis ini termasuk yg lebih beracun dibanding jenis
Chrysotile, umumnya berwarna coklat dan fiber/seratnya lebih pendek
dan lebih lurus dibanding dg seratnya Chrysotile. Jenis ini umumnya
berada di Afrika Selatan dan kebanyakan dipakai dibidang konstruksi.

Gambar 3. Amosite 15
Crocidolite : Jenis ini dikenal dg Asbestos biru, karena warnanya;
fiber/serat nya sangatlah tipis oleh karena itu bisa masuk dg mudah
kedalam tisu tubuh manusia. Jenis ini termasuk yg paling berbahaya dr
jenis Asbestos. Dibanding jenis lainnya, Crocidolite kurang digunakan
karena tidak begitu tahan panas

Gambar 4. Crocidolite 15

10
Tremolite: Jenis ini tidak banyak dipakai dibidang industri
dibanding dg jenis lainnya, tetapi masih bisa ditemukan dalam bidang
konstruksi dan insulasi rumah. dan menurut laporan dipakai dalam
beberapa produk. Warnanya putih ke abu-abuan . Berbagai jenis kanker
telah didiagnosis disebabkan oleh jenis ini.

Gambar 5. Tremolite 15
Anthophyllite Jenis ini tidak banyak dibanding jenis asbestos
lainnya. Mineral ini kurang banyak dipakai dibanding dg jenis Asbestos
lainnya. Umumnya ditambang di negara Finlandia, dan juga di North
Carolina dan Georgia.

Gambar 6. Anthophyllite 15
Actinolite : Mineral ini mempunyai bentuk fiber yg lurus dan
umumnya berwarna gelap. Umumnya mineral ini dicampur dg
vermiculite untuk membuat insulasi rumah. Juga dipakai di bidang
kontruksi untuk material pada cat tembok dan drywall /plasterboard (
lembaran material yg bisa dipakai dinding pembatas ruangan di dalam
rumah).

11
Gambar 7. Actinolite 15
Asbestos adalah kelompok mineral silikat fibrosa dari logam
magnesium dan besi yang sering digunakan sebagai bahan baku industri
tegel lantai dan atap asbestos telah dikenal sejak zaman batu dan makin
banyak digunakan setelah masa revolusi industri pada akhir abad ke-19.
Produksi asbestos meningkat tajam hingga tahun 1970-an. Walaupun
telah diketahui dapat mengganggu kesehatan, hingga kini asbestos masih
banyak digunakan dalam industri dan konstruksi di negara berkembang.
Negara maju, seperti Amerika Serikat, telah melarang penggunaan
asbestos sejak tahun 1970-an sampai 1980-an. Walaupun demikian,
negara seperti Kanada dan Rusia masih mengekspor asbestos ke negara
maju baru dan negara berkembang seperti negara-negara di Asia,
Amerika tengah dan selatan, dan Afrika. 6,7,8,9,10

Gambar 8.Contoh produk material asbes:


(8a) atap semen asbes; (8b) ubin lantai vinyl;(8c)
penyekat yang disemprot; (8d) material semen asbes yang
mulai hancur 1 6

12
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya
jaringan parut (fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang
membentuk fibrosis tidak dapat mengembang dan mengempis
sebagaimana mestinya.
Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan
jumlah serat yang terhirup. Pemaparan asbes bisa ditemukan di
industry pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri
lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi
dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam
pakaian pekerja. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes
diantaranya: 6,7,8,9,10
- Plak pleura
- Mesotelioma maligna
- Efusi pleura.
3. Patogenesis
Proses patofisiologi asbestosis diawali dengan inhalasi serat
asbestos. Serat berukuran besar akan tertahan di hidung dan saluran
pernapasan atas dan dapat dikeluarkan oleh sistem mukosiliaris.
Serat berdiameter 0,5-5 mikrometer akan tersimpan di bifurcatio
saluran, bronkioli , dan alveoli. Serat asbestos akan menyebabkan
cedera sel epitel dan sel makrofag alveolar yang berusaha memfagosit
serat.
Beberapa serat akan masuk ke dalam jaringan intersisium melalui
penetrasi yang dibawa oleh makrofag atau epitel. Makrofag yang telah
rusak akan mengeluarkan reactive oxygen species (ROS) yang dapat
merusak jaringan dan beberapa sitokin, termasuk tumor necrosis factor
(TNF), interleukin-1, dan metabolit asam arakidonat yang akan
memulai inflamasi alveoli (alveolitis). Sel epitel yang terganggu juga
mengeluarkan sitokin. 6,7,8,9,10

13
Gambar 9. Gambaran Penyakit Asbestosis 17
Gangguan asbestos berskala kecil tidak akan menimbulkan
gangguan setelah inflamasi terjadi. Namun bila serat terinhalasi
dalam kadar lebih tinggi, alveolitis akan terjadi lebih intens,
menyebabkan reaksi jaringan yang lebih hebat. Reaksi jaringan ini
menyebabkan fibrosis yang progresif, yaitu pengeluaran sitokin
profibrosis seperti fibronektin, fibroblast growth factor, platelet-derived
growth factor, dan insulin-like growth factor yang akan menyebabkan
sintesis kolagen. 6,7,8,9,10
4. Manifestasi Klinik
Awitan gejala asbestosis biasanya akan timbul 20 tahun setelah
Pajanan awal. Tanda dan gejala asbestosis kebanyakan tidak khas dan
mirip penyakit paru restriktif lainnya. Gejala paling sering dan juga
merupakan tanda awal adalah munculnya dispnea saat beraktivitas.
Dispnea akan berkembang progresif lambat dalam beberapa tahun.
Dispnea tetap akan memburuk walaupun pasien tidak lagi terpapar
asbestos. Gejala lainnya adalah batuk produktif atau batuk kering
persisten, rasa sesak dan nyeri pada dada, serta adanya mengi. Pada
pemeriksaan dapat ditemukan rhonki basal paru bilateral (pada 60%
pasien) yang terdengar pada akhir fase inspirasi. Sering ditemukan pula
jari tabuh (digital clubbing) pada 30-40% pasien dan pada asbestosis

14
lanjut. Gangguan lain yang perlu diperhatikan adalah adanya cor
pulmonale, keganasan yang terkait asbestosis, seperti kanker paru,
kanker laring, bahkan kanker gaster dan pankreas. 6,7,8,9,10
5. Diagnosis
a. Pada pemeriksaan fungsi paru akan didapatkan pola restriktif dengan
penurunan kapasitas vital, kapasitas total paru, dan kapasitas difusi,
dengan hipoksemia arterial. Kapasitas vital paksa (Forced Vital
Capacity, FVC) akan menurun <75%. Dapat juga didapatkan pola
obstruktif disebabkan fibrosis dan penyempitan bronkioli.10,11,12,13
b. Pada gambaran histopatologi dapat diperoleh gambaran parenkim
paru yang kasar Gambaran ini didapati bilateral, sering di lobus
inferior. Secara mikroskopis didapati peningkatan kolagen intersisial
sehigga membuat fibrosis menjadi tebal. 10,11,12,13
c. Pada pemeriksaan radiologis, diagnosis memerlukan adanya tanda
fibrosis paru pada pasien dengan Pajanan asbestosis yang bermakna.
Fibrosis paru biasanya pertama kali diketahui melalui pemeriksaan
radiografi thorax, dan dapat dikonfirmasi melalui pemindaian CT
beresolusi tinggi. Namun, ada pasien dengan asbestosis radiografis
yang tidak menunjukkan gejala klinis asbestosis. Sebaliknya 10-20%
pasien dengan bukti histopatologis fibrosis memiliki gambaran
roentgen yang normal. 10,11,12,13
d. Diagnosis asbestosis dapat ditegakkan dengan adanya riwayat Pajanan
asbestos, adanya selang waktu yang sesuai antara Pajanan dengan
timbulnya manifestasi klinis, gambaran dari roentgen thorax, adanya
gambaran restriktif dalam pemeriksaan paru, kapasitas paru yang
terganggu, dan rhonki bilateral basal paru10,11,12,13
6. Terapi
Jaringan paru yang sudah rusak tidak dapat diperbaiki.
Namun, fibrosis yang disebabkan asbestosis juga tidak bersifat progresif.
Setelah paparan asbestos sudah berhenti, penyakit akan berkembang
tergantung dari banyaknya fiber asbestos di paru. Terapi pada penyakit

15
ini fokus untuk mengurangi gejala yang disebabkan karena berkurangnya
kapasitas oksigen dan mencegah masalah medis lain yang disebabkan
karena asbestosis. Selain itu, mencegah penyakit pernafasan sangat
penting agar tidak semakin mengganggu fungsi paru. Penyakit seperti
flu atau pneumonia seharusnya dicegah sebisa mungkin. Terapi oksigen
bisa menjadi pilihan untuk pengobatan periodik apabila paru sudah
mencapai tahap lebih buruk.6,7,8,9,10
7. Komplikasi
Efusi pleura bisa terjadi karena asbestosis. Akumulasi cairan diantara
paru dan tulang rusuk atau paru dan diafragma bisa diringankan dengan
mengurangi cairan dengan prosedur thoracocentesis. Salah satu terapi
utama adalah dengan tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
kombinasi antara asbestosis dan merokok adalah onset dari enfisema,
yang bisa menyebabkan berkurangnya kapabilitas pernapasan. 6,7,8,9,10
8. Prognosis
Prognosisnya tergantung dari durasi dan lamanya terpapar asbestos.
Pasien yang sedang menderita mesothelioma memiliki kemungkinan
prognosis yang buruk, dengan presentase 75% meninggal dari 1 tahun.
6,7,8,9,10

D. FAKTOR HARZARD LINGKUNGAN KERJA PADA ASBESTOSIS


Asbestosl yang tersusun dari partikel-partikel padat yang bukan
termasuk benda hidup. Respons jaringan tubuh seseorang terhadap Asbestos
yang terinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisik, kimia
dan faktor pejamu. Efek Asbestos terhadap paru dipengaruhi oleh tingkat
pajanan debu. Tingkat pajanan asbestos ditentukan oleh kadar asbestos rata-
rata di udara dan waktu pajanan terhadap debu tersebut.1,2,3,4,10
a. Sifat fisik
Beberapa sifat fisik agen/bahan yang terinhalasi sangat
mempengaruhi respons jaringan paru. Keadaan fisik seperti bentuk
partikel uap atau gas, ukuran dan densitas partikel, bentuk dan kemampuan

16
penetrasi mempengaruhi sifat migrasi dan reaksi tubuh. Sifat kelarutan
partikel juga berpengaruh, contohnya partikel tidak larut seperti asbestos
menyebabkan reaksi lokal sedangkan zat yang larut seperti mangan dan
berrylium mempunyai efek sistemik. Gas dan uap yang relatif tidak larut
seperti nitrogen oksida terinhalasi sampai saluran napas kecil sedangkan
yang larut seperti amonia dan sulfur dioksida seringkali mengendap di
hidung dan nasofaring. Sifat higroskopis partikel meningkatkan
ukurannya bila melalui saluran napas bawah. Sifat elek- triksitas partikel
juga menentukan letak deposisi di saluran napas.
b. Sifat Kimia
Beberapa sifat kimia yang penting adalah sifat asam atau basa,
interaksi atau ikatan dengan substansi lain, sifat fibrogenisitas dan sifat
antigenisitas. Sifat asam atau basa suatu bahan berhubungan dengan efek
toksik pada silia, sel-sel dan enzim. Beberapa bahan mempunyai kecen-
derungan berinteraksi dengan substansi dalam paru dan jaringan.
Karbonmonoksida dan asam sianida mempunyai efek sistemik
sedangkan komponen fluorin mungkin mempunyai efek lokal dan
sistemik. Sifat fibrogenisitas merupakan sifat suatu bahan menimbulkan
fibrosis jaringan. Debu fibrogenik adalah debu yang dapat menimbulkan
reaksi jaringan paru (fibrosis) seperti batubara, silika bebas dan asbes
c. Faktor Pejamu (host)
Faktor pejamu (host) berperan penting pada respons jaringan
terhadap agen/bahan terinhalasi. Gangguan sistem pertahanan paru alami
seperti kelainan genetik akan mengganggu kerja silia, kecepatan
bersihan dan fungsi makrofag.
Kecepatan dan rerata bersihan adalah karakteristik bawaan.
Gangguan sistem pertahanan paru didapat contohnya karena obat-
obatan, asap rokok, temperatur dan alkohol mempengaruhi fungsi silia
dan fungsi makrofag.
Kondisi anatomi dan fisiologi saluran napas dan paru
mempengaruhi pola pernapasan yang pada akhirnya mempengaruhi

17
deposisi agen/bahan terinhalasi. Keadaan imunologi contohnya alergi
atau atopi mempengaruhi respons terhadap suatu agen.

E. PENCEGAHAN DAN TINDAKAN PENGENDALIAN YANG DAPAT


DILAKUKAN PADA PENYAKIT AKIBAT KERJA ASBESTOSIS
Pencegahan Primer
1. Subtitusi
Subsitusi yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yang
tidak berbahaya atau kurang berbahaya. Sebagai contoh adalah serat
asbes yang dapat menimbulkan asbestosis, kanker paru dan mesotelioma,
digantikan oleh serat buatan manusia seperti alumina.
2. Metode basah,
Melakukan proses produksi dengan cara membasahi tempat produksi, sehingga
tidak menghasilkan debu dengan kadar yang tinggi.
3. Ventilasi keluar
Bila proses isolasi produksi tidak bisa dilakukan, maka masih ada
kemungkinan untuk mengurangi bahan pajanan dengan ventilasi keluar
(exhaust ventilation). Metode ventilasi keluar telah berhasil digunakan
untuk mengurangi kadar debu di industri batu bara dan asbes.
4. Perputaran Rotasi Kerja
Pada pekerja sebaiknya diadakan perputan/rotasi tempat kerja
dengan kegiatan yang berbeda yang dapat dilakukan tiap tahunnya. Untuk
menurunkan beratnya pajanan terhadap bahan pajanan. Terkhususnya tidak
menitik beratkan hanya pada sebagian kelompok pekerja tertentu saja yang
terpapar langsung oleh asbestos.
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (ADP)
Apa yg harus dilakukan tuk melindungi diri, pada waktu bekerja di
industri asbestos. Ini merupakan kendala tersendiri untuk Indonesia,
karena belum ada Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang
melindungi pekerja. Juga belum ada standard tentang pakaian
keselamatan yg harus digunakan pada waktu bekerja di tambang.

18
Karena sebagian besar negara sudah melarang produksi asbestos di
negerinya, maka pekerjaan yg berhubungan dengan asbestos tinggal
dibidang: proses pemindahan/ pengangkatan / pembersihan asbestos atau
perawatan pada gedung/bangunan lama (yang dibangun sebelum adanya
pelarangan terhadap asbestos).
Overalls harus disposable, tipe 5 (BS EN ISO 13982-1), bahan dari
katun dan untuk kerja di luar ruangan pekerja menggunakan overalls
kedap air. Disarankan menggunakan satu ukuran lebih besar, supaya pada
waktu dipakai untuk bergerak tidak robek pada jahitannya. kalau ujung
lengan longgar, maka perlu direkat dg selotip. Hindari menggunakan
atasan yg berlengan panjang, karena akan menyulitkan coverall untuk
menutup dg sempurna. Jangan masukkan coveral bagian bawah masuk ke
dalam sepatu, karena debu asbestos bisa masuk ke dalam sepatu, jadi
kenakan coverall menutupi sepatu. Hoods dipakai menutupi masker
wajah. Peringatan penting, tidak boleh membawa pulang coverall bekas,
karena coverall bekas termasuk limbah asbestos.

Gambar 10. Gambaran APD


Sarung tangan, gunakan yg sekali pakai. kalau harus menggunakan
sarung tangan latex, maka gunakan yg bebas dari kandungan
serbuk/bubuk protein rendah

19
Gambar 11. Gambaran APD
Sepatu jenis gumboots lebih baik dibanding sepatu jenis lain,
karena mudah dicuci dan di dekontaminasi. Jangan memakai sepatu yg
bertali, karena debu asbestos bisa menempel pada tali.

Gambar 12. Gambaran APD


Pelindung Respirastory, untuk disposable respirator diatur dalam
Standard EN 149 (type FFP3) atau EN 1827 (tipe FMP3) dan semi-
disposable respirator EN405 dengan Filter P3 ; Masker setengah wajah
Standards EN 140 dengan Filter P3.

Gambar 13. Gambaran APD

20
Pemakaian alat pelindung diri mempunyai beberapa kelemahan
yaitu:
1) Tergantung kepatuhan pekerja;
2) Tidak 100% efisien;
3) Memerlukan keterampilan dan perawatan teratur;
4) Disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis dari masing-masing pemakai;
5) Dapat mengganggu kemampuan melakukan pekerjaan.
Pencegahan Sekunder
Melakukan deteksi dini penyakit dan deteksi dini pajanan zat yang
dapat menimbulkan penyakit. Dilakukan pemeriksaan berkala pada
pekerja yang terpajan zat yang berisiko tinggi terjadinya gangguan
kesehatan. Pemeriksaan berkala dilakukan sejak tahun pertama bekerja
dan seterusnya.
Surveilan medik adalah kegiatan yang sangat mendasar, bertujuan
untuk mendeteksi efek pajanan yang tidak diinginkan sebelum
menimbulkan gangguan fungsi pernapasan pekerja dan selanjutnya
dilakukan usaha-usaha untuk mencegah perburukan.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berguna untuk mencegah penyakit bertambah
buruk dan mencegah penyakit menjadi menetap. Bila diduga telah terjadi
penyakit atau diagnosis telah ditegakkan, perlu secepat mungkin
menghindarkan diri dari pajanan lebih lanjut. Pajanan dari tempat kerja
dan lingkungan yang diduga atau diketahui mempunyai efek sinergis
terhadap terjadinya kanker paru seperti merokok harus dihentikan.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkes RI No.56 tahun 2016. Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit
Akibat Kerja.
2. KEPPRES 22/1993, Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
3. Liza S. Penyakit Akibat Kerja dan P.encegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Muala . 2015;15(2):91-95
4. Agustin, Mulyono. Hirarc Pada Bagian Mini Bus Pt Mekar Armada Jaya
Magelang. 2017; 10.20473/ijosh.v6i2:177-186
5. Wildan Zamani. Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning I
Menggunakan Metode. Unnes Journal Of Public Health.2014;3(1): 1-9
6. Liza S. Penyakit Akibat Kerja Oleh Karena Pajanan Asbes. Jurnal
Kedokteran Syiah Muala. 2015;1(15): 44-50
7. Armaidi Darmawan. Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja. JMJ. 2013;
1(1): 68-83
8. Diana Samara. Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma pada. Jurnal
Kedokteran Trisakti.2002. 21(3):91-97
9. Latifah Hanum Damanik. Pengendalian Kesehatan Tenaga Kerja Pada
Kegiatan Pengecoran Logam Tradisional Studi Kasus di Kawasan
Industri Batur Klaten-Jawa Tengah. Jurna Teknosains. 2015;4(2,22): 101-
198
10. Sriana Azis. Pencemaran Asbes di Tempat Kerja. Media Litbangkes. 1998;
8(1): 23-27
11. Diana Mayasari, Cakra Wijaya. Potensi Biomarka High Mobility Group
Box 1 (HMGB 1) sebagai Kriteria Diagnosa Asbestosis. Jurnal
Argomedicine.2018;5(1): 453-457
12. Nuryono C, dkk. Gambaran Radiologi kelainan akibat Asbes. Sains
Kesehatan. 2005; 18(2). 209-219.
13. M. Thoyib, dkk. Dampak Radiologi Pelepasan Serat Asbes. Iptek Ilmiah
Populer. 2004; 6(2): 67-76
14. Carex Canada.2012.Asbestos Profile. Available From :
https://www.carexcanada.ca/profile/asbestos/ (Accessed 9 oktober 2019)

22
15. Kompasiana. 2015.The Silent Killer. Available From :
https://www.kompasiana.com/mbakyun/563f2acb929373a109a98551/asbe
stos-the-silent-killer?page=all# (Accessed 9 oktober 2019)
16. Merryhille. 2015.Asbestos Cement. Available From :
http://www.merryhillenvirotec.com/about-asbestos/asbestos-cement/
(Accessed 9 oktober 2019)
17. Hummer Lay Offices.Asbestos. Available From :
https://www.hummerlaw.com/asbestos.html (Accessed 9 oktober 2019)

23

Anda mungkin juga menyukai