Dosen Pembimbing:
Ns. Martha K Silalahi. M.kep
Disusun Oleh:
Kelompok 07
A. Latar Belakang
Trakeotomi adalah insisi bedah ditrakea melalui kuliat dan otot yang
terletak diatasnya untuk tata laksana jalan nafas.Trakeostomi adalah
pembentukan lubang bedah (stoma) kedalam trakea melalui kulit.istilah
ini sering digunakan secara bergantian.Trakeostomi dapat dilakukan
sebagai suatu prosedur darurat atau prosedur elektif bergantung
indikasi.Penyedia layanan kesehatan yang kompeten dapat melakukan
trakeostomi perkutan ditempat tidur dalam unit perawatan
kritis.Trakeostomi memberikan jalur terbaik untuk mempertahankan jalan
napas jangka panjang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang trakeostomi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengertian trakeostomi
b. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara perawatan trakeostomi
c. Mahasiswa dapat mengenali alat-alat untuk pemasangan trakeostomi
C. Metode Penulisan
1. Pustaka
Dalam menyusun makalah ini kelompok menggunakan beberapa
literature atau referensi yang ada di perpustakaan sebagai acuan dalam
pembuatan makalah.
2. Browsing
Selain dari buku, kelompok juga mencari tambahan referensi
melalui jurnal-jurnal dan ebook.
3. Diskusi
Yang terakhir kami menggunakan metode diskusi kelompok sebagai
salah satu upaya penyelesaian makalah.
D. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami hanya membatasi pada pembahasan
tentang pengertian, mengenal alat-alat pemasangan dan perawatan ,dan
cara pemasangan trakeostomi.
Tinjauan Teori
KARSINOMA PARU
1. Definisi Penyakit
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
1. Epidemiologi
Menurut Brasher (2007), epidemiologi kanker paru antara lain:
2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari
bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.
1. Merokok
Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap
kesehtaan. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya
telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti
merokok (Stoppler,2010). Merokok merupakan penyebab utama Ca paru.
Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok
berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali
lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke
pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Perokok pasif
Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif,
karena perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari
perokok aktif. Semakin banyak orang yang berhubungan dekat antara
perokok aktif dan pasif, maka risiko terjadinya kanker paru akan semakin
meningkat. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-
orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada
3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi
pada perokok pasif (Stoppler,2010).
3. Paparan zat karsinogen .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
4. Polusi Udara
Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai
dampak yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi
udara mempunyai pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Karena banyak
didaerah perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk dapat menyaring
polusi-polusi udara akibat banyaknya kendaraan bermotor. Kurangnya
lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan
yang sangat besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai
keseimbangan lingkungan.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer
di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/
pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini.
Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi
gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru.
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
dapat menjadi risiko terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit
paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar
terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler,
2010).
1. Karsinoma Bronkogenik.
A. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya Kanker. Terletak sentral sekitar hilus,
dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter Kanker jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar
getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2. Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan
terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
3. Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan
belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
4. Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer
getah bening di dekatnya.
5. Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah
bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
6. Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar
juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati
dan tulang.
Tahapan Klasifikasi Stadium Kanker Paru Menurut Global Bioscience (2013) tahapan kanker
paru adalah sebagai berikut:
1) Tahap terbatas merupakan tahapan kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-
paru saja dan pada jaringan di sekitarnya.
2) Tahap ekstensif merupakan tahapan kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar
paru-paru ataupun ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.
b. Tahap Perkembangan NSCLC
1) Tahap tersembunyi merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien
di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
2) Stadium 0 merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam
paru-paru dan tidak bersifat invasif. 13
3) Stadium I merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paruparu dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
4) Stadium II merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah
bening di dekatnya.
5) Stadium III merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau
pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
6) Stadium IV merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru. Sel-sel
kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin,
hati, dan tulang.
3. Patofisiologi
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat
tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini
pertumbuhan lambat.
1. Gejala umum.
Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,
tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental
dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
Nafas sesak (pendek)
Sakit kepala , nyeri dada, bahu dan bagian punggung .
Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama
dan infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan
batuk lama 2 minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan
gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia.
Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner
seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).
5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma
paru antara lain:
6. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1. Laboratorium
Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila
pasien ada keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu
memberikan hasil positif karena tergantung dari letak tumor terhadap
bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum
yang diperiksa, waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar).
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang
baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma
sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini kanker paru.
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat dilakukan
pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, bilasan dan
sikatan bronkoskopi.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun pada kanker paru.
7. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara :
Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
1. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker
paru, terutama pada SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga
diberikan bersamaan dengan terapi bedah.
8. Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pengkajian keperawatan
Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan
alamat klien.
Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh
darah
Malaise
Anorexia
Badan makin kurus
Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang
makin luas
Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik
1. Riwayat kesehatan dahulu
Terpapar asap rokok
Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida
besi
Konsumsi bahan pengawet
1. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penderita kanker
Data dasar pengkajian pasien
Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi
cairan, kecepatan akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.
1. Aktifitas / istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea akibat aktivitas
1. Sirkulasi
Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)
1. Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang
berat / potensi keganasan.
1. Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan
frekuensi / jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
1. Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan. Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
1. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu
industry. Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok
Pengkajian fisik
1. Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau
ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.
1. Telinga
Biasanya tak ada kelainan
1. Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi
Ketidakmampuan menelan
Suara serak
Nafas dangkal
Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum
1. System Kardiovakuler
Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih
pada sat istirahat
1. Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
1. System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
1. System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
1. System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)
1. System muskuluskeletal
Penurunan kekuatan otot
1. System persarafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi
Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya,
putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.
1. Perencanaan keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATA
. N KRITERIA HASIL
10) 9) Mengetahui
Kolaborasi kondisi terkini
penggunakan pasien
oksigen
humidifikasi /
10)
memberikan
hidrasi
maksimal
membantu
pengenceran
sekret.
nebulixer
ultrasonic.
Berikan
cairan
tambahan
secara IV
sesuai
indikasi
11)
menghilangkan
11) spasme bronkus
Kolaborasi untuk
pemberian memperbaiki
bronkodilator, aliran udara,
ekspektoran, meningkatkan
atau upaya
analgesic pengeluarn
sesuai secret melalui
indikas pengenceran
dan penurunan
viskositas serta
penghilangan
ketidaknyamana
n
3)
Menunjukkan
peningkatan
hipoksia atau
komplikasi
seperti
4)
pergeseran
Pertahankan
mediastinal bila
kepatenan
disertai dengan
jalan napas
takipnea,
dengan
takikardia,
posisi,
deviasi trakea
penghisapan,
dan
pemberian 4) obstruksi
oksigen
sesuai jalan napas
indikasi mempengaruhi
ventilasi dan
mengganggu
5) Dorong / pertukaran gas,
bantu latihan memaksimalkan
napas dalam sediaan oksigen
untuk
6) Pantau pertukaran
AGD,
oksimetri 5)
nadi. Catat meningkatkan
kadar Hb ventilasi dan
oksigenasi
maksimal dan
mencegah
atelektasis
6) penurunan
PO2 tau
peningkatan
PCO2 dapat
7)
menunjukkan
Observasi
kebutuhan
tanda-tanda
untuk dukungan
vital
ventilasi.
Kehilangan
8) darah bermakna
Kolaborasi dapat
pemberian mengakibatkan
obat-obatan penurunan
sesuai kapasitas
indikasi pembawa
oksigen
7) Mengetahui
konsisi terkini
pasien.
8) Membantu
mengatasi
masalah pasien
sesia tanda dan
gejala yang
muncul
4)
4) Kaji Ketidaksesuaian
pernyataan antar petunjuk
verbal dan verbal/ non
non-verbal verbal dapat
nyeri pasien. memberikan
petunjuk derajat
nyeri,
kebutuhan/
keefketifan
intervensi
5) Catat 5) Insisi
kemungkinan posterolateral
penyebab lebih tidak
nyeri nyaman untuk
patofisologi pasien dari pada
dan psikologi. insisi
anterolateral.
Selain itu takut,
distress,
ansietas dan
kehilangan
sesuai diagnosa
kanker dapat
mengganggu
kemampuan
6) mengatasinya.
Dorong
menyatakan
6) Takut/
perasaan
masalah dapat
tentang
meningkatkan
nyeri.
tegangan otot
dan
menurunkan
ambang
persepsi nyeri.
7)
Berikan
tindakan 7)
kenyamanan. Meningkatkan
Dorong dan relaksasi dan
ajarkan pengalihan
penggunaan perhatian.
teknik
relaksasi
8)
8) Mengetahui
Observasi
kondisi terkini
tanda-tanda
pasien.
vital.
9) 9) Membantu
Kolaborasi mengatasi
pemberian pasien sesuai
obat sesuai tanda dan gejala
indikasi yang muncul.
4) Pasien
harus
menghindari
untuk terlalu
lelah dan
mengimbangi
periode
istirahatdan
aktivitas untuk
meningkatkan
regangan/
stamina dan
mencegah
konsumsi/
kebutuhan
oksigen
5) Tanda- berlebihan.
tanda vital
normal
5) Mengetahui
kondisi terkini
pasien
1. Perencanaan Evaluasi
No Dx Evaluasi
9. Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CA PARU
A. Batasan Ca Paru
Adalah merupakan tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran pernafasan.
B. Gejala Klinis
Gejala yang muncul tergantung pada pasien dengan CA Paru
biasanya meiputi berbagai gejala klinis diantaranya :
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi : untuk mengetahui perubahan pada bronchus,
permukaan tumor dan pengambilan bahan untuk pemeriksaan
sitologi
2. Bronchographi
3. Tomogram & CT Scan
4. Biopsi
5. Immunologi
6. Pertandabiokimia
D. Therapi
Penentuan modalitas terapi pada pasien Caparu tergantung pada :
1. Tahapan (staging) dariCa
2. Jenishistopatologis
3. Penampilan/keadaan umum klien
G. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan
peningkatan produksi sekret
Tujuan :
Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas.
Kriteria hasil :
- Bunyi nafas terdengar bersih
- Ronchi tidak terdengar
- Tracheal tube bebas sumbatan
Tindakan keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Auskultasi bunyi nafas tiap 2- 1. Mengevaluasi keefektifan
4 jam dan kalau diperlukan jalan nafas
2. Lakukan pengisapan bila 2.
terdengar ronchi dengan a. Dengan mengertinya
cara : tujuan tindakan yang
a. Jelaskan pada pasien akan dilakukan pasien
tentang tujuan dari bias berpartisipasi
tindakan pengisapan aktif
b. Berikan oksigen dengan b. Member cadangan
O2 100% sebelum oksigen untuk
dilakukan menghindari hipoksia
pengisapan,minimal 4-5 X c. Mencegah infeksi
pernapasan nosocomial
c. Perhatikan teknik aseptic, d. aspirasi lama dapat
gunakan sarung tangan menimbulkan
steril,kateter pengisap hipoksia,karna
steril tindakan pengisapan
d. Masukan kateter kedalam akan mengeluarkan
selang ET dalam keadaan secret dan oksigen
tidak mengisap (ditekuk), e. tindakan negatif yang
lama pengisapan tidak berlebihan dapat
lebih dari 10 detik merusak mukosa jalan
e. Atur tekanan isap tidak napas
lebih dari 100-120 mmHg f. memberikan cadangan
f. Lakukan oksigenasi lagi oksigen dalam paru
dengan O2 100% sebelum g. menjamin keefektifan
melakukan penisapan jalan napas
berikutnya 3. membantu
g. Lakukan pengisapan mengencerkan sekret
berulang-ulang sampai 4. mencegah sekresi
suara napas bersih menjadi kental
3. Pertahankan suhu humidifier 5. memudahkan pelepasan
tetap hangat (35-37,8 C) sekret
monitor statur hidrasi pasien 6. mengencerkan sekret
4. Melakukan fisioterapi napas / 7. menentukan lokasi
dada sesuai indikasi dengan penumpukan
cara clapping,fibrasidan sekret,mengevaluasi
postural drainage kebersihan
5. Berikan obat mukolitik sesuai tindakan,deteksidini
indikasi atau program adanya kelainan
6. Kaji suara nafas sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
pengisapan
7. Observasi TTV sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan komunikasi 1. Membina hubungan saling
terapiutik percaya
2. Dorong pasien agar 2. Menggaliperasaandanpermas
mampu alahan yang sedang dihadapi
mengekspresikan klien
perasaannya 3. Mengurangi cemas
3. Berikkan sentuhan 4. Mengurangi cemas
kasih sayang 5. Kehadiran orang orang yang
4. Berikan support dicintai meningkatkan
mental semangat dan motivasi untuk
5. Berikan kesempatan sembuh
pada keluargadan 6. Memahami tujuan pemberian
orang-orang yang atas pemasangan ventilator
dekat dengan klien
untuk mengunjungi
pada saat saat
tertentu.
6. Berikan informasi
realistis pada tingkat
pemahamanklien
Tindakan Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Atur posisi 1. Mencegah penarikan danpenekanan
selang ETT 2. Menurunkanupayapasienmelakukanp
dan Tubing ernapasan
ventilator 3. Meningkatkan rasa nyaman
2. Atur 4. Mengurangi rasa nyeri
senstivitas
ventilator
3. Atur posisi
tidur dengan
menaikkan
bagian
kepala
tempat
tidur,kecuali
ada
kontraindika
si
4. Kalau perlu
kolaborasi
dengan
dokter untuk
memberi
analgesic
dan sedasi
DAFTAR PUSTAKA