Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“ Kanker Serviks “

Oleh :

KELOMPOK II

1. Anidar Rahmi (0801173255)


2. Irma Dani Aisyah (0801172235)
3. Rika Arnanda Hrp. (0801172217)

DOSEN PENGAMPU : ZATA ISMAH, SKM, M.K.M

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FKM – F/6 SEMESTER IV

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tidak
lupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular yang membahas tentang “ Kanker Serviks “.
Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu Zata Ismah, SKM, M.K.M. selaku dosen
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, yang
telah memberikan tugas kepada kami.

Adapun makalah Kanker Serviks ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami, tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh
referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai bagaimana riwayat alamiah penyakit, gejala klinis, faktor
risiko khususnya bagi penulis, pembaca maupun pendengar. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Medan, 13 Maret 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3

2.1 Defenisi dan Gejala Klinis Kanker Serviks .................................................................... 3

2.2 Karakteristik H-A-E Kanker Serviks ............................................................................... 4

2.3 Faktor Risiko Kanker Serviks .......................................................................................... 5

2.4 Riwayat Alamiah Kanker Serviks .................................................................................... 8

2.5 Besar Masalah (Prevalens/Insiden) Kanker Serviks ...................................................... 11

2.6 Pola Penyebaran/Distribusi Kanker Serviks .................................................................. 12

2.7 Pencegahan Kanker Serviks ........................................................................................................ 13

2.8 Pengobatan Kanker Serviks ........................................................................................... 14

2.9 Program Penanggulangan Kanker Serviks ..................................................................... 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 19

3.2 Saran .............................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin hari semakin meningkat, karena
semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga penyebab utama
kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung koroner, diare, dan stroke, dua diantaranya adalah
penyakit tidak menular. Selama ini epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam
menangani masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya
menangani masalah penyakit menular. Hal ini tidak dapat disangkal dari sejarah
perkembangannya dimana perkembangan epidemiologi berlatar belakang penyakit menular.
Perkembangan sosio-ekonomi dan kultural bangsa dan dunia kemudian menuntut
epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular, karena sudah
mulai meningkatkan sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program screening sitology dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun
dijumpai 500.000 penderita baru diseluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
berkembang. (Aziz et al., 2006).

Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Insidensi dan mortalitas kanker serviks didunia menempati urutan kedua setelah
kanker payudara. Sementara di Negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia produktif. Hampir 80% kasus berada di
Negara berkembang. (Aziz et al., 2006).

Di Indonesia penyakit kanker menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab


kematian, 64% penderitanya adalah perempuan yaitu menderita kanker leher Rahim dan
kanker payudara. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan prevalensi kanker di
Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus
baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di Negara berkembang. Data yang berhasil
dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa angka
kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun muncul sekitar
200.000 kasus baru dimana jenis terbesar kanker tersebut adalah kanker serviks. (Ginting,
2012)

1.2 Rumusan Masalah

Mengkaji latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai kajian
dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1. Bagaimana gejala klinis dari kanker serviks ?
2. Apa saja karakteristik Host, Agent, Environment dari Kanker Serviks ?
3. Bagaimana riwayat alamiah penyakit kanker serviks ?
4. Bagaimana besar masalah atau prevalensi/insiden penyakit kanker serviks ?
5. Bagaimana pola penyebaran/distribusi penyakit kanker serviks ?
6. Bagaimana pengobatan penyakit kanker serviks ?
7. Apa program penanggulangan penyakit kanker serviks ?
8. Bagaimana faktor risiko penyakit kanker serviks ?
9. Bagaimana pencegahan kanker serviks ?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Agar Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis dari kanker serviks.
2) Agar Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik Host, Agent, Environment dari
Kanker Serviks.
3) Agar Mahasiswa dapat mengetahui riwayat alamiah penyakit kanker serviks.
4) Agar Mahasiswa dapat mengetahui besar masalah atau prevalensi/insiden penyakit
kanker serviks.
5) Agar Mahasiswa dapat mengetahui pola penyebaran/distribusi penyakit kanker
serviks.
6) Agar Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengobatan penyakit kanker serviks.
7) Agar Mahasiswa dapat mengetahui apa program penanggulangan penyakit kanker
serviks.
8) Agar Mahasiswa dapat mengetahui faktor risiko penyakit kanker serviks.
9) Agar Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pencegahan kanker serviks.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi dan Gejala Klinis Kanker Serviks

a. Defenisi

Kanker leher Rahim atau yang disebut juga sebagai kanker serviks merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Pavilloma Virus Onkogenik. Kanker
serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita.
Kanker serviks mempunyai frekuensi relative tinggi 25,6% di Indonesia. Biasanya tanpa
gejala pada stadium dini, tetapi jika ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat
disembuhkan dengan baik.1

b. Gejala Klinis

Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-
tanda kanker. Papsmear test (Pemeriksaan Papsmear) yang teratur sangat diperlukan untuk
mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel
selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan setelah aktivitas seksual atau diantara masa
menstruasi.2

Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) bukanlah suatu hal yang
normal. Pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan, meskipun baru saja melakukan
papsmear test. Bagi sebagian orang, pada tahap awal penyakit kanker serviks tidak
menimbulkan gejala yang mudah diamati. Gejala fisik serangan penyakit kanker serviks pada
umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut, yaitu munculnya rasa sakit
dan pendarahan saat berhubungan intim (Contact Bleeding), keputihan yang berlebihan dan
tidak normal, pendarahan diluar siklus menstruasi, serta penurunan berat badan secara
drastis.3

Apabila kanker serviks sudah mmenyebar ke panggul, penderita akan penderita nyeri
punggung, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal. Dan, berikut ini adalah
gambaran atau gejala klinis kanker serviks dalam pembahasan yang lebih detail:4

1
DR. M.N Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta : PT. Rinneka Cipta, 2000) h. 101
2
Adi D. Tilong, Bebas dari Ancaman Kanker Serviks (Jogjakarta : Flash Bokks, 2012) h. 17
3
Ibid, h. 18
4
Adi D. Tilong, Bebas dari Ancaman Kanker Serviks (Jogjakarta : Flash Bokks, 2012) h. 19
1. Pendarahan rahim yang abnormal
2. Siklus menstruasi yang abnormal
3. Pendarahan diantara dua siklus menstruasi (pada wanita yang mengalami
menstruasi)
4. Pendarahan vagina atau spotting pada wanita setelah masa menopouse
5. Pendarahan yang sangat lama,berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun).
6. Nyeri perut bagian bawah atau keram panggul
7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca-menopouse)
8. Nyeri atau sulit untuk berkemih
9. Nyeri saat berhubungan seksual
10. Kotoran vagina yang meningkat
11. Nyeri pada pelvis

2.2 Karakteristik H-A-E Kanker Serviks

Host/ Penjamu

Environment/
Agent
Lingkungan

Faktor-faktor yang dapat menentukan terjadinya penyakit ini sebgai berikut :

Pada umunya berasal dari agen-agen yang ditularkan


AGENT melalui hubungan seksual seperti: Human Papilloma
Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus Tipe 2.
Faktor yang mmepengaruhi kerentanan respon terhadap
HOST gen, seperti : prilaku manusia (diet, merokok, dan
hubungan seksual dan sering berganti pasangan),usia,
status pernikahan,riwayat penyakit,kekebalan tubuh.

ENVIRONMENT Faktor eksternal :


Lingkungan Fisik, Lingkungan Biologik, Lingkungan
sosial ekonomi.

2.3 Faktor Risiko Kanker Serviks

Terjadinya kanker berhubungan dengan berbagai faktor secara luas. Berbagai faktor
memberikan kontribusi yang berbeda-beda, berdasarkan estimasi persentasi kematian kanker
yang disebabkan oleh masing-masing faktor. Gambaran umum proporsi konstribusi berbagi
faktor terhadap kematian kanker sebagai berikut:5

Faktor Estimasi konstribusi (%)


Rokok 30 %
Alkohol 3-13 %
Diet 35-50 %
Food additives 1%
Pekerjaan 4%
Asbes 3%
Radiasi 8%
Obat-obatan 4%
Polusi 2%
Behavior seks 7%
Infeksi 5-10 %

Faktor risiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya infeksi virus HPV dan faktor
lain yang memudahkan terjadinya kanker serviks atau meningkatkan risiko menderita kanker

5
DR. M.N Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta : PT. Rinneka Cipta, 2000) h. 78
serviks. Hasil penelitian para ahli, disamping infeksi HPV, ditemukan faktor faktor
pendukung lainnya yang dapat menimbulkan kanker serviks.6

Semua wanita berisiko untuk terserang kanker serviks. Namun beberapa faktor risiko
yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kanker serviks antara lain umur, wanita yang
berumur 40-50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual rawan terserang kanker serviks.
Umur pertama kali berhubungan seksual juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker
serviks, sekitar 20% kanker serviks dijumpai pada wanita yang aktif berhubungan seksual
sebelum umur 16 tahun.7

Jumlah pasangan seksual turut berkontribusi dalam penyebaran kanker serviks,


semakin banyak jumlah pasangan seksual maka semakin meningkat pula risiko terjadinya
kanker serviks pada wanita tersebut. Frekuensi kehamilan juga meningkatkan risiko
terjadinya kanker serviks karena memiliki riwayat infeksi di daerah kelamin. Wanita yang
merokok atau perokok pasif juga meningkatkan risiko kanker serviks. Selain itu penggunaan
pil kontrasepsi dalam jangka waktu yang lama juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks. (Wijaya, 2010).8

Faktor risiko kanker serviks yang paling menonjol adalah hubungan seksual yang
multi partner (pasangan ganda), berganti-ganti pasangan. Faktor risiko lainnya antara lainnya
menderita penyakit kelamin akibat hubungan seksual dan menderita HIV/AIDS. Faktor-
faktor berikut meningkatkan peluang kanker serviks pada wanita menurut American Cancer
Society (Marcovic, 2008):9

a. Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) : HPV adalah virus yang tersebar luas
menular melalui hubungan seksual. Infeksi HPV telah diindentifikasi sebagai
faktor risiko yang paling utama untuk kanker serviks. Diantara lebih dari 125
jenis HPV terdapat jenis HPV yang agresif (HPV 16 dan 18) yang dapat
mentransformasi sel sel menjadi ganas di serviks.
b. Perilaku seks yang meliputi :

6
DR. M.N Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta : PT. Rinneka Cipta, 2000) h. 79
7
Ibid.
8
Emilia, O, dkk, Bebas Ancaman Kanker Serviks (Yogyakarta : Media Pressindo) : (https://www.academia.edu/
15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks)
9
Emilia, O, dkk, Bebas Ancaman Kanker Serviks (Yogyakarta : Media Pressindo, 2010) : (https://www.academia
.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
 Banyak mitra seks : perempuan yang memiliki lebih dari satu pasangan seks
berada pada risiko yang lebih tinggi terinfeksi virus HPV.
 Aktivitas seksual dini : wanita yang telah memiliki aktivitas seksual dini
sebelum usia 18 tahun lebih berisiko tinggi sebab sel sel serviks sangat rapuh
di usia muda ini.
 Mempunyai pasangan yang sering berganti ganti partner dalam hubungan
seks.
 Berhubungan seks dengan laki laki yang tidak sunat.
 Infeksi penyakit menular seks lain : perempuan yang telah mengidap
penyakit menular seks seperti AIDS, Gonorrhea A lebih rentan terhadap
kanker serviks.
c. Riwayat keluarga kanker serviks : terutama yang mempunyai ibu atau saudara
perempuan yang telah menderita kanker serviks.
d. Umur : kejadian kanker serviks lebih sering terjadi pada usia 40 tahun ke atas dan
sangat jarang terjadi pada wanita kurang dari 15 tahun. Kanker serviks juga
banyak menyerang perempuan usia manula, yang mungkin karena alasan
sederhana bahwa setelah mengalami menopause, banyak dari mereka berpikir
bahwa tidak perlu lagi untuk melakukan tes Pap Smear.
e. Penggunaan alat kontrasepsi : Guven et al (2009) menghipotesiskan bahwa
kekentalan lendir pada serviks akibat penggunaan pil KB menyokong terjadinya
kanker seviks. Hal ini dikarenakan kekentalan lendir ini akan memperlama
keberadaan suatu agen karsinogenik (penyebab kanker) di serviks yang terbawa
melalui hubungan seksual, termasuk adanya virus HPV. Penelitian yang dilakukan
Melva (2008) juga menyebutkan bahwa 60% penderita kanker serviks adalah
mereka yang menggunakan pil kontrasepsi lebih dari 4 tahun. Berdasarkan uji
statistik diketahui bahwa penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu >
4 tahun meningkatkan risiko kanker leher rahim sebesar 0,20 kali lebih besar dari
pada penggunaan kontrasepsi oral ≤ 4 tahun. Penelitian serupa yang dilakukan
Megadhana (2004), juga menyebutkan bahwa kontrasepsi oral yang dipakai dalam
jangka panjang lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim
sebesar 1,5-2,5 kali.
f. Merokok : wanita yang merokok memiliki risiko dua kali lebih terhadap kanker
serviks daripada non perokok. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiap hari
risiko untuk terkena kanker adalah 7 kali dibanding orang yang tidak merokok,
hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok
maka semakin tinggi risiko terkena kanker leher rahim. (Hidayati, 2001). Hasil
penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan
dalam British Journal of Cancer pada 2001, zat nikotin serta racun lain yang
masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan
terjadinya kondisi cervical neoplasia. Cervical neoplasia adalah kondisi awal
berkembangnya kanker serviks.
g. Ras : wanita yang berasal dari Asia dan Afrika berisiko lebih tinggi mengalami
kanker serviks.

Wanita yang memiliki faktor risiko tidak selalu terkena menderita kanker serviks,
sebaliknya banyak penderita kanker serviks yang tidak memiliki faktor risiko. Kadang tidak
dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker serviks sedangkan wanita yang
lainnya tidak.10

2.4 Riwayat Alamiah Kanker Serviks

Terdapat 100 tipe HPV yang telah diidentifikasi. Empat puluh tipe tersebut
menyerang wilayah genital. Dari 40 tipe tersebut, 13 diantaranya merupakan tipe onkogenik
dan dapat menyebabkan kanker servik atau lesi prakanker pada permukaan servik. Sedangkan
tipe lain (tipe risiko rendah) menyebabkan kutil kelamin. Tipe 16, 18, 31, 33 dan 35
menyebabkan perubahan sel-sel pada vagian atau servik yang awalnya menjadi displasia dan
selanjutnya berkembang menjadi kanker servik. Secara global, HPV tipe 16 dengan 18 dapat
menyebabkan 70% dari seluruh kejadian kanker servik (Emilia, 2013).11

PV ditularkan melalui aktivitas seksual terutama pada usia yang dini dan melakukan
dengan banyak pasangan seksual, selain itu dapat juga melalui sentuhan kulit diwilayah
genital tersebut (skin to skin contact). Sebagian besar infeksi HPV menghilang melalui
respon imun alamiah, setelah melalui masa beberapa bulan hingga dua tahun. Meski

10
Adi D. Tilong, Bebas dari Ancaman Kanker Serviks (Jogjakarta : Flash Bokks, 2012) h. 53
11
Emilia, O, dkk, Bebas Ancaman Kanker Serviks (Yogyakarta : Media Pressindo, 2010) : (https://www.academia
.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
demikian, kanker servik dapat berkembang apabila infeksi akibat HPV tipe onkogenik tidak
menghilang.12

Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi kanker serviks dapat terjadi
apabila terjadi infeksi yang menetap pada beberapa sel yang terdapat pada servik. Sel-sel ini
sangat rentan terhadap infeksi HPV. Hal ini akan mengubah susunan sel dalam servik. Virus
HPV akan bercampur dengan sistim peringatan yang memicu respon imun yang seharusnya
menghancurkan sel normal yang terinfeksi oleh virus. Perkembangan sel yang tidak normal
pada epitel servik akan berkembang menjadi prakanker yang disebut Cervical intraepithelial
Neoplasia (CIN). Apabila memperhatikan infeksi HPV onkogenik yang persisten, maka
ditemukan tiga pola utama pada prakanker. Dimulai dengan infeksi pada sel serta
perkembangan sel-sel abnormal yang dapat berlanjut menjadi intraepithelial Neoplasia dan
pada akhirnya menjadi kanker servik (Bobak, 1993).13

Sebagian besar kanker serviks dimulai oleh HPV, tetapi sebagian besar infeksi HPV
tidak berkembang menjadi kanker serviks. Infeksi awal HPV dapat berlanjut dan menjadi
displasia atau hilang dengan spontan. Sebagian besar wanita yang terinfeksi HPV akan
12
Ibid.
13
Ibid.
mengalami displasia tingkat rendah, disebut CIN 1 (cervical intraepithelial neoplasia 1),
dalam beberapa bulan atau tahun terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari CIN 1 mengalami
regresi dan menghilang dengan spontan dalam tempo 2-3 tahun terutama pada wanita usia di
bawah 35 tahun. Displasia tingkat rendah (CIN 1) perlu dimonitor tetapi tidak perlu diobati
Sebagian kecil kasus CIN 1 akan mengalami progresi menjadi displasia tingkat tinggi,
disebut CIN 2/3.14

Sekitar 15% infeksi HPV yang persisten akan berkembang menjadi CIN 2/3 dalam
tempo 3-4 tahun, baik dengan atau tanpa melalui CIN 1. CIN 2/3 merupakan prekursor
kanker serviks, karena itu harus diobati. Perjalanan kanker serviks memiliki masa laten
sangat panjang, hingga 20 tahun. Risiko perkembangan dari lesi prekanker (CIN 2/3) menjadi
kanker invasif adalah sekitar 30-70% (rata-rata 32 persen) dalam tempo 10 tahun. Ca serviks
paling sering terjadi pada wanita setelah usia 40 tahun, lebih-lebih wanita di usia 50 dan 60
tahunan (Parkin et al., 2005).15

2.5 Besar Masalah (Prevalens/Insiden) Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks. Kanker serviks dapat
berasal dari sel-sel di leher rahim, tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim, atau
dapat pula tumbuh dari keduanya. Sebagian besar kanker serviks dimulai pada lapisan sel-sel
serviks. Sel-sel ini tidak berubah secara tiba-tiba menjadi kanker. Sel-sel normal serviks yang
terpengaruh zat karsinogen, kemudian berkembang secara bertahap menjadi sel pra kanker
dan kemudian berubah menjadi sel kanker. (Nurwijaya, 2010).16

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia


sebesar 1,4 per 1000 penduduk, dimana kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh
di Indonesia dengan presentasi 5,7% dari seluruh penyebab kematian (Ditjen PP&PL).
Penyakit kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia
pada tahun2013, yaitu sebesar 0.8%. (depkes.go.id).

14
Nurwijaya, Dra. Hartati dkk, Cegah dan Deteksi Kanker Serviks (Jakarta : PT. Media Elex Komputindo, 2010) : (
https://www.academia.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
15
Ibid.
16
DR. M.N Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta : PT. Rinneka Cipta, 2000) h. 73
Insiden kanker serviks menurut Depkes, 100 per 100.000 penduduk pertahun,
sedangkan dari data Laboratorium Patologi Anatomi seluruh Indonesia, frekuensi kanker
serviks paling tinggi di antara kanker yang ada di Indonesia, penebarannya terlohat bahwa
92.4% terakumulasi di Jawa dan Bali. (depkes.go.id).17

Pada tahun 2002, prevalensi kasus kanker serviks di dunia mencapai 1.4 juta dengan
493.000 kasus baru dan 273.000 kematian. Dari data tersebut, lebih dari 80% penderita
berasal dari negara berkembang di Asia Selatan, Asia Tenggsara, Sub-Saharan Afrika,
Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Data dari WHO menyatakan bahwa setiap tahunnya
230.000 perempuan meninggal akibat kanker serviks dan 190.000 berasal dari negara
berkembang. (Nadia, 2007)

Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara berkembang


karena tidak adanya program skrining (deteksi dini) yang efektif bagi wanita dengan social
ekonomi rendah. Di Indonesia hambatan test skrining cukup besar, terutama karena belum
menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia, 2010).

2.6 Pola Penyebaran/Distribusi Kanker Serviks

Kausa utama karsinoma serviks adalah infeksi virus Human Papilloma yang
onkogenik. Risiko terinfeksi HPV sendiri meningkat setelah melakukan aktivitas seksual.
Pada kebanyakan wanita, infeksi ini akan hilang dengan spontan. Tetapi jika infeksi ini
persisten maka akan terjadi integrasi genom dari virus ke dalam 21 genom sel manusia,
menyebabkan hilangnya kontrol normal dari pertumbuhan sel serta ekspresi onkoprotein E6
atau E7 yang bertanggung jawab terhadap perubahan maturasi dan differensiasi dari epitel
serviks (WHO, 2008).18

Menurut Budiningsih (2007), lokasi awal dari terjadinya karsinoma serviks biasanya
pada atau dekat dengan pertemuan epitel kolumner di endoserviks dengan epitel skuamous di
ektoserviks atau yang juga dikenal dengan squamocolumnar junction. Terjadinya karsinoma
serviks yang invasif berlangsung dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi
pre-invasif, yang ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan

17
http://www.depkes.go.id/download/pusdatin/infodatin/infodatinkanker.pdf, (https://www.academia.edu/1
5703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
18
DR. M.N Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta : PT. Rinneka Cipta, 2000) h. 74
displasia. Displasia ditandai dengan adanya anisositosis (sel dengan ukuran yang
berbedabeda), poikilositosis (bentuk sel yang berbeda-beda), hiperkromatik sel, dan adanya
gambaran sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak biasa.19

Displasia ringan bila ditemukan hanya sedikit sel-sel abnormal, sedangkan jika
abnormalitas tersebut mencapai setengah ketebalan sel, dinamakan displasia sedang.
Displasia berat terjadi bila abnormalitas sel pada seluruh ketebalan sel, namun belum
menembus membrana basalis. Perubahan pada displasia ringan sampai sedang ini masih
bersifat reversibel dan sering disebut dengan Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) derajat
1-2. Displasia berat (CIN 3) dapat berlanjut menjadi karsinoma in situ.20

Perubahan dari displasia ke karsinoma in situ sampai karsinoma invasif berjalan


lambat (10 sampai 15 tahun). Gejala pada CIN umumnya asimptomatik, seringkali terdeteksi
saat pemeriksaan kolposkopi. Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih
nyata seperti perdarahan intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang
berlebihan berwarna kekuning-kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan dapat
bercampur dengan darah, sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada stadium lanjut di
mana penderita akan mengalami cachexia, obstruksi gastrointestinal dan sistem renal
(Edianto, 2006).

19
Ibid.
20
Ibid.
Gambar 1. Stimulasi perkembangan siklus sel oleh tipe high-risk HPV. Dikutip dari Doorbar,
2006.

2.7 Pencegahan Kanker Serviks

Upaya pencegahan yang menyeluruh, mulai dari upaya pendidikan kesehatan


masyarakat sampain upaya rehabilitas, perlu diberikan sesuai porsi masing-masing dalam
mengatasi kanker.

Upaya pencegaqhan kanker adalah sebagai berikut: 21

1. Pencegahan tingkat pertama (Primer)


a. Promosi kesehatan masyarakat, misalnya:
 Kampanye kesadaran masyarakat
 Program pendidikan kesehatan masyarakat
 Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus:
 Intervensi sumber keterpaparan
 Kemopreventif
2. Pencegahan tingkat kedua (Sekunder)
a. Diagnosis dini, misalnya screening
b. Pengobatan, kemotrapi dan bedah
3. Pencegahan tingkat ketiga (Tersier)
 Rehabilitasi, perawatan rumah

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks:

1. Mencegah terjadinya infeksi HPV.


2. Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur.

2.8 Pengobatan Kanker Serviks

A. Pengobatan Medis

Beberapa pengobatan yang dilakukan dalam hal bertujuan mematikan sel-sel yang
mengandung virus HVP. Cara lain untuk mengatasi virus HVP adalah dengan
menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik,laser, ataupun
cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan membekukan) apabila kanker serviks

21
DR. M.N Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta : PT. Rinneka Cipta, 2000) h. 80
sudah sampai kestadium lanjut, maka akan dilakukan kemotrapi. Dan juga operasi
pengangkatan rahim atas kandunagn secara total.22

Jika perubahan awal telah diketahui, maka pengobatan yang umum diberikan adalah
dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Pemanasan, diathermy, atau dengan sinar laser.


2. Cone biopi, yaitu dengan car4a mengambil sedikit dari sel-sel rahim, termasuk sel
yang mengalami perubahan.

Jika penyakit telah sampai pada tahap prakanker, dan kanker serviks telah dapat
diidentifikasi, maka beberapa hal yang dapatt dilakukan untuk penyembuhan adalah sebagai
berikut:

1. Operasi, yaitu dengan menbgambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus
beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi, yakni dengan mengeluarkan sinar X berkekuatan tinggi nyang dapat
dilakukan, baik secara internal maupun eksternal.

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita untuk hamil lagi.23

1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun
melalui LEEP. Dengan pengobatan ini penderita masih bisa memiliki anak.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran ( radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbats pada daerah panggul.
Ada 2 macam radioterapi:
- Radiasi eksternal: sinar bersal dari sebuah mesin besar
- Penderita perlu dirawat dirumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari / minggu selama 5-6 minggu.
- Radiasi internal : zat radioaktif terdapat didalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung kedalam serviks.24

22
Adi D. Tilong, Bebas dari Ancaman Kanker Serviks (Jogjakarta : Flash Bokks, 2012) h.55
23
Adi D. Tilong, Bebas dari Ancaman Kanker Serviks (Jogjakarta : Flash Bokks, 2012) h.56
3. Kemotrapi
Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus , artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan pemulihan,lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan
pemulihan,begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam lelawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Yang paling banyak digunakan adalah interferon, yanmg bisa dikombinasi dengan
kemoterapi.25

B. Pengobatan Kanker Serviks dengan Obat Tradisional

Beberapa tumbuhan atau buah-buahan yang mempunyai khasiat memberikan


kesembuhan atau pun pencegahan terhadap kanker serviks. Diantara khasiat-khasiat
tumbuhan atau buah-buahan tersebut karena pada dasarnya beberapa obat alami memiliki
multifungsi dalam mengobati beberapa penyakit, khusunya kanker serviks.26

1. Kunyit putih (Cucurma zedoaria)


Kunyit putih adalah tanaman yang rimpangnya berbentuk spesifik dan dapat
dibedakan dari rimp[ang rimpang lainnya. Beberapa peneliti telah membuktikan
khasiat kunyit putih terhadap hewan percobaan, khasiatnya, pelinduyng fungsi liver,
antikanker, anti kuman, dan aktivitas antioksidan. Kandunagn senyawa kukumin pada
kunyit putih dan beberapoa jenis rimpang lainnya mengindikasi kunyit putih sebagai
antioksidan. Dengan aktifitas antioksidan yang dimiliknya, kunyit putoh dapat
membantu mencegah kerusakan sel.
Cara mengonsumsinya yaitu:
a. Rebus rimpang kunyit putih secara terratur ( 3X seminggu), masing masing satu
gelas 150 ,mililiter.
b. Ambil rimpang kunyit putih secukupnya sekitar 10 cm.
c. Kupas dan rebus denagn 200 mililiter air samapai tinggal 150 mililiter air
d. Saring,dan bisa langsunh diminum

24
Redaksi Health Secret, Mengatasi Gangguan Haid, (Jakarta : PT. Gramedia, 2013) h. 56
25
Ibid, h.57
26
Adi D. Tilong, Bebas dari Ancaman Kanker Serviks (Jogjakarta : Flash Bokks, 2012) h.58
Untuk perasan rimpang diparut dan langsung diperas dengan penbambahan air matang
sedikit demi sedikit.

2. Sarang semut (Myrmecodia pendans)


Sarang semut adalah tanaman obat herbal yang mampu mengobati segyaloa macam
penyakit alami dan aman berasal dari papua. Sarang semut mengandung senyawa
aktif antioksidan (tokofer5ol dan fenolik) yang kaya kandungan kalium (K) Seng
(Zn), Besi (Fe), fosfor (P) dan magnesium (Mg). Sarang semut juga mengandung
flavonoid yang berguna sebagai antioksidan sehingga baik untuk mencegah dan
membantu mengobati kanker, melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas
vitamin C, antiinflamasi, dan sebagai antibiotik .
3. Pengobatan lesi prekanker
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut:
a. Tingkatan Lesi ( apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
b. Rencana penderita untuk hamil lagi
c. Usia dan keadaan umum penderita

Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:

- Kriosurgeri (pembekuan)
- Kauterisasi ( npembakaran, juga disebut diatermi)
- Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat disekitarnya
- LEEP (Loop Electrosurgical excision procedure) atau konisasi.

2.9 Program Penanggulangan Kanker Serviks

Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double burden yaitu
keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan pada
waktu bersamaan morbiditas dan mortaltas penyakit tidak menular, termasuk penyakit kanker
meningkat. Pada tahun 2005 WHO menyaatakan penyakit tidak menular merupakan
penyebab kematian terbanyak di dunia dalam hal ini kanker sebagai penyebab kematian
nomor dua di dunia setelah penyakit jantung dan pembuluh darah (Kemenkes, 2011).27

Tahun 2005 WHO mengisyaratkan untuk memprioritaskan kerjasama untuk


mengembangkan progam pengendalian penyakit kanker yang disesuaikan dengan sosial
ekonomi. Dengan terbentuknya Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, langkah
awal yang dikeluarkan adalah berupa SK Menkes No. 1163/Menkes/SK/2007 mengenai
terbentuknya kelompok kerja pengendalian penyakit kanker laher rahim dan payudara
(Bambang D, 2009). Progam penanggulangan kanker skanker serviks di Indonesia dilakukan
terintergrasi dengan progam penanggulangan kanker secara umum. Kegiatan ini dimulai
dengan melakukan penilaian terhadap faktor terjadinya kanker.28

Pemerintah menitik beratkan kebijakan pengendalian kanker pada upaya promotif-


preventif yaitu peningkatan perilaku hidup sehat yang dipromosikan sebagai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) seperti tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, banyak
mengkonsumsi sayur-buah serta melakukan aktivitas fisik dengan benar dan teratur.29

Pencegahan dan penanggulangan kanker leher rahim sesuai dengan Kepmenkes


Nomor 796/Menkes/Sk/VII/2010 tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan
kanker rahim. Kegiatan pencegahan mulai dari penyampaian informasi tentang faktor risiko
dan bagaimana menghindari faktor risiko dimaksud, deteksi dini untuk mendapatkan lesi
prakanker leher rahim dan melakukan pengobatan segera.30

27
Bambang D. 2009. “Kebijakan Pengendalian Penyakit Kanker (Serviks) di Indonesia” Indonesian Journal of
Cancer Vol. III, No. 3, h. 109-116 dari FKM UI
,(https://www.academia.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
28
Bambang D. 2009. “Kebijakan Pengendalian Penyakit Kanker (Serviks) di Indonesia” Indonesian Journal of
Cancer Vol. III, No. 3, h. 109-116 dari FKM UI
,(https://www.academia.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
29
Ibid.
30
Ibid.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker leher Rahim atau yang disebut juga sebagai kanker serviks merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Pavilloma Virus Onkogenik. Kanker
serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita.
Kanker serviks mempunyai frekuensi relative tinggi 25,6% di Indonesia.

Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) bukanlah suatu hal yang
normal. Pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan, meskipun baru saja melakukan
papsmear test. Bagi sebagian orang, pada tahap awal penyakit kanker serviks tidak
menimbulkan gejala yang mudah diamati. Gejala fisik serangan penyakit kanker serviks pada
umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut, yaitu munculnya rasa sakit
dan pendarahan saat berhubungan intim (Contact Bleeding), keputihan yang berlebihan dan
tidak normal, pendarahan diluar siklus menstruasi, serta penurunan berat badan secara drastis.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker di Indonesia


sebesar 1,4 per 1000 penduduk, dimana kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh
di Indonesia dengan presentasi 5,7% dari seluruh penyebab kematian (Ditjen PP&PL).
Penyakit kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia
pada tahun2013, yaitu sebesar 0.8%. (depkes.go.id).

Insiden kanker serviks menurut Depkes, 100 per 100.000 penduduk pertahun,
sedangkan dari data Laboratorium Patologi Anatomi seluruh Indonesia, frekuensi kanker
serviks paling tinggi di antara kanker yang ada di Indonesia, penebarannya terlohat bahwa
92.4% terakumulasi di Jawa dan Bali. (depkes.go.id)

Pemerintah menitik beratkan kebijakan pengendalian kanker pada upaya promotif-


preventif yaitu peningkatan perilaku hidup sehat yang dipromosikan sebagai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) seperti tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, banyak
mengkonsumsi sayur-buah serta melakukan aktivitas fisik dengan benar dan teratur.
3.2 Saran

Kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna membangun
penulisan makalah berikutnya. Dan kami sangat berharap bahwa makalah yang telah kami
buat dengan semaksimal mungkin ini dapat bermanfaat bagi pembaca, pendengar, maupun
kami sendiri. Serta menambah wawasan dan pengetahuan kita semua tentang penyakit kanker
serviks tersebut, dan membuat kita semua senantiasa menjaga kesehatan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Makalah ini dibuat dengan mengutip berbagai sumber buku dan website internet sebagai
berikut:

1. DR. M.N Bustan, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta : PT. Rinneka Cipta,
2000).
2. Adi D. Tilong, Bebas dari Ancaman Kanker Serviks (Jogjakarta : Flash Bokks, 2012).
3. Emilia, O, dkk, Bebas Ancaman Kanker Serviks (Yogyakarta : Media Pressindo) : (htt
ps://www.academia.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
4. Nurwijaya, Dra. Hartati dkk, Cegah dan Deteksi Kanker Serviks (Jakarta : PT. Media
Elex Komputindo, 2010) : (https://www.academia.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Ka
nker_Serviks).

5. http://www.depkes.go.id/download/pusdatin/infodatin/infodatinkanker.pdf, (https://w
ww.academia.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
6. Bambang D. 2009. “Kebijakan Pengendalian Penyakit Kanker (Serviks) di Indonesia”
Indonesian Journal of Cancer Vol. III, No. 3, h. 109-116 dari FKM
UI, (https://www.academia.edu/15703724/Ruang_Lingkup_Kanker_Serviks).
7. Redaksi Health Secret, Mengatasi Gangguan Haid, (Jakarta : PT. Gramedia, 2013).

Anda mungkin juga menyukai