Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN KANKER PARU

• Tim Pengajar Keperawatan Dewasa


Definisi

• Kanker paru merupakan suatu transformasi ganas dan


ekspansi dari jaringan paru, dan merupakan kanker paling
mematikan dari seluruh kanker di dunia, menyebabkan
1,2 juta kematian ( Black dan Hawks, 2014).
• Kanker paru merupakan tumor ganas primer system
pernafasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi dan Fisiologi

• Respirasi  Usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 untuk


proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil
metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran napas
bersama kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah yang kaya oksigen.
• Ada 3 tahap Respirasi / pernafasan :
• Ventilasi : peristiwa masuk dan keluarnya udara ke dalam paru
• Difusi : perpindahan O2 darah alveoli ke dalam darah dan CO2 dari
darah ke alveoli
• Perfusi : distribusi darah ke dalam paru
Etiologi

• Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi
jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan faktor utama tanpa
mengesampingkan kemungkinanan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku
bangsa atau ras serta status imunologis. Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru
belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dimungkinkan dalam peningkatan
insiden kanker paru :
1. Merokok  Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderungan
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang
sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam
ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
Etiologi

2. Radiasi  Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di


Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal
akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk
radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja  Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang
terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).
Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang
bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden.
4. Polusi udara  Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru
yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di
kota.
Etiologi

5. Genetik  Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang


berperan dalam kanker paru, yakni : Proton oncogene, Tumor
suppressor gene, Gene encoding enzyme.
6. Diet  Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten,
selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru.
Tipe kanker paru berdasarkan
ukuran dan penampakan dari sel
kanker
1. Karsinoma paru epidermoid (skuamosa cell lung cancer). Kanker ini berasal dari
permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia
akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.
Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter
tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2. Karsinoma sel kecil (small cell). Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan
utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari
epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus,
demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal. Tipe
kanker ini sangat berkaitan dengan kebiasaan merokok.
Tipe kanker paru berdasarkan
ukuran dan penampakan dari sel
kanker
3. Adenokarsinoma paru (adeno karsinoma of the lung). Memperlihatkan susunan
selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan
timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan
dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.
Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini,
dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya
metastasis yang jauh.
4. Karsinoma sel besar. Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam –
macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat
yang jauh.
Manifestasi Klinis

1. Kemunduran kondisi pasien berjalan cepat, misalnya : batuk-batuk selama 1 bulan,


berat badan turun > 5 kg, nyeri dada /sesak nafas.
2. KU mundur secara cepat.
3. Tidak selalu dimulai dengan batuk, bisa dimulai dengan nyeri dada ataupun
kemunduran keadaan umum, penurunan berat badan, dan sebagainya.
4. Salah satu ciri yang agak khas yaitu timbulnya nyeri dada maupun pada tempat-
tempat metastase.
5. Nyeri pluiritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura atau pneumonia
6. Batuk darah
7. Stridor local atau dyspnea ringan mungkin diakibatkan obstruksi bronkus
8. Pembengkakan jari-jari
Stadium
Patofisiologi
Patofisiologi

• Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
• Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam,
dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
• Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat
seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Pemeriksaan Diagnostik

• Radiologi.
1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran
dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus,
effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi  Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
Pemeriksaan Diagnostik

• Laboratorium.
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk
mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk
mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
Pemeriksaan Diagnostik

• Histopatologi.
1. Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
4. Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
5. Torakotomi. Untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
Pemeriksaan Diagnostik

• Pencitraan.
1. CT-Scanning Thoraks, untuk mengevaluasi jaringan parenkim
paru dan pleura.
2. MRI Thoraks, untuk menunjukkan keadaan di mediastinum.
Penatalaksanaan

1. Kuratif Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka


harapan hidup klien.
2. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis
maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan
anti infeksi.
5. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit
paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena
kanker.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN KANKER PARU.

• Pengkajian
Identitas : Nama pasien, umur, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku bangsa, dan alamat.
Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


• Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulent, atau batuk
berdarah
• Malaise
• Anoreksia
• Badan makin kurus
• Sesak nafas
• Nyeri dada dapat bersifat local atau pleuritik
Riwayat Kesehatan

2. Riwayat Kesehatan Dahulu  Terpapar asap rokok, Industri asbes,


uranium, kromat, arsen (insektisida), besi, dan oksoda besi, Konsumsi
bahan pengawet.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga  Riwayat keluarga penderita kanker
Kebutuhan Dasar

• Aktivitas/ istirahat
• Sirkulasi
• Integritas ego
• Eliminasi
• Makanan/ cairan
• Nyeri / kenyamanan
• Pernafasan
• Keamanan
• Seksualitas
• Penyuluhan
Aktivitas/ istirahat

• Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan


kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
• Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
Sirkulasi

• Gejala : JVD (obstruksi vana kava).


• Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi),
Takikardi/ disritmia. Jari tabuh.
Integritas ego

• Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan.


Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
• Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang
– ulang.
Eliminasi

• Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).


Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid)
Makanan / cairan

• Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk,


penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan. Haus/
peningkatan masukan cairan.
• Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap
lanjut). Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi
vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil). Glukosa dalam urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
Nyeri / kenyamanan

• Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini


dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak
dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/
tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma).
Nyeri abdomen hilang timbul.
Pernafasan

• Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari


biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek. Pekerja
yang terpajan polutan, debu industry, Serak, paralysis pita
suara. Riwayat merokok.
• Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan
fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi
pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang
mengalami lesi). Hemoptisis
Keamanan

• Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma),


Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
Seksualitas

• Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,


karsinoma sel besar), Amenorea/ impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Penyuluhan

• Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),


tuberculosis. Kegagalan untuk membaik.
Pemeriksaan Fisik

• Integumen  Pucat atau sianosis sentral atau perifer,


yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar kuku
menandakan penurunan perfusi perifer
• Kepala dan Leher  Peningkatan tekanan vena jugularis,
deviasi trakea
• Telinga  Tak ada kelainan
• Mata  Pucat pada conjungtiva sebagai akibat anemia
atau gangguan nutrisi
Pemeriksaan Fisik

• Muka, hidung, dan rongga mulut  Pucat atau sianosis bibir/mukosa


menandakan penurunan perfusi, Ketidakmampuan menelan, suara serak
• Thoraks dan paru-paru  Pernafasan takipnea (50x/menit atau lebih
pada saat istirahat), nafas dangkal, penggunaan aksesoris pernafasan,
batuk kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa sputum, peningkatan fremitus, krekels inspirasi tau
ekspirasi
• Sistem Kardiovaskuler  Frekuensi jantung mungkin
meningkat/takikardia (150x/menit atau lebih pada saat istirahat), bunyi
gerakan pericardial (pericardial effusion)
Pemeriksaan Fisik

• Abdomen  Bisng usus meningkat /menurun


• Sistem Urogenital  Peningkatan frekuensi atau jumlah
urine
• Sistem Reproduksi  Ginekomastia, amenorrhea,
impotensi
• Sistem Limfatik  Pembesaran kelenjar limfe regional :
leher, ketiak (metastase)
Pemeriksaan Fisik

• Sistem Muskuloskeletal  Penurunan kekuatan otot, jari-


jari tabuh
• Sistem Persarafan  Perubahan status mental/kesadaran
: apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi,
kesulitan berkonsentrasi
Data Psikologis

• Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan


tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Non Invasive  Siner X (PA dan lateral), tomografi dada,


Pemeriksaan sitology (sputum, pleural, atau nodus linfe), Mediastinoskopi
(digunakan pertahapan karsinoma), Scan radioisotope (dapat dilakukan
pada paru, hati, otak, tulang dan organ lain untuk bukti metastasis,
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA ( dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas dalam memenuhi pasca operasi)
2. Pemeriksaan Invasive  Bronkoscopi dan biopsy dan penyikatan mukosa
bronkus serta pengambilan bilasan bronkus yang kemudian diperiksa
secara patologianatomik, Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau
CT Scan, Biopsy dapat dilakukan pada nodus skalen, nodus limfe hilus
atau pleura untuk membuat diagnosa. Tes kulit, jumlah absolut limfosit
Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan/Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


hipoventilasi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan
fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru,
meningkatnya tahanan jalan nafas.
3. Nyeri akut berhubungan dengan invasi sel kanker.
4. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman kematian .
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic, anoreksia, kesukaran menelan.
Tumor Primer

• T0  Tidak terbukti adanya tumor primer


• TX  Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada
radiogram atau bronkoskopi
• TIS  Karsinoma in situ
• T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis yang normal.
• T2  Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura
viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.
• T3  Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding dada, diafragma, pleura
mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai jantung pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
• T4  Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung,
pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura
yang maligna.
Teori Onkogenesis

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor


dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor
tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/
inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan
atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk
mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen
kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan
terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya.
• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai