Disusun oleh :
Muhammad Iskandar
Rahmanizar
Mulya Raisa
Pembimbing :
dr. Nurul Machillah, Sp. Rad.
BAGIAN/INSTALASI RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini.
Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
atas semangat perjuangan dan panutan bagi ummatnya.
Adapun tugas ini berjudul Gambaran Radiologi pada Pneumonia yang
diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian / SMF Radiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kepada dr. Nurul Machillah, Sp. Rad. yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari pembimbing dan teman-teman akan
penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran
dan bekal di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
3
3
4
4
4
6
6
6
7
7
7
8
8
8
9
11
12
13
13
13
13
14
21
21
23
24
24
24
25
25
25
29
32
33
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat
dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia.(1)
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia
juga dapat disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik, kimiawi,
alergi) sering disebut sebagai pneumonitis. Pneumonia merupakan proses
konsolidasi rongga udara akibat rongga udara alveolar terisi dengan eksudat
inflamatori yang disebabkan oleh adanya infeksi. (1-4)
Klasifikasi pneumonia dapat berdasarkan : klinis dan epidemiologinya,
etiologinya, dan predileksi infeksi. Secara klinis dan epidemiologinya pneumonia
dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia komuniti, pneumonia nosokomial,
pneumonia aspirasi, dan pneumonia pada penderita immunocompromised. Secara
etiologi dapat dibedakan atas pneumonia tipikal (bakteri), pneumonia atipikal,
pneumonia virus, dan pneumonia jamur. Sedangkan menurut predileksi infeksinya
diklasifikasikan
sebagai
pneumonia
lobaris,
pneumonia
lobularis
dalam
menentukan
kemungkinan
jenis
mikroorganisme
penyebabnya. (1-3,6)
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya
menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika.
(1,2)
Insidensi pneumonia
terjadi 5-10 kasus per 1000 pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjadi lebih
tinggi 6-20x pada pasien yang memakai alat bantu napas mekanis. Angka
kematian pada pneumonia nosokomial 20-50%. (5)
Identifikasi pneumonia dengan modalitas radiologi akan memberikan
gambaran yang sangat bervariasi mengingat pneumonia memiliki banyak
penyebab. Modalitas yang dapat digunakan saat ini berupa foto konvensional XRay Toraks, High Resolution CT-Scan Toraks. Selain itu pemeriksaan lain seperti
laboratorium, dan diagnostik intervensional lainnya juga dapat digunakan untuk
menunjang diagnosis pneumonia. (7)
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn. FS
Umur
: 63 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Alamat
: Aceh Timur
CM
: 1-09-23-75
Tanggal Masuk
: 01 Juni 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 02 Juni 2016
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
2.3
Pemeriksaan Fisik
: Kesan Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan Darah : 152/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 81 kali /menit, regular, isi cukup
Frekuensi Nafas : 21 kali /menit
Suhu Axilla
: 36,6 0C
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Ikterik
: (-)
Pucat
: (-)
Kepala
Rambut
: Hitam
Mata
Telinga
: Serumen (-/-)
Hidung
Mulut
Bibir
Lidah
: atrofi (-)
Leher
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Toraks
Inspeksi
Paru Paru
Tabel 2.1 Pemeriksaan fisik paru
Depan
Kanan
Fremitus normal
Redup
Bronkovesikuler (+)
Rhonchi (+)
Wheezing (-)
Kanan
Fremitus normal
Redup
Bronkovesikuler (+)
Rhonchi (+)
Wheezing (-)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kiri
Fremitus normal
Sonor
Bronkovesikuler (+)
Rhonchi (-)
Wheezing (-)
Kiri
Fremitus normal
Sonor
Bronkovesikuler (+)
Rhonchi (-)
Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
Batas kiri
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Pucat
(-)
(-)
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
(-)
(-)
Akral Dingin
(-)
(-)
(-)
(-)
10,2 g/dL
4,1 x 106 / mm3
7,8 x 103 / mm3
33 %
95 x 103 / mm3
3/1/0/52/34/10
159 mg/dL
24/1,04 mg/dL
147/2,9/102
pleura
kanan.
suram.
Jantung
membesar.
normal.
Aorta
Sinus
kostopfrenikus
kiri.
Diafragma,
dan
costae
Diagnosis Banding
- Pnemonia
- Tb paru
- Tumor paru
- Atelektasis
2.
Diagnosis Kerja
1. Empiema
2. Pneumonia
2.7
Penatalaksanaan
2.7.1
Non-Medikamentosa
1. Istirahat yang cukup
2. Kurangi melakukan aktivitas-aktivitas berat
3. Berhenti merokok
2.7.2. Medikamentosa
1. Bed rest
2. Inj. Ceftriaxone 1 gr /12 jam
3. Curcuma 3x1 tab
4. Ventolin 1x1
5. Omeprazole 20 mg 2x1
6. KSR 2x1
2.8
Prognosis
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia
juga dapat disebabkan oleh penyebab selain mikroorganisme (fisik, kimiawi,
alergi) sering disebut sebagai pneumonitis. Pneumonia merupakan proses
konsolidasi rongga udara akibat rongga udara alveolar terisi dengan eksudat
inflamatori yang disebabkan oleh adanya infeksi. (1-4)
3.2. Insidensi
Kejadian pneumonia nosokomial (hospital-acquired) di ICU lebih sering
daripada pneumonia nosokomial (hospital-acquired) di ruangan umum, yaitu
dijumpai pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat
ventilasi mekanik.(1)
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang-orang lanjut usia (lansia)
dan seirng terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapat terjadi
pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes mellitus (DM), payah jantung,
penyakit arteri koroner. Juga adanya tindakan infasive seperti infuse, intubasi,
traekostomi, atau pemasangan ventilator. Perlu diteliti faktor lingkungan
khususnya tempat kediaman misalnya di rumah jompo atau panti, penggunaan
antibiotik, obat suntik IV, serta keadaan alkoholik yang meningkatkan
kemungkinan terinfeksi kuman gram negative. Pasien-pasien pneumonia
komunitas juga dapat terinfeksi oleh berbagai jenis patogen yang baru. (1,8)
3.3 Etiologi
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan
hal ini berdampak kepada obat yang akan diberikan. Pneumonia dapat disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Dari kepustakaan pneumonia komuniti (community-acquired) yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit (nosokomial-acquired) banyak disebabkan bakteri
Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
Penyebab
Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
Basil usus gram negative (misal, Escherchia coli,
Klebisiella pneumonia)
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara
cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah
pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps pada waktu ekspirasi. (9,11)
Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara kolonisasi.
pasien
Hematogenik
Penyebaran langsung
Terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan
berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih
keluar dari pembuluh darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian, alveoli
yang terinfeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus.
Lobus bagian bawah paru paling sering terkena karena mikroorganisme penyebab
yang paling sering adalah bakteri anaerob sehingga oksigenasi berkurang atau
tidak terlalu dibutuhkan, disamping itu juga karena efek gravitasi. (5,3,14)
Adapun cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya
infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui
selang infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian
ventilator oleh Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacter.(1)
Faktor resiko yang berkaitan dengan pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme adalah usia lanjut, penyakit jantung, alkoholisme, diabetes
melitus, penggunaan ventilator mekanik, PPOK, immune defect, serta terapi
khusus. (6)
3.6 KLASFIKASI
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
3. Health Care Associated Pneumonia (HCAP)
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
5. Pneumonia aspirasi
B. Berdasarkan lokasi infeksi
1. Pneumonia lobaris
2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
3. Pneumonia interstisial
3.7 DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:
3.7.1 Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejalagejala meliputi:
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
sama seperti gambaran konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli
digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak lebih
opaq pada foto Roentgen. Jika kelainan ini melibatkan sebagian atau seluruh lobus
disebut lobaris pneumoniae, sedangkan jika berupa bercak yang mengikutsertakan
alveoli secara tersebar maka disebut bronchopneumoniae. (16,19)
Adapun gambaran radiologis foto toraks pada pneumonia secara umum
antara lain: (16-19)
a. Perselubungan padat homogen atau inhomogen
b. Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
c. Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.
Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/seperti pada atelektasis.
d. Air bronchogram sign adalah bayangan udara yang terdapat di dalam
e. Sillhoute sign adalah suatu tanda adanya dua bayangan benda (objek) yang
berada dalam satu bidang seakan tumpang tindih. Tanda ini bermanfaat
untuk menentukan letak lesi paru ; jika batas lesi dengan jantung hilang,
berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan. Maka akan disebut sebagai sillhoute sign (+) (4,22)
I.
Pneumonia Lobaris
Berikut ilustrasi progresifitas konsolidasi pada pneumonia lobaris :
pneumonia.
Akan
tetapi,
CT-scan
merupakan
pilihan
yang
Gambar 3.10 Pada foto toraks posisi PA di atas tampak perselubungan inhomogen pada
lobus medius di kedua lapangan paru. Bronchopneumonia ini sering disebabkan oleh
Staphylococcus aureus Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa. (19)
Gambar 3.11 Gambaran nodul sentrilobular dan ground-glass opacity pada CT scan
toraks pasien pneumonia
II.
Pneumonia Interstisial
Umumnya jenis pneumonia intersisial ini disebabkan oleh virus. Infeksi
dari virus berawal dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet
dan kelenjar mukus bronkioli, sehingga dinding bronkioli menjadi edematous.
Juga terjadi edema di jaringan interstisial peribronkial. Kadang-kadang alveolus
terisi cairan edema. Pneumonia interstisial dapat juga dikatakan sebagai
pneumonia fokal/difus, di mana terjadi infiltrasi edema dan sel-sel radang
terhadap jaringan interstisial paru. Septum alveolus berisi infiltrat limfosit,
histiosit, sel plasma dan neutrofil. Dapat timbul pleuritis apabila peradangan
mengenai pleura viseral.(17)
Gambar 3.13 Pada fase akut tampak gambaran bronchial cuffing, yaitu penebalan dan
edema dinding bronkiolus. Corakan bronkovaskular meningkat, hiperaerasi, bercakbercak inifiltrat dan efusi pleura juga dapat ditemukan. (19)
III.
Gambar 3.15
ground-glass opak
pada CT scan toraks(20)
IV.
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia aspirasi adalah masuknya benda atau zat asing, padat atau cair
ke dalam saluran pernafasan, inhalasi uap atau asap. Pneumonia ini biasanya juga
disebabkan oleh adanya flora orofaring normal yang teraspirasi ke dalam saluran
napas.(26)
Gambar 3.16 Gambaran foto toraks dan CT scan pneumonia aspirasi. Pada foto toraks
menunjukkan tampak perselubungan homogen bilateral di kedua lapangan paru yang
disertai dengan adanya endotracheal di atas carina. Kasus tersebut adalah seorang pria
usia 29 tahun, dengan riwayat cerebral palsy dan gangguan neurologis, di bawa ke
rumah sakit dengan kesadaran menurun.(26)
3.8
Penatalaksanaan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
Patogen Potensial
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Moksifloksasin, atau
Ciprofloksasin
Ampisilin/sulbaktam atau
Ertapenem
marcescens)
Catatan : Karena Streptococcus pneumonia yang resisten penisilin semakin sering
terjadi maka, levofloksasin, moksifloksasin lebih dianjurkan. (1,2)
Prognosis
Pada umumnya prognosisnya adalah baik, tergantung dari faktor penderita,
bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan
yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita
yang dirawat.
3.10
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumonia ekstrapulmoner,
3.11
Pencegahan
Untuk pneumonia komunitas (community-acquired), dapat dicegah dengan
penyakit kronik dan usia > 65 tahun, sedangkan pencegahan pada pneumonia
nosokomial (hospital-acquired) ditujukan kepada upaya program pengawasan dan
pengontrolan infeksi termasuk pendidikan staf pelaksana, pelaksanaan teknik
isolasi, dan praktek pengontrolan infeksi. Salah satau contoh tindakan
pencegahannya yaitu berupa pembatasan pemakaian selang nasogastrik atau
endotrakeal atau pemakaian obat sitoprotektif sebagai pengganti antagonis H2 dan
antacid.(1)
3.12 Diagnosis Banding
3.12.1 TB Paru
Gambaran klinis tumor paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subjektif dan objektif. Dari anamnesis akan didapat
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering sangat
membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa: (2)
Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak (dahak putih dapat juga purulen)
Batuk darah
Sesak nafas
Suara serak
Sakit dada
Sulit/sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di
otak, pembesaran hepar ata patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas
seperti: (2)
tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1cm. Tanda yang mendukung keganasan
adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll.(2)
Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi
pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB
untuk menentukan nodul agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.(2)
3.12.3 Atelektasis
BAB IV
MODALITAS RADIOLOGI
4.1 Pemeriksaan Radiologi pada Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi utama yang
bertanggung jawab terhadap angka kesakitan dan angka kematian yang signifikan
di seluruh dunia. Pemeriksaan radiologi memiliki peranan yang penting dalam
diagnosis dan tatalaksana pasien pneumonia. Modalitas radiologi yang paling
bermanfaat dalam pemeriksaan pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
pneumonia adalah foto toraks atau chest x-ray dan computed tomography (CT)
scan.(28)
Pemeriksaan foto toraks merupakan pemeriksaan konvesional dengan
harga yang terjangkau dan dapat dengan cepat menunjukkan kelainan yang paru
yang terjadi. Pemeriksaan foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang awal
yang penting pada semua pasien yang dicurigai terinfeksi pneumonia.
Berdasarkan American Thoracic Society guidelines, pemeriksaan foto toraks
dengan posisi posteroanterior (dan lateral jika diperlukan) harus dilakukan pada
semua pasien dewasa yang dicurigai menderita pneumonia. Pada kebanyakan
kasus hasil yang didapatkan dari gambaran foto toraks dapat mendiagnosis
pneumonia tanpa memerlukan pemeriksaan radiograpis tambahan.(28,29)
CT-scan merupakan pemeriksaan tambahan yang bermanfaat terhadap
pemeriksaan foto toraks. Meskipun kegunanan CT dalam diagnosis pneumonia
masih diragukan, penggunaan CT bermanfaat sebagai pemeriksaan tambahan pada
pasien dengan hasil gambaran foto toraks yang tidak jelas.(30)
4.1.1 Foto Toraks
Pemeriksaan radiologi paruparu atau yang lebih dikenal dengan
pemeriksaanfototoraksmerupakanpemeriksaanyangsangatpenting.Kemajuan
yangpesatselamadasawarsaterakhirdalamteknikpemeriksaanradiologistoraks
dan pengetahuan untuk menilai suatu roentgenogram toraks menyebabkan
pemeriksaantoraksdengansinarroentgeninimenjadisuatukeharusanyangrutin.
Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini dapat dianggap tidak
lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum
akhir terkena.
sedangkan
Klebsiela
pneumonia
sering
menunjukan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus. Gambaran lainnya dapat berupa bercak-bercak dan kavitas.
Kelainan radiologis yang lain yang khas yaitu penebalan (bulging) fisura
interlobar. Pneumonia yang disebabkan oleh kuman pseudomonas sering
memperlihatkan infiltrate bilateral atau gambaran bronkopnemonia.(2)
1.Pneumonia Lobaris
Foto Toraks
2.
Pneumonia Interstisial
Foto Toraks
4.1.2CTScan
CT-scan merupakan pemeriksaan tambahan yang bermanfaat terhadap
pemeriksaan foto toraks. Terdapat sejumlah literatur yang menunjukkan bahwa
CT merupakan pemeriksaan yang sensitif dan dan mampu menghasilkan
gambaran paru dengan resolusi yang sangat baik dan gambaran anatomi yang
menyerupai bentuk patologis aslinya. Gambaran asinar nodul, ground-glass
opacities, konsolidasi, air bronchogram, dan distribusi sentrilobular atau
perilobular dapat dilihat lebih baik dengan menggunakan CT dibandingkan foto
toraks.(28)
Meskipun demikian, penggunanan CT dalam diagnosis pneumonia masih
diragukan. Beberapa penelitian menunjukkan kegunaan CT dalam diagnosis
pneumonia terbatas pada keadaan-keadaan berikut: gambaran opasitas abnormal
yang tidak dapat dibedakan dari penyakit lain pada pemeriksaan foto toraks;
gambaran opak dengan bentuk ground glass, patch, atau linier/retikular pada foto
toraks; konfirmasi efusi pleura; pemeriksaan pada pasien neutropenia dengan
demam yang tidak diketahui sebabnya. Meskipun tidak direkomendasikan sebagai
pemeriksaan awal dalam diagnosis pneumonia, penggunaan CT bermanfaat
sebagai pemeriksaan tambahan pada pasien dengan hasil gambaran foto toraks
yang tidak jelas.(28,30)
1. Pneumonia Lobaris
CT Scan
Gambar 4.4 CT scan toraks pada pneumonia lobaris. Hasil CT dada ini menampilkan
gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.(28)
Gambar 4.5 Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak
menjalar sampai perifer.
3. Pneumonia Interstisial
CT Scan
Gambar 4.6 Gambaran CT scan pneumonia interstisial pada seorang pria berusia 19
tahun. (A) menunjukkan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler yang
irreguler. (B) CT scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukkan area
konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis atau
bronkiolektasis (tanda panah).(19)
BAB V
KESIMPULAN
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Pada pnemonia paru-paru mengalami proses konsolidasi rongga
udara akibat rongga udara alveolar terisi dengan eksudat inflamatori yang
disebabkan oleh adanya infeksi. Pemeriksaan radiologi yang dianjurkan adalah
foto toraks, baik untuk mendeteksi adanya pneumonia maupun evaluasi terapi.
Pemeriksaan foto toraks dianjurkan untuk dilakukan pada semua pasien yang
dicurigai mengalami infeksi pneumonia. Pemeriksaan CT-scan dapat dilakukan
sebagai pemeriksaan radiologis tambahan apabila pada pemeriksaan foto toraks
didapatkan gambaran patologis yang tidak jelas atau sulit dibedakan dengan
penyakit paru lain.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dahlan, Zul. Pneumonia. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing. 2009; hal 2196200, 2203-05
2.
3.
4.
Corr, Peter. Fot Toraks normal dan Infeksi Paru. In: Ramadhani, Dian.,
Dwijayanthi, Linda., Dharmawan, Didiek. Mengenali Pola Foto-Foto
Diagnostik (terjemahan dari Patterm Recognation in Diagnostic Imaging).
Jakarta: Penerbit EGC. 2010; hal 28, 33-5
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Patel, Pradip R. Radiologi Lecture Notes. Jakarta. EMS. 2009; hal 36-7
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Tsue J., Betty, Lyu E, Peter. Chest Radiography. In: Atlas of the Oral and
Maxillofacial Surgery Clinics. USA. WBS. 2002; Part Viral and Bacterial
Pneumonia
25.
Ahuja, A.T., Antonio, G.F., Yuen H.Y. Case Studies in Medical Imaging.
NewYork. Cambridge University Press. 2006; 23-4
26.
27.
28. Franquet T. Imaging of Pneumonia: trends and algorithms. Eur Resp J 2001;
18: 196-208
29. American thoracic society. Guidelines for management of adults with
community-acquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity,
antimicrobial therapy, and prevention. Am J Respir Crit.Care Med 2001; 163:
1730-54.
30. Shiley KT, Van Deerlin VM, Miller WT. Chest CT features of communityacquired respiratory viral infections in adult inpatients with lower respiratory
tract infections. J Thorac Imaging. 2010. 25(1):68-75