COVID 19
Organ pernapasan pertama yang kita pelajari adalah organ pernapasan atas.
Organ pernapasan atas ini terdiri atas hidung, nasofaring (terdapat
pharyngeal tonsil dan tuba eustachius), orofaring (merupakan pertemuan
rongga mulut dengan faring, terdapat pangkal lidah), dan laringofaring
(tempat persilanganantara aliran udara dan aliran makanan).
a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan
kotoran yang yang masuk ke dalam lubang hidung. Bagian depan terdapat
nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian
atas faring (nasofaring). Rongga hidung terbagi menjadi 2 bagian yaitu
vestibulum, merupakan bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior,
dan bagian respirasi. Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki
kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi tempat terdapat
kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang kaku dan besar.
Rambut pada hidung berfungsi menapis benda-benda kasar yang terdapat
dalam udara. Pada dinding lateral hidung menonjol tiga lengkungan tulang
yang dilapisi oleh mukosa, yaitu : 1) konka nasalis superior, 2) konka nasalis
medius, dan 3) komka nasalis inferior, yang terdapat jaringan kavernosus
atau jaringan erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dan dekat
dengan permukaan. Di antara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan
meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan
bagian tengah) dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus
inilah yang dilewati oleh udara pernapasan. Di sebelah dalam terdapat lubang
yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana, disebelah
belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit- langit terdapat
satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditive eustaki, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris. Dasar dari
rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas. Rongga hidung berhubungan
dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranalis, yaitu sinus maksilaris
pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus
sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang
tapis. Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung syaraf penciuman yang
menuju ke konka nasalis yang terdapat sel-sel penciuman yang terletak
terutama di bagian atas konka. Pada hidung di bagian mukosa terdapat
serabut-serabut syaraf atau respektor dari syaraf penciuman disebut nervus
olfaktorius. Fungsi hidung adalah
i. saluran udara pernapasan
ii. penyaringan (filtrasi, penghangatan, dan pelembaban),
iii. penerimaan bau, merupakan fungsi ephithelium olfaktori pada bagian
medial rongga hidung
iv. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara-suara
fenotik dimana berfungsi sebagai ruang resonasi,
v. Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernapasan
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
b. Faring
Tekak atau Faring merupakan saluran otot yang terletak tegak lurus antara
dasar tengkorak (basis krani) dan vertebra servikalis. Faring merupakan
tempat persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan. Letaknya berada
dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher, ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan
rongga mulut tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah
terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esophagus.
Dibawah selapu lendir terdapat jaringan ikat, juga beberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini disebut adenoid. Di
sebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah
belakang terdapat epiglottis (empang tenggorokan) yang berfungsi menutup
laring pada waktu menelan makanan. Faring dibagi menjadi 3, yaitu
i. Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas
palatum mole. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu
adanyasaluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba
auditory. Tuba Eustachius bermuara pada nasofaring dan berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani.
Apabila tidak sama, telinga serasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang
harus menelan makanan atau minuman. Tuba Auditory yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah
ii. Orofaring merupakan bagian tengah faring antara palatum lunak dan
tulang hyoid. Pada bagian ini traktus respiratori dan traktus digestif
menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari kedua saluran ini.
Orofaring terletak dibelakang rongga mulut dan permukaan belakang
lidah. Proses respirasi pada faring Dasar atau pangkal lidah berasal
dari dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi
pada sistem pernapasan dan sistem pencernaan. Refleks menelan awal dari
orofaring menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke
saluran cerna (esophagus) dan secara stimulant, katup menutup laring
untuk mencegah makanan masuk ke dalam saluran pernapasan. Orofaring
dipisahkan dari mulut oleh fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya
macam-macam tosila,seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila
lingual.
iii. Laringofaring terletak dibelakang laring. Laringofaring merupakan posisi
terendah dari faring. Pada bagian bawah laringofaring sistem respirasi
menjadi terpisah dari sistem digestif. Udara melalui bagian anterior ke
dalam larings dan makanan lewat posterior ke dalam esophagus melalui
epiglottis yang fleksibel.
Saluran pernapasan bagian bawah ini terdiri atas :
a. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorokan berupa saluran udara yang
terletak di depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakea di bawahnya mempunyai fungsi untuk pembentukan
suara. Bagian ini dapat ditutup oleh epiglottis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan
makanan. Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain, 1) Kartilago
tiroid (1 buah) terletak di depan jakun sangat jelas terlihat pada pria, 2)
Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker, 3) Kartilago krikoid
(1 buah) yang berbentuk cincin, dan 4) Kartilago epiglottis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lender, kecuali pita suara dan bagian
epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
Pada proses pembentukan suara, suara tebentuk sebagai hasil dari
kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir.
Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini
tidak dapat bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh
aliran udara maka tulang rawan gondok dan tulang rawan berbentuk beker
tadi diputar. Akibatnya pita suara dapat mengencang dan mengendor
dengan demikian sela udara menjadi sempit atau luas. Pergerakan ini
dibantu pula otot-otot laring, udara yang dari paru-paru dihembuskan dan
menggetarkan pita suara. Getaran itu diteruskan melalui udara yang
keluar masuk, perbedaan suara seseorang bergantung pada tebal dan
panjangnya pita suara.
b. Trakea
Trakea merupakan batang tenggorokan lanjutan dari laring, terbentuk
oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan. Panjang trakea 9-
11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Dinding-dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang
menghasilkan lendir. Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan
udara yang masuk, menjerat partikel-partikel debu, serbuk dari dan
kontaminan lainnya. sel silia berdenyut akan menggerakan mucus
sehingga naik ke faring yang dapat ditelan atau dikeluarkan melalui
rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasan.
Trakea terletak di depan saluran esophagus, mengalami percabangan di
d. Paru-paru
Letak paru-paru di rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum, pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus
oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, pleura
visceral (selaput pembungkus) yang langsung membungkus paru-paru
dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga
paru-paru dapat mengembang mengempisdan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna untuk melumasi permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses
respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
rongga pleura dan paru-paru. Pada pernapasan dada, pada waktu seseorang
bernapas, rangka dada terbesar bergerak. Ini terdapat pada rangka dada
yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan. Pada
pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka
ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pernapasan perut terdapat
pada orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas
lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya
dan banyak ditemukan pada laki-laki
B. KONSEP PENYAKIT COVID 19
1. DEFINSI COVID 19
4. Cara Penularan
Virus corona ditularkan antara manusia dan hewan (zoonis) karena
mengalami spillover. Spillover ini dapat terjadi karena berbagai faktor,
misalnya mutasi atau peningkatan kontak antara manusia dengan
hewan yang memiliki virus corona. Pada mulanya SARS ditularkan
kucing luwak dan MERS ditularkan unta. Saat ini, kelelawar diduga
sebagai hewan yang berperan menjadi sumber penularan dan
trenggiling menjadi reservoir sementara SARS-CoV-2. Pada beberapa
minggu pertama, wabah COVID- 19 diketahui berasosiasi dengan
pasar makanan laut yang menjual hewan hidup di Wuhan karena semua
pasien saat itu memiliki riwayat bekerja atau mengunjungi pasar
tersebut.
Selain zoonis, penyakit ini juga menular antar manusia.
Penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber
transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. COVID-
19 menular melalui droplet (yang keluar ketika batuk, bersin, atau
menghembuskan napas) dankontak erat, berbeda dengan tuberkulosis
yang menular melalui udara atau airbone.
Virus yang keluar bersama droplet menempel di permukaan benda.
Orang lain dapat tertular COVID-19 bila menyentuh mata, hidung,
atau mulut dengan tangan yang telah berkontak benda dengan droplet
yang mengandung virus. Virus dapat bertahan di lingkungan sekitar
tiga jam hingga beberapa hari (pada tembaga hingga 4 hari, hingga 24
jam pada papan kardus, serta hingga 2-3 hari pada plastik dan stainless
steel). Droplet yang dikeluarkan ketika batuk atau bersin dapat
menempel pada benda berjarak satu sampai tiga meter.
Penulisan lain menemukan bahwa virus ini ditemukan pula pada
feses sehingga diduga berpotensi sebagai salah satu rute transmisi.
Selain itu, pada biopsi sel epitel rektum, duodenum, dan gaster
ditemukan bukti infeksi SARS-CoV-2. Lebih lanjut, ditemukan 23%
pasien yang virusnya masih terdeteksi dari sampel feses padahal sudah
tidak terdeteksi pada sampel saluran napas.
5. Patofisiologi
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan
dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti
babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus
zoonatik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia.
Banyak hewan liaryang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai
vektor untuk penyakitmenular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta
dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk coronavirus.
Coronavirus pada kelelawarmerupakan sumber utama untuk kejadian
severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) (Yuliana, dalam PDPI, 2020).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.
Virustidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari coronavirus
setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan
dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi
spesies host-nya serta penentutropisnya (Yuliana, dalam Wang 2020).
Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host
yaitu enzim ACE-2. ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel
eritrosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah
berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA denom
virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA
melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Yuliana, Fehr 2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas
kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi
akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat
berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasivirus sampai muncul penyakit sekitar 3-
7 hari (Yuliana, PDPI 2020).
Periode inkubasi adalah waktu antara pertama kali terkena virus hingga
pertama kali gejala muncul. Periode inkubasi COVID-19 berlangsung
1-14hari, biasanya sekitar lima hari. Gejala yang muncul dapat berupa
demam, batuk nonproduktif, sesak, mialgia, dan lemas. Pada
pemeriksaanpenunjang dapat ditemukan jumlah leukosit normal atau
leukopenia daan bukti radiologis yang mengarah ke pneumonia
(Findyartini dkk, 2020).
Gambar 1. Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari berbagai sumber (Susilo dkk, 2020)
8. Faktor Resiko
Penyakit komorbid seperti hipertensi dan diabetes melitus, jenis
kelamin laki-laki dengan status perokok aktif merupakan faktor resiko
dari infeksi Sars-CoV-2. Tingginya kejadian pada jenis kelamin laki-
laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi.
Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada
peningkatan ekspresi reseptor ACE2. Pasien kanker dan penyakit hati
kronik juga lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2. Kanker
diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang berlebihan,
supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi sel
dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga
mengalami penurunan respon imun, sehingga lebih mudah terjangkit
COVID-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk.
Menurut Susilo (2020), infeksi saluran napas akut yang menyerang
pasien HIV umunya memiliki risiko mortalitas yang lebih besar
dibandingkan pasien yang tidak HIV. Menurut studi meta-analisis
yang dilakukan oleh Yang, dkk menunjukkan bahwa pasien pasien
COVID-19 dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung
memiliki manifestasi klinis yang lebih parah.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti hematologi rutin, hitung jenis,
fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan
prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.
Trombositopenia juga kadang dijumpai, sehingga kadang diduga
sebagai pasien dengue.
b. Pencitraan radiologi
11. Komplikasi
Jika proses ini tidak segera berhenti, tekanan darah akan turun
drastis hingga pada tahap yang berbahaya dan menyebabkan
kematian.
f. Kematian
C. ASUHAN KEPERAWATAN COVID 19
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Pneumonia Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2).
Sindrom gejala yang muncul beragam, dari ringan sampai syok
septik (berat) (PDPI, 2020).
Pada anamnesis gejala dapat ditemukan tiga gejala utama,
diantaranya demam, batuk kering (sebagian batuk berdahak) dan
sulit bernapas atau sesak. Tetapi perlu diingat bahwa pada beberapa
kondisi, terutama pada geriatri atau mereka dengan
imunokompromis biasanya tidak mengalami demam. Gejala
tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare dan
batuk berdahak. Pada beberapa kondisi dengan perburukan dapat
muncul tanda dan gejala infeksi saluran napas akut berat (Severe
Acute Respiratory Infection- SARI). SARI adalah infeksi saluran
napas akut dengan riwayat demam (suhu≥38oC) dan batuk dengan
onset 10 hari terakhir serta perlu perawatan di rumah sakit (PDPI,
2020).
b. Wawancara
Mengenai riwayat perjalanan pasien ataupun riwayat
kontak dengan pasien terkonfirmasi COVID-19.
c. Pemeriksaan fisik
Menurut PDPI (2020), pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
beberapa manifestasi klinis tergantung dengan ringan atau
beratnya kondisi pasien. Fokus pemeriksaan pada pemeriksaan fisik
diantaranya:
1) Tingkat kesadaran : kompos mentis atau penurunan kesadaran
2) Tanda vital : frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas
meningkat, tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh
meningkat, saturasi oksigen dapat normal atau menurun.
3) Dapat disertai retraksi otot pernapasan
4) Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris
statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah
konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan
ronki kasar
d. Pemeriksaan penunjang
3. Intervensi Keperawatan
Teraupetik
a. Atur posisi semifowler atau fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
d. Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
a . Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b . Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik ( 3 kali)
c . Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik
nafas dalam yang ke 3
d . Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
a. Kolaborasikan pemberian terapi mukolitik atau
ekspektoran jika perlu
Teraupetik
a. Dokumentasikan hasil pemantauan respirasi
b. Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan trakea jika perlu
c. Gunakan oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas klien
Edukasi
a. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
b. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
c. Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik jika perlu
3) Ansietas
Observasi
a. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Teraupetik
a. Pahami situasi yang membuat ansietas
b. Dengarkan dengan penuh perhatian
c. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
d. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
a. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
b. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
c. Latih Teknik relaksasi
4) Gangguan ventilasi spontan (dukungan dan manajemen ventilasi mekanik)
Observasi
a. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
b. Monitor status respirasi dan oksigenasi (misalnya frekuensi dan
kedalaman nafas, penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas tambahan,
saturasi oksigen)
c. Periksa indikasi ventilator mekanik (misalnya kelelahan otot nafas,
disfungsi neurologis, asidosis respiratorik)
d. Monitor efek negative ventilator (misalnya deviasi trakea,
barotrauma, volutrauma, penurunan curah jantung,distensi
gaster, emfisema subkutan)
e. Monitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea, dan laring
Teraupetik
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Berikan posisi semifowler atau fowler
c. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (misalnya nasal kanul,
masker wajah, masker rebreathing ataunon rebreathing).
d. Gunaksn bag-valve mask jika perlu
e. Atur posisi kepala 45-60° untuk mencegah aspirasi
f. Reposisi klien setiap 2 jam → jika perlu
g. Lakukan penghisapan lendir sesuai kebutuhan
Kolaborasi
a. Kolaborasikan pemberian brokhodilator jika perlu
b. Kolaborasi pemilihan mode ventilator (misalnya control
volume, control tekanan atau gabungan)
c. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot, sedative, analgesic,
sesuai kebutuhan
d. Kolaborasikan penggunaan PS atau PEEP untuk meminimalkan
hipoventilasi alveolus
5) Resiko syok
Observasi
a. Monitor status kardiopolmunal (frekuensi dan kekuatan
nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, MAP)
b. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
c. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
d. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Teraupetik
a. Berikan oksigen untuk mempertahankan sturasi oksigen >94%
b. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian intravena, jika perlu
D. PENCEGAHAN COVID 19
i. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis
alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung
dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
ii. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan
mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
iii. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan
jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan
teknis lainnya.
iv. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya.
v. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaiansebelum
kontak dengan anggota keluarga di rumah.
vi. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari,
istirahat yang cukup.
ix. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera
berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.