Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 2
C. Tujuan Masalah…………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Polio........................................................... 3
B. Gejala Polio……………………………………………… 4
C. Jenis jenis Polio………………………………………… 6
D. Cara Penularan Polio………………………………….. 7
E. Pencegahan Polio……………………………………… 8
F. Cara Pengobatan Polio………………………………... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 11
B. Saran ......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat
menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah
kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala,
muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare.
Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga
menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Polio masih menjadi masalah di
beberapa negara di seluruh dunia. Pada tahun 1988, beberapa negara
meluncurkan Program Pemberantasan Polio Global untuk menghapus polio
dengan melaksanakan kampanye imunisasi masal. Sebab masih terdapat sekitar
350 ribu kasus polio di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia,
kampanye imunisasi masal dilakukan dengan mengadakan PIN (Pekan
Imunisani Nasional). PIN adalah merupakan suatu imunisasi suplementasi,
bertujuan untuk menghilangkan atau mempercepat pemutusan siklus kehidupan
virus polio liar yang masih ada di wilayah yang bersangkutan (Pedoman
Pelaksanaan PIN. 2005). Program PIN ini, semua anak usia 0-59 bulan (Balita),
tanpa kecuali akan serentak diimunisasi, tanpa memandang apakah sudah
pernah diimunisasi Polio atau belum. Imunisasi serentak dilakukan pada pos-pos
PIN, seperti Posyandu dan Puskesmas. Selain itu, juga dilakukan kunjungan
kesemua rumah untuk meyakinkan bahwa semua balita telah terimunisasi.
Dengan program PIN tersebut, Indonesia pernah dinyatakan bebas polio selama
10 tahun. Tetapi pada 5 Mei 2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di
Sukabumi (Jawa Barat) akibat strain virus yang menyebabkan wabah di Nigeria.
Virus ini diperkirakan terbawa dari Nigeria ke Arab dan sampai ke Indonesia
melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab atau orang yang bepergian
ke Arab untuk haji. Mewabahnya kembali polio di Indonesia terjadi karena pada
putaran-putaran imunisasi sebelumnya ditahun 2005 tidak cukup untuk
mengimunisasi banyak anak, rendahnya angka rata-rata cakupan imunisasi
berkala di Indonesia yaitu 70 persen serta pola hidup masyarakat yang masih
kurang.
B. Rumusan Masalah
rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah polio itu?
b. Apa gejala dari polio?
c. Apa saja jenis-jenis polio?
d. Bagaimana cara penularan polio?
e. Bagaimana pencegahan polio?
f. Bagaimana pengobatan polio ?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
a. Pengertian polio
b. Gejala polio
c. Jenis-jenis polio
d. Cara penularan polio
e. Pencegahan polio
f. Pengobatan polio.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Polio
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit
peradaban. Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke
dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil
yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan
menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan
jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus
terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio
dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Nama lain dari polio
adalah Poliomieltis. Virus polio yang termasuk genus enterovirus famili
Picornavirus.Virus ini tahan terhadap pengaruh fisik dan bahan kimia.
Selain itu, dapat hidup dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Virus ini
juga dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan
dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan. Polio menyebar
terutama melalui kontaminasi tinja, terutama di daerah dengan sanitasi
lingkungan buruk. Penularan juga terjadi melalui fekal-oral. Artinya
makanan/minuman yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja
penderita masuk ke mulut orang sehat lainnya. Sedangkan oral-oral
adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke dalam mulut
manusia sehat lainnya. Ciri khas dari penderita polio adalah kerusakan
saraf. Kerusakan itu bermula dari virus yang mengalami inkubasi selama
5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya virus akan berkembang pertama
kali dalam dinding faring (leher dalam) atau saluran cerna bagian bawah.
Dari saluran cerna virus menyebar ke jaringan getah bening lokal atau
regional. 3 Akhirnya virus menyebar masuk ke dalam aliran darah
sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf. Poliomielitis
mempunyai tendensi lebih merusak sel saraf motorik pada medulla
spinalis dan batang otak. Seringkali polio menyebabkan kerusakan saraf
tubuh yang membuat pertumbuhan penderita menjadi asimetris.
Sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh yang
umumnya menetap bahkan bertambah berat.
B. Gejala Polio
Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada luas
infeksi. Tandatanda dan gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio yang
melumpuhkan (paralytic) dan polio yang tidak melumpuhkan (non-
paralytic). Pada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan individuindividu yang terinfeksi dengan polio, pasien-pasien
tetap asymptomatic atau mengembangkan hanya gejala-gejala seperti flu
yang ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, dan muntah. Gejala-gejala, jika hadir, mungkin hanya
bertahan 48-72 jam, meskipun biasanya mereka bertahan untuk satu
sampai dua minggu. Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-
orang yang terinfeksi dengan virus polio dan adalah penyakit yang jauh
lebih serius. Gejala-gejala terjadi sebagai akibat dari sistim syaraf dan
infeksi dan peradangan sumsum tulang belakang (spinal cord).
Gejala-gejala dapat termasuk:
a. Sensasi yang abnormal,
b. Kesulitan bernapas,
c. Kesulitan menelan,
d. Retensi urin,
e. Sembelit,
f. Mengeluarkan air liur (ileran),
g. Sakit kepala,
h.Turun naik suasana hati,
i. Nyeri dan kejang-kejang otot, dan Kelumpuhan.
Kira-kira 5%-10% dari pasien-pasien yang mengembangkan polio yang
melumpuhkan seringkali meninggal dari kegagalan pernapasan, karena
mereka tidak mampu untuk bernapas sendiri. Itulah sebabya mengapa
sangat mendesak bahwa pasien-pasien menerima evaluasi dan
perawatan medis yang tepat. Sebelum era vaksinasi dan penggunaan
dari ventilator-ventilator modern, pasien-pasien akan ditempatkan dalam
"iron lung" (ventilator bertekanan negatif, yang digunakan untuk
mendukung pernapasan pada pasienpasien yang menderita polio yang
melumpuhkan). Gejala Klinik Tanda klinik penyakit polio pada manusia
sangat jelas. Sebagian besar (90%) infeksi virus polio menyebabkan
inapparent infection, sedangkan 5% menampilkan gejala abortive
infection, 1% nonparalytic, dan sisanya menunjukkan tanda klinik
paralitik. Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh,
30% menunjukkan kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan kelumpuhan
berat, dan 10% menunjukkan gejala berat serta bisa menimbulkan
kematian. Masa inkubasi biasanya 3-35 hari. Penderita sebelum
ditemukannya vaksin terutama berusia di bawah 5 tahun. Setelah adanya
perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, usia penderita bergeser pada
kelompok anak usia di atas 5 tahun. Stadium akut sejak ada gejala klinis
hingga dua minggu ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi
lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. 5
Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu
terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang
belakang) oleh invasi virus. Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris
sehingga menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang
cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian besar
kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan
mengenai lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu
dua hari hingga dua bulan. Stadium subakut (dua minggu hingga dua
bulan) ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau
kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan otot dan
nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya
salah satu sisi. Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun)
ditandai dengan pulihnya kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi
otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Kemudian setelah
usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot.
Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya
menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan
kelumpuhan otot permanen.
C. Jenis-Jenis Polio
Jenis – jenis Polio antara lain :
a. Polio Non-Paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu
dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa
lembek jika disentuh.
b. Polio Paralisis
Spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada
batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari
200 penderita 6 akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling
sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang
usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan
diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang
dan neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah
muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki
kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang
serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem
saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor. Neuron motor
tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan
dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf
pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas
kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang
tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut
quadriplegia.
c. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor
yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke
berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata saraf trigeminal
dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata,
gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur pendengaran, saraf
glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher.
D. Cara Penularan
Polio Mekanisme Penyebara Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-
faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan
terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral
(dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke
mulut). Fekal-oral berarti minuman atau makanan yang tercemar virus
polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat
lainnya. Sementara itu, oraloral adalah penyebaran dari air liur penderita
yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Virus polio sangat tahan
terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan
larutan chlor. Suhu tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan
beku dapat bertahan bertahun-tahun. Ketahanan virus di tanah dan air
sangat bergantung pada kelembapan suhu dan mikroba lainnya. Virus itu
dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan hingga
berkilo-kilometer dari sumber penularan. Meski penularan terutama akibat
tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius,
virus itu hidup di lingkungan terbatas. Salah satu inang atau mahluk hidup
perantara yang dapat dibuktikan hingga saat ini adalah manusia.
E. Pencegahan Polio
Penyakit Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus. Biasanya gejala yang dirasakan adalah demam, rasa lelah,
sakit kepala, muntah, rasa kaku pada leher, rasa sakit pada kaki dan
tangan. Penularan virus polio masuk ke tubuh melalui :
 Mulut
 di dalam air,
 Makanan yang telah terkontaminasi tinja dari orang yang sudah terjankit
polio.
Virus ini mengakibatkan kelumpuhan pada kaki. Di antara yang lumpuh ini
5-10% meninggal dunia ketika otot-otot pernafasannya dilumpuhkan virus
tersebut. Polio tidak dapat 8 disembuhkan, namun bisa dicegah. caranya
dengan imunisasi, yaitu dengan pemberian vaksin yang aman dan efektif
dengan vaksin polio oral (OPV) yang diberikan berulang kali, vaksin ini
akan melindungi anak seumur hidup. Dalam World Health Assembly tahun
1998 yang diikuti oleh sebagian besar negara di penjuru dunia dibuat
kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (Erapo) tahun 2000, artinya
dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa pertama yang dilakukan
adalah
Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh
Vaksin polio yang dinonaktifkan/dimatikan (IPV) yang
dikembangkan Jonas Salk. Vaksin polio ini mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan dengan cara disuntikkan. Baik
OPV maupun IPV kedua-duanya merangsang pembentukan
kekebalan intestinal. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine
yaitu kombinasi DPT dan polio. Pemberian vaksin polio dapat
dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.
Imunisasi Polio Dasar yang lengkap adalah 4 kali, yaitu saat bayi
lahir (Polio-), usia 3 bln (Polio-1), usia 4 bln (Polio-2) dan usia 5 bln
(Polio-3). Dengan lengkap 4 kali dimaksudkan bayi dapat
menyusun antibodinya dengan maksimal, untuk suatu proteksi 5-10
thn. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang
waktu tidak kurang dari satu bulan. Imunisasi ulangan dapat
diberikan sebelum anak masuk sekolah (5–6 tahun) dan saat
meninggalkan sekolah dasar (12 tahun) (Sulianti Saroso, 2007)
Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun
1995, 1996, dan 1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4
kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½ tahun,
5 tahun, dan usia 15 tahun
Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang
dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa
tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan.
Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di
daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5
tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.
Konsumsi makanan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh
seperti vitamin C.
F. Pengobatan Polio
Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara
atau metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada
hanya untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit pada penderita.
1. Viral Isolation Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang
yang diduga terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari
cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan
hasil yang akurat.Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan
kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut
menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk
menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah
dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka
diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan
tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif
pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF) CSF di dalam infeksi poliovirus pada
umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200
sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
 Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang
permanen, Jenis polio ada 3 yaitu Polio Non-Paralisis, Polio
Paralisis Spinal, Polio Bulbar.
 Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah,
sulit buang air besar, nyeri pada kaki/tangan, kadang disertai diare.
Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf ,
sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
 Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi
yang tinggi dan menyeluruh, Untuk mengurangi terjangkitnya virus
polio pada manusia maka dilakukan beberapa hal seperti, Vaksin
polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang
diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang
diberikan tetesan dibawah lidah.
 Jenis-jenis polio mencakup Polio Non-Paralisis, Polio
Paralisis Spinal, Polio bulbar
 Pengobatan polio mencakup Viral Isolation, Uji Serology,
Cerebrospinal Fluid
 Mekanisme Penyebara Virus ditularkan infeksi droplet dari
oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi.
B. Saran
Demikian makalah yang telah saya susun, saya menyadari masih
terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan makalah ini, saya
sebagai penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat manambah pengetahuan serta lebih bisa memahami pokok
bahasan, bagi para pembacanya dan khususnya bagi saya sebagai
penyusun.
DAFTAR PUSTAKA

L. Heymann, David dan R. Bruce Aylward. 2004.


Poliomyelitis. Switzerland : Geneva 1211 N.Z, Miller.2004. The
polio vaccine: a critical assessment of its arcane history,
efficacy, and long-term health-related consequences. USA:
Thinktwice Global 11 Vaccine Institute. M.D, Paul E.
Peach.2004. Poliomyelitis. Warm Springs ; GA 31830. Wilson,
Walter R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. USA : McGraw-Hill Companies, Inc

Anda mungkin juga menyukai