Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS CA PARU TN. T

DI RUANG ANGGREK III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Di Susun Oleh:

Willya yusuf wibisono

20020

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN

TAHUN 2023
KONSEP MEDIS

1. Pengertian CA Paru

2. Kanker paru adalah tumor


ganas paru primer yang
berasal dari saluran napas
3. atau epitel bronkus.
Terjadinya kanker ditandai
dengan pertumbuhan sel yang
tidak
4. normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang
normal. Proses keganasan
5. pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama
yang terjadi
6. pada masa prakanker
disebut metaplasia skuamosa
yang ditandai dengan
perubahan
7. bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Corwin.
2008
8. Kanker paru adalah tumor
ganas paru primer yang
berasal dari saluran napas
9. atau epitel bronkus.
Terjadinya kanker ditandai
dengan pertumbuhan sel yang
tidak
10. normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang
normal. Proses keganasan
11. pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama
yang terjadi
12. pada masa prakanker
disebut metaplasia skuamosa
yang ditandai dengan
perubahan
13. bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Corwin.
2008
14. Kanker paru adalah tumor
ganas paru primer yang
berasal dari saluran napas
15. atau epitel bronkus.
Terjadinya kanker ditandai
dengan pertumbuhan sel yang
tidak
16. normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang
normal. Proses keganasan
17. pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama
yang terjadi
18. pada masa prakanker
disebut metaplasia skuamosa
yang ditandai dengan
perubahan
19. bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Corwin.
2008
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napasatau epitel
bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidaknormal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasanpada epitel bronkus
didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadipada masa prakanker
disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahanbentuk epitel dan
menghilangnya silia (Corwin. 2008)
2. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker parubelum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifatkarsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain sepertikekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain.1. MerokokRokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasidapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi olehusia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanyakebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.2. Perokok
pasifSemakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
ataumengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup,dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkanbahwa
pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari oranglain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali.3. Polusi udaraKematian akibat kanker
paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapipengaruhnya kecil bila
dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibatkanker paru jumlahnya dua kali
lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkandengan daerah pedesaan.
3. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkusmenyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisadiikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentralberasal dari salah
satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksidan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejalayang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezingunilateral dapat terdengan
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan beratbadan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker parudapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dindingesofagus, pericardium, otak, tulang
rangka. (Price, dkk. 2006)
4. Tanda dan gejala
Gejala awal.
 Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan olehobstruksi
pada bronkus2.
 Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa
tumor.Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,
tetapiberkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulendalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaantumor yang mengalami ulserasi.c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat
badan.

5. Pathway
6. Komplikasi
 Lokal (tumor setempat)a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
 Hemoptisisc. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
 Kadang terdapat kavitas seperti abses parue.
 Invasi local :
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
7. Pemeriksaan khusus dan penunjang
Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanyakanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapatmenyatakan massa udara
pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erositulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
Laboratorium.a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).Dilakukan untuk mengkaji
adanya/ tahap karsinoma.b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDADapat dilakukan untuk
mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhanventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi
imun (umum pada kankerparu).
Histopatologi: Bronkoskopi, Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)
8. Penatalaksanaan medis
Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis blebatau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinaktuberkulois.
Resesi segmental.Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.5) Resesi
baji.Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakitperadangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaanparu –
paru berbentuk baji (potongan es).
Dekortikasi.Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiapperubahan
yang terjadi. Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan
kedalamanpernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
2) Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengankepala tempat
tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah
dada sehinggaekspansi paru bisa maksimal.
3) Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan
responpasien).Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi
adanyapenurunan fungsi paru.
4) Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.Rasional : Auskultasi dapat menentukan
kelainan suara nafas pada bagianparu-paru.
5) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatanserta foto
thorax.
Rasional :
a. Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya
sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapatdimonitor kemajuan dari
berkurangnya cairan dan kembalinya dayakembang paru.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan jumlahsecret-
Tujuan : meningkatkan jalan nafas yang paten-
Kriteria hasil : Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekretmudah
dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.Intervensi :
1) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret.Rasional : Pernafasan
bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannyasekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
2) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batukdengan posisi
duduk tinggi dan menekan daerah insisi.
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal danpenekanan
menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuangsekret. Penekanan
dilakukan oleh perawat.
3) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.Rasional : Peningkatan jumlah
sekret tak berwarna / berair awalnyanormal dan harus menurun sesuai kemajuan
penyembuhan.
4) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam
toleransijantung.Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret
hilang/peningkatan pengeluaran.
5) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetiksesuai
indikasi. Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki
aliranudara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.c. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membrane alveolar,pengangkatan jaringan paru, gangguan
suplai oksigen.- Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringanadekuat dengan GDA dalam rentang normal.

Intervensi :
1) Kaji adanmya sianosis Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum
sianosis.Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telingaadalah
paling indikatif.
2) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan
posisi,penghisapan, dan penggunaan alatRasional : Obstruksi jalan nafas
mempengaruhi ventilasi, menggangupertukaran gas.
3) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk jugatelentang
sampai posisi miring.Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.
4) Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat.Rasional :
Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi danmenurunkan/ mencegah
atelektasis

DAFTAR PUSTAKA

Carpinto, L. 2008. Rencana Asuhan Keperawatn, Edisi 2. Jakarta : EGC


Elizabeth, J. Corwin. 2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Price, Sylvia A and Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media Aescula
Pinus

Anda mungkin juga menyukai