Anda di halaman 1dari 35

UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH KMB

Dosen Pembimbing:
Ns. Martha K Silalahi. M.kep

Disusun Oleh:
Kelompok 07

Bunga Ananda Iswara ( 1032171008)


Dinda Nur Afifah (1032171016)
Cindi Aprilia (1032171030)
Puji Astutik (1032171035)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI


S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN
TAHUN 2018/2019
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Trakeotomi adalah insisi bedah ditrakea melalui kuliat dan otot yang
terletak diatasnya untuk tata laksana jalan nafas.Trakeostomi adalah
pembentukan lubang bedah (stoma) kedalam trakea melalui kulit.istilah
ini sering digunakan secara bergantian.Trakeostomi dapat dilakukan
sebagai suatu prosedur darurat atau prosedur elektif bergantung
indikasi.Penyedia layanan kesehatan yang kompeten dapat melakukan
trakeostomi perkutan ditempat tidur dalam unit perawatan
kritis.Trakeostomi memberikan jalur terbaik untuk mempertahankan jalan
napas jangka panjang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang trakeostomi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengertian trakeostomi
b. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara perawatan trakeostomi
c. Mahasiswa dapat mengenali alat-alat untuk pemasangan trakeostomi

C. Metode Penulisan
1. Pustaka
Dalam menyusun makalah ini kelompok menggunakan beberapa
literature atau referensi yang ada di perpustakaan sebagai acuan dalam
pembuatan makalah.
2. Browsing
Selain dari buku, kelompok juga mencari tambahan referensi
melalui jurnal-jurnal dan ebook.
3. Diskusi
Yang terakhir kami menggunakan metode diskusi kelompok sebagai
salah satu upaya penyelesaian makalah.
D. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami hanya membatasi pada pembahasan
tentang pengertian, mengenal alat-alat pemasangan dan perawatan ,dan
cara pemasangan trakeostomi.
Tinjauan Teori

KARSINOMA PARU
1. Definisi Penyakit
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat


terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal


dari saluran pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya
peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya
sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan
diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru memang lebih sering
terjadi (Alsagaff & Mukty, 2002).

1. Epidemiologi
Menurut Brasher (2007), epidemiologi kanker paru antara lain:

1. Kanker pembunuh nomer satu pada pria dan wanita di Amerika


Serikat (>177.000 kasus dan 159.000 kematian di tahun 1999) dan di
dunia.
2. Kematian akibat kanker paru pada penduduk Amerika keturunan
afrika dan wanita terus meningkat; wanita di Amerika serikat memiliki
insiden kanker paru tertinggi diantara semua wainta di dunia.
3. Insiden tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita berusia
50-60 tahun.
4. Beberapa resiko jelas yang dapat diturunkan; saudara derajat
pertama yang merokok memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat
dibanding yang tidak memiliki riwayat keluarga.
5. 80% sampai 90% kanker paru disebabkan oleh asap rokok.
6. Resiko lain meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan industri
(misal: asbestos, arsenik, sulfur dioksida, formaldehid, silika, nikel).
7. Risiko terpajan asap tembakau dan lingkungan (merokok pasif)
diperkirakan antara 1,4 dan 3,0 kali dari risiko orang yang tidak
terpajan, terutama jika yang terpajan adalah anak-anak.
8. Obstruksi saluran nafas seperti penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK) merupakan indikator penting peningkatan resiko kanker paru.
9. Ketahanan hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih dan
11 % pada warna kulit hitam di AS.

2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari
bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.

Sedangkan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru,


antara lain :

1. Merokok
Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap
kesehtaan. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya
telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti
merokok (Stoppler,2010). Merokok merupakan penyebab utama Ca paru.
Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok
berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali
lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke
pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2. Perokok pasif
Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif,
karena perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari
perokok aktif. Semakin banyak orang yang berhubungan dekat antara
perokok aktif dan pasif, maka risiko terjadinya kanker paru akan semakin
meningkat. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-
orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada
3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi
pada perokok pasif (Stoppler,2010).
3. Paparan zat karsinogen .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.

4. Polusi Udara
Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai
dampak yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi
udara mempunyai pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Karena banyak
didaerah perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk dapat menyaring
polusi-polusi udara akibat banyaknya kendaraan bermotor. Kurangnya
lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan
yang sangat besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai
keseimbangan lingkungan.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer
di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/
pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini.
Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi
gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru.

6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
dapat menjadi risiko terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit
paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar
terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler,
2010).

1. Klasifikasi dan Stadium


Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :

1. Karsinoma Bronkogenik.
A. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya Kanker. Terletak sentral sekitar hilus,
dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter Kanker jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar
getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

1. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).


Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Kanker ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ
distal.

1. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).


Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local
pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas
melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis
yang jauh.

1. Karsinoma sel besar.


Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel –
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang
jauh.

1. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.


2. Kanker karsinoid (adenoma bronkus).
3. Kanker kelenjar bronchial.
4. Kanker papilaris dari epitel permukaan.
5. Kanker campuran dan Karsinosarkoma
6. Sarkoma
7. Tak terklasifikasi.
8. Melanoma

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)


2. Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan disekitanya.
2. Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat
asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.

1. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)


2. Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien
dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor
diparu-paru.

2. Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan
terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.

3. Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan
belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.

4. Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer
getah bening di dekatnya.

5. Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah
bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.

6. Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar
juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati
dan tulang.

Tahapan Klasifikasi Stadium Kanker Paru Menurut Global Bioscience (2013) tahapan kanker
paru adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perkembangan SCLC

1) Tahap terbatas merupakan tahapan kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-
paru saja dan pada jaringan di sekitarnya.

2) Tahap ekstensif merupakan tahapan kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar
paru-paru ataupun ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.
b. Tahap Perkembangan NSCLC

1) Tahap tersembunyi merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien
di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.

2) Stadium 0 merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam
paru-paru dan tidak bersifat invasif. 13

3) Stadium I merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paruparu dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.

4) Stadium II merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah
bening di dekatnya.

5) Stadium III merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau
pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.

6) Stadium IV merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru. Sel-sel
kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin,
hati, dan tulang.

3. Patofisiologi

Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat
tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini
pertumbuhan lambat.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus


menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka
menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
4. Tanda dan gejala
1. Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
bronkus

1. Gejala umum.
 Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,
tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental
dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
 Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
 Nafas sesak (pendek)
 Sakit kepala , nyeri dada, bahu dan bagian punggung .
 Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama
dan infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan
batuk lama 2 minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan
gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia.
Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner
seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).

5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma
paru antara lain:

1. Hematotorak (darah pada rongga pleura)


2. Empiema (nanah pada rongga pleura )
3. Pneumotorak (udara pada rongga pleura )
4. Abses paru
5. Atelektasis (paru-paru mengerut )

6. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
 Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
 Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1. Laboratorium
 Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila
pasien ada keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu
memberikan hasil positif karena tergantung dari letak tumor terhadap
bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum
yang diperiksa, waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar).
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang
baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma
sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru.
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan
pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, bilasan dan
sikatan bronkoskopi.
 Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
 Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun pada kanker paru.

Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk


mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :

 Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif


dengan bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang
letaknya sentral dan 70-80% untuk tumor yang letaknya perifer.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
 Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran > 2cm sensitivitasnya mencapai
90-95%. Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
 Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi dari pada cara membuta (blind). Biopsi tumor
didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
 Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
 Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non
invasif dan invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

Terapi yang dilakukan


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

1. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.


Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian


nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan, 2000).

Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien


dengan kanker paru dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi..
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,
2000)

7. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara :

 Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

 Pneumonektomi (pengangkatan paru).


Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.

 Lobektomi (pengangkatan lobus paru).


Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.

 Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.

 Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.

1. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker
paru, terutama pada SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga
diberikan bersamaan dengan terapi bedah.

Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker,


termasuk kombinasi dari obat-obat berikut : Cyclophosphamide,
Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine. Etoposide dan Cisplatin.
Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.

Merokok Genetik Polusi Gas Radon


Zat Karsinogenik Rendah Betakarotin

8. Penatalaksanaan Keperawatan

A. Pengkajian keperawatan
 Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan
alamat klien.

 Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
 Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh
darah
 Malaise
 Anorexia
 Badan makin kurus
 Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang
makin luas
 Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik
1. Riwayat kesehatan dahulu
 Terpapar asap rokok
 Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida
besi
 Konsumsi bahan pengawet
1. Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat keluarga penderita kanker
 Data dasar pengkajian pasien
Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi
cairan, kecepatan akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.

1. Aktifitas / istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea akibat aktivitas

Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)

1. Sirkulasi
Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)

Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi /


disritmia

1. Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang
berat / potensi keganasan.

Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang

1. Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan
frekuensi / jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
1. Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan. Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.

Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema


wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena cava), edema wajah /
periorbital (keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa
urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)

1. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu
industry. Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok

Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil


(menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea
( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.

Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan,


kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel


besar), Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)

Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis,


Kegagalan untuk membaik.

 Pengkajian fisik
1. Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau
ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.

1. Kepala dan leher


Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.

1. Telinga
Biasanya tak ada kelainan

1. Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi

1. Muka, hidung, dan rongga mulut


Pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan perfusi

Ketidakmampuan menelan

Suara serak

1. Thoraks dan paru-paru


Pernafasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat istirahat)

Nafas dangkal

Penurunan otot aksesoris pernafasan

Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum

Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi

1. System Kardiovakuler
Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih
pada sat istirahat

Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)

1. Abdomen
Bising usus meningkat / menurun

1. System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine

1. System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi

1. System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)

1. System muskuluskeletal
Penurunan kekuatan otot

Jari-jari tubuh (clubbing fingers)

1. System persarafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi

 Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya,
putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.

1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
jumlah / viskositas sekret/ sputum ditandai dengan sesak napas, batuk,
ronkhi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
ditandai dengan sesak napas, sianosis, frekuensi pernapasan
meningkat, saturasi oksigen menurun..
3. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan lesi dan
melebarnya pembuluh darah, penekanan syaraf oleh kanker ditandai
dengan frekuensi jantung atau pernapasan meningkat dan klien
mengeluhkan rasa sakit.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengn penyempitan saluran
napas ditandai dengan frekuensi pernapasan meningkat, wheezing.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis
berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan pasien selalu
bertanya mengenai kondisinya dan tindakan apa yang akan dilakukan.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk
melakukan perubahan status kesehatan, takut mati ditandai dengan
pasien selalu menanyakan pertanyaan yang sama kepada perawat,
pasien terlihat gelisah.

1. Perencanaan keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATA
. N KRITERIA HASIL

1. Bersihan Setelah dilakukan 1) Berikan 1) Mencegah


jalan nafas intervensi pasien O2 terjadinya
tidak efektif keperawatan 2) Berikan hipoksia
berhubungan selama 3 x 24 pasien posisi 2)
dengan jam, klien semifowler Memaksimalkan
peningkatan menunjukkan (jika tidak ventilasi
jumlah / kepatenan jalan hemaptoe)
viskositas napas. Dengan atau supinasi
sekret/sputu kriteria hasil : (jika
m 1) Klien akan hemaptoe)
menunjukkan
bunyi napas
bersih, bebas 3)
kering / bunyi Auskultasi 3) Pernapasan
tambahan dada untuk bising, ronki dan
karakteristik mengi
bunyi napas menunjukkan
2) Klien dan adanya tertahannya
mengeluarkan secret sekret atau
secret tanpa obstruksi jalan
kesulitan
4) Observasi napas
karakteristik
3) Klien batuk, 4)
menunjukkan (misalnya, Karakteristik
hilangnya dipsnea menetap, batuk dapat
efektif, tak berubah
efektif), juga tergantung pada
4) Tanda-tanda jumlah dan
vital dalam penyebab/
karakter etiologi gagal
rentang normal sputum perbafasan.
Sputum bila ada
mungkin
banyak, kental,
berdarah, dan/
5) Lakukan atau purulen
penghisapan yang
bila batuk memerlukan
lemah atau pengobatan
ronki tidak lebih lanjut
hilang
dengan
upaya batuk. 5)
Hindari Penghisapan
penghisapan meningkatkan
ETT dan OTT resiko hipoksia
dan kerusakan
yang dalam mukosa.
pada klien Penghisapan
pneunomekto trakeal secara
mi bila umum
mungkin kontraindikasi
pada klien
pneunomektomi
6) Dorong untuk
masukan menurunkan
cairan peroral resiko rupture
(sedikitnya jahitan bronchial
2500ml/hari)
dalam
toleransi 6) hidrasi
jantung adekuat untuk
meningkatkan
pengeluaran
7) Kaji secret
nyeri /
ketidaknyam
anan dan
lakukan
latihan
pernapasan 7) mendorong
klien untuk
bergerak, batuk
lebih efektif, dan
napas dalam
untuk mencegah
8) Bantu kegagalan
klien dan pernafasan
intruksikan
untuk napas
dalam dan 8) Posisi duduk
batuk efektif memkungkinkan
dengan posisi eksansi paru
duduk tinggi maksimal dan
dan menekan penekanan
daerah insisi. upaya batuk
membantu
untuk
9) Observasi memobilisasi /
tanda-tanda membuang
vital sekret

10) 9) Mengetahui
Kolaborasi kondisi terkini
penggunakan pasien
oksigen
humidifikasi /
10)
memberikan
hidrasi
maksimal
membantu
pengenceran
sekret.

nebulixer
ultrasonic.
Berikan
cairan
tambahan
secara IV
sesuai
indikasi
11)
menghilangkan
11) spasme bronkus
Kolaborasi untuk
pemberian memperbaiki
bronkodilator, aliran udara,
ekspektoran, meningkatkan
atau upaya
analgesic pengeluarn
sesuai secret melalui
indikas pengenceran
dan penurunan
viskositas serta
penghilangan
ketidaknyamana
n

2 Gangguan setelah dilakukan 1) Catat 1) pernapasan


pertukaran intervensi frekuensi, meningkat
gas keperawatan kedalaman sebagai akibat
berhubungan selama 3×24 jam, pernapasan, nyeri atau
dengan klien menunjukkan kesukaran sebagai
hipoventilasi perbaikan bernapas. mekanisme
pertukaran gas. Observasi kompensi awal
Dengan kriteria penggunaan terhadap
hasil : otot bantu kerusakan
1) Menunjukkan pernapasan, jaringan paru.
perbaikan ventilasi napas bibir,
dan oksigenisi perubahan
adekuat dengan kulit /
GDA dalam membrane
rentang normal mukosa,
dan bebas gejala misalnya
distress pucat,
pernafasan. sianosis.
2) Catat
ada atau
2) tidak adanya
Mendemonstrasika bunyi
n batuk efektif dan tambahan 2) Bunyi nafas
suara nafas yang dan adanya dapat menurun,
bersih, tidak ada bunyi tidak sama atau
sianosis, dan tambahan, tak ada pada
dispneu, mampu misalnya area yang
bernafas dengan krekels, sakit.Krekels
mudah. mengi adalah bukti
peningkatan
3) Tanda-tanda cairan dalam
vital dalam area jaringan
rentang normal sebagai akibat
peningkatan
permeabilitas
. membrane
alveolar-kapiler.
Mengi adalah
bukti adanya
tahanan atau
penyempitan
3) Selidiki jalan nafas
perubahan sehubungan
status mental dengan mukus/
/ tingkat edema serta
kesadaran tumor.

3)
Menunjukkan
peningkatan
hipoksia atau
komplikasi
seperti
4)
pergeseran
Pertahankan
mediastinal bila
kepatenan
disertai dengan
jalan napas
takipnea,
dengan
takikardia,
posisi,
deviasi trakea
penghisapan,
dan
pemberian 4) obstruksi
oksigen
sesuai jalan napas
indikasi mempengaruhi
ventilasi dan
mengganggu
5) Dorong / pertukaran gas,
bantu latihan memaksimalkan
napas dalam sediaan oksigen
untuk
6) Pantau pertukaran
AGD,
oksimetri 5)
nadi. Catat meningkatkan
kadar Hb ventilasi dan
oksigenasi
maksimal dan
mencegah
atelektasis

6) penurunan
PO2 tau
peningkatan
PCO2 dapat
7)
menunjukkan
Observasi
kebutuhan
tanda-tanda
untuk dukungan
vital
ventilasi.
Kehilangan
8) darah bermakna
Kolaborasi dapat
pemberian mengakibatkan
obat-obatan penurunan
sesuai kapasitas
indikasi pembawa
oksigen

7) Mengetahui
konsisi terkini
pasien.

8) Membantu
mengatasi
masalah pasien
sesia tanda dan
gejala yang
muncul

3 Gangguan Setelah dilakukan 1) 1) Mengurangi


rasa nyaman intervensi Berikan kebisingan dan
nyeri keperawatan pasien meningkatkan
berhubungan selama 3×24 jam, lingkungan istirahat.
dengan lesi diharapkan skala yang terang
dan nyeri klien dan batasi
melebarnya berkurang. pengunjung
pembuluh Dengan kriteria saat fase 2) Pasien
darah hasil : akut. mungkin merasa
1) Melaporkan 2) Bantu nyaman dengan
nyeri hilang/ pasien untuk miring kea rah
terkontrol. memilih posisi yang
posisi yang sakit.
nyaman
2) Tampak rileks untuk
dan tidur/ istirahat istirahat.
dengan baik.
3) Membantu
3) dalam evaluasi
3) Berpartisipasi Tanyakan
dalam aktivitas gejala nyeri
pasien karena kanker.
yang diinginkan/ tentang
dibutuhkan. Penggunaan
nyeri. skala rentang
Tentukan membantu
4) Tanda-tanda karakteristik pasien dalam
vital dalam nyeri. Buat mengkaji tingkat
rentang normal rentang nyeri dan
intensitas memberikan
pada skala 0 alat untuk
5) Rentang nyeri – 10. evaluasi
dalam skala keefktifan
normal (0-10) analgesic,
meningkatkan
kontrol nyeri.

4)
4) Kaji Ketidaksesuaian
pernyataan antar petunjuk
verbal dan verbal/ non
non-verbal verbal dapat
nyeri pasien. memberikan
petunjuk derajat
nyeri,
kebutuhan/
keefketifan
intervensi

5) Catat 5) Insisi
kemungkinan posterolateral
penyebab lebih tidak
nyeri nyaman untuk
patofisologi pasien dari pada
dan psikologi. insisi
anterolateral.
Selain itu takut,
distress,
ansietas dan
kehilangan
sesuai diagnosa
kanker dapat
mengganggu
kemampuan
6) mengatasinya.
Dorong
menyatakan
6) Takut/
perasaan
masalah dapat
tentang
meningkatkan
nyeri.
tegangan otot
dan
menurunkan
ambang
persepsi nyeri.
7)
Berikan
tindakan 7)
kenyamanan. Meningkatkan
Dorong dan relaksasi dan
ajarkan pengalihan
penggunaan perhatian.
teknik
relaksasi

8)
8) Mengetahui
Observasi
kondisi terkini
tanda-tanda
pasien.
vital.
9) 9) Membantu
Kolaborasi mengatasi
pemberian pasien sesuai
obat sesuai tanda dan gejala
indikasi yang muncul.

4 Kurang Setelah dilakukan 1) Berikan 1) Sembuh


pengetahuan intervensi informasi dari gangguan
mengenai keperawatan dalam cara gagal paru
kondisi, selama 1×24 jam, yang jelas/ dapat sangat
tindakan, diharapkan Klien ringkas. menghambat
prognosis dan keluarga lingkup
berhubungan mengetahui perhatian
dengan tentang kanker pasien,
kurang paru. Kriteria konsentrasi dan
informasi, hasil : energi untuk
kesalahan 1) Klien dapat 2) Berikan penerimaan
interpretasi menjelaskan informasi informasi/ tugas
informasi, hubungan antara verbal dan baru.
kurang penyakit dan tertulis 2) Pemberian
mengingat. terapi. tentang obat instruksi
penggunaan
obat yang aman
2) Klien dapat dapat membuat
menggambarkan/ pasien
menyatakan diet, mengikuti
obat, dan program 3) Kaji
program
aktivitas. konseling
pengobatan
nutrisi
dengan tepat
tentang
3) Klien/keluarga rencana
dapat makan; 3) Pasien
mengidentifikasi kebutuhan dengan masalah
dengan benar makanan pernafasan
tanda dan gejala kalori tinggi. berat biasanya
yang memerlukan mengalami
perhatian medik. penurunan berat
badan dan
4) Tanda-tanda anoreksia
vital dalam 4) Berikan sehingga
rentang normal pedoman memerlukan
untuk peningkatan
aktivitas. nutrisi untuk
menyembuhan.

4) Pasien
harus
menghindari
untuk terlalu
lelah dan
mengimbangi
periode
istirahatdan
aktivitas untuk
meningkatkan
regangan/
stamina dan
mencegah
konsumsi/
kebutuhan
oksigen
5) Tanda- berlebihan.
tanda vital
normal
5) Mengetahui
kondisi terkini
pasien

1. Perencanaan Evaluasi
No Dx Evaluasi

1. Klien menunjukkan bunyi napas bersih, bebas


kering / bunyi tambahan
2. Klien dapat mengeluarkan secret tanpa
kesulitan

3. Klien menunjukkan hilangnya dipsnea

4. Tanda-tanda vital normal


I

II 1. Klien tampak menunjukkan perbaikan ventilasi


2. oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang
normal

3. Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif


dan suara nafas yang bersih,

4. Klien tidak ada sianosis dan dispneu, serta


mampu bernafas dengan mudah.

5. Tanda-tanda vital normal

1. Klien melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.


2. Klien tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan
baik.

3. Klien dapat berpartisipasi atau dengan mandiri


dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.

4. Tanda-tanda vital normal

5. Rentang nyeri dalam skala normal (1-10)


III

1. Klien dapat menjelaskan hubungan antara


penyakit dan terapi.
2. Klien dapat menggambarkan/ menyatakan diet,
obat, dan program aktivitas.

3. Klien/keluarga dapat mengidentifikasi dengan


benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian
medik

4. Tanda-tanda vital normal


IV

9. Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CA PARU
A. Batasan Ca Paru
Adalah merupakan tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran pernafasan.

B. Gejala Klinis
Gejala yang muncul tergantung pada pasien dengan CA Paru
biasanya meiputi berbagai gejala klinis diantaranya :

1. Gejala intra pulmoner yang meliputi :


- Batuk. 2 mg (70 – 90 % kasus)
- Batuk darah (6 – 51%)
- Nyeri dada atau kemeng (42 – 67 %)
- Sesak nafas (58 % kasus)
2. Gejala intra torasik intrapulmoner yang meliputi penekanan-
penekanan ataupun pengrusakan struktur sekitar :
- Nervusphrenicus, akan menyebabkan lumpuhnya diafragma
- Saraf simpatik
- Eshopagus (dispagia)
- Vena cafa superior yang dapat menyebabkan bengkak pada
wajah, leher dan pembuluh darah kontralteral
- Trachea / bronchus yang menyebabkan sesak
- Jantung,dll
3. Gejala ekratorasik non metastase
4. Gejala ekstratorasik metastase yang akan menimbulkan
manifestasi klinik tergantung dari daerah yang terkena

C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi : untuk mengetahui perubahan pada bronchus,
permukaan tumor dan pengambilan bahan untuk pemeriksaan
sitologi
2. Bronchographi
3. Tomogram & CT Scan
4. Biopsi
5. Immunologi
6. Pertandabiokimia

D. Therapi
Penentuan modalitas terapi pada pasien Caparu tergantung pada :
1. Tahapan (staging) dariCa
2. Jenishistopatologis
3. Penampilan/keadaan umum klien

Adapun terapi yang biasa dilakukan pada pasien Caparu meliputi :


1. Bedah
2. Radiasi
3. Sitostatika
4. Hormonal
5. Immunologi
E. Patofisiologi dan Gangguan Kebutuhan dasar manusia
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang
mendapat bantuan nafas mekanik atau dipasang ventilator
diantaranya adalah :
1. Ketidakefektifan pemebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi
tertahan,proses penyakitnya
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kelelahan,pengesetan ventilator yang
tidaktepat,obstruksiselangendrotracheal
4. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis,takut terhadap
kematian
5. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal berhubungan dengan
pemasangan selang endrotracheal
6. Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas berhubungan
dengan pemasangan selang endotracheal
7. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera berhubungan dengan
ventilasi mekanis,selang endotracheal,asietas,stress
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ventilasi
mekani,letak selang endotracheal

G. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan
peningkatan produksi sekret
Tujuan :
Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas.
Kriteria hasil :
- Bunyi nafas terdengar bersih
- Ronchi tidak terdengar
- Tracheal tube bebas sumbatan

Tindakan keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Auskultasi bunyi nafas tiap 2- 1. Mengevaluasi keefektifan
4 jam dan kalau diperlukan jalan nafas
2. Lakukan pengisapan bila 2.
terdengar ronchi dengan a. Dengan mengertinya
cara : tujuan tindakan yang
a. Jelaskan pada pasien akan dilakukan pasien
tentang tujuan dari bias berpartisipasi
tindakan pengisapan aktif
b. Berikan oksigen dengan b. Member cadangan
O2 100% sebelum oksigen untuk
dilakukan menghindari hipoksia
pengisapan,minimal 4-5 X c. Mencegah infeksi
pernapasan nosocomial
c. Perhatikan teknik aseptic, d. aspirasi lama dapat
gunakan sarung tangan menimbulkan
steril,kateter pengisap hipoksia,karna
steril tindakan pengisapan
d. Masukan kateter kedalam akan mengeluarkan
selang ET dalam keadaan secret dan oksigen
tidak mengisap (ditekuk), e. tindakan negatif yang
lama pengisapan tidak berlebihan dapat
lebih dari 10 detik merusak mukosa jalan
e. Atur tekanan isap tidak napas
lebih dari 100-120 mmHg f. memberikan cadangan
f. Lakukan oksigenasi lagi oksigen dalam paru
dengan O2 100% sebelum g. menjamin keefektifan
melakukan penisapan jalan napas
berikutnya 3. membantu
g. Lakukan pengisapan mengencerkan sekret
berulang-ulang sampai 4. mencegah sekresi
suara napas bersih menjadi kental
3. Pertahankan suhu humidifier 5. memudahkan pelepasan
tetap hangat (35-37,8 C) sekret
monitor statur hidrasi pasien 6. mengencerkan sekret
4. Melakukan fisioterapi napas / 7. menentukan lokasi
dada sesuai indikasi dengan penumpukan
cara clapping,fibrasidan sekret,mengevaluasi
postural drainage kebersihan
5. Berikan obat mukolitik sesuai tindakan,deteksidini
indikasi atau program adanya kelainan
6. Kaji suara nafas sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
pengisapan
7. Observasi TTV sebelum dan
sesudah melakukan tindakan

2. cemas sehubungan dengan penyakit kritis,takut terhadap


kematian.
Tujuan :
Cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
Mampu mengekspresikan kecemasa, tidak gelisah ,kooperatif
Tindakan Keperawatan

INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan komunikasi 1. Membina hubungan saling
terapiutik percaya
2. Dorong pasien agar 2. Menggaliperasaandanpermas
mampu alahan yang sedang dihadapi
mengekspresikan klien
perasaannya 3. Mengurangi cemas
3. Berikkan sentuhan 4. Mengurangi cemas
kasih sayang 5. Kehadiran orang orang yang
4. Berikan support dicintai meningkatkan
mental semangat dan motivasi untuk
5. Berikan kesempatan sembuh
pada keluargadan 6. Memahami tujuan pemberian
orang-orang yang atas pemasangan ventilator
dekat dengan klien
untuk mengunjungi
pada saat saat
tertentu.
6. Berikan informasi
realistis pada tingkat
pemahamanklien

3. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi


mekanis,letak selang endotracheal
Tujuan :
Merasa nyaman selama di pasang ventilator
Kriteria Hasil :
- Klien tidak gelisah
- Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang

Tindakan Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Atur posisi 1. Mencegah penarikan danpenekanan
selang ETT 2. Menurunkanupayapasienmelakukanp
dan Tubing ernapasan
ventilator 3. Meningkatkan rasa nyaman
2. Atur 4. Mengurangi rasa nyeri
senstivitas
ventilator
3. Atur posisi
tidur dengan
menaikkan
bagian
kepala
tempat
tidur,kecuali
ada
kontraindika
si
4. Kalau perlu
kolaborasi
dengan
dokter untuk
memberi
analgesic
dan sedasi
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.


Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 1015-21.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First.
Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-paru?
related=1) diakses pada tanggal 30 Mei 2015 pukul 20.00 WIB

Suzanne C Smeltzer dan Brenda G. Bare.2014.Buku Ajar Keperawatan Medikal-


Bedah Brunner dan Suddarth edisi 8 vol 1.Jakarta:EGC
Padila.2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:Medikalbook
Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah
manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan edisi 8 buku 3. ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai