Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOLOGI

“POLIO”

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Akmal Budiman

Arby Pangestu

Muhammad Alif

Nazla Mutia Ramadhani

XI IPA
SMAS HARAPAN UTAMA
BATAM
2022

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin-Nya
penulisan makalah dengan judul “Polio” dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata pelajaran Biologi. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit polio.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya kritik
dan saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dengan mudah bagi orang
yang membacanya. Penulis berharap semoga makalah ini memberi manfaat bagi
semua pembaca.

Batam, Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Definisi Polio........................................................................................................4
B. Virus Polio............................................................................................................4
C. Penyebab dan Faktor terkena Polio....................................................................6
D. Patogenesis Virus Polio.......................................................................................6
E. Gejala Polio...........................................................................................................7
F. Diagnosa................................................................................................................8
G. Farmakoterapi Virus Polio..................................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai
"Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang
menghasilkan permulaan program inisiatif global untuk pemberantasan polio
pada tahun 1988. Sebagian polio positif yang diakibatkan oleh enterovirus
RNA ini dikenal dengan kemampuannya untuk mempengaruhi sebuah bagian
dari sumsum tulang belakang, dan mengakibatkan terjadinya Acute Flaccid
Paralysis (AFP) atau dapat menyebabkan kematian jika otot pernapasan atau
tenggorokan mendapat lumpuh tetapi untungnya tidak banyak kasus yang
terjadi. Terdapat tiga serotypes dari virus polio, di dunia kasus infeksi dari 1
per 200-2000 kasus tergantung pada jenis serotype virus. Tingkat fatality
biasanya dari 5 hingga 10% dalam kasus-kasus lumpuh. World Health
Organization (WHO) 27 tahun yang lalu telah mencapai keberhasilan luar
biasa dalam mengurangi jumlah polio di negara-negara endemik, dari 125
negara di penjuru dunia hanya ada 3 negara termasuk Pakistan, Afghanistan,
dan Nigeria, dimana Wild Polio Virus (WPV) transmisinya belum terputus
walaupun angka kasus terjadinya polio telah turun dibawah angka 99%
dibandingkan dengan 350.000 kasus baru per tahun kemudian (Ghafoor &
Sheikh, 2016). Pada bulan Mei 2012, World Health Assembly (WHA)
mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu kedaruratan
kesehatan masyarakat dan perlu disusun suatu strategi menuju eradikasi
polio. Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio bersama
dengan negara anggota WHO di South East Asia Region (SEAR) pada bulan
Maret 2014, sementara itu dunia masih menunggu negara lain yang belum
bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria. Untuk mempertahankan
keberhasilan tersebut dan untuk melaksanakan strategi menuju eradikasi
polio di dunia, Indonesia melakukan beberapa rangkaian kegiatan yaitu
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian vaksin trivalent Oral

1
Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan introduksi
Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada akhir tahun 2020 diharapkan penyakit
polio telah berhasil dihapus dari seluruh dunia (KESMAS, 2016).

Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat


efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi
merupakan prioritas utama dalam pelayana kesehatan di bidang preventif.
Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang
lalu di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur
dengan cakupan luas (Ranuh, et al., 2014). Imunisasi polio dilakukan dengan
cara memberikan vaksinasi, Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme
yang telah dilemahkan atau dimatikan atau antigen mikroorganisme yang
diberikan untuk mencegah atau mengatasi penyakit infeksi (Depkes RI,
2016). Vaksin yang dibuat menggunakan beberapa proses yang berbeda, ada
yang berisi virus hidup yang telah dilemahkan (melemah atau diubah agar
tidak menyebabkan penyakit), organisme dilemahkan atau dibunuh atau
virus, racun tidak aktif (untuk penyakit bakteri dimana racun yang dihasilkan
oleh bakteri, dan bukan bakteri sendiri, penyebab penyakit), atau hanya
segmen patogen (meliputi subunit dan vaksin konjugasi) (Hashemi, et al.,
2014).

Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio, Pemerintah telah


melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian
imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans Acute Flaccid Paralysis
(AFP). Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua
kelumpuhan yeng terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh),
seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis (Dinkes Jateng, 2014).
Poliomielitis merupakan penyakit yang endemik di Indonesia sejak era pre-
vaksin dan telah menimbulkan beberapa kali kejadian luar biasa Setelah
dilakukan program imunisasi pada tahun 1978 dan 1980, masih ada beberapa
kali wabah polio yang terjadi. Pada tahun 1988, Indonesia mencanangkan

2
eradikasi poliomielitis pada tahun 2000. Meskipun cakupan rutin dengan tiga
dosis vaksin poliovirus oral (OPV3) sejak tahun 1991 mencapai lebih besar
dari 90% diantara anak-anak usia 1 tahun, kasus-kasus polio masih
ditemukan.

Untuk memutus transmisi polio virus maka ditetapkanlah Pekan Imunisasi


Nasional (PIN) yaitu 13-17 September 1995 dan 18-22 Oktober 1995. PIN
juga dilaksanakan pada tahun 1996 dan 1997. Program ini menghasilkan
cakupan vaksinasi terhadap lebih dari 22 juta anak usia dibawah 5 tahun
(mewakili sekitar 100% populasi sasaran) (E. Suryawidjaja, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi polio dan virus polio?
2. Apa penyebab serta faktor penyakit polio?
3. Bagaimana patogenesis dari virus polio?
4. Bagaimana gejala penyakit polio?
5. Bagaimana diagnosa penyakit polio?
6. Bagaimana farmakoterapi penyakit polio?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi polio dan virus polio
2. Untuk mengetahui apa penyebab serta faktor penyakit polio
3. Untuk mengetahui bagaimana patogenesis dari virus polio
4. Untuk mengetahui bagaimana gejala penyakit polio
5. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa penyakit polio
6. Untuk mengetahui bagaimana farmakoterapi penyakit polio

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Polio

Penyakit polio atau infantile kelumpuhan adalah virus atau penyakit


menular yang dapat menular terutama melalu jalur fekal-oral. Polio berasal
dari bahasa Yunani, Polios yang berarti “abu-abu” myelos yang mengacu
pada materi abu-abu dari sumsum tulang belakang, dan akhiran –itis yang
menunjukkan inflamasi atau peradangan. Penyakit polio adalah penyakit
infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,
sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui
mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan. Infeksi virus polio terjadi di dalam saluran pencernaan yang
menyebar ke kelenjar limfe regional sebagian kecil menyebar ke sistem
syaraf.

Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun


kelompok umur yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus
polio (Surya, 2007). Resiko kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih
tinggi, terutama bila menyerang individu lebih dari 15 tahun (Sardjito, 1997
dalam Utami 2006).

B. Virus Polio

Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human


Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus
Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan
strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae. Penyakit ini dapat
menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu
anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus. Virus polio yang
ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin,  Virus polio liar/WPV

4
(Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDVP
merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat
menyebabkan kelumpuhan.

VDPV diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu 1). Immunodeficient-


related VDPV (iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi,
2). Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti transmisi orang ke orang
dalam masyarakat, dan 3). Ambiguous VDPV (aVDPV)  apabila tidak dapat
diklasifikasikan sebagai  cVDPV atau iVDPV. Penetapan jenis virus yang
dimaksud, ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Identifikasi
VDPV berdasarkan tingkat perbedaan dari strain virus OPV. Virus polio
dikategorikan sebagai VDPV apabila terdapat perbedaan lebih dari 1%  (>10
perubahan nukleotida) untuk virus polio tipe 1 dan 3, sedangkan untuk virus
polio tipe 2 apabila ada perbedaan lebih dari  0,6% (>6 perubahan
nukleotida). Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio
terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-
20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara
industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Pada tahun 1950an
dan 1960-an polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah
kesehatan masyarakat di negara-negara industry. Hal ini setelah pengenalan
vaksin yang efektif.

Gambar 1. Struktur Virus Polio

5
C. Penyebab dan Faktor terkena Polio

Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui
rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran
darah. Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan
tinja penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui
percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, tetapi lebih jarang terjadi.
Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan
vaksin polio, terlebih pada kondisi berikut ini:

a) Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas
b) Sedang hamil
c) Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS
d) Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio
e) Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio
f) Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio

D. Patogenesis Virus Polio

Patofisiologi poliomielitis atau polio akibat masuknya virus polio ke


dalam tubuh terbagi dalam 2 fase, yaitu fase limfatik dan neurologis. Pada
beberapa kasus dapat mengalami sindrom postpolio setelah 15‒40 tahun,
terutama bila terkena polio akut pada usia sangat muda. Polio, sesuai
namanya, disebabkan oleh Virus polio. Virus polio masuk ke tubuh melalui
saluran napas atas, orofaring, dan saluran pencernaan. Kemudian, virus akan
masuk ke aliran darah. Virus polio masuk ke otak dengan cara menginfeksi
otot rangka dan berjalan menelusuri saraf otot menuju otak.

6
Gambar 2. Patogenesis Virus Polio

E. Gejala Polio

Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala


yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala
awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan
nyeri di tungkai. Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :

a) Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam,


meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher
dan punggung terasa kaku dan sakit
b) Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan
lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
c) Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit
berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan
bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.

7
F. Diagnosa
Virus polio dapat dideteksi dari spesimen tenggorokan, feses, dan cairan
serebrospinal dengan mengisolasi virus pada kultur sel atau mendeteksi virus
menggunakan PCR.
a. Isolasi dan Deteksi Virus
Isolasi virus pada kultur merupakan metode paling sensitif untuk
mendiagnosis infeksi virus polio. Virus paling mungkin didapatkan dari
feses dibandingkan spesimen lainnya. Untuk meningkatkan kemungkinan,
kumpulkan setidaknya dua spesimen dengan jarak 24 jam. Real-time PCR
digunakan untuk membedakan strain virus.

b. Uji Serologi
Serologi dapat berguna pada pasien yang diduga tidak divaksinasi.
Serum akut harus diperoleh secepatnya.

c. Analisis Cairan Serebrospinal


Deteksi virus polio di cairan serebrospinal jarang ditemukan.
Biasanya, hanya akan terdapat peningkatan leukosit dan protein ringan,
namun temuan tersebut tidak spesifik.

G. Farmakoterapi Virus Polio

Belum ada obat untuk menyembuhkan polio, namun penyakit ini dapat
dicegah dengan vaksinasi. Terdapat dua jenis vaksin polio:

a) Inactivated poliovirus vaccine (IPV) yang diberikan melalui injeksi di kaki


atau tangan, tergantung usia pasien. IPV lebih banyak digunakan di negara
maju
b) Oral poliovirus vaccine (OPV) yang masih digunakan di seluruh dunia
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan bayi
untuk mendapatkan sedikitnya satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan
bOPV-3 saat pemberian DTP-3 (difteri, tetanus, dan pertussis) pada usia 2,
3, dan 4 bulan ditambah booster pada usia 18 bulan. Saat ini, vaksin yang
tersedia di Indonesia adalah vaksin polio oral bivalen (bOPV) yang hanya

8
mengandung virus polio 1 dan 3. Virus polio 2 tidak dimasukkan lagi
karena sudah tidak ditemukan lagi sejak tahun 1999.
Untuk orang dewasa, vaksinasi direkomendasikan bagi orang yang
memiliki risiko paparan virus polio cukup tinggi. Orang dewasa yang
belum divaksinasi atau status vaksinasinya belum jelas perlu menerima
tiga dosis IPV. Dua dosis IPV diberikan dalam rentang 4—8 minggu,
sementara dosis ketiga diberikan 6—12 bulan setelah dosis kedua. Orang
dewasa yang hendak bepergian ke negara yang diketahui memiliki kasus
infeksi polio selama > 4 minggu dan terakhir diberikan
dosis booster vaksin polio > 1 tahun sebelumnya perlu mendapatkan
dosis booster tambahan sebelum pergi.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh


virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus
(PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Infeksi virus polio
terjadi di dalam saluran pencernaan yang menyebar ke kelenjar limfe regional
sebagian kecil menyebar ke sistem syaraf. Belum ada obat untuk
menyembuhkan polio, namun penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi.

B. Saran

Penulis berharap agar pembaca setelah membaca makalah ini dapat


meningkatkan peran seluruh masyarakat, profesional, maupun media dalam
mensukseskan upaya Indonesia dalam menghentikan penyebaran virus polio.

10
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2016. Hari Keenam Pelaksanaan, Lebih Dari 17 Juta Balita Telah
Diimunisasi, Jakarta: www.depkes.go.id.

Dinkes Jateng, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang:


DINKES. DKK

Ghafoor, S. & Sheikh, N., 2016. Eradication and Current Status of


Poliomyelitis in Pakistan : Ground Realities. Journal of Immunology
Research, Volume 2016, pp. 1-6.

KESMAS, 2016. Epidemiologi Polio, Jakarta.

Ranuh, IG. N. Gde; Suyitno, H; Rejeki S Hadinegoro, S; Kartasasmita, Cissy


B; Ismoedijanto; Soedjatmiko, 2014. Pedoman Imunisasi Di Indonesia
Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

Surya, Thomas Lucky. 2007. Gambaran Epidemiologi Kejadian Luar Biasa


(KLB) Penyakit Polio di Kabupaten Bogor tahun 2005. Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Suryawidjaja, J., 2005. Resurgensi poliomyelitis : status terkini dari infeksi


poliovirus di Indonesia. Universa Medicina, 24(2), pp. 92-102.

Utami, A.N.T., 2007, ”Dispepsia”, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai