Anda di halaman 1dari 29

SMF/BAGIAN ILMU RADIOLOGI LAPORAN KASUS

RSUD PROF. W. Z. JOHANNES KUPANG MEI 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

“Gambaran Kecurigaan Tumor Paru Pada CT Scan disertai Efusi Pleura”

Disusun Oleh :

Theresia Yuliana Dati, S.Ked

(2108020017)

Pembimbing :

dr. Elsye R. F. Thene, Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. W.Z. JOHANNES KUPANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus ini diajukan oleh :


Nama : Theresia Yuliana Dati (2108020017)
Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan di hadapan pembimbing
klinik sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian
kepanitraan klinik di SMF/bagian Radiologi RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang.

Pembimbing Klinik :
1. dr. Elsye R. F. Thene, Sp. Rad 1..........................................

Ditetapkan di : Kupang
Tanggal : Mei 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus pada Kepaniteraan


Klinik Bagian Radiologi berjudul “Gambaran Kecurigaan Tumor Paru Pada CT
Scan disertai Efusi Pleura” sesuai dengan waktu yang direncanakan. Laporan Kasus
ini dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian kepanitraan klinik di bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa penyusunan laporan kasus ini tidak akan tercapai tanpa bantuan pihak-pihak
yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan referat ini.

Dalam penulisan Laporan kasus ini, terdapat banyak pihak yang telah
memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1) dr. Elsye R. F. Thene, Sp. Rad selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, memberikan kesempatan penulis untuk belajar, membagikan
ilmu dan pengetahuan, serta menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
penulisan referat ini.
2) Seluruh staf dan karyawan Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr.
W.Z.Johannes Kupang– Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
3) Teman-teman dokter muda di SMF/Bagian Ilmu Radiologi RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang, Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
4) Seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya pembuatan referat.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu semua saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada serta menjadi
sumber motivasi dan inspirasi untuk pembuatan referat selanjutnya.

Kupang, 14 Mei 2022


Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
1. Tumor Paru .................................................................................................. 6
2. Efusi Pleura ................................................................................................ 11
3. Patomekanisme Efusi Pleura Pada Tumor Paru ......................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 16
LAPORAN KASUS .............................................................................................. 16
A. Identitas Pasien........................................................................................... 16
B. Anamnesis .................................................................................................. 16
C. Pemeriksaan Fisik ...................................................................................... 17
D. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 18
E. Diagnosis .................................................................................................... 22
F. Planning Terapi .......................................................................................... 23
BAB IV ................................................................................................................. 24
PEMBAHASAN ................................................................................................... 24
BAB V................................................................................................................... 27
KESIMPULAN ..................................................................................................... 27
Daftra Pustaka ....................................................................................................... 28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor adalah benjolan abnormal dalam tubuh yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam penyakit antara lain keganasan dan infeksi. Tumor ganas paru
berasal dari tumor ganas epitel primer saluran nafas yang dapat menginvasi struktur
jaringan disekitarnya dan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah dan sistem limfatik.(1)

Prevalensi kanker paru primer di negara maju sangat tinggi. Di USA tahun
2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan l3% dari semua kanker
baru yang terdiagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28% dari seluruh
kematian akibat kanker). Indonesia menduduki peringkat ke-4 kanker paru
terbanyak di dunia. Tahun 1998 di Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais Jakarta
kanker paru menduduki urutan ke-3 sesudah kanker payudara dan leher rahim.
Angka kematian akibat kanker paru di seluruh dunia mencapai kurang lebih
satu juta penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar kanker paru mengenai laki laki
(65%) life time risk l:13 dan pada perempuan 1:20. Kelompok risiko tinggi ialah
laki-laki dengan usia >40 tahun.(2)

Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara jelas. Paparan atau
inhalasi berkepanjangan terhadap suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan
faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik dan lainlain. Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi
kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Manifestasi klinis
yang dapat ditemukan antara lain sesak nafas, batuk, nyeri dada, nyeri tulang
belakang, hemoptisis, anoreksia, penurunan berat badan yang signifikan, lemah
badan, dan obstruksi vena cava.(1,2)

CT (Computed Tomography) scan adalah pemeriksaan yang dapat


digunakan untuk mendiagnosis kelainan pada paru. Indikasi penggunaan CT scan
ialah penentuan stadium tumor paru, nodul paru yang soliter, massa, penyakit paru

4
infiltratif, pelebaran mediastinum dan massa pada mediastinum. CT scan menjadi
modalitas terpilih untuk menegakkan diagnosis kecurigaan tumor paru dan untuk
mengevaluasi tumor paru tersebut.(1,2)

B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi persyaratan dalam Kepaniteraan Klinik Bagian Radiologi
2. Menambah wawasan berupa gambaran tumor secara radiologis
3. Memuat sebuah kasus yang dicuriga keganasan tumor paru dari hasil
gambaran ct scan
4. Menambah kepustakaan pada kasus terkait tumor paru
C. Manfaat penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan ilmu di bidang terkait dengan
Gambaran kecurigan keganasan tumor paru melalui gambaran CT Scan.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
 Menambah kepustakaan pada Fakultas Kedokteran Universitas
Nusa Cendana yang dapat berguna dan bermanfaat oleh
mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan.
 Sebagai landasan dan bahan acuan untuk penelitian sejenis
selanjutnya yang terkait dengan keganasan pada tumor paru.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tumor Paru
A. Defenisi

Tumor paru adalah pertumbuhan sel yang tidak normal pada jaringan paru,
dapat bersifat jinak maupun ganas (World Health Organization, 2004). Tumor paru
merupakan suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak terkendali di dalam
paru-paru. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga
terbentuk simpai atau serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari
jaringan sehat.(3,4)

B. Diagnosis
 Anamnesis
Anamnesis dapat didapatkan dengan menanyakan gejala yang dialami oleh
pasien. Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk,
hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering
(60-70%) pada karsinoma paru. Keluhan suara serak menandakan telah terjadi
kelumpuhan saraf atau gangguan pada pita suara. Gejala sistemik yang juga kadang
menyertai adalah penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, nafsu makan
menurun, demam hilang timbul. Gejala yang berkaitan dengan gangguan neurologis
(sakit kepala, lemah/parese) sering terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak atau
tulang belakang. Nyeri tulang sering menjadi gejala awal pada karsinoma yang telah
menyebar ke tulang.(5)
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status) penderita
yang menurun, penemuan abnormal terutama pada pemeriksaan fisik paru berupa
adanya benjolan leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran hepar atau tanda
asites, nyeri ketok di tulang. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan
pada karsinoma paru dapat bervariasi tergantung pada letak, besar tumor dan
penyebarannya. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) supraklavikula, leher dan

6
aksila menandakan telah terjadi penyebaran ke KGB atau tumor di dinding dada,
kepala atau lokasi lain juga menjadi petanda penyebaran. Sesak napas dengan
temuan suara napas yang abnormal pada pemeriksaan fisik yang didapat jika
terdapat massa yang besar, efusi pleura atau atelektasis. Venektasi (pelebaran vena)
di dinding dada dengan pembengkakan (edema) wajah, leher dan lengan berkaitan
dengan bendungan pada vena kava superior (SVKS). Sindroma Horner sering
terjadi pada tumor yang terletak si apeks (pancoast tumor). Thrombus pada vena
ekstremitas ditandai dengan edema disertai nyeri pada anggota gerak dan gangguan
sistem hemostatis (peningkatan kadar D-dimer) menjadi gejala telah terjadinya
bendungan vena dalam (DVT). Tandatanda patah tulang patologik dapat terjadi
pada karsinoma yang bermetastasis ke tulang. Tanda-tanda gangguan neurologis
akan didapat jika karsinoma sudah menyebar ke otak atau tulang belakang.(5)
 Pemeriksaan Radiologi Toraks

Foto thorax AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien


dengan kecurigaan terkena karsinoma paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini,
lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan
penanganan dapat ditentukan. Jika pada foto thorax ditemukan lesi yang dicurigai
sebagai keganasan, maka pemeriksaan CT scan thorax wajib dilakukan untuk
mengevaluasi lesi tersebut. CT scan thorax dengan kontras merupakan pemeriksaan
yang penting untuk mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan
menentukan segmen paru yang terlibat secara tepat. CT scan thorax dapat diperluas
hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan metastasis hingga regio
tersebut.(5)

a. Gambaran Foto Thorax karsinoma Paru

Nodul soliter paru biasanya akan memberikan gambaran lesi berbentuk


seperti koin yang dikenal sebagai “coin lesion” dengan sekitar 50% bersifat
ganas (40% karena kanker paru primer, 10% oleh metastasis soliter). Sekitar
20-30% kanker paru memberikan gambaran radiologi berupa nodul soliter.
Karsinoma sentral berbeda dengan nodul soliter paru, karsinoma paru
sentral biasanya memberikan gambaran radiografi berupa massa pada hilum,

7
atau paru kolaps dan konsolidasi di distal karsinoma. Gambaran berikut ini bisa
menjadi penanda ada karsinoma sentral paru yang menyebabkan obstruksi jalan
napas(4,5)

- Golden S sign, menandakan adanya deviasi fissura di sekitar tumor


- Pneumonia yang terbatas pada satu lobus (atau lebih, tergantung ada letak
obstruksi pada bronkus)
- Pneumonia lokal yang menetap lebih dari 2 minggu atau kambuh pada lobus
yang sama

Pembesaran hilum merupakan gambaran radiografi umum adanya


massa hilum atau perihilum. Massa tumor dan pembesaran kelenjar limfe
menyebabkan gambaran hilum menjadi lebih opaque. Gambaran radiografi lain
yang biasanya menyertai adanya karsinoma paru adalah kalsifikasi pada lesi,
lesi berbentuk kavitasi, adanya lesi satelit, adanya tanda metastasis ke tulang
rusuk, serta pembesaran bayangan jantung akibat adanya efusi pericardium.
Selain gambaran khas yang telah disebutkan, karsinoma paru bisa memberikan
gambaran radiografi yang mirip dengan kelainan atau penyakit lain sehingga
memberikan gambaran berupa: cystic airspace like presentation, pneumonia
like presentation, pleural neoplasma like presentation, TBC like
presentation.(4,5)

Gambar 4. karsinoma paru pada pemeriksaan foto polos thorax(5)

8
b. Gambaran CT-Scan Thorax Karsinoma Paru

Salah satu kelebihan CT-Scan thorax dibandingkan foto thorax


konvensional adalah kemampuan dalam menilai tumor secara lebih detail
sehingga ukuran dan tepi tumor dapat dinilai lebih jelas, begitu pula dengan
penilaian terhadap ada tidaknya kalsifikasi, kavitasi, dan lemak. selain itu,
penilaian terhadap attenuation dan ground-glass opacity pada CT-Scan dapat
membantu dalam membedakan sifat karsinoma, jinak atau ganas.(4,5)

- Ukuran
Semakin besar ukuran suatu tumor pada gambaran radiologis, maka
semakin besar kemungkinan tumor tersebut bersifat ganas. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Henschke et al pada tahun 2004
menemukan bahwa tidak ada keganasan pada nodul dengan ukuran
diameter di bawah 5 mm, dan terdapat korelasi antara peningkatan
ukuran dan peningkatan kejadian keganasan. (4,5)
- Tepi
Tepi diklasifikasikan sebagai tepi reguler dan halus, berlobus, atau
irregular. Tepi yang berlobus menandakan pertumbuhan yang tidak
merata dan biasanya dikaitkan dengan tanda-tanda keganasan meskipun
dapat ditemukan pada sekitar 25% kasus tumor jinak. Di sisi lain,
meskipun tumor dengan tepi reguler dan halus biasanya jinak, sekitar
21% tumor ganas juga memberikan gambaran tepi yang reguler.
Sedangkan tumor bertepi irregular dengan tampilan corona radiata sign
mengindikasikan adanya infiltrasi dan distorsi tumor ke jaringan
sekitarnya dan hampir dipastikan bersifat ganas. (4,5)
- Kalsifikasi
Kalsifikasi lebih sering ditemukan pada tumor jinak. Penelitian yang
dilakukan Fishman AP et al (2010) memperlihatkan sifat kalsifikasi
pada tumor jinak, yaitu laminasi, dense central, dan popcorn. sedangkan
kalsifikasi eksentrik merupakan karakteristik tumor ganas. (4,5)

9
- Kavitasi
Kavitasi dapat ditemukan pada tumor jinak maupun ganas. sayangnya,
ketebalan dinding tidak dapat diandalkan untuk membedakan tumor
jinak dan ganas, meskipun kavitasi pada tumor ganas berdinding lebih
tebal dan irregular. (4,5)
- Lemak
Pada karsinoma adanya lemak di dalam tumor merupakan tanda yang
hampir memastikan sifat tumor jinak. Hamartoma, lipoid pneumonia,
lipoma merupakan contoh lesi pada paru yang memberikan gambaran
lemak di dalam lesi. (4,5)

Gambar 5 karsinoma paru CT Scan Thorax

Gambar 6. Anatomi MSCT thorax irisan axial pada


window mediastinum post kontras yang akan dinilai
yaitu bronchus primarius kanan (a), bronchus
primarius kiri (b), aorta (c), batas caitan efusi pleura
dengan lesi (d) dan kejelasan lesi (e). (6)

10
2. Efusi Pleura
A. Defenisi
Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya
penumpukan cairan pada rongga pleura yang berada dipermukaan pleura
visceral dan pleura parietal. Efusi pleura adalah penyakit primer yang termasuk
jarang terjadi akan tetapi terhadap penyakit lain efusi pleura merupakan penyakit
sekunder. (7)
B. Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan secara makroskopis dengan melihat tampilan kasar cairan
pleura dapat memainkan peran penting untuk mengetahui patogenesis efusi.
Cairan pleura secara makroskopik diperiksa warna, turbiditas dan bau dari
cairannya. Efusi pleura tansudate cairannya biasanya bening, transparant,
berwarna kuning jernih, tidak memiliki bau dan tidak menggumpal.(7,12)
Eksudat bersifat keruh hingga purulen, dan sering membeku karena
mengandung protein serum fibrinogen. Cairan pleura eksudatif biasanya banyak
mengandung leukosit dan tingginya kadar protein, selain itu mungkin memiliki
tampilan warna kekuning-kuningan yang mirip dengan transudat.(12)
Cairan pleura kemerahan atau hemoragik menunjukkan adanya darah
dengan kemungkinan penyebabnya adalah penyakit ganas, trauma, embolisasi
paru, infark paru, ruptur aneurisma aorta, trauma dada, pankreatitis, dan
tuberkulosi. Cairan pleura dengan sedikit warna kecoklatan adanya darah dalam
kurun waktu yang lama. Adanya cairan pleura berdarah menunjukkan
hemotoraks, hematokrit (>1/2 hematokrit darah) harus diperoleh.(12)
Identifikasi efusi pleura malignan dibuktikan dengan adanya penemuan sitologi
adanya sel-sel ganas dalam cairan pleura. Analisis sitologi cairan pleura
merupakan tes diagnostik lini pertama yang dilakukan setelah terdeteksinya
efusi pleura dan memberikan tingkat diagnostik sebesar 60%.(12)

C. Gambaran Rontgen Efusi Pleura


Kelainan pada foto rontgen PA baru akan terlihat jika akumulasi cairan
pleura mencapai 300 mL. Pada mulanya, cairan berkumpul pada hemitoraks di

11
antara permukaan inferior paru dan diafragma terutama disebelah posterior,
yaitu sinus pleura yang dalam. Jika cairan pleura terus bertambah banyak, maka
cairan akan menuju keatas yaitu ke daerah paru yang cekung dan mencapai
kebagian atas. Diafragma dan sinus kostofrenikus tidak akan terlihat jika cairan
pleura mencapai 1000 mL. Jika pada foto PA efusi pleura tampak tidak jelas
maka dapat dilakukan foto lateral decubitus. (7)
Cairan pleura, pada posisi tegak mengikuti gravitasi sehingga akan berada
pada bagian paling bawah thoraks yang memberikan gambaran sebagai berikut:
 Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas yang sama dengan
bayangan jantung.
 Hilangnya garis diafragma dan sudut costrofrenikus
 Tidak terlihatnya gambaran paru atau bronkus

Efusi pleura memiliki gambaran yang bervariasi antara lain


- Penumpulan sulcus costofrenikus

- Efusi subpulmonal

- Meniscus sign

12
- Perselubungan pada hemithoraks (Masif)

3. Patomekanisme Efusi Pleura Pada Tumor Paru


Akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh darah karena reaksi inflamasi oleh infiltrasi sel kanker
pada pleura parietal dan viseral. Mekanisme yang lain adalah invasi langsung sel
tumor yang berdekatan dengan pleura, obstruksi pada kelenjar limfe dan
gangguan absorbsi oleh pembuluh limfe pleura parietal.(8)
Efusi pleura dapat berbentuk transudat, terjadi karena penyakit lain bukan
primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hepatis, syndrome nefrotik,
dialysis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis,
konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumothoraks. Efusi eksudatif
terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler
pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat
atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan kedalam rongga pleura. Penyebab
pleuritis eksudatif yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberculosis
dan dikenal sebagai pleiritis eksudatif tuberculosis. Sebab lain seperti
parapneumonia, parasit (amuba, paragonimiosis, ekinokokkus), jamur,
pneumonia atipik (virus, mikoplasma, fever, legionella), keganasan paru, proses
imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis rematoid, sarkoides, radang sebab
lain seperti pancreatitis, absestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi. (8)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan melebihi volume normal dalam
rongga pleura dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh
pleura parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan
pembuluh darah mikropleura visceral atau sebaliknya yaitu apabila produksi
cairan melebihi kemampuan penyerapan. (8)

13
Pada keadaan normal ruangan interpleura terisi sedikit cairan untuk sekedar
melicinkan permukaan kedua pleura parietalis dan viseralis yang saling bergerak
karena pernapasan. Cairan disaring keluar pleura parietalis yang bertekanan
tinggi dan di serap oleh sirkulasi di pleura viseralis yang bertekanan rendah. Di
samping sirkulasi dalam pembuluh darah, pembuluh limfe pada lapisan
subepitelial pleura parietalis dan viseralis mempunyai peranan dalam proses
penyerapan cairan pleura tersebut. Sehingga mekanisme yang berhubungan
dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah kenaikan tekanan hidrostatik
dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi kapiler, penurunan tekanan kavum
pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga
pleura. (8)
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan
terjadi pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum,
sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,
virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Kelebihan
cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya
satu dari empat mekanisme dasar : Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau
limfatik, penurunan tekanan osmotic koloid darah, peningkatan tekanan
negative intrapleura, dan adanya inflamasi atau neoplastik pleura. (8)
Penyebab lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung, Kadar protein
yangrendah,sirosis,pneumonia,blastomikosis,koksidioidomikosis,tuberkulosi,
histoplasmosis, kriptokokosis, abses dibawah diafragma, artritis rematoid,
pankreatitis, emboli paru, tumor, lupus eritematosus sistemik, pembedahan.
jantung, cedera di dada, obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid,
fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin),
Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.(8)
Pleura terdiri atas suatu lapisan parietal yang menerima persediaan
darah dari arteri sistemik, dan suatu lapisan visceral yang diperdarahi oleh

14
system arteri pulmonalis. Pada lapisan visceral, alas pembuluh darah (Vascular
bed) lebih luas dan tekanan hidrostatik lebih rendah. Sifat fisiologik ini
membantu gerakan cairan yang dinamis dari kapiler pleura parietal kedalam
rongga pleura, dimana cairan ini direabsorbsi oleh kapiler visceral. Pleura
parietal dan visceral mempunyai banyak pleksus pembuluh darah yang dapat
mendrainase zat-zat berbobot molekul tinggi misalnya protein. Sekitar 700 mL
cairan pleura dihasilkan dan direabsorbsi tiap hari. (8)
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan
antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan
pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.
Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan
interstitial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam
rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar
pleura. Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk
pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piothoraks. Bila proses ini mengenai
pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemothoraks. Hubungan
antara carcinoma paru dan efusi pleura berpengaruh kepada kinerja paru itu
sendiri. complience paru akan menjadi berkurang sehingga mengalami
hipoventilasi. (8)

15
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. AS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
No. MR : 553440
Tanggal MRS : 23 Maret 2022
Tanggal pemeriksaan : 22 April 2021
Ruangan : Kelimutu
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Flores, Bajawa
Agama : Katolik

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 22 April 2022, bertempat di Ruang kelimutu
RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes. Anamnesis dengan menggunakan metode
Alloanamnesis dengan pasien dan keluarga.

Keluhan Utama : Sesak dan kesulitan bernapas

Riwayat Penyakit sekarang : Pasien mengeluh sesak dan kesulitan bernapas sejak
3 bulan lalu SMRS. Sesak dirasakan pada dada bagian kanan dan punggung
belakang. Keluhan muncul saat pasien beraktivitas dan membaik dengan
beristirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada bagian kanan, nyeri muncul saat
pasien menarik napas. Pasien kesulitan menggerakan tangan bagian kanan sewaktu
sakit. Batuk berdarah (+) dalam jumlah sedikit bercampur lendir, Pilek (-), Sakit
kepala (-), Demam (-).

Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi (-), DM(-), Asma (-)


Riwayat penyakit keluarga : -

Riwayat pengobatan : -

16
Riwayat sosial : Merokok (-), alkohol (-)

C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
GCS : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 71 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
SpO2 : 96%
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-)
Telinga : Deformitas tulang telinga (-/-), Otorrhea (-/-)
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis (-)
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB pada daerah leher kanan
dan kiri
Thorax :
Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris
- Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), vocal fremitus D=S
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, Distensi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas : hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik

17
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (07/04/2022)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 10,5 (L) g/dL 13.0-18.0
Jumlah 4,97 106/uL 4,50-6.20
eritrosit
Hematokrit 32,5 (L) % 40.0-54.0
3
Jumlah 13,51 10 /uL 4.00-10.00
leukosit (H)
Hitung Jenis 0 (L) % 1-5
Eosinofil
Hitung Jenis 0 % 0-1
Basofil
Hitung Jenis 74 (H) % 50-70
Neutrofil
Hitung Jenis 15.00 % 20.00-40.00
Limfosit (L)
Jumlah 258.000 103/uL 150.00-400.00
trombosit
Albumin 2.55 (L) g/dL 3.40-5.20
Natrium 129 (L) mmol/L 132-147
darah
Kalium darah 3.19 (L) mmol/L 3.50-4.50
Kalsium Ion 0.99 (L) mmol/L 1.12-1.32
Total 1.97 (L) mmol/L 2.20-2.55
Kalsium

Hasil Lab Patologi Anatomi (07/04/2022)


Jenis Pemeriksaan : Sitologi Eksfoliatif
Makroskopik : Diterima 1 tempat berisi cairan warna merah. Volume 1000 ml,
tanpa fiksasi, dibuat 3 slide sediaan.
Mikroskopik : Sediaan hiposeluler, terdiri atas beberapa limfosit dan cyst
macrofag serta debrinekrotik. Tidak tampak tanda ganas.
Kesimpulan : Negatif, Tidak Tampak Tanda Ganas

18
CT-Scan Thorax tanpa dan dengan kontras (23/03/2022)

Tampak densitas cairan masif di cavum pleura kanan yang sebagian pocketed di
cavum pleura kanan atas
Tampak kolaps lobus medianus dan inferior paru kanan

Tampak lesi solid hypodense batas sebagian tidak tegas, lobulated, ukuran +/-
7x6x5 cm di perihiler kanan yang tampak menyebabkan obstruksi bronchus cabang
medianus dan inferior paru kanan

Tampak pembesaran KGB multiple paratrakea kanan ukuran terbesar +/- 1,1 dan
subcarina ukuran terbesar +/- 1,6 cm
Jantung dan pembuluh darah besar tampak baik
Trachea dan main bronchus kanan kiri tampak baik
Tak tampak infiltrat/fibrosis/nodul/massa/GGO di paru kiri
Tak tampak kolaps/ pneumothorax di paru kiri
Tak tampak densitas cairan di cavum pleura kiri
Tak tampak proses osteolitik/blastik di tulang-tulang
Tak tampak nodul di hepar dan suprasternal kanan dan kiri

Kesan :

1. Efusi pleura masif kanan yang sebagian pocketed di cavum pleura kanan
atas
2. Suspect malignant mass paru kanan ukuran +/- 7 x 6 x 5 cm di perihiler
kanan yang tampak menyebabkan obstruksi bronchus cabang medius dan
inferior paru kanan sehingga tampak atelektasis lobus medius dan inferior
paru kanan
3. Suspicious lymphadenopati multiple paratrakhea kanan ukuran terbesar +/-
1,1 cm dan subcarina ukuran terbesar +/- 1,6 cm

19
Gambar 1. CT Scan Thorax

20
Foto Thorax PA/AP(16/04/2022)
Cor : terkesan agak membesar, posisi asimetris dan batas kanan suram, apex
tertanam
Pulmo : corakan bronchovascular normal. Tampak perselubungan inhomogen
dilapangan bawah paru kanan yang mengobliterasi sinus kostofrenik,diafragma dan
batas kanan jantung. Curiga terdapat perselubungan homogen didaerah hilus/
parakardial kanan. Tampak pula infiltrate halus di lapangan bawah paru kiri.
Sinus pleura dan diafragma kiri normal
Tulang-tulang tak tampak kelainan
Kesan :
- Suspek kardiomegali dengan LVH
- Bronkopneumonia
- Efusi pleura ringan-moderete dextra disertai kecurigaan atelektasis
segmental paru kanan.

Gambar 2 Foto Rontgen toraks pasien setelah tindakan Water Seal


Drainage (31/03/2022)

21
Foto Thorax Lateral Dextra (19/04/2022)

Tampak perselubungan/ kesuraman di lapangan bawah paru yang mengaburkan


batas-batas jantung
Diafragma kiri tampak dengan sinus yang suram
Tampak fibrosis paru disertai infiltrate paru dibagian dorsal

Kesan

- Efusi pleura kanan


- Bronkopneumonia disertai sisa-sisa proses lama paru, curiga TB Paru
- Curiga efusi pleura ringan sinistra

Gambar 3. Foto Thorax Lateral Dextra

E. Diagnosis
 Tumor Paru Dextra
 Efusi Pleura Dextra

22
F. Planning Terapi
Sp. P :

- IVFD Bifluid + Frutolit 1:1


- OMZ 2 x 40 IV
- Nat 3 x 200 po
- MST 2 x 10 po
- Livron B plex 1 x 1 po
- Ceftriaxone 2 x 2 IV
- Laxadin 2 x 1 po
- Sucralfat 3 x 1 po
- Vip Albumin 3 x 1 po
- Probiosin 1-0-0 po
- Loditam 3 x 1 po
- PCT 1 gram IV

23
BAB IV
PEMBAHASAN
Tumor ganas paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia,
mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis keganasan yang ada, dan
penyebab sepertiga dari seluruh kematian akibat keganasan pada laki-laki. Di
Indonesia, tumor ganas paru merupakan jenis tumor terbanyak dilaporkan pada
laki-laki, dan terbanyak kedua untuk semua jenis tumor pada perempuan.(9) Pada
Kasus, pasien laki-laki merupakan seorang wirausaha yang berumur 65 tahun, serta
pasien tidak memiliki riwayat kebiasaan merokok. Pertambahan usia dikaitkan
dengan semakin banyaknya paparan terhadap faktor risiko seperti merokok dan
lingkungan pekerjaan terpapar dengan polusi udara dan berbagai zat karsinogenik
serta penurunan kemampuan perbaikan sel.

Kanker paru memberikan manifestasi klinis berdasarkan tempat kejadian.


Untuk tumor yang tumbuh setempat (lokal/ primer) manifestasi dapat berupa
hemoptisis, kehilangan berat badan yang nyata, penurunan nafsu makan, sesak
nafas, nyeri pada dada dan punggung, kelelahan/kelemahan badan dan batuk.
Kanker paru dengan penyebaran intratorakal memberikan gejala seperti penurunan
suara nafas dan sesak nafas, penurunan suara jantung disertai pembesaran jantung,
kesulitan menelan, peninggian diafragma, pembengkakan wajah, edema
ekstremitas, suara serak, batuk yang jarang, nyeri dada pleura, ptosis, miosis, facial
anhidrosis, serta nyeri punggung dan otot sepanjang servikal 8 - torakal 3. Kanker
yang sudah bermetastase jauh biasanya ditandai dengan kelemahan, penurunan
berat badan, anoreksia, hepatomegali, nyeri, fraktur pada tulang, peningkatan
alkalin fosfatase, limfadenopati, nyeri kepala, kejang, mual, muntah, perubahan
status mental, insufisiensi adrenal, dan nodul subkutan.(2) Pada pasien ini ditemukan
gejala seperti sesak dan kesulitan bernapas, sesak pada dada bagian kanan dan
punggung belakang, nyeri dada bagian kanan, kesulitan menggerakan tangan
bagian kanan, batuk berdarah (+) dalam jumlah sedikit bercampur lendir.

24
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis suatu
kanker paru antara lain berupa foto toraks dan histopatologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lokasi tumor paru terbanyak pada paru kanan. Titis et al.
(2011) juga menemukan lokasi terbanyak pada kasus tumor paru ialah pada paru
kanan. Penelitian yang dilakukan Roth et al. juga menemukan hasil yang sama,
yaitu lokasi tumor terbanyak pada paru kanan. Secara anatomis, paru kanan
mempunyai ukuran yang lebih besar dan mempunyai tiga lobus bila dibandingkan
dengan paru kiri yang lebih kecil dan hanya mempunyai dua lobus; tetapi keduanya
mempunyai kecenderungan sebagai lokasi tumbuhnya tumor.(1)
Pada pasien ini awalnya dilakukan pemeriksaan MSCT thorax tanpa dan
dengan kontras memberi kesan efusi pleura masif kanan yang sebagian pocketed di
cavum pleura kanan atas, suspect malignant mass paru kanan ukuran +/- 7 x 6 x 5
cm di perihiler kanan yang tampak menyebabkan obstruksi bronchus cabang
medius dan inferior paru kanan sehingga tampak atelektasis lobus medius dan
inferior paru kanan serta suspicious lymphadenopati multiple paratrakhea kanan
ukuran terbesar +/- 1,1 cm dan subcarina ukuran terbesar +/- 1,6 cm. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa CT Scan thorax dapat memberikan kesan
yang kuat terhadap keganasan (malignansi) pada pasien dengan lesi fokal paru
berupa nodul soliter atau massa bila terdapat gambaran morfologi kanker paru yaitu
tepi irreguler spiculated, bentuk berlobulasi, air bronchograms, pleural tail,
kavitas,ukuran lesi >3 cm,nilai atenuasi lebih dari 20 HU setelah pemberian
kontras, kalsifikasi, ground glass opacity dan rigler notch sign.(10)
Pada kasus, tindakan WSD dilakukan pada pasien ini setelah hasil CT Scan
keluar. Pada pemeriksaan patologi anatomi efusi pleura pasien, secara makroskopik
berisi cairan warna merah dengan volume berjumlah 1000 ml. Sedangkan
mikroskopiknya, tampak sediaan hiposeluler, terdiri atas beberapa limfosit dan cyst
macrofag serta debrinekrotik. Dengan kesimpulan negatif, atau tidak tampak tanda
ganas pada efusi pleura pasien. Berdasarkan teori, Secara makroskopis cairan
pleura kemerahan atau hemoragik menunjukkan adanya darah dengan
kemungkinan penyebabnya adalah penyakit ganas, trauma, embolisasi paru, infark
paru, ruptur aneurisma aorta, trauma dada, pankreatitis, dan tuberkulosi. Karena,

25
Identifikasi efusi pleura malignan dibuktikan dengan adanya penemuan sitologi sel-
sel ganas dalam cairan pleura, maka pada kasus ini belum bisa ditegakan
berdasarkan hasil CT Scan saja. Gold standard penentuan suatu keganasan atau
kanker, ditegakan berdasarkan temuan patologi anatominya yaitu berdasarkan
adanya sel-sel ganas dalam cairan pleura tersebut. Pada pasien, tidak ditemukan
tanda ganas pada cairan efusi pleura, berbanding terbalik dengan makroskopik yang
didapatkan yaitu berwarna merah. Hal ini memungkinkan terjadinya ekstravasasi
darah atau pembuluh darah yang terbawa oleh spuit saat tindakan WSD dikerjakan.
Terjadinya efusi pleura pada tumor paru yaitu dengan menumpuknya sel
tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein. Adanya
massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah
bening, sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein.
Terjadi ketidakseimbangan, dalam hal ini terjadi penurunan protein plasma dalam
arteri bronkiolus, vena bronkiolus, vena pulmonalis dan pembuluh limfe akan
menyebabkan transudasi cairan ke cavum pleura, sehingga cairan akan terkumpul
didalam kavum pleura.(1,6)

Gambaran cairan efusi dan kecurigaan lesi pada CT Scan Thorax pasien

Pemeriksaan foto thorax posteroanterior dan lateral dextra dilakukan setelah


pemasangan WSD yang bertujuan untuk memastikan selang terpasang dengan tepat
pada paru kanan, evaluasi lanjutan berkurangnya efusi pleura yang terjadi pada
pasien.(11)

26
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun dengan
diagnosis tumor paru dextra dan efusi pleura masif, diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis yang di dapat pada pasien berupa keluahan sesak dan
kesulitan bernapas pada dada kanan dan punggung belakang, batuk berdarah (+)
dalam jumlah sedikit bercampur lendir. Berdasarkan teori keluhan sesak pada
pasien ini terjadi akibat penumpukan cairan pada rongga pleura yang berada
dipermukaan pleura visceral dan pleura parietal.

Pada pemeriksaan penunjang MSCT Scan thorax didapatkan kesan efusi


pleura masif kanan, suspect malignant mass paru kanan serta suspicious
lymphadenopati multiple paratrakhea kanan. Dilakukan tindakan pemasangan
WSD serta pemeriksaan patologi anatomi dari efusi pleura pasien. Pada kasus ini
belum bisa ditegakan sebagai suatu keganasan pada paru, karena berdasarkan
temuan patologi anatomi tidak didapatkan adanya sel-sel ganas dalam cairan pleura
tersebut. Pengambilan foto rontgen thorax untuk memastikan selang terpasang
dengan tepat pada paru. Saat ini perawatan pasien telah mendapatkan perawatan
non medikamentosa berupa KIE dan medikamentosa serta kontrol poli rutin.

27
Daftra Pustaka
1. Tandi, Meidianty; Tubagus, Vonny N.; Simanjuntak, Martin L. Gambaran
Ct Scan Tumor Paru Di Bagian/Smf Radiologi Fk Unsrat Rsup Prof. Dr. Rd
Kandou Manado Periode Oktober 2014-September 2015. E-Clinic, 2016,
4.1.
2. Joseph, Junita; Rotty, Linda Wa. Kanker Paru: Laporan Kasus. Medical
Scope Journal (Msj), 2020, 2.1.
3. Yulianawati, Ana; Widodo, Sri. Penurunan Frekuensi Pernafasan Pada
Klien Tumor Paru Dengan Pemberian Terapi Inhalasi Nebulizer. Ners
Muda, 2021, 2.1: 30-35.
4. Ilyas, Muhammad. Gambaran Radiologi Toraks Pasien Tumor Paru Di
Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2016 Sampai
Juni 2017. 2017.
5. Putri, Diandra Erieka. Gambaran Foto Polos Thorax Pasien Yang Telah Di
Diagnosis Karsinoma Paru Dengan Ct Scan Di Rsud Jombang. 2020. Phd
Thesis. Universitas Muhammadiyah Malang.
6. HASTUTI, Tri Puji, et al. Analisis Informasi Citra Anatomi MSCT Thorax
dengan Kasus Efusi Pleura Kanker Paru pada Window Mediastinum Post
Kontras menggunakan Variasi Nilai Window Width. Jurnal Imejing
Diagnostik (JImeD), 2020, 6.1: 28-35.
7. Komariyah, Siti. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Effusi Pleura
Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas. 2020. Phd
Thesis. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
8. Adiatma, Adiatma; Kholis, Fatur Nur. Hubungan Antara Karsinoma Paru
Dengan Efusi Pleura. 2012. Phd Thesis. Fakultas Kedokteran.
9. IQBALAWATY, Indrita, et al. Profil hasil pemeriksaan CT-Scan pada
pasien tumor paru di Bagian Radiologi RSUD Dr. Zainoel Abidin periode
Juli 2018-Oktober 2018. Intisari Sains Medis, 2019, 10: 625-630.
10. ICKSAN, Aziza, et al. Kriteria Diagnosis Kanker Paru Primer Berdasarkan
Gambaran Morfologi pada CT Scan Toraks Dibandingkan dengan Sitologi.
Indonesian Journal of Cancer, 2008, 2.1.
11. MASYHUDI, Akmal Niam Firdausi; FATAH, Sahal; SAKTINI, Fanti.
Hubungan Jumlah Volume Drainase Water Sealed Drainage Dengan
Kejadian Udema Pulmonum Re-ekspansi Pada Pasien Efusi Pleura Masif.
2014. PhD Thesis. Faculty of Medicine Diponegoro University.
12. M. Fachrurozi sidiq, h. Agustina, dimas kulsum: Profil Klinis, Gambaran
Makroskopis Dan Mikroskopis Cairan Efusi Pleura Pada Pasien Rawat Inap
Di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2016-Desember 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai