Disusun Oleh:
Kelompok 2
Danu Iswanto
Dela Nurpadilah
Indah Nurtazarah
Ipal
Elgi
Agil Abdurrahman Sugih
KELAS VIII C
MTs NEGERI 4 MAJALENGKA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat
dan rida-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-sebaiknya
dalam tenggang waktu yang telah ditentukan. Salam dan shalawat tak lupa pula
kami kirimkan buat nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita ke alam yang
penuh mulia ini.
Dalam makalah ini yang berjudul KANKER PARU di dalamnya kami
mengulas mengenai pengertian sampai dengan upaya pengobatan penyakit kanker
paru. .
Tak lupa pula, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami sebagai penyusun menyadari, bahwa makalah yang kami buat
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai pembuat makalah
ini mengharapkan saran dan kritik, yang membangun demi kesempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat bagi penyusun,
pembaca, dan semua pihak yang terkait.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran
dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta
merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada
penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal
yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi
dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena
akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan
pengaturan normal kontrol molekuler perkembangbiakan sel. Perubahan
genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen
penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
progresinya.
Menurut data WHO (2005), jenis kanker yang menjadi penyebab
kematian terbanyak adalah kanker paru (mencapai 1,3 juta kematian
pertahun), disusul kanker lambung (mencapai lebih dari 1 juta kematian
pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanker usus besar
(655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara
(502.000 kematian pertahun).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kanker Paru?
2. Bagaimana epidemiologi dari Kanker Paru?
3. Apa faktor risiko dan gejala-gejala yang ditimbulkan terhadap penyakit
kanker paru?
4. Bagaimana penemuan Kanker Paru?
5. Bagaimana upaya pencegahan penyakit kanker paru?
6. Bagaimana upaya pengobatan penyakit kanker paru?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui defenisi dari kanker paru.
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari kanker paru.
3. Untuk mengetahui faktor risiko dan gejala-gejala yang ditimbulkan
terhadap Kanker Peru.
4. Untuk mengetahui penemuan Kanker Paru.
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit kanker paru.
6. Untuk mengetahui upaya pengobatan yang dapat dilakukan dari penyakit
kanker paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting dalam mendiagnosis suatu
penyakit. Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat
memberikan gambaran normal pada pemeriksaan fisik. Tumor dengan
ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi
bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil
yang informatif. Pada pasien kanker paru dapat ditemukan demam,
kelainan suara pernafasan pada paru, pembesaran pada kelenjar getah
bening, pembesaran hepar, pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, atau
pergelangan kaki, nyeri pada tulang, kelemahan otot regional atau umum,
perubahan kulit seperti rash, daerah kulit menghitam, atau bibir dan kuku
membiru, pemeriksaan fisik lainnya yang mengindikasikan tumor primer
ke organ lain.
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral, kelainan dapat dilihat
bila massa tumor berukuran >1 cm. Tanda yang mendukung
keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai indentasi pleura, tumor
satelit, dan lain-lain. Pada foto toraks juga dapat ditemukan invasi ke
dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis
intrapulmoner.
Pemberian OAT pada penderita golongan risiko tinggi yang
tidak menunjukkan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan
harus menimbulkan pemikiran kemungkinan kanker paru dan
melakukan pemeriksaan penunjang lain sehingga kanker paru dapat
disingkirkan. Pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah
pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan
dugaan kemungkinan tumor di balik pneumonia tersebut.
b. CT scan toraks
CT scan toraks (Computerized Tomographic Scans) dapat
mendeteksi tumor yang berukuran lebih kecil yang belum dapat dilihat
dengan foto toraks, dapat menentukan ukuran, bentuk, dan lokasi yang
tepat dari tumor oleh karena 3 dimensi. CT scan toraks juga dapat
mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening regional. Tanda-tanda
proses keganasan tergambar dengan baik, bahkan bila terdapat
penekanan terhadap bronkus, tumor intrabronkial, atelektasis, efusi
pleura yang tidak massif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan
dinding dada meski tanpa gejala. Demikian juga ketelitiannya
mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner. Pemeriksaan CT
scan toraks sebaiknya diminta hingga suprarenal untuk dapat
mendeteksi ada/tidak adanya pembesaran KGB adrenal .
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging Scans)
MRI tidak rutin digunakan untuk penjajakan pasien kanker
paru. Pada keadaan khusus, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi
area yang sulit diinterpretasikan pada CT scan toraks seperti
diafragma atau bagian apeks paru (untuk mengevaluasi keterlibatan
pleksus brakial atau invasi ke vertebra).
d. PET scan (Positron Emission Tomography)
PET scan merupakan teknologi yang relatif baru. Molekul
glukosa yang memiliki komponen radioaktif diinjeksikan ke dalam
tubuh kemudian scan diambil. Banyaknya radiasi yang digunakan
sangat kecil. Sel-sel kanker mengambil lebih banyak glukosa daripada
sel yang normal karena sel-sel kanker bertumbuh dan bermultiplikasi
dengan cepat. Oleh karena itu, jaringan dengan sel kanker tampak
lebih terang daripada jaringan yang normal. Tumor primer, kelenjar
getah bening dengan sel-sel keganasan, dan tumor metastasis tampak
sebagai spot yang terang pada PET scan.
PET scan tidak rutin digunakan sebagai tes diagnostik lini
pertama untuk kanker paru, kadang digunakan setelah foto toraks atau
CT scan toraks untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas. PET
scan khusus digunakan untuk mendeteksi penyebaran tumor ke
kelenjar getah bening regional dan metastasis jauh. Bagaimanapun,
terdapat beberapa kondisi yang lain dari kanker yang juga dapat
menyebabkan gambaran positif PET scan. Gambaran PET scan
sebaiknya diinterpretasikan dengan hati-hati dan dikorelasikan dengan
hasil pemeriksaan penunjang lainnya.
4. Sitologi Sputum
Sputum adalah sekret abnormal yang berasal/diekspektorasikan
dari sistem bronkopulmoner. Sputum bukanlah air liur (saliva) dan bukan
pula berasal dari nasofaring. Sputum yang dibatukkan oleh seorang
pasien mengindikasikan adanya suatu proses patologis pada sistem
bronkopulmoner yang sedang berlangsung. Sputum terdiri dari material
seluler, non seluler, dan non pulmoner tergantung dari proses patologis
yang mendasarinya. Komponen seluler terdiri dari sel-sel inflamasi atau
sel darah merah dari saluran nafas, sel-sel bronkial dan alveolar yang
dieksfoliasikan, atau sel-sel keganasan dari tumor paru. Sel-sel non
pulmoner seperti sel-sel skuamosa orofaring atau sisa-sisa makanan yang
dapat menjadi bagian dari sputum apabila mengalami aspirasi ke paru dan
kemudian dibatukkan. Air merupakan komponen utama dari sputum
(90%), selebihnya terdiri dari protein, enzim, karbohidrat, lemak, dan
glikoprotein. Yang dapat dievaluasi dari sputum adalah karakteristik
fisiknya, mikroorganismenya, adanya sel-sel keganasan, proses inflamasi,
dan perubahan patologis dari mukosa bronkus.
Analisa sputum dapat melengkapi pemeriksaan CT scan toraks,
oleh karena sel-sel tumor yang terletak di saluran nafas sentral akan ber-
eksfoliatif ke dalam sputum lebih banyak dibandingkan sel-sel tumor
yang berada di perifer. Dasar dari gambaran sitologi sel-sel epitel bronkus
mengalami eksfoliatif ke dalam sputum dapat memprediksikan risiko
terjadinya kanker paru yaitu dari pemikiran bahwa perubahan sitologi sel
epitel bronkus karena sel-sel mengalami progresi melalui tahapan-tahapan
dari inflamasi menjadi kanker paru. Dasar ini dibuktikan dengan sering
ditemukannya gambaran metaplasia skuamosa bronkus dan sel-sel atipik
pada kanker paru yang invasif, dan penemuan dari beberapa kasus bahwa
pasien-pasien dengan sitologi sputum yang jelek atau atipik sedang
memiliki risiko yang tinggi untuk menderita kanker paru.
Pemeriksaan sitologi sputum saat ini menjadi satu-satunya metode
non invasif yang dapat mendeteksi kanker paru dan lesi-lesi pre-
keganasan secara dini. Walaupun spesifitas sitologi sputum konvensional
sangat tinggi (98%), namun sensitivitasnya sangat rendah. Sitologi
sputum memiliki spesifitas 99% dan sensitivitas 66%, tetapi sensitivitas
lebih tinggi pada lesi-lesi sentral (71%) dibandingkan dengan lesi perifer
(49%). 6,14 Jenis sel tumor, lokasi, dan ukuran tumor mempengaruhi
sensitivitas sitologi sputum. Cakupan diagnostik paling tinggi pada
karsinoma skuamosa dan karsinoma sel kecil, tetapi paling rendah pada
adenokarsinoma. Tumor yang lokasinya di sentral atau berada di lobus
bawah dan berdiameter >2 cm memiliki cakupan yang lebih tinggi.
Sitologi sputum memiliki akurasi 50-80% tergantung dari derajat
diferensiasi sel-sel tumor. Tumor berdiferensiasi buruk akan lebih sulit
untuk menentukan subtipe-nya. Pada pasien-pasien dengan tumor perifer
yang berukuran kecil yang dapat dideteksi dengan CT scan toraks, hanya
sekitar 4-11% kasus yang dapat dideteksi dengan sitologi sputum saja,
dan 7-15% kasus dapat terdeteksi dengan kedua modalitas tersebut.
Pemeriksaan sitologi sputum sangatbergantung pada kemampuan untuk
mengumpulkan sampel sputum yang adekuat, yang mencakup elemen-
elemen seluler saluran nafas bawah. Akurasi diagnostik dari sitologi
sputum, bagaimanapun, tergantung dari pengambilan sampel (minimal 3
sampel) dan teknik pengumpulan sputum, serta lokasi (sentral atau
perifer) dan ukuran tumor. Blocking dkk. telah menunjukkan bahwa
sensitivitas sitologi sputum dari 1 sampel berkisar 68%, dari 2 sampel
berkisar 78%, dan dari 3 sampel berkisar 85-86%. Cara yang paling
mudah adalah dengan cara batuk spontan di pagi hari, dengan
mengumpulkan tiga buah sampel sputum sekuensial I selama 3 hari dan 3
buah sampel sputum sekuensial II selama 3 hari, untuk mendapatkan
sputum yang sama adekuat dengan sputum induksi NaCl 3%. Sampel
sputum sekuensial II dapat mencakup lebih banyak kelainan dibandingkan
dengan sekuensial I, oleh karena pasien sudah belajar membatukkan. Pada
pasien-pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum secara spontan,
induksi dengan NaCl 3% dapat lebih efektif. Perkusi dan vibrasi dada
juga dapat meningkatkan cakupan diagnostik sputum.25,27 Sputum
pertama di pagi hari atau sputum setelah/post bronkoskopi cenderung
memiliki cakupan diagnostik yang lebih tinggi. Cakupan diagnostik dari
hanya satu sampel sputum berkisar 40%, namun dengan pengumpulan
yang berulang dapat mencapai >80% dari 4 sampel sputum. Bila
ditangani oleh tenaga yang terampil, maka kekerapan terjadinya false-
postive tidak melebihi dari 1%.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok.
2. Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering,
berkisar 20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko
terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari semua kasus kanker pada
perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang.
3. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah
pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok
mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di
bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi.
4. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan
tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika
mereka pertama kali didiagnosa.
B. Saran
1. Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker
paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok,
memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya.
2. Anda mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter tentang faktor risiko
Anda sendiri, serta keuntungan dan kerugian saat menjalani uji skrining
kanker paru-paru. Seperti keputusan medis lainnya, keputusan untuk
melakukan skrining adalah pilihan pribadi. Keputusan Anda akan lebih
mudah jika Anda telah mengetahui keuntungan dan kerugian dari uji
skrining.
DAFTAR PUSTAKA