Anda di halaman 1dari 9

A.

Definisi
Tumor paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses
keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Slamet, 2011).
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer system
mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkus (Nanda, 2015 ).

B. Epidemiologi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma). Kanker paru merupakan
penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen dari semua
diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh
kematian akibat kanker pada laki-laki.
Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun
2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data WHO, kanker
paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak
kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan Kanker paru juga merupakan
penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan kedua pada
perempuan.
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada
perempuan tapi merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan
perempuan. Data hasil pemeriksaan di laboratorium Patalogi Anatomi RSUP
Persahabatan kanker paru merupakan lebih dari 50 persen kasus dari 7 semua
jenis kanker yang didiagnosa. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun
2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan
keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%)
dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
C. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok : Rokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85%
dari seluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia
mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok.
2. Perokok pasif : Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-
orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko
menderita kanker paru meningkat dua kali.
3. Polusi udara : Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan 10
dibandingkan dengan daerah pedesaan.
d. Paparan zat karsinogen: Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium,
radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani
asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum.
e. Genetik : Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko
lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gengen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
f. Penyakit paru : Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif
kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker
paru.
g. Metastase : dari organ lain Kanker paru yang merupakan metastase dari organ
lain adalah kanker paru sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel
kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah 11
pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel
kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker
bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi.
Paru- paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel
kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium, usus, dan
lain- lain.

D. Tanda dan gejala


Gejala yang khas pada tumor paru adalah batuk, hemoptisis (batuk bercampur
darah), dada terasa penuh dan nyeri, dispnea pernafasan lebih dari 26 kali
permenit, demam dan gejala non spesifik (Mubarak, 2008)
Selain itu, tanda dan bahaya dari tumor paru adalah :
- Hoarsenes (parau)
- Perubahan pola nafas
- Perubahan batuk
- Sputum mengandung darah
- Sputum berwarna kemerahan atau purulen
- Hemoptisis
- Nyeri dada, punggung dan lengan
- Efusi pleura
- Dispnea
- Demam
- Wheezing
- Penurunan berat badan
- Clubbing finger (Somantri, 2009)

E. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengenapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dn displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus diikuti dengan
supursa di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat breupa batuk,
hemoptysis, dispnea, demam, dan dingin.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.( Wartonah, 2007).

F. Pathway
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effusi pleura, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus
2. Laboratorium
a. sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji
adanya tahap karsinoma
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan uuntuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi: Memungkinkan visualisasi pencucian bagian dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB): Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90-
95%.
c. Torakoskopi Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih
baik denga cara torakoskopi.
d. Mediastinosop:. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi Untuk mendapatkan diagnostik kanker paru dikerjakan
biala bermacam- macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
H. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang
dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi
c. Anjurkan mobilisasi secara dini
d. Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi respirasi
abnormal dan perubahan lainnya.
e. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa
sekresi lebih sering.
2. Medis
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak
terkena kanker.
b. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
e. Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
f. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
g. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi
luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

I. Komplikasi
a. Sindrom vena kava superior: Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava
superior, merupakan komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor
melibatkan mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.
b. Sindrom paraneoplastik : biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup
sindrom sekresi ADH yang tidak tepat ( SIADH ) dengan retensi cairan, edema,
terkait ACTH abnormal dan hiperkalsemia. Tumor paru juga dapat menghasilkan
factor prokoagulasi, meningkatkan risiko thrombosis vena, emboli paru, dan
endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala neuromuscular seperti
kelemahan otot dan keletihan ekstermitas dapat menjadi indikasi pertama penyakit
.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

1. keluhan umum
pengkajian keperawatan yang nyeri dada, sesak napas, mengi, batuk, sputum
mengandung darah (hemoptisis).

2. Riwayat
a. Terpajan terhadap lingkungan karsinogen (polusi udara, arsenik, debu logam,
asap kimia, debu radioaktif, dan asbestos).
b. Penyakit kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan
parut dan fibrosis pada jaringan paru.
c. Riwayat kesehatan keluarga Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
riwayat keluarga. Faktor gen menjadi salah satu penyebab kanker.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dada untuk mengetahui : a) Deformitas atau
ketidakseimbangan b) Retraksi interkostal c) Gangguan atau penyimpangan
gerakan pernapasan d) Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas. e)
Retraksi inspirasi pada area supraklavikular f) Kontraksi inspirasi
sternomastoideus
2) Palpasi dada untuk mengetahui : a) Nyeri tekan b) Pengkajian terhadap
abnormalitas yang dapat dilihat c) Ekspansi pernapasan. d) Fremitus taktil

3) Perkusi dada : Bunyi jantung normal mungkin tidak ada pada emfisema.

4) Auskultasi : a) Bunyi napas b) Bunyi napas tambahan Crackles/rales,


mengi atau ronchi, wheezing. c) Jika ada indikasi, bunyi suara yang
ditransmisikan.

5) Pemeriksaan kuku jari dan tangan Inspeksi : Falang dorsal membulat


dan menggelembung. Kecembunngan dari lempeng kuku meningkat. Sudut
antara lempeng kuku dan lipatan kuku proksimal bertambah sampai 180º
atau lebih. Lipatan kuku proksimal teraba seperti busa. Banyak penyebab
dan kondisi ini, termasuk hipoksia kronis dan kanker paru.

B. Diagnosa keperawatan
Merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga,
atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau pada
proses kehidupan . Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukanasuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai
kesehatan yang optimal (PPNI, 2017).
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi bronchial sekunder
karena invasi tumor ( penyakit paru obstruksi kronis).
2) Ketidakefektifan pola napas b.d obstruksi bronkus,, deformitas dinding
dada, keletihan otot pernapasan.
3) Nyeri akut b.d agen cidera(karsinoma), penekanan saraf oleh tumor
paru.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan makanan, anoreksia, kelelahan dan
dyspnea.
5) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen( anemis),
kelemahan secara umum.
6) Ansietas b.d proses perkembangan penyakit.
7) Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan informasi proses dan
pengobatan penyakit.

C. Rencana asuhan keperawatan

Daftar Pustaka

Mubarak, W. I. (2008). Buku Ajar Asuhan KDM: Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Mediaction.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Riskesdas. (2013). Pusat Data dan Informasi Kementrian Republik Indonesia.
Health Statistic.
Somantri, I. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Ganggguan Sistem
Pernafasan Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika
Stoppler, M. C. (2010). Lung Cancer.
Sudarta, W. I. (2016). Pengkajian Fisik keperawatan. Yogyakarta.
Wartonah, S. (2007). KDM dan Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai