Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENYAKIT GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


(KANKER PARU)

Mata Kuliah : Tren dan Issue Keperawatan

Dosen Mata Kuliah : Ns. Rizkan Djafar S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok I :

1. Natasya Talaki ( 2001033 )


2. Firdad Rahman ( 2001002 )
3. Andini P. Napu ( 2001019 )

UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH MANADO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STDUI NERS

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa karna dengan
rahmat, karunia serta taufik hidayatnya Kami dapat menyelesaikan Makalah Tentang
(Penyakit Gangguan Pernafasan CA Paru) Saya sangat berharap makalah ini dapat
berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Saya juga menyadari sepenunnya bahwa didalam makalah ini terdapat


kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Saya berharap adannya
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Manado, 28 Oktober 2023

Kelompok I
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .................................................................................................I

KATA PENGANTAR ...............................................................................................II

DAFTAR ISI ............................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan Penlisan .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................3

A. Definisi Kanker Paru ........................................................................................3


B. Etiologi Kanker Paru ........................................................................................3
C. Patofisiologi Kanker Paru .................................................................................4
D. Klasifikasi Histologi Kanker Paru ....................................................................5
E. Pemeriksaan Diagnosis Kanker Paru ................................................................5
F. Manifestasi Klinis Kanker Paru ........................................................................7
G. Komplikasi Kanker Paru ...................................................................................7
H. Penatalaksanaan Kanker Paru ...........................................................................7
I. Analisa Jurnal Kanker Paru ..............................................................................9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................19

A. Kesimpulan .....................................................................................................19
B. Saran ...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................20


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer) atau keganasan dari luar paru (metastasis).
Berdasarkan jenis sel dan ukurannya kanker paru terbagi menjadi dua tipe utama yaitu
kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non small cell lung cancer
(NSCLC) dan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) atau small cell lung cancer
(SCLC).

Insiden kanker paru-paru rendah pada usia di bawah 40 tahun, meningkat


sampai usia 70 tahun. Faktor risiko utama untuk kanker paru-paru adalah merokok.
Faktor risiko lain untuk kanker paru-paru adalah paparan radiasi, paparan okupasi
terhadap bahan kimia karsinogenik, riwayat kanker pasien atau keluarga pasien, dan
riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.

Berdasarkan data Global Cancer Statistics (GLOBOCAN) terbaru dirilis oleh


International Agency for Research on Cancer (IARCH)-WHO menunjukan
peningkatan kasus kanker yang terjadi di tahun 2020 dengan 19,3 juta kasus baru dan
10 juta kematian akibat kanker. Sementara itu, lebih dari insiden dan kematian kanker
ini terjadi di wilayah Asia

Pada tahun 2019, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa


kanker adalah penyebab utama kematian utama atau kedua pada orang di bawah usia
70 tahun di 112 dari 183 negara. Kanker paru-paru juga merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker di Indonesia. Setiap jam, empat pasien didiagnosis menderita
kanker paru-paru dan tiga pasien meninggal akibat kanker paru-paru di Indonesia.
Insiden dan kematian kanker paru-paru di Indonesia lebih tinggi dari rata-rata di Asia
dan di dunia. Masalah ini sesuai dengan jumlah perokok di Indonesia yang merupakan
salah satu yang tertinggi di dunia, yaitu 34% dari total penduduk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksut dengan kanker paru?
2. Bagaimana etiologi kanker paru?
3. Bagaimana patofisiologi kanker paru?
4. Apa saja klasifikasi histologi kanker paru?
5. Apa saja pemeriksaan diagnosis kanker paru?
6. Apa saja manifestasi klinis kanker paru?
7. Apa saja komplikasi kanker paru?
8. Apa saja penatalaksanaan kanker paru?
9. Apa isi analisa jurnal kanker paru?

1
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksut dengan kanker paru
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi kanker paru
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi kanker paru
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi histologi kanker paru
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnosis kanker paru
6. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis kanker paru
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi kanker paru
8. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan kanker paru
9. Untuk mengetahui apa isi analisa jurnal kanker paru

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Paru


Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung
membelah dan tumbuh dengan cara yang tidak terkendali serta beberapa kasus terjadi
metastasis/menyebar (Stephen & Chris, 2010). Kanker paru merupakan suatu
tranformasi dan ekspansi dari jaringan paru yang ganas serta merupakan kanker
paling mematikan dari seluruh kanker di dunia (York, N.L. In J.M, 2009). Menurut
York, N.L. In J.M, (2009). Primary Lung Cancer berasal dari mutasi sel epitel yang
disebabkan oleh karsinogen dan dipengaruhi oleh faktor genetik (Lewis, S.L., Bucher,
L., Heitkemper, M.M & Harding, 2016). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kanker paru adalah pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali, bersifat
ganas dan merupakan kanker yang paling mematikan.

B. Etiologi
Penyebab kanker paru sampai saat ini masih belum jelas, namun ada beberapa
faktor risiko yang mempengaruhi antara lain :
a. Merokok
Secara umum 85-90 % pasien kanker paru adalah perokok (Pass, H.I., Carbone,
D.P., Johnson, D.H., Minna, J.D., Scagliotti & A.T, 2012). Risiko kanker paru
berkembang juga pada perokok pasif yaitu sekitar 12-15 per 100.000 penduduk
dan perokok aktif 1 bungkus perhari meningkatkan risiko terjadi kanker paru 10
kali lipat, dibandingkan dengan perokok pasif (Gates, R.A & Fink, 2008). Bahan
yang terkandung dalam rokok dapat merusak DNA secara langsung yaitu
polycystic aromatic hydrocarbon dapat merusak p53 gen yang secara normal
mencegah pertumbuhan sel kanker dan tobacco-specific nitrosamine
(Cancerresearchuk.org., 2014). Faktor risiko kanker paru akibat merokok
dipengaruhi oleh jumlah paparan asap tembakau, banyaknya rokok yang dihisap,
awal usia merokok, kedalaman inhalasi nikotin dan kandungan nikotin (Lewis,
S.L., Bucher, L., Heitkemper, M.M & Harding, 2016).

b. Polusi Udara
Polusi udara seperti polusi industri, bahan bakar limbah industri, asap makanan,
lingkungan yang yang tercemar dengan asap rokok, zat karsinogen yang berasal
dari serbuk material dinding dan bahan dekorasi seperti formaldehyde dan
benzene (Krasna,M.J & Petrelli, 2016). Bahan polusi yang masuk ke dalam paru
kemudian masuk ke sirkulasi darah seperti halnya gas CO yang bersifat
neurotoksik dan benzene yang merupakan bahan karsinogen (Budiyono, 2001).

3
c. Paparan Karsinogenik
Asbes, radiasi terutama radon dan polusi industri seperti radiasi pengion, debu
batu bara, nikel, uranium, kromium, formalin dan arsenik merupakan karsinogenik
yang berisiko terhadap kanker paruparu (Lewis, S.L., Bucher, L., Heitkemper,
M.M & Harding, 2016). Paparan asbestos berisiko terkena 9 kali lipat, tergantung
pada jenis serat, ukuran serat dan paparan lingkungan (Stoppler, 2011)

d. Genetik
Faktor genetik berperan terhadap munculnya kanker paru (Albert AJ and Samet
J.M, 2003). Peran genetik polymorphisms dan riwayat keluarga sebelumnya akan
meningkatkan risiko terkena sebanyak 1,8 x lipat walaupun dampaknya tidak
secara langsung, karena dipengaruhi juga oleh merokok dan faktor risiko lainnya
(Stewart, 2010).

e. Riwayat Penyakit Paru


Sebelumnya Risiko kanker paru meningkat pada fibrosis paru seperti bronkitis
kronis, emfisema dan peningkatan risiko kanker paru setelah didiagosis TB telah
dilaporkan dalam studi kohort dan kasus kontrol (Pass, H.I., Carbone, D.P.,
Johnson, D.H., Minna, J.D., Scagliotti & A.T, 2012). Emfisema juga berisiko
meningkat sebanyak 2-24 kali (Cancerresearchuk.org., 2014)

f. Riwayat Kanker
Sebelumnya Risiko kanker paru-paru meningkat pada penderita kanker limfoma
non-hodgkin, testis, sarkoma uterus, kanker kepala dan leher, bibir,
kerongkongan, kanker buli, dan leukemia limfositik kronis, kanker hati, cervix,
rahim, dan ginjal (Cancerresearchuk.org., 2014).

C. Patofisiologi

Kanker paru terjadi saat sel-sel mengalami mutasi dan bereproduksi berlebihan (Black, J.M.,
& Hawk, 2014). Hal ini mempengaruhi gen untuk mengaktifkan protooncogen (mediator
positif pada proliferasi sel) dan menonaktifkan gen tumor supresor (mediator negatif dari

4
proliferasi sel) yang bersinergi dengan genetik lainnya (kromosom) yang mempengaruhi K-
ras, p53 dan P16, sehingga terjadi pertumbuhan sel abnormal (Zander, D.S., Popper, H.,
Jagridar,J., Haque, A., Cagle, P.T., & Barrios, 2010). Lewis et all (2016) juga menjelaskan
bahwa mutasi tersebut terjadi pada sel epitel yang disebabkan karena adanya karsinogenik,
dipengaruhi oleh faktor genetik dan terjadi pertumbuhan neoplastik secara perlahan .

D. Klasifikasi Histologi Kanker Paru


Klasifikasi histologi menurut (Stewart, 2010) yaitu :
a. Squamous cell carcinomous yaitu terletak di bronkus besar, berkembang lambat,
metastasis terbatas pada rongga torak, dinding dada dan pleura. Kanker ini
biasanya berhubungan dengan gejala obstruksi, pneumonia dan keluhan pasien
seperti nyeri dada, batuk, dispneu dan hemoptisis
b. Adenocarcinoma yaitu terletak di alveolus, berkembang lambat, penyebaran
hematogen dan bermetastasis ke otak, adrenal, hati, tulang dan ginjal.
c. Large cell carcinoma yaitu terletak di perifer, lesi subpleura dengan nekrotik,
berkembang seringkali massa lebih besar dari adenokarsinoma, berkembang
lambat dan prognosis buruk.
d. Small cell carcinoma disebut berukuran seperti biji gandum, yang berawal di jalan
nafas besar, kemudian membesar, prognosis jelek dan dapat bertahan hidup
biasanya tidak lebih dari 2 tahun dengan pengobatan.

E. Pemeriksaan diagnosis Kanker Paru


Pemeriksaan diagnosis yang dilakukan pada pasien kanker paru menurut Kementrian
Kesehatan (Kementrian Kesehatan, 2015) antara lain :
a. Pengkajian fisik meliputi keadaan umum, suara nafas, benjolan superfisial
didaerah leher, ketiak atau dinding dada, nyeri ketok di tulang.
b. Pemeriksaan Patologi Anatomi
c. Pemeriksaan laboratorium meliputi : Hb, leukosit, trombosit, fungsi ginjal dan
fungsi hati
d. Pemeriksaan pencitraan antara lain :
1) Thorak foto anterior, posterior dan lateral dilakukan sebagai pemeriksaan awal
dengan tujuan mengidentifikasi area lesi
2) Scanning thorak pemeriksaan diagnostik yang bertujuan untuk dapat
mengidentifikasi stadium kanker dan metastasis yang terjadi pada area paru
3) Scanning atau MRI bagian kepala dilakukan ketika ada indikasi atau gejala
klinis yang ditunjukan pasien berupa keluhan nyeri hebat di bagian kepala,
tujuan pemeriksaan tersebut untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
metastasis.
4) Pemerikasaan Bone Scan untuk mendeteksi metastasis ke tulang
5) PET Scan dilakukan untuk mengevaluasi hasil pengobatan
5
 Pemeriksaan khusus antara lain :
1. Bronkoskopi Fibreoptic adalah cara yang aman dan efektif untuk mendiagnosis
dan mengetahui stadium pasien dengan kanker paruparu. Serta memperoleh
sampel dari tumor endobronkial dapat secara rutin dikombinasikan dengan
aspirasi jarum transbronkial yang dipandu non-USG (TBNA yang tidak dipandu
AS) untuk sampel tumor di bawah mukosa dan limfadenopati hilus dan
mediastinum yang terdeteksi oleh CT. Ada perdebatan tentang tempat TBNA
yang dipandu bukan AS dan terutama di tempat yang cocok dengan TBNA yang
dipandu AS.
2. Ultrasonografi Endobronkial (EBUS) dan Endoskopi (esofageal) (EUS)
merupakan tindakan diagnostik yang dilakukan untuk mengetahui kelenjar getah
bening yang berada di bagian mediastinal, hilus dan intrapumonel, serta lesi
perifer, saluran pernafasan dan mengambil spesimen dengan panduan USG.
3. Tindakan biopsi jarum digunakan untuk mendapatkan sampel diagnostik dari lesi
yang tidak dapat diakses melalui pohon bronkial dan di mana tidak ada
keterlibatan kelenjar getah bening yang jelas. Ini biasanya di mana ada satu atau
lebih lesi perifer. CT digunakan untuk memandu biopsi di mana lesi berada di
lokasi yang sulit dijangkau atau dimana mereka benar-benar dikelilingi oleh paru-
paru aerasi. Ultrasonografi digunakan di mana lesi berbatasan dengan dinding
dada dan terlihat pada ultrasonografi.

 Pemeriksaan lainnya antara lain:


1. Pleuroscopy adalah tindakan invasif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya sel-sel ganas dalam cairan pleura dan stadium kanker paru, berdasarkan
hasil pemeriksaan tersebut akan menentukan tidak lanjut terapai yang akan
diberikan terhadap pasien kanker paru.
2. Mediastinoskopi teknik yang lebih invasif daripada EBUS atau EUS, untuk
mendapatkan sampel yang jauh lebih besar.
3. Bedah thoracoscopic dengan bantuan video (VATS) adalah Penilaian
thoracoscopic berbantuan video dapat memungkinkan biopsi langsung dari massa
tumor dan seringkali dapat menentukan apakah ada invasi tumor ke dalam struktur
mediastinum sentral dan juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pada
nodul paru tunggal, terutama di mana lesi berada di lokasi perifer.
4. Torakotomi merupakan tindakan medis yang dilakukan bila semua diagnostik
yang dilakukan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan untuk mengetahui
adanya keganasan pada paru.

6
F. Manifestasi Klinis Kanker Paru
Manifestasi klinis lokal pada pasien kanker paru antara lain (Ganti, A.K & Gerber,
2013) :
a. Batuk
b. Hemoptisis
c. Dispneu
d. Suara serak
e. Syndrom vena cava superior
f. Effusi pleura
g. Pancoast tumor
h. Nyeri dada.

G. Komplikasi Kanker Paru


Komplikasi kanker paru (Williams, L.S & Hopper, 2015) antara lain :
a. Effusi pleura
Hal ini trjadi akibat cairan pleura terkumpul dalam rongga pleura karena iritasi,
obstruksi limfatik atau drainase vena oleh tumor.
b. Sindrom vena cava superior.
Hal ini terjadi karena tumor mengenai vena capa superior yang akan menyumbat
aliran darah, sehingga terjadi distensi vena jugularis dan edema pada dada, wajah
dan leher.
c. Produksi hormon ektopik
Kanker paru-paru menghasilkan hormon ektopik seperti ntidiuretik hormon
(ADH) dapat mengakibatkan terjadi sindrom ADH produksi (SIADH), yang
ditandai dengan retensi cairan. Produksi ektopik hormon adrenokortikotropik
(ACTH) dapat mengakibatkan Cushing sindrom. Kadar kalsium yang tinggi dapat
disebabkan karena sekresi ektopik dari paratiroid hormon
d. Atelektasis dan pneumonia
Atelektasis terjadi jika pertumbuhan tumor mengganggu ventilasi paruparu dan
pasien dengan kanker paru-paru berisiko terjadi pneumonia.
e. Metastasis
Kanker paru dapat terjadi metastasis ke otak, tulang, liver, kelenjar adrenal dan
nodus limfe.

H. Penatalaksanaan Kanker Paru


Menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia Kemenkes (2015) penatalaksanaan kanker
paru antara lain :
a. Pembedahan yaitu dilakukan pada sebagian besar karsinoma stadium 1,2 dan
stadium 3A. Jenis pembedahan antara lain lobektomi, segmentektomi dan reseksi
sublobaris.
7
b. Radioterapi merupakan modalitas penatalaksanaan kanker paru pada karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK). Radioterapi dengan maksud kuratif umumnya berarti
sinar eksternal radioterapi, cocok untuk mengobati berbagai macam pasien
KPKBSK. Radioterapi kuratif mungkin pengobatan pilihan untuk pasien dengan
kanker paru-paru stadium awal (stadium I), dimana pasien membuat pilihan
informasi untuk tidak menjalani operasi, radioterapi bisa diberikan dengan potensi
maksud kuratif pada pasien dengan KPKBSK biasanya dalam kombinasi dengan
kemoterapi dan kadang-kadang operasi. Radioterapi juga merupakan terapi
paliatif untuk mengurangi keluhan nyeri, menghentikan perdarahan, dan sumbatan
serta bisa dilakukan untuk kedaruratan seperti cava vena superior syndrome, nyeri
akibat metastasis ke tulang dan otak (Kementrian Kesehatan, 2015).
c. Kemoterapi merupakan penatalaksanaan kanker yang dilakukan dengan
memberikan obat. Pengobatan neo-adjuvant (biasanya kemoterapi) merupakan
terapi modalitas dan gabungan kemoradioterapi dari kemoterapi primer neo-
adjuvant pada stadium dini atau sebagai adjuvant pasca pembedahan, bertujuan
untuk meningkatkan angka kesembuhan yang diperoleh dengan pembedahan atau
radioterapi.
d. Terapi target yaitu diberikan pada pasien KPKBSK stadium IV
e. Kemo-radioterapi merupakan pendekatan pengobatan dengan maksud kuratif
pasien dengan KPKBSK mana operasi tidak bisa dilakukan pada pasien usia lanjut
dengan komorbiditas berat atau kontraindikasi operasi, hasil asesmen keadaan
umum dengan karmofsky 70,5% atau lebih, serta terjadi sedikit penurunan berat
badan. Regimen ini dilakukan bersamaan (concurent), atau bergantianantara kemo
dan radioterapi (sekuensial)
f. Terapi paliatif dan rehabilitasi. Terapi paliatif bertujuan untuk menigkatkan
kualitas hidup pasien. Supaya kemampuan fungsional dapat diperbaiki dan
dipertahankan maka dilakukan rehabilitasi.

8
I. Analisa Jurnal Kanker Paru
1. Jurnal Pertama :
KESIMPULAN EFFECT OF NURSING METHOD OF PSYCHOLOGICAL
PICOT
INTERVENTION COMBINED WITH HEALTH EDUCATION ON
LUNG CANCER PATIENTS UNDERGOING CHEMOTHERAPY
(PENGARUH METODE KEPERAWATAN INTERVENSI
PSIKOLOGI DIGABUNGKAN DENGAN PENDIDIKAN
KESEHATAN PADA PASIEN KANKER PARU YANG
MENJALANI KEMOTERAPI)
P (Problem)
Angka kejadian kanker paru-paru semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Saat ini, kanker paru-paru secara klinis telah menjadi tumor
ganas dengan insiden dan angka kematian tertinggi di
Tiongkok.Dengan karakteristik angka kesakitan dan kematian yang
tinggi, kanker paru-paru adalah salah satu tumor ganas yang umum,
dan itu patogenesisnya berkaitan erat dengan kebiasaan sehari-hari,
lingkungan sosial, dan faktor-faktor lain, yang menyebabkan nyeri
fisiologis parah pada pasien, sehingga sangat mengancam kesehatan
pasien dan keselamatan hidup.
I ( Intervensi) :
Pasien dipilih dan dibagi secara acak ke dalam kelompok intervensi
rutin dan kelompok intervensi gabungan. Kelompok intervensi rutin
menerima intervensi keperawatan rutin, sedangkan atas dasar ini,
kelompok intervensi gabungan menerima intervensi psikologis yang
dikombinasikan dengan pendidikan kesehatan. Setelah 6 minggu
perawatan, skor self-rating anxiety scale (SAS), skor self-rating
depression scale (SDS), skor nyeri kanker sebelum dan sesudah
menyusui, peningkatan fungsi pernafasan sebelum dan sesudah
perawatan, skor kualitas tidur, skor kualitas hidup , dan kepuasan
keperawatan dianalisis.
C ( Comparation) :
-
O (Outcome) :
Setelah intervensi keperawatan, skor SAS dan skor SDS pada
kelompok intervensi gabungan secara signifikan lebih baik
dibandingkan pada kelompok intervensi rutin, ini menunjukkan
bahwa intervensi psikologis yang dikombinasikan dengan pendidikan
kesehatan dapat secara efektif mengurangi kecemasan pasien. Skor
NRS dan skor PSQI pada kelompok intervensi gabungan secara
signifikan lebih baik dibandingkan pada kelompok intervensi rutin,
menunjukkan bahwa intervensi gabungan dapat secara efektif
mengurangi derajat nyeri kanker dan meningkatkan kualitas tidur
pasien. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa intervensi
psikologis yang dipadukan dengan pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan tingkat kognitif pasien kanker, mengurangi kecemasan
dan depresi, serta secara efektif menurunkan rasa sakit akibat kanker
dan meningkatkan kualitas tidur, sehingga memiliki signifikansi
positif dalam meningkatkan kualitas hidup dan efek pengobatan.
T ( Time ) : Juni 2017- Juni 2020.

ANALISA EFFECT OF NURSING METHOD OF PSYCHOLOGICAL


SWOT
INTERVENTION COMBINED WITH HEALTH EDUCATION ON
LUNG CANCER PATIENTS UNDERGOING CHEMOTHERAPY
(PENGARUH METODE KEPERAWATAN INTERVENSI
PSIKOLOGI DIGABUNGKAN DENGAN PENDIDIKAN
KESEHATAN PADA PASIEN KANKER PARU YANG
MENJALANI KEMOTERAPI)
S (Strenghts) :
Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etika Rumah Sakit, untuk
memastikan bahwa penelitian tersebut mematuhi standar etika
penelitian., Penelitian ini menetapkan kriteria yang jelas untuk inklusi
dan eksklusi pasien, sehingga penelitian menjadi lebih fokus dan
mengurangi potensi bias, Penelitian ini melibatkan sejumlah besar
pasien kanker paru-paru (70) untuk analisis yang kuat., Pasien dibagi
secara acak menjadi dua kelompok, yang membantu meminimalkan
bias seleksi, Penelitian ini mengumpulkan berbagai macam data,
termasuk ukuran psikologis, klinis, dan kualitas hidup, yang
memberikan pandangan holistik tentang hasil akhir pasien.
W (Weakness) :
Studi ini mencakup periode yang relatif singkat (Juni 2017 hingga
Juni 2020), yang mungkin tidak menangkap dampak atau tren jangka
Panjang, Penelitian ini hanya membandingkan dua kelompok
intervensi, dan tidak ada kelompok kontrol sebagai perbandingan,
Beberapa data, seperti keadaan psikologis dan kepuasan pasien,
bergantung pada pelaporan mandiri, yang dapat menimbulkan
subjektivitas dan bias respons, Penelitian tersebut menyebutkan
penggunaan "obat kemoterapi yang sama" tetapi tidak merinci obat
atau dosis yang digunakan, sehingga bisa menyebabkan Temuan ini
mungkin tidak dapat digeneralisasikan di luar populasi pasien tertentu
dan lingkungan rumah sakit karna Kemampuan Generalisasi yang
terbatas.
O (Oppurtunities) :
Penelitian menunjukkan bahwa menggabungkan intervensi psikologis
dan pendidikan kesehatan dapat memberikan hasil yang lebih baik
bagi pasien, sehingga memberikan peluang untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, Menilai kualitas hidup pasien dapat membantu
mengidentifikasi area di mana penyedia layanan kesehatan dapat
meningkatkan kesejahteraan pasien.
T (Threats) :
Meskipun telah dilakukan pengacakan, mungkin masih terdapat bias
yang belum diketahui dalam proses pemilihan pasien. Mengandalkan
data yang dilaporkan sendiri untuk kondisi psikologis, kualitas hidup,
dan kepuasan pasien dapat menimbulkan bias dan ketidakakuratan.,
Temuan penelitian ini mungkin tidak berlaku untuk semua pasien
kanker paru-paru, karena temuan tersebut spesifik untuk rumah sakit
dan populasi pasien yang dipilih.

11
 Kesimpulan :
Kesimpulannya, intervensi psikologis yang dikombinasikan dengan pendidikan
kesehatan mempunyai efek keperawatan yang positif pada pasien kanker paru-paru
yang menjalani kemoterapi, yang secara efektif dapat memperbaiki emosi negatif
seperti kecemasan dan depresi, meringankan nyeri kanker, dan secara signifikan
meningkatkan kualitas tidur, fungsi pernafasan, gejala klinis, kualitas hidup, dan
kepuasan keperawatan, memainkan peran positif dalam meningkatkan hubungan
perawat-pasien, meningkatkan kepercayaan diri dalam pengobatan dan meningkatkan
kemanjuran klinis; dan itu layak untuk dipopulerkan dan diterapkan secara klinis.
Namun penelitian ini masih mempunyai keterbatasan dan jumlah subjek eksperimen
yang digunakan belum mencukupi. Diperlukan lebih banyak eksperimen untuk
memverifikasi kesimpulan eksperimental di masa depan.

2. Jurnal Kedua
Judul Jurnal : PENGARUH TERAPI MUSIK PADA PASIEN KANKER PARU
DENGAN NYERI KRONIK

P (Problem)
ANALISA PICOT Dari data yang didapatkan diruang rawat pasien dengan kanker
paru hampir 85% mengeluh nyeri. Jumlah populasi 36 orang
(18 kelompok kontrol dan 18 kelompok intervensi).

I (Intervensi)
- Terapi musik adalah metode yang berperan dalam
menghilangkan rasa sakit, mengurangi kebutuhan untuk obat
analgesik sehingga mengurangi efek samping analgesik

C (Compration)
Dalam penelitian ada kelompok pembanding. Yaitu kelompok
intervensi dimana kelompok responden adalah kelompok yang
diberi terapi sesuai standar rumah sakit ditambah dengan
perlakuan dari peneliti yaitu pemberian terapi musik dan
kelompok kontrol adalah kelompok responden yang diberi
terapi sesuai standar rumah sakit.

O (Outcome)
- Pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan
intervensi terapi musik di ruang rawat inap Anggrek Bawah
RSUP Persahabatan tahun 2019 mampu menurunkan tingkat
nyeri walaupun pada hari ketiga tidak diberikan terapi musik.
-Pada penelitian ini menunjukkan rerata tingkat nyeri
responden pada kelompok kontrol sebelum dan setelah
diberikan terapi standar hari pertama sampai hari ketiga di
RSUP Persahabatan tahun 2019 setiap hari mengalami
penurunan.

T (Time)
-
ANALISA SWOT S (Strength)
- efektif dan cepat menurunkan nyeri dan kecemasan
- bisa mengurangi keluhan pasien dan intervensi tersebut juga
bersifat non invasive, murah dan tidak mahal

W (Weakness)
pasien yang sekamar namun tidak masuk kriteria pada
penelitian. Tidak bisa diberikan pada pasien yang mengalami
gangguan pendengaran

O (Opportunity)
Terapi musik bisa digunakan sebagai terapi komplementer
menurunkan tingkat nyeri dan kecemasan pada pasien. Terapi
musik merupakan intervensi dengan menggunakan musik
dalam hubungan terapeutik untuk mengatasi masalah fisik,
kebutuhan emosional, kognitif, dan sosial individu dengan
mendengarkan musik secara langsung yang dimainkan oleh
terapis, yang dipandu dengan musik atau improvisasi musik
sehingga pasien menajadi relax.

T (Theats)
-

3. Jurnal Ketiga
Judul Jurnal : PENERAPAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER PARU YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI KOTA METRO

ANALISA PICOT P (Problem)


Kecemasan penderita kanker paru terhadap kemoterapi.
Responden yang digunakan dalam studi kasus yaitu pasien
kanker paru yang terdiri dari 1 pasien yang mengalami
kecemasan karena tindakan kemoterapi.
I (Intervensi)
Intervensi yang dilakukan pada penitian ini adalah relaksasi
otot progresif .
C (Compration)
Dalam penelitian tidak ada kelompok pembanding .
O (Outcome)
setelah dilakukan penerapan relaksasi otot progresif selama 3
hari, terjadi penurunan tingkat kecemasan pada pasien kanker
paru yang menjalani kemoterapi.
T (Time)
-
ANALISA SWOT S (Strength)
Relaksasi otot progresif dapat membantu menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien kanker paru yang menjalani
kemoterapi, dikarenakan manfaat melakukan relaksasi otot
progresif akan menimbulkan perasaan rileks dan sugesti rileks
tersebut dapat merangsang sistem saraf parasimpatis yang
selanjutnya akan mengontrol aktivitas yang berlangsung selama
penenangan tubuh.
W (Weakness)
- tidak boleh dilakukan dengan posisi berdiri dan membutuhkan
tempat yang hening. Membutuhkan waktu selama 3 hari dengan
waktu 30 menit dan tidak boleh dilakukan pada pasien yang
mengalami keterbatasan gerak.
O (Opportunity)
relaksasi otot progresif bisa dilakukan secara mandiri bagi
keluarga dan pasien yang mengalami kecemasan akibat sakit
yang diderita atau menjalani pengobatan seperti kemoterapi
T (Theats)
-

4. Jurnal Keempat
KESIMPULAN EFFECT OF CONVENTIONAL NURSING COMBINED WITH
PICOT
BEDTIME OCULOMOTOR TRAINING ON SLEEP QUALITY
AND BODY IMMUNITY OF ADVANCED LUNG CANCER
PATIENTS (PENGARUH ASUHAN KONVENSIONAL
DIKOMBINASIKAN DENGAN PELATIHAN OKULOMOTORIK
SEBELUM TIDUR TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN
IMUNITAS TUBUH PENDERITA KANKER PARU STADIUM
LANJUT)
P (Problem)
Kanker paru-paru adalah keganasan yang relatif umum dalam praktik
klinis, dan jumlah pasien yang mengidap kanker paru-paru telah
meningkat di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, dengan
pasien kanker paru-paru di Tiongkok berjumlah sekitar 1/3 dari
jumlah tersebut, yang menunjukkan bahwa penyakit ini telah menjadi
penyakit yang serius. masalah dalam perawatan medis sosial di
Tiongkok, mengancam kesehatan fisik penduduk Tiongkok.
I ( Intervensi) :
Keperawatan konvensional dilakukan pada kelompok kontrol, dan
latihan gerakan mata sebelum tidur ditambahkan pada kelompok
intervensi, 30 menit setiap kali, sekali sehari, dan 5 kali seminggu
selama 3 bulan, untuk membandingkan kualitas tidur mereka, indeks
kekebalan tubuh, skor emosi negatif, tingkat reaksi merugikan (ARR),
kualitas hidup, dan kepuasan terhadap keperawatan.
C ( Comparation) :
-
O (Outcome) :
Hasil. Setelah keperawatan, kelompok intervensi memperoleh skor
PSQI yang lebih rendah secara signifikan (5,54±1,23 VS 7,98±1,65, P
<0,05), indeks kekebalan tubuh yang lebih baik (P <0,001), skor
emosi negatif yang lebih rendah (P <0,05), ARR yang lebih rendah (P
<0,05), kualitas hidup yang lebih baik (P <0,001), dan kepuasan
keperawatan yang lebih tinggi (P <0,05) dibandingkan kelompok
kontrol.
T ( Time ) : Januari 2019 – Januari 2020.

ANALISA EFFECT OF CONVENTIONAL NURSING COMBINED WITH


SWOT
BEDTIME OCULOMOTOR TRAINING ON SLEEP QUALITY
AND BODY IMMUNITY OF ADVANCED LUNG CANCER
PATIENTS (PENGARUH ASUHAN KONVENSIONAL
DIKOMBINASIKAN DENGAN PELATIHAN OKULOMOTORIK
SEBELUM TIDUR TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN
IMUNITAS TUBUH PENDERITA KANKER PARU STADIUM
LANJUT)
S (Strenghts) :
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Rumah Sakit, yang
menunjukkan kepatuhan terhadap standar etika, Penelitian ini
menetapkan kriteria yang jelas untuk inklusi dan eksklusi pasien,
sehingga meningkatkan fokus penelitian dan mengurangi potensi bias,
Penelitian ini mencakup sejumlah besar pasien kanker paru stadium
lanjut (120), sehingga meningkatkan kekuatan analisis, Penelitian ini
mengumpulkan data objektif, seperti indeks sistem kekebalan tubuh,
tingkat reaksi merugikan, dan ukuran kualitas hidup, Studi ini
menguraikan metode statistik yang digunakan untuk analisis data,
sehingga meningkatkan transparansi.
W (Weakness) :
Kajian ini mencakup periode yang relatif singkat (satu tahun), yang
mungkin tidak mencakup dampak jangka Panjang, Penelitian ini
hanya membandingkan kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
sehingga berpotensi kekurangan poin perbandingan tambahan,
Beberapa data, seperti kepuasan pasien dan ukuran kualitas hidup
tertentu, bergantung pada laporan mandiri, yang dapat menimbulkan
subjektivitas dan bias respons, Temuan ini mungkin tidak dapat
digeneralisasikan di luar populasi pasien dan lingkungan rumah sakit
tertentu, Penelitian ini menyebutkan "keperawatan konvensional" dan
"pelatihan okulomotor sebelum tidur" tanpa memberikan protokol
pengobatan rinci atau obat yang digunakan.
O (Oppurtunities) :
Studi ini menunjukkan bahwa menambahkan pelatihan okulomotor
sebelum tidur dapat meningkatkan hasil pasien, sehingga memberikan
peluang untuk meningkatkan kualitas perawatan bagi pasien kanker
paru stadium lanjut, Menilai kualitas hidup dan kepuasan pasien dapat
membantu mengidentifikasi area di mana penyedia layanan kesehatan
dapat meningkatkan kesejahteraan pasien.
T (Threats) :
Meskipun ada upaya untuk mencocokkan kelompok pasien, mungkin
masih ada bias yang belum diketahui dalam proses seleksi pasien,
Mengandalkan data yang dilaporkan sendiri untuk mengukur
kepuasan pasien dan kualitas hidup dapat menimbulkan bias dan
ketidakakuratan., Penelitian ini tidak memperhitungkan faktor-faktor
lain yang dapat memengaruhi hasil akhir pasien, seperti pengobatan
yang dilakukan secara bersamaan atau penyakit penyerta, Temuan
penelitian ini mungkin tidak berlaku untuk semua pasien kanker paru
stadium lanjut, karena temuan tersebut spesifik untuk rumah sakit dan
populasi pasien yang dipilih.
 Kesimpulan
Kesimpulannya, kualitas tidur menempati posisi penting dalam pengobatan pasien
kanker dan berkaitan erat dengan prognosis pasien. Keperawatan konvensional
dikombinasikan dengan pelatihan okulomotor sebelum tidur dapat meringankan emosi
negatif pasien kanker paru stadium lanjut, meningkatkan kualitas tidur mereka, dan
meningkatkan kekebalan tubuh mereka, sehingga menurunkan tingkat reaksi
merugikan dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap keperawatan, yang harus
dipromosikan dan diterapkan dalam praktek.

5. Jurnal Kelima

KESIMPULAN Edukasi tentang Merokok sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker


PICOT
Paru pada Masyarakat di Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat
P (Problem) :
Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker paru.
Paparan asap rokok yang lama dapat menyebabkan seseorang
menderita kanker paru sebesar 80-90%. Rokok mengandung sekitar
4000 senyawa kimia, salah satu diantaranya adalah Polisiklik
Aromatik Hidrokarbon (PAH). PAH adalah senyawa yang paling
banyak dijumpai pada asap rokok dan bersifat karsinogenik. PAH
telah diketahui terdiri dari 11 jenis dan Benzoapyren (BaP) adalah
salah satu bagian dari PAH yang bersifat paling karsinogenik.
I ( Intervensi) :
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang faktor risiko
merokok dapat menyebabkan kanker paru. Pemberian edukasi kepada
masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahaya
merokok dan munculnya kesadaran masyarakat untuk tidak merokok.
C ( Comparation) :
1. Menurut peneltian (Marleen et al., 2009) yang dilakukan di RS
Persahabatan Jakarta, diperoleh jenis histologi kanker paru
perokok paling banyak didapati adalah jenis adenokarsinoma
diikuti kemudian jenis skuamos sel karsinoma dengan
presentase masing-masing 58,1% dan 49,1% .
2. Menurut hasil penelitian (Christine, 2011) Di RSUP. H. Adam
Malik Medan, jenis histologi kanker paru paling banyak
adalah jenis sel skuamosa sekitar 30%.
3. Menurut hasil penelitian tahun 2014, adenokarsinoma adalah
jenis kanker paru yang paling banyak dijumpai dengan
persentase 58,6% (Soeroso, Soeroso and Syafiuddin, 2014).
O (Outcome) :
Berdasarkan Hasil pre test dan post test yang diperoleh bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana mengetahui
gejala-gejala dari kanker paru, upaya yang dilakukan apabila
menemui gejala kanker paru, bahaya merokok sebagai faktor risiko
terjadinya kanker paru.
T ( Time ) : 22 Juli 2022

ANALISA Edukasi tentang Merokok sebagai Faktor Risiko Terjadinya Kanker


SWOT
Paru pada Masyarakat di Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat
S (Strenghts) :
Seluruh warga masyarakat yang terdapat pada kelurahan ini diberikan
kesempatan untuk mengikuti kegiatan edukasi ini. Sesi seminar
dilakukan dengan memberikan presentasi tentang prilaku merokok
sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru. Pemberian materi
disampaikan oleh pemateri yang kompeten dibidangnya.
W (Weakness) :
Masih banyak warga yang menganggap bahwa kegiatan ini tidak
terlalu penting, ini di buktikan karena jumlah warga yang mngikuti
kegiatan tersebut hanya yang memiliki kesempatan waktu saja, bukan
keseluruhan warga yang berada di Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat.
O (Oppurtunities) :
Peluang yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kelemahan yaitu, di
harapkan untuk pemberian edukasi selanjutnya di harapkan
mahasiswa bisa dan dapat meyakinkan masyarakat khususnya di
Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat,
untuk adanya kesadaran mengikuti kegiatan-kegiatan kesehatan yang
di lakukan di kelurahan mereka.
T (Threats) :
Karena kegiatan edukasi hanya bersifat sementara, dan se iring
berjalannya waktu, ada kemungkinan masyarakat akan kembali
melakukan kebiasaan merokok tersebut.

 Kesimpulan :
Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilaksanakan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan masyarakat dan kader kesehatan tentang merokok sebagai
faktor risiko terjadinya kanker paru. Peserta kegiatan memahami tanda gejala umum,
faktor risiko, komplikasi, upaya promotif dan preventif yang dapat dilakukan, serta
kewaspadaan untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
setempat bila terdapat tanda dan gejala. Selain itu warga dan kader kesehatan juga
telah memiliki kesadaran untuk memberikan edukasi kepada orang- orang
disekelilingnya tentang merokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker paru

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/kedokteran/lp-ca-paru-doc-lp-
ca-paru/38573095

https://www.academia.edu/41409162/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_PARU

https://www.alodokter.com/kanker-paru-paru

https://www.mitrakeluarga.com/artikel/kanker-paru

https://www.alomedika.com/penyakit/onkologi/kanker-paru/patofisiologi

20

Anda mungkin juga menyukai