Anda di halaman 1dari 26

1

Karsinoma Paru

Evenjelina
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Tahun 2012 Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
NIM: 102012206, Email: evenjelin.ej@gmail.com

Pendahuluan
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan
salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan
yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel
kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa
terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan
genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler
perkembangbiakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan
atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumor igenesis dan memperbesar
progresinya. Hasil penelitian pada penderita kanker paru pasca bedah menunjukkan bahwa,
rerata angka tahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah
setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan.
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahliparu untuk
mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat
membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan
penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya
meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan,
mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan.
Skenario: Seorang wanita berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan batuk darah
sejak 4 bulan yang lalu. Pasien telah berobat sebelumnya, dan telah menjalani pengobatan TB
selama 2 bulan, tapi keluhan batuk darah tersebut belum berkurang. Selain itu, selama 1
bulan ini, pasien mengeluh sering sakit pada punggung di sekitar tulang belakangnya. Pasien
2

pernah menjalani operasi total pengangkatan payudara 1 tahun yang lalu setelah didiagnosa
terkena kanker payudara.
Anatomi & Fisiologi Pernafasan
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru
beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalamrongga dada
terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh
diafragma.
1

1. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang( cavum nasi),
dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
1

2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke
depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus.
1

3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian
faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal
tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring.
1

4. Batang Tenggorokan (Trakea)
Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir
yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar.
1

3

5. Bronkus
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental
dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalisini
kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
1

Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar
submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi
bagian dalam jalan nafas.
Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan
kemudian menjadi alvioli.
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta yang
jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m
2
.
1

7. Paru paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau toraks.
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar dan terbagi
4

menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus.
Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
8. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi menjadi 2:
Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada. Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi
setiap paru-paru..
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan. Juga untuk mencegah
pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
1

Anamnesis
Karsinoma paru atau kanker paru yang umum dikenal adalah keganasan fatal ynag
ditemukan. Bisa menimbulkan gejala akibat penyakit lokal, metastasis, atau efek sistemik
dari keganasan.
2

Pada pasien dengan dugaan kanker paru, berikut adalah yang harus ditanyakan saat
anamnesis:
1. Gejala penyakit lokal : hemoptisis, batuk, nyeri dada, mengi, sesak napas, Sindrom Horner,
efusi pleura, obstruksi Vena Cava Superior, Clubbing Finger, limfadenopati, perubahan suara
(kelumpuhan nervus laringeal rekuren), kelainan rontgen toraks.
2. Gejala penyakit sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam, manifestasi endokrin
(misalnya sindrom Cushing), hiperkalsemia
3. Gejala metastase : ikterus, nyeri hepatik, lesi kulit
Adakah gejala yang menunjukkan penyebaran sekunder dari tumor primer lain?
Riwayat penyakit terdahulu
- Tanyakan apakah ada riwayat merokok pasien
- Tanyakan pajanan asbestos
5

- Pernahkah menjalani radioterapi
- Pernahkah menjalani kemoterapi
- Tanyakan riwayat atau pajanan di tempat kerja
- Tanyakan fungsi paru dan penyakit kardiorespiratorius lain.
2

PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Secara pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik paru yaitu dengan inspeksi
palpasi auskultasi dan perkusi.
Dokter terkadang tidak mendapatkan kelainan pada pemeriksaan fisik penderita kanker
paru staging awal penyakitnya. Hal itu disebabkan tumor masih dengan volume kecil dan
belum menyebar sehingga tidak menimbulkan gangguan di tempat lain. Pada kasus dengan
staging lanjut akan dapat ditemukan kelainan tergantung pada gangguan yang ditimbulkan
oleh tumor primer atau penyebarannya. Kelainan yang didapat tergantung letak dan besar
tumor sehingga menimbulkan gangguan. Kanker paru juga dapat menyebabkan timbulnya
tumpukan cairan di rongga pleura atau menekan pembuluh darah balik (vena), dll. Kelainan
yang dapat ditemukan berkaitan penyebaran kanker, misalnya benjolan di leher, ketiak. Tidak
jarang juga pasien datang dengan kelumpuhan akibat penyebaran di otak atau tulang belakang
(vertebra).

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
3

- Foto thorax posterior anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
- Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
- Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
6

- Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi
imun (umum pada kanker paru).
c. Histopatologi.
- Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
- Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang
letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
- Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
- Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat.
- Torakotomi. Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.

d. Pencitraan.
- CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
- MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

e. Pemeriksaan lain
1. Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat digunakan
untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.
2. Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling sederhana dapat
menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker paru,seperti
protein p53, bcl2,dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adalah
menentukan prognosis penyakit.
DIAGNOSIS
Different Diagnosis
7

1. Differential Diagnosis
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal
manusia, misalnya dia dihubungan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan yang
padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra torak yang khas TB
dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga
penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding pyramid di Mesir kuno pada tahun
2000-4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan terminology phthisis yang diangkat dari
bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB paru.
4

Di Indonesia sendiri tuberculosis bukanlah penyakit yang jarang ditemukan. Indonesia
adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.
Berdasarkan survey, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di
Indonesia.
4

Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis biasanya
menghancurkan bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri tidak
dimusnahkan tetapi tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam makrofag
(sejenis sel darah putih) selama bertahun-tahun.
4

Sekitar 80% infeksi tuberkulosis terjadi akibat pengaktivan kembali bakteri yang
dorman. Bakteri yang tinggal di dalam jaringan parut akibat infeksi sebelumnya (biasanya di
puncak salah satu atau kedua paru-paru) mulai berkembang biak. Pengaktivan bakteri dorman
ini bisa terjadi jika sistem kekebalan penderita menurun (misalnya karena AIDS, pemakaian
kortikosteroid atau lanjut usia).
4



Gejala Klinis
Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk.
Pada pagi hari, batuk bisa disertai sedikit dahak berwarna hijau atau kuning. Jumlah dahak
biasanya akan bertambah banyak, sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya,
dahak akan berwarna kemerahan karena mengandung darah.
Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam hari.
Penderita sering terbangun di malam hari karena tubuhnya basah kuyup oleh keringat
sehingga pakaian atau bahkan sepreinya harus diganti.
8

Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks atau cairan (efusi
pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk efusi
pleura.
4

Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam
kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami bisa
mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi dorman.
Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronkial
dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang
bakteri naik ke saluran getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di
leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.
Tuberkulosis bisa menyerang organ tubuh selain paru-paru dan keadaan ini disebut
tuberkulosis ekstrapulmoner.
Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah ginjal dan tulang.
Tuberkulosis ginjal bisa hanya menghasilkan sedikit gejala, tetapi infeksi bisa
menghancurkan sebagian dari ginjal. Lalu tuberkulosis bisa menyebar ke kandung kemih.
Pada pria, infeksi juga bisa menyebar ke prostat, vesikula seminalis dan epididimis,
menyebabkan terbentuknya benjolan di dalam kantung zakar.
Pada wanita, tuberkulosis bisa menyerang indung telur dan salurannya, sehingga
terjadi kemandulan. Dari indung telur, infeksi bisa menyebar ke selaput rongga perut dan
menyebabkan peritonitis tuberkulosis, dengan gejala berupa lelah, nyeri perut disertai nyeri
tekan ringan sampai nyeri hebat yang menyerupai radang usus buntu.
Infeksi bisa menyebar ke persendian, menyebabkan artritis tuberkulosis. Sendi
meradang dan nyeri. Yang paling sering terkena adalah sendi pinggul dan lutut; tetapi bisa
juga menyerang tulang pergelangan tangan, tangan dan sikut.
Tuberkulosis bisa menginfeksi kulit, usus dan kelenjar adrenal. Infeksi pada dinding
aorta (arteri utama) menyebabkan pecahnya aorta. Infeksi pada kantung jantung
menyebabkan perikarditis tuberkulosis, dimana perikardiuim teregang oleh cairan. Cairan ini
bisa mengganggu kemampuan jantung dalam memompa darah. Gejalanya berupa demam,
pelebaran vena leher dan sesak nafas.
Infeksi pada dasar otak disebut meningitis tuberkulosis. Gejalanya berupa demam,
sakit kepala yang menetap, mual dan penurunan kesadaran. Kuduk sangat kaku sehingga
dagu tidak dapat didekatkan ke dada. Kadang setelah meningitisnya membaik, akan terbentuk
massa di dalam otak, yang disebut tuberkuloma. Tuberkuloma bisa menyebabkan kelemahan
otot (seperti yang terjadi pada stroke) dan harus diangkat melalui pembedahan.
9

Pada anak-anak, bakteri bisa menginfeksi tulang belakang dan ujung tulang-tulang
panjang pada lengan dan tungkai. Jika keadaan ini tidak segera diatasi, bisa terjadi kolaps
pada 1 atau 2 tulan belakang yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
Di negara-negara berkembang, bakteri tuberkulosis bisa disebarkan melalui susu yang
terkontaminasi dan tinggal di dalam kelenjar getah bening leher atau di dalam usus halus.
Selaput lendir dari saluran pencernaan resisten terhadap bakteri, karena itu infeksi baru
terjadi jika bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat banyak atau jika terdapat gangguan
sistem kekebalan. Tuberkulosis intestinalis bisa tidak menimbulkan gejala, tetapi
menyebabkan pertumbuhan jaringan yang abnormal di daerah yang terinfeksi, yang bisa
disalahartikan sebagai kanker.
Bronkhiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang
bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya
aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam
penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan
dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak,
gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang
hemoptisis. Bronkiektasis sering pula dimasukkan ke dalam golongan penyakit infeksi
saluran pernapasan dengan diagnosis bronkiektasis terinfeksi.
Gejala Klinis :
- batuk kronis yang produktif
- hemoptisis
- dyspneu
- penurunan berat badan
- malaise
demam biasanya terjadi karena infeksi yang berulang.
Pneumonia Lobaris
Perubahan inflamasi yang terbatas pada suatu lobus, secara klasik disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia
Working Diagnosis
10

Kanker paru
Kanker dapat terjadi pada siapa saja, umur berapa saja dan dimana saja dalam tubuh manusia.
Besar kecilnya kemungkinan seseorang untuk menderita kanker jenis tertentu tergantung
faktor risiko yang dimilikinya. Kanker yang paling banyak dikenal orang pada orang dewasa
adalah kanker payudara, kanker nasofaring, kanker usus, kanker leher rahim, kanker prostat,
kanker darah dan kanker paru. Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling sulit diobati,
banyak diderita laki-laki dewasa ( usia > 40 tahun) dan perokok.
5

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan
dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran.
Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli
radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli
rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat
bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam
waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik
dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya.
5

Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru
terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru
membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan.
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).
3

Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis
tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus keganasan rongga toraks
terbanyak adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang
paling utama di antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus
terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan
dengan gaya hidup (merokok).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di paru. Metastasis
tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari tumor
primer organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal
11

dari epitel bronkus misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah
hamartoma.

Gambar 1. Kanker paru
6

Gejala Klinis
Tanda dan gejala kanker paru membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui
dan seringkali dikacaukan dengan gejala dari kondisi yang kurang serius. Tanda dan
gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit telah mencapai tahap lanjut.
Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat
Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua minggu
Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri akibat batuk
yang terus menerus
Perubahan warna pada dahak
Meningkatnya jumlah dahak
Dahak berdarah
Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma
Radang yang kambuh
Sulit bernafas
Nafas pendek
Serak
Suara kasar saat bernafas
12

Selain dari itu juga barangkali tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan oleh penyebaran
kanker paru pada bagian tubuh lainnya. Tergantung pada organ-organ yang dirusak.
Kelelahan kronis
Kehilangan nafsu makan
Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya
Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan
Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan
ingatan sebagian)
Bengkak pada leher dan wajah
Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
Karena pada umumnya gejala klinis yang ditemukan pada pasien muncul setelah tahap
lanjut, pada pasien sering terlihat Sindrom Paraneoplastik.
Sindrom paraneoplastik, terdapat pada 10% kanker paru dengan gejala :
a. sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c. hipertrofi osteoartropati
d. neurologis : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
e. neuromiopati
f. endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
g. dermatologis : eritema multiformis, hyperkeratosis
h. renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
Penemuan
7

Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja.
Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu stage I
dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker
paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis
adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks
dapat ditemukan gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan
bahkan destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura
13

masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi sputum akan memberikan hasil positif jika
tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.
Kemajuan di bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah terbukti dapat mendeteksi
lesi prakanker maupun lesi kanker yang berlokasi sentral. Perubahan yang ditemukan
pada mukosa bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat dengan bronkoskop
konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop autoflouresensi karena dapat
mendeteksi lesi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan bronkoskop
biasa.

Gambar 1. Algoritme Kanker Paru
7


Jenis-jenis Kanker Paru
3

1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC) merupakan 20% dari seluruh
kanker paru, bersifat lebih agresif tetapi sangat responsif dengan pengobatan terutama
kemoterapi dan radioterapi.
1. Neuroendokrin tumor
2. Tumbuh cepat
14

3. Metastase ke mediastinum, toraks, dan ekstra toraks.
4. Dapat menyempitkan bronki (kompresi)
5. Dapat menyebabkan serak (paralisis dari nervus laryngeal)
6. Tidak diindikasikan untuk tindakan operatif kecuali pada stase tertentu
7. Prognosis buruk
2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK= NSCLC) yang terbanyak
yaitu sekitar 80% dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis KPKBSK yang dapat
dikenali diantaranya:
Karsinoma epidermoid (disebut juga karsinoma sel skuamosa)
30-35% dari pasien kanker paru
Berasal dari epitel bronchial
Sering ditemukan kavitas (sering menyebabkan diagnosis
menjadi TBC)
Tumbuh lambat, metastase jarang terjadi
Paling sering pada pria, dan sangat berhubungan dengan rokok.
Tumbuh di atau dekat hilus
Adenokarsinoma,
Terutama mengenai wanita, bukan perokok, <45 tahun.
Tidak terlalu berhubungan dengan rokok
Tumbuh lebih perifer
Karsinoma sel besar
Suatu karsinoma skuamosa atau adenokarsinoma yang
berdiferensiasi sangat buruk
Lain-lain:merupakan jenis yang jarang ditemukan misalnya karsinoid,
karsinoma bronkoalveolar.
Berasal dari sel alveolus atau bronchioles terminalis
Tidak menginvansi stroma, single , atau multiple
Menyerupai konsolidasi pneumonia
Tingkatan (Staging) Kanker Paru
15

Staging kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kelenjar getah bening (N) dan
penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis
paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama dokter akan
melakukan foto toraks (foto polos dada). Jika pasien membawa foto yang telah lebih dari
1 minggu maka akan dibuat foto yang baru. Tetapi foto toraks hanya dapat metentukan
lokasi tumor, ukuran tumor ada tidaknya cairan. Foto toraks belum cukup karena tidak
dapat menentukan keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis luar paru. Bahkan
pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps luas menutup
tumor sehingga tidak terlihat. Sama perti pencarian jenis histologis kanker, pemeriksaan
untuk menetukan staging juga tidak mesti sama pada semua pasien tetapi masing masing
pasien mempunyai prioriti pemeriksaan yang harus segera dilakukan tergantung
kondisinya pada saat datang.
Staging (penderajatan) untuk kanker paru berdasarkan tumor (T) dan penyebarannya ke
getah bening (N) dan organ lain (M).
Stage kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) terdiri dari :
3

Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks). Tumor
ditemukan didalam satu paru dan penjelaran ke kelenjar getah bening dalam paru yang
sama
Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau menyebar ke organ
lain. Tumor telah menyebar keluar dari satu paru atau ke organ lain diluar paru.
Stage kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
Staging/Tingkat I A/B. Satu tumor ukuran kurang atau lebih dari 3 cm pada satu lobus
paru
Staging/Tingkat II A/B. Satu tumor dalam lobus paru melekat ke dinding dada atau
menyebar ke kelenjar getah bening di dalam paru yang sama
Staging/Tingkat III A. Tumor yang menyebar ke kelenjar getah bening didalam area
trakeal memasuki dinding dada dan diaphragma
Staging/Tingkat III B. Tumor yang menyebar ke nodes getah bening pada lawan paru, atau
di dalam leher.
16

Staging/Tingkat IV. Tumor yang menyebar kebagian lain paru atau organ lain di luar paru.
STAGE
Stadium TNM
Occult
carcinoma
0
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IV
Tx N0 M0
Tis N0 M0
T1 N0 M0
T2 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0, T3 N0 M0
T1 N2 M0, T2
N2 M0, T3 N1 M0, T3
N2 M0
Sebarang T N3 M0,
T4 sebarang N M0
Sebarang T sebarang
N M1
Table 1. Stage Kanker Paru
3

Kategori TNM untuk Kanker Paru :
TTumor Primer
1. To: Tidak ada bukti ada tumor primer
2. Tx: Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel
tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis
atau bronkoskopis.
3. Tis: Karsinoma in situ
4. T1: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh
jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih
proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor
sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas pada dinding bronkus yang
meluas ke proksimal bronkus utama.
5. T2: Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :
- Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm
- Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat mengenai
pleura visceral
17

- Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang meluas ke daerah
hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.
6. T3: Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada
(termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau tumor
dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina atau
tumor yang berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh
paru.
7. T4: Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,
pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai
dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral pada lobus yang
sama dengan tumor primer.

NKelenjar getah bening regional (KGB)
1. Nx: Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai
2. No: Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening
3. N1: Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus
ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung
4. N2: Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau
KGB subkarina
5. N3: Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB
skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral

MMetastasis (anak sebar) jauh
1. Mx: Metastasis tak dapat dinilai
2. Mo: Tidak ditemukan metastasis jauh
3. M1: Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer
dianggap sebagai M1

Etiopatogenesis
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
yang berperan dalam peningkatan insiden kanker paru :
18

1. Merokok. Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali
ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
9

2. Iradiasi. Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker
paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini
diduga merupakan agen etiologi operatif.
9

3. Kanker paru akibat kerja. Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar
dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
9

4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
9

5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
6. Diet
Makanan menjadi salah satu yang berperan dalam perkembangan kanker. Dimulai
dari makanan siap saji (junk food), makanan dengan pengawet perasa pewarna
buatan.
19


Patogenesis
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
10

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

Faktor Risiko
Faktor Risiko :
Laki-laki,
Usia lebih dari 40 tahun
Perokok (pengguna tembakau perokok putih kretek atau cerutu)
Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau
polusi
Paparan industri / lingkungan kerja tertentu
Perempuan perokok pasif
Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat
yang menderita kanker paru (masih dalam penelitian).
Tuberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.
Radon dan asbes
20

Orang-orang yang termasuk dalam kelompok atau terpapar pada faktor risiko di atas
dan mempunyai tanda dan gejala respirasi yaitu batuk, sesak napas, nyeri dada disebut
golongan risiko tinggi (GRT) maka sebaiknya segera dirujuk ke dokter spesialis paru
Epidemiologi
Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama di antara kematian
akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak meskipun angka
kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan dengan gaya hidup
(merokok) . Setiap tahun, terdapat lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia
dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Eropa, diperkirakan ada 381.500 kasus
kanker paru pada 2004, dengan angka kematian 342.000 atau 936 kematian setiap hari.
11


Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru paru yang
mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru
dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di
Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun
1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena
sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik
tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru
mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar
prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak
kanker paru terjadi antara usia 55 65 tahun.
11


Akan tetapi dengan berkembangnya waktu, insiden diatas berubah, saat ini menurut
WHO terdapat 1,5 2 juta kasus baru tiap tahun, mendekati 1,1 juta orang meninggal akibat
kanker paru. Dan saat ini baik di Indonesia maupun Negara lain, tempat pertama yang
menempati tempat dalam kanker dengan kasus kematian terbanyam adalah Kanker paru.
11


Penatalaksanaan
Bedah
7

Hanya dilakukan untuk KPKBSK staging I atau II atau untuk pengobatan paliatif
yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, gawat napas yang
21

mengancam jiwa, atau nyeri hebat. Bedah yang dilakukan adalah dengan membuang 1 lobus
paru (kadang lebih) tempat ditemukannya tumor dan juga membuang semua kelenjar getah
bening mediastinal. Diagnosis sebelum bedah mungkin saja akan berubah setelah bedah. Hal
itu terjadi karena keterbatasan alat bantu diagnosis atau penyakit telah berkembang selama
putusan bedah dilakukan. Akibatnya mungkin saja setelah bedah pasien harus mendapat
radiasi atau kemoterapi segera setelah luka operasinya sembuh.
7

Pada kasus khusus misal dengan penyebaran kepala dan hanya ditemukan 1 tumor di
otak dan mengganggu kualiti hidup pasien dapat dilakukan pembuangan tumor di kepala
dengan bedah. Di Indonesia (Jakarta) telah dapat melakukan terapi tampa pembedahan di
kepala dengan menggunakan cyber knife.
7

Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu membuang tumor
metastasis yang berupa soliter nodule di otak dan menimbulkan gangguan kualitas hidup
penderita. Pilihan lain untuk tumor meta dikepala adalah menggunakan cyber knife yang
sudah dapat dilakukan beberapa senter di Indonesia.
7

Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stage pre-bedah (cTNM) berbeda dengan
diagnosis pasca-bedah. Jika terjadi perbedaan maka stage yang digunakan adalah stage pasca-
bedah (pTNM) dan pilihan terapi tergantung pada hasil akhir.
Beberapa jenis pembedahan yang mungkin digunakan untuk mengobati NSCLC, antara lain:
- Pneumonectomy: seluruh paru-paru (kiri atau kanan) diangkat pada operasi ini
- Lobektomi: lobus paru-paru diangkat dalam operasi ini
- Segmen Resection: bagian dari suatu lobus diangkat dalam operasi ini
- Wedges Resection: bagian kecil dari paru diangkat
Tindakan pembedahan memiliki angka kegagalan (death rate) sekitar 4,4% yang
tergantung juga pada fungsi paru-paru pasien dan risiko lainnya. Kadang pada kasus kanker
paru stadium lanjut dimana banyaknya cairan terkumpul pada rongga dada (pleural effusion),
dokter perlu membuat suatu lubang kecil pada dada untuk mengeluarkan cairan. Efek
samping pembedahan yang mungkin timbul sesudah operasi, antara lain bronchitis kronis
(terutama pada mantan perokok aktif).
7

Radioterapi
22

Pada beberapa kasus yang inoperable, radio terapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvan/paliatif pada tumor dengan komplikasi seperti mengurangi
efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.
7,12

Efek samping yang sering adalah disfagia karena esofagitis post radiasi, sedangkan
pneumonitis post radiasi jarang terjadi (<10%). Radiasi dengan dosis paruh yang bertujuan
kuratif secara teoritis bermanfaat pada kasus yang inoperabel tapi belum disokong data
percobaan klinis yang sahih. Keberhasilan memperpanjang survival sampai 20% dengan cara
radiasi dosis paruh ini didapat dari kasus-kasus stadium 1 usia lanjut, kasus dengan penyakit
penyerta sebagai penyulit operasi atau pasien menolak dioperasi.
7,12

Pasien dengan metastasis sebatas N1-2 atau saat operasi terlihat tumor sudah
merambat sebatas sayatan operasi maka radiasi post operasi dianjurkan untuk diberikan.
Radiasi preoperasi untuk mengecilkan ukuran tumor agar misalnya pada reseksi lebih komplit
pada pancoastitumor atau stadium III b dilaporkan bermanfaat dari beberapa sentra kanker.
Radiasi paliatif, pada kasus sindrom vena cava superior atau kasus dengan komplikasi dalam
rongga dada akibat kanker seperti hemoptisis, batuk refrakter, atelektasis, mengurangi nyeri
akibat metastasis kranium dan tulang, juga amat berguna.
7,12

Kemoterapi
7

Kemoterapi adalah memberikan obat anti-kanker pada pasien dengan cara diinfuskan. Pada
kemoterapi diberikan lebih dari 1 jenis obat antikanker dan biasanya 2 macam, tujuannya
agar lebih banyak sel kanker yang dapat dibunuh dengan jalur yang berbeda. Pemberian
kemoterapi harus dilakukan di rumah sakit karena diberikan dalam prosedur tertentu atau
ptotokol yang berbeda tergantung pada jenis obat anti-kanker yang digunakan.
7,12

Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru dan tujuannya bukan hanya
membunuh sel kanker pada tumor primer tetapi juga mengejar sel kanker yang menyebar di
tempat lain. Kemoterapi adalah pilihan terapi untuk KPKSK dan KPKBSK stage III/IV.
7,12

Pemberian kemoterapi memerlukan beberapa syarat antar lain kondisi umum pasien
baik yaitu masih dapat melakukan aktiviti sendiri, fungsi hati, fungsi ginjal dan fungsi
hemostatik (HB, jumlah sel darah putih atau lekosit dan jumlah trombosit darah) harus baik.
23

Kemoterapi dihitung dengan siklus pemberian yang dapat dilakukan setiap 21 28 hari setiap
siklusnya.
12

Efek samping kemoterapi kadang sangat mengganggu, misalnya rontoknya rambut s/d
botak, mual muntah, semutan, mencret dan bahkan alergi. Efek samping itu tidak sama waktu
muncul dan berat ringannya pada setiap orang dan juga tergantung pada jenis obat yang
digunakan. Efek samping lain yang dapat menganggu proses pemberian adalah gangguan
fungsi hemostatik HB < 10 gr%. Leukosit < 3.000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Efek
samping dinilai sejak mulai kemoterapi I diberikan. Efek samping yang berat dapat
menghentikan jadwal pemberian, dokter akan mengkoreksi efek samping yang muncul
dengan memberikan obat dan tranfusi darah jika perlu.
7,12

Evaluasi hasil kemoterapi dinilai minimal setelah 2 siklus pemberian (sebelum
kemoterapi III diberikan) yang dapat merupa respons subyektif yaitu apkah BB meningkat
atau keluhan berkurang dan foto toraks untuk melihat kelainan di paru. Evaluasi dengan
menggunakan CT-scan toraks dilakukan setelah pemberian 3 siklus (sebelum pemberian
kemoterapi IV). Jika pada penelian tumor hilang (komplit respons) mengecil sebagian
(respons partial) atau tumor menetap tapi respons subyektif baik maka kemoterapi dapat
diterudskan samapi 4 6 siklus. Tetapi jika pada evaluasi terjadi perburukan misalnya tumor
membesar atau tumbuh tumor yang baru, kemoterapi harus dihentikan dan diganti dengan
jenis obat anti-kanker yang lain.
7,12

Toksisiti kemoterapi
Evaluasi toksisiti non-hematologik segera setelah pemberian kemoterapi dimulai, toksisiti itu
dinilai tingat keparahannya berdasarkan skala toksisiti WHO sedangkan toksisiti hematologik
sebaiknya dilakukan setiap 1 minggu. Berat ringannya toksisiti akan mempengaruhi jadwal pemberian
kemoterapi berikutnya. Toksisiti non-hematologik yang paling sering timbul
Mual dan muntah
Diare
Neuropati
Alopesia
24

Toksisiti hematologi grade III/IV harus segera dikoreksi untuk menghindarkan terjadinya
neutropenia fever yaitu demam pada pasien dengan neutrofil < 1.000/dl. Jadwal kemoterapi akan
tertunda jika ditemukan gangguan sistem hematopoitik
HB < 10 gr%
Leukosit < 3.000/dl
Trombosit < 100.000/dl
Jika setelah dilakukan koreksi nilai batas dapat dicapai maka kemoterapi dapat segera diberikan.
Jadwal kemoterapi sebaiknya jangan tertunda > 2 minggu.
7

Rejimen kemoterapi
Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa rejimen yang terdiri dari lebih dari 1 obat anti-kanker
dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya. Kemoterapi untuk KPKSK diberikan
sampai 6 siklus dengan cisplatin based rejimen yang diberikan :
Sisplatin + etoposid
Sisplatin + irinotekan (CPT-11)
Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan karboplatin dan irinotekan
digantikan dengan dosetaksel.
7

Kemoterapi untuk KPKBSK dapat 6 siklus (pada kasus tertentu diberikan sampai lebih dari 6 siklus)
dengan platinum based rejimen yang diberikan sebagai terapi lini pertama (first line) adalah :
Karboplatin/sisplatin + etoposid
Karboplatin/sisplatin + gemsitabin
Karboplatin/sisplatin + paklitaksel
Karboplatin/sisplatin + dosetaksel
7

Pencegahan
Pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti
merokok dapat mengurangi risiko terkena kanker paru. Penelitian dari kelompok perokok
yang berusaha berhenti merokok, hanya 30% yang berhasil.
12

Akhir-akhir ini pencegahan dengan chemoprevention banyak dilakukan, yakni dengan
memakai derivat asam retinoid, caretinoid, vitamin C, selenium, dan lain-lain. Jika seseorang
beresiko terkena kanker paru maka penggunaan betakaroten, retinol, isotretinoin ataupun N-
25

acetyl-cystein dapat meningkatkan risiko kanker paru pada perokok. Untuk itu, penggunaan
kemopreventif ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasi
untuk digunakan. Hingga saat ini belum ada konsensus yang diterima oleh semua pihak.
12


Prognosis
Prognosis dari kanker paru merujuk pada kesempatan untuk penyembuhan dan tergantung
dari lokasi dan ukuran tumor, kehadiran gejala-gejala, tipe kanker paru, dan keadaan
kesehatan secara keseluruhan dari pasien.
Prognosis keseluruhan untuk kanker paru adalah jelek jika dibandingkan dengan
beberapa kanker-kanker lain. Angka-angka kelangsungan hidup untuk kanker paru umumnya
lebih rendah daripada yang untuk kebanyakan kanker-kanker, dengan suatu angka
keseluruhan kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker paru sebesar 16% dibandingkan
dengan 65% untuk kanker usus besar, 89% untuk kanker payudara, dan lebih dari 99% untuk
kanker prostat.
Kesimpulan
Kanker adalah suatu penyakit neoplastik yang berakibat fatal. Untuk itu perlu diagnosis dini
dan penanganan yang tepat serta suatu dukungan moral.
Kanker paru sendiri terdiri dari beberapa jenis yaitu Karsinoma sel kecil dan karsinoma Non
sel kecil. Masing-masing memiliki cirri khas tersendiri dan keganasan yang berbeda.
Untuk menghindari kanker yang diperlukan adalah menghindari factor risiko yang dapat
memperberat seperti polusi, diet. Selain itu pajanan-pajanan terhadap zat karsinogenik
lainnya lebih baik dihindari.




26

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.p.266-71.
2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;
2007.p.170-171.
3. DeVita VT Jr., Lawrence TS, Rosenberg SA, Hellman S. Cancer principles and
practice on oncology. In: Non small cell lung cancer and small cell lung cancer.
8
th
edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins;
2008.p.896-966.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. In: Tuberkulosis paru. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;
2010.p.2230-2253.
5. McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM. Current medical diagnosis and treatment. In:
Bronchogenic carcinoma. 47
th
edition. USA: McGraw-Hill Medical; 2008.p.1398-
1404.
6. Lung cancer. 27 June 2013. Diunduh dari
http://www.medicinenet.com/lung_cancer_pictures_slideshow/article.htm, 06 Juli
2014.
7. Kanker paru. 13 Juni 2006. Diunduh dari
http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Item
id=31, 06 juli 2014.
8. Hudoyo A. Bagaimana kanker terbentuk. Semijurnal Farmasi & Kedokteran Ethical
Digest. 2006;33:21-26.
9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. In: Tumor ganas paru. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2005.p.843-849.
10. Underwood JCE, editor. General and systematic pathology. In: Respiratory tract. 4
th
edition. USA: Churchill Livingston Elsevier; 2005.p.352-358.
11. Bower M, Waxman J. Oncology lecture notes. In : Lung cancer. UK: Blackwell
Publishing; 2006.p.156-160.
12. Amin Z. Buku ajar ilmu penyakit dalam. In: Kanker paru. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2010.p.2254-2262.

Anda mungkin juga menyukai