Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya(tuberculosis fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru - paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi syarat mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I dalam pembuatan makalah mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru 2. Untuk memberikan informasi tentang Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru 1.3 Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat menjadi pedoman mahasiswa dalam mengetahui Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru 2. Dapat memberikan informasi mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru 1.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran umum mengenai Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru 2. Mampu menjelaskan Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Ca Paru 3. Memahami problem, etiology, dan symptom dari Ca Paru

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Ca Paru

Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau karsinoma bronkogenik. I. Pengertian Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi, 2000). Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru. II. Etiologi Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis. 1. Pengaruh rokok. 2. Pengaruh paparan industri 3. Pengaruh adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya penyakit lain. 4. Pengaruh genetik dan status imunologis. a. Merokok Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor. b. Iradiasi. Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif. c. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja . Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen. d. Polusi Udara Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997). e. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni : a. Proton oncogen. b. Tumor suppressor gene. c. Gene encoding enzyme. III. Patofisiologi. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat. IV. Manifestasi Klinis a. Gejala Awal Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronku. b. Gejala Umum Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain yaitu: Batuk Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk kering tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder . Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi Anoreksia, lelah , berkurangnya berat badan. c. Gejala klinis Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma). Rata rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 5 tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek. V. Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging) Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase. 1. T : T0 : tidak tampak tumor primer T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura. T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina dan atau disetai efusi pleura. 2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional

N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal 3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ organ lain. VI. Studi Diagnostik 1. Chest x ray ( pandangan lateral dan poteroanterior), tomografi dada dan CT scanning. 2. Radioisotop scanning 3. Tes laboratorium a. Pengumpulan sputum untu sitologi, bronkoskopi dengan biopsi, hapusan dan perkutaneus biopsi b. Mediastinoskopi VII. Manajemen medis 1. Manajemen umum : terapi radiasi 2. Pembedahan : Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi. 3. Terapi obat : kemoterapi VIII. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan kanker yaitu : 1. Kuratif. Dimana tenaga kesehatan berupaya memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. 2. Paliatif. Untuk mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup. 3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal. Untuk mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. 4. Suportif. Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi serta obat-obatan. Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu melakukan : 1. Pembedahan. Tujuannya untuk mengangkat semua jaringan yang sakit dan mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker. Adapun jenis tindakannya yaitu : - Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru/thoraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. - Pneumoktomi (pengankatan paru) - Lobektomi (pengangkatan lobus) 2. Radioterapi. Pada beberapa kasus yang inoperable, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bias juga sebagai terapi paliatif pada tumor dengan komplikasi yang bertujuan untuk mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus. 3. Kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari stadium IIIA dan untuk pengobatan paliatif. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kegagalan target pencapaian pengobatan antara lain : - Resistensi terhadap sitostatika - Penurunan dosis sitostatika dimana penurunan dosis sebesar 20% akan menurunkan angka harapan sembuh sekitar 50%. - Penurunan intensitas obat dimana jumlah obat yang diterima selama kurun waktu tertentu kurang. Untuk mengatasi hal tersebut dosis obat harus diberikan secara optimal dan sesuai jadwal pemberian.

2.2 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Paru I. Pengkajian a. Riwayat Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru. b. Pemeriksaan fisik pada pernapasan Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri dada karena penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu dinding paru, disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan. c. Nutrisi : Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia d. Psikososial : Takut, cemas, tanda tanda kehilangan. e. Tanda vital : Peningkatan suhu tubuh, takipnea f. Pemeriksaan diagnostik. 1. Radiologi a) Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. b) Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2. Laboratorium. a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi. c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). 3. Histopatologi. a) Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui). b) Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %. c) Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi. d) Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis/ kelenjar getah bening yang terlibat. e) Torakotomi. Untuk diagnostik kanker paru. 4. Pencitraan a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura. b) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum. II. Diagnosa keperawatan Preoperasi 1) Kerusakan pertukaran gas b/d hipoventilasi 2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret paru, meningkatnya tahanan jalan napas 3) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, takut mati

4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan b/d kurang informasi Pascaoperasi 1) Kerusakan pertukaran gas b/d pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen, 2) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d viskositas secret, keterbatasan gerakan dada, kelemahan 3) Nyeri akut b/d trauma jaringan, insisi bedah 4) Ansietas b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian III. Rencana Keperawatan Preoperasi DX 1 Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normaldan bebas gejala distress pernapasan. Klien berpartisipasi dalam program pengobatan Intervensi : Kaji status pernapasan, catat peningkatan frekwensi. Rasionalnya dispneu merupakan kompensasi adanya tahan jalan napas Catat ada tidaknya bunyi tambahan. Rasionalnya bunyi napas dapat menurun. Krekles adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mucus atau edema serta tumor. Kaji adanya sianosis. Rasionalnya penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Kolaborasi pemberian oksigen. Rasionalnya memaksimalkan sediaan oksigen sesuai kebutuhan tubuh. Dx.2 Kriteria hasil : Hilangnya dispneu Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih Mengeluarkan secret tanpa kesulitan Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki atau mempertahankan jalan napas Intervensi : Catat perubahan dan upaya pola napas. Rasionalnya penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas. Observasi penurunan ekspansi dinding dada. Rasionalnya ekspansiadada sehubungan dengan akumulasi cairan, edema dan secret pada lobus. Catat karakteristik batuk juga produksi dan karakteristik sputum. Rasionalnya karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebebnya, sputum bila ada mungkin banyak, merah atau purulen. Pertahankan posisi tubuh atau kepala dan gunakan alat bantu napas sesuai kebutuhan.Rasionalnya menudahkan memelihara jalan napas atas paten. Kolaborasi pemberian bronkodilator (aminofilin, albuterol dll). Awasi untuk efek samping merugikan dari obat (takikardi, hipertensi, insommnia dan tremor). Rasionalnya obat diberkan untuk menghialngkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret, memperbaiki venrilasi dan memudahkan pengeluaran secret.

DX. 3 Kriteria Hasil : Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun Menunjukkan pemecahan masalah Intervensi Obserfasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional memburuknya penyakit dapat menyebabkan / meningkatkan ansietas. Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasionalnyamenurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energy. Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi . rasionalnya memberikan kesempatan bagi pasien untuk menangani ansietasnya sendir idan merasa terkontrol. Identifikasi presepsi klien terhadap ancaman yang ada. Rasionalnya membantu pengenalan ansietas/takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu klien. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasionalnyamerupakan langkah awal dalam mengatasi perasaan. Dx. 4 Kriteria hasil : Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi Menggambarkan/ menyatakan diet, obat dan program aktifitas Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic. Intervensi : Bantu klien untuk belajar memenuhi kebutuhannya. Berikan informasi yang jelas dan ringkas pada klien. Rasionalnya untuk meningkatkan konsentrasi dan energy untuk penerimaan tugas baru. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat. Rasionalnya pemberian instruksi penggunaan obat yang aman membantu pasien untuk mengikuti dengan tepet program pengobatan. Kaji konseling nutrisi tentang kebutuhan makanan dan kalori klien. Rasionalnyapasien dengan pernapasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisis untuk proses penyembuhan. Berikan pedoman untuk aktifitas. Rasionalnya pasien tidak boleh terlalau lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktifitas untuk meningkatkan stamina dan menjegak kebutuhan oksigen yang berlebihan. Pasca operasi Dx. 1 Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhan adekuat degan gda dlam rentang normal Bebas gejala distress pernapasan Intervensi : Catat frekwensi, kedalaman dan kemudahan pernapasan. Obserfasi penggunaan otot bantu napas dan perubahan kulit. Rasionalnya pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai akibat mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.

Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal.Rasionalnya konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi noemal pada pasien pneumonoktomi. Namun pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi, pengisapan dan penggunaan alat bantu pernapasan. Rasionalnya obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi yang dapat mengganggu pertukaran gas. Bantu dengan latihan napas dalam dan napas mulut dengan tepat. Rasionalnyameningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi serta mencegah atelektasis. Dx. 2 Kriteria hasil : Menunjukkan patensi napas dengan cairan secret mudah dikeluarkan, bunyi napas jelas dan pernapasan tidak bising. Intervensi : Auskultasi dada untuk karakterisitik bunyi napas dan adanya secret. Rasionalnyapernapasan bising, rinki dan mengi menunjukkan tertahannya secret dan obstruksi jalan napas. Bantu pasien /instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk dan menekan daerah insisi. Rasionalnya posisis duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menguatkan upaya batuk untuk mobilisasi dan pembuangan secret. Obserfasi jumlah dan karakteristik sputum. Rasionalnya peningkatan jumalah secret tidak berwarna/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan. Dorong masikan cairan peroral (2500 ml/hari). Rasionalnya hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan pengeluaran Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan analgetik sesuai indikasi.Rasionalnya menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas secret. Dx. 3 Kriteria hasil : Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol Tampak rileks dan istirahat dengan baik Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan Intervensi : Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri (skala 010).Rasionalnya membantu evaluasi gejala nyeri karana kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaliasi keefektifan analgesic dan meningkatkan control nyeri. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien. Rasionalnya ketidaksesuaian antara petunjuk verbal /nonverbal dapat memberikan pentunjuk derajat nyeri, kebutuhan/kekefektifan intervensi. Catat kemungkinan penyebab nyeri. Rasionalnya insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya tentang nyeri. Rasionalnya takut dapat meningkatkan tegangan otot dan meningkatkan ambang presepsi nyeri Dx.4 Kriteria hasil :

Mengakui dan mendiskusikan masalah Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan tampak rileks Intervensi : Evaluasi tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang penyakit klien.Rasionalnya pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi adanya perubahan pola hidup Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasionalnya bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan Berikan kesempatan untuk bertanya da jawab dengan jujur. Rasionalnyamenurunkan presepsi kesalahan interpretasi terhadap informasi. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Etiologinya antara lain : 1. Pengaruh rokok. 2. Pengaruh paparan industri 3. Pengaruh adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya penyakit lain. 4. Pengaruh genetik dan status imunologis. 3.2 Saran Sebagai mahasiswa kita harus memahami dan bisa membuat konsep dasar dan asuhan keperawatan dari berbagai macam penyakit agar pada waktu pelaksanaan nanti di rumah sakit kita bisa melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya. Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book, Toronto.

Anda mungkin juga menyukai