Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Esa, Saya panjatkan puja dan puji
Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat,hidayah,dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Virologi yang berjudul “Virus
Polio” .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
Kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah ilmu terhadap pembaca.

Kendari, 26 september 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................1

DAFTAR ISI ......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................3

1.1 Latar Belakang .....................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................5

1.3 Tujuan ..................................................................................................6

BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................7

2.1 Pengertian Penyakit Polio....................................................................7

2.2 Jenis-jenis polio...................................................................................7

2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Polio.........................................................9

2.5 Virus polio...........................................................................................10

2.7 Struktur Virus Polio.............................................................................10

2.8 Patogenesis...........................................................................................12

2.9 Penularan Virus Polio..........................................................................13

2.10 Pengobatan Virus Polio.......................................................................14

2.11 Pencegahan Virus Polio......................................................................15

2.12 Diagnosa Laboratorium......................................................................16

BAB III. PENUTUP...........................................................................................17

1.1 Kesimpulan ............................................................................................17

2.2 Saran.......................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai
"Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan
permulaan program inisiatif global untuk pemberantasan polio pada tahun 1988.
Sebagian polio positif yang diakibatkan oleh enterovirus RNA ini dikenal dengan
kemampuannya untuk mempengaruhi sebuah bagian dari sumsum tulang
belakang, dan mengakibatkan terjadinya Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau
dapat menyebabkan kematian jika otot pernapasan atau tenggorokan mendapat
lumpuh tetapi untungnya tidak banyak kasus yang terjadi. Terdapat tiga serotypes
dari virus polio, di dunia kasus infeksi dari 1 per 200-2000 kasus tergantung pada
jenis serotype virus. Tingkat fatality biasanya dari 5 hingga 10% dalam kasus-
kasus lumpuh. World Health Organization (WHO) 27 tahun yang lalu telah
mencapai keberhasilan luar biasa dalam mengurangi jumlah polio di negara-
negara endemik, dari 125 negara di penjuru dunia hanya ada 3 negara termasuk
Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria, dimana Wild Polio Virus (WPV)
transmisinya belum terputus walaupun angka kasus terjadinya polio telah turun
dibawah angka 99% dibandingkan dengan 350.000 kasus baru per tahun
kemudian (Ghafoor & Sheikh, 2016).
Pada bulan Mei 2012, World Health Assembly (WHA) mendeklarasikan
bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu kedaruratan kesehatan masyarakat
dan perlu disusun suatu strategi menuju eradikasi polio. Indonesia telah berhasil
menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South
East Asia Region (SEAR) pada bulan Maret 2014, sementara itu dunia masih
menunggu negara lain yang belum bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan dan
Nigeria. Untuk mempertahankan keberhasilan tersebut dan untuk melaksanakan
strategi menuju eradikasi polio di dunia, Indonesia melakukan beberapa
rangkaian kegiatan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian

3
vaksin trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine
(bOPV) dan introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada akhir tahun 2020
diharapkan penyakit polio telah berhasil dihapus dari seluruh dunia (KESMAS,
2016).
Penyakit polio belum ada cara penyembuhannya tetapi hanya dengan cara
mencegah untuk mengatasi terjangkitnya penyakit polio yaitu dengan cara
melakukan imunisasi. Imunisasi merupakan sebuah usaha memberikan kekebalan
terhadap bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
menjadi kebal terhadap virus sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit
tertentu (Hidayat, Alimut, 2008).
Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio, Pemerintah telah
melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian
imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP).
Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan
yeng terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat
kelumpuhan pada poliomyelitis (Dinkes Jateng, 2014). Poliomielitis merupakan
penyakit yang endemik di Indonesia sejak era pre-vaksin dan telah menimbulkan
beberapa kali kejadian luar biasa Setelah dilakukan program imunisasi pada
tahun 1978dan 1980, masih ada beberapa kali wabah polio yang terjadi. Pada
tahun 1988, Indonesia mencanangkan eradikasi poliomielitis pada tahun 2000.
Meskipun cakupan rutin dengan tiga dosis vaksin poliovirus oral (OPV3) sejak
tahun 1991 mencapai lebih besar dari 90% diantara anak-anak usia 1 tahun,
kasus-kasus polio masih ditemukan. Untuk memutus transmisi polio virus maka
ditetapkanlah Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yaitu 13-17 September 1995 dan
18-22 Oktober 1995. PIN juga dilaksanakan pada tahun 1996 dan 1997. Program
ini menghasilkan cakupan vaksinasi terhadap lebih dari 22 juta anak usia
dibawah 5 tahun (mewakili sekitar 100% populasi sasaran) (E. Suryawidjaja,
2005).

4
Imunisasi yang dimaksud untuk penyakit polio adalah imunisasi polio atau
vaksin polio. Polio ditandai dengan gejala demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku
di leher, serta sakit di tungkai bawah dan lengan. Polio menjadi beban kesehatan
masyarakat karena 1 dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan permanen dan
5-10% penderita kelumpuhan mengalami kelumpuhan pada otot-otot pernapasan
sehingga menyebabkan penderita meninggal (Profil Kesehatan Indonesia 2017).
Pencegahan dan pemberantasan virus polio sebenarnya sangat mudah
karena ada vaksin yang bagus dan efektif yaitu vaksin polio oral (OPV) dan
vaksin polio inaktif (IPV), dan hanya manusia satu-satunya reserfoire untuk
penyebaran virus polio. Penyebaran virus polio melalui fecal-oral, anak yang
terinfeksi virus polio mengekskresi virus polio melalui feses selama 14 hari
sampai 30 hari meski kemungkinanya sangat kecil. Pengunaan OVP biasanya
dinegara berkembang karena harganya terjangkau dan mudah pemberiannya,
sedangkan IPV biasanya digunakan di Negara maju karena efektivitasnya tinggi,
tidak menimbulkan masalah kelumpuhan pada penerima vaksin.
Program imunisasi di Negara Indonesia diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI). Pemerintah, bertanggungjawab dalam
menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan
kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan
imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan (Probandari, et al., 2013).

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah pengertian dari polio tersebut ?
2. Jenis-jenis polio apakah yang diketahui ?
3. Bagaimanakah tanda-tanda dan gejala polio tersebut ?
4. Apakah penyebab dari polio tersebut ?
5. Apa itu virus polio ?

5
6. Bagaimanakah pencegahan virus polio ?
7. Bagaimana pengobatan virus polio?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui tanda dan gejala polio
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan virus polio
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan virus polio
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan virus polio

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyakit polio


Polio atau poliomyelitis adalah penyakit paralis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini sebuah virus yang dinamakan
Polio Virus (PV). Penyakit ini terjadi pada anak-anak dan menyerang sistem
saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.
Menurut para ahli pengertian penyakit Polio sebagai berikut :
1. Menurut Martin Edward penyakit Polio adalah infeksi pada sistem saraf pusat
yang disebabkan oleh 3 virus berkeluarga dekat tapi berbeda. Serangan 1 tipe
virus akan memberikan kekebalan tubuh seumur hidup hanya untuk tipe virus
tersebut.
2. Menurut Sudrajat Suraatmaja penyakit Polio adalah suatu penyakit infiral
yang akut yang disebabkan penyakit infeksi virus polio tipe I,II,III dan
penyakit ini sering diderita oleh anak-anak umur 1-2 tahun.
3. Menurut Soedarto D. T. M. H penyakit Polio disebut juga infamtile paralisis
adalah radang sel-sel saraf tulang belakang (Spinal Cord) yang disebabkan
oleh virus Poliomyelitis dan menyebabkan penyakit yang berjalan akut.
2.2 Jenis-jenis polio
1. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang
mengatur pernapasan dan saraf kranial yang mengirim sinyal ke berbagai otot
yang mengontrol pergerakan mata,saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi,kelenjar air mata,gusi dan otot muka,saraf auditori
yang mengatur pendengaran;saraf glosofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbagai fungsi dikerongkongan,pergerakan lidah dan rasa dan
saraz,polio bulbar dapat menyebabkan kematian.5-10% penderita yang

7
menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak
bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah kerusakan pada saraf kranial yang
bertugas mengirim perintah bernapas ke paru-paru.Penderita juga dapat
meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan.Tingkat kematian karena
polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita.Hingga saat ini
mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru
besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang
bersamaan dan merupakan sub dari kelas polio paralisis. Polio paralisis tidak
bersifat permanen, penderita yang sembuh dapat memiliki funsi tubuh yang
mendekati normal.
2. Polio Paralisis Pinal Straing
Polio virus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun straing ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen kurang dari
sat penderita dari 200 penederita akan mengalami kelumpuhan.Kelumpuhan
paling sering ditemukan pada kaki. Setelah polio virus menyerang usu, virus
ini akan di serap oleh kapelar darah pada dinding usus dan diangkut seluruh
tubuh.Polio virus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motoric yang
mengontrol gerak fisik. Pasa perode inilah muncul gejalah seperti namun pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum difaksinasi, virus ini
akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang
otak.Infeksi ini akan memengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang
serabut saraf.Seiring dengan berkembangbiakan virus dalam sistem saraf
pusat virus akan menghancurkan neuron motorik. Neuron motorik tidak
memiliki kemampuan regenarasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak
akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelupuhan pada kaki
menyebabkan tungkai menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid
paralysis (AFP).

8
3. Polio non paralisis
Polio non paralisis menyebabkan demam, muntah,sakit perut,lesuh,
dan sensitif.Terjadi keram otot pada leher otot dan punggung,otot terasa
lembek saat disentuh
4. Polio Bulsospinal
Kira-kira 19% dari semua kasus polio paralitik yang memberikan
gejala bulbar dan spinal; subtype ini dikenal dengan polio Respiratori atau
polio Bulsospinal. Polio virus ini menyerang nervus frenikus, yang
mengontrol diafragma untuk mengembangkan paru-paru dan mengontrol otot
yang dibutuhkan untuk menelan.
2.3 Tanda dan gejala penyakit polio
Kebanyakan orang terinfeksi 90% tidak memiliki gejala atau gejalanya
sangat ringan serta tidak bisa dikenali. Adapun gejala-gejala klinik penderita
polio dibagi menjadi 4 kelompok :
a. Jenis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala klinik sama sekali
karena daya tahan tubuh cukup baik. Jenis ini dapat banyak waktu epidemic.
b. Jenis Aborti
Gejala ini timbul mendadak langsung beberapa jam sampai hari.
Gejalanya seperti infeksi virus lainnya yaitu mailase, anoreksia, nausea,
muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
c. Jenis Non Paralitik
Gejala kliniknya hampir sama dengan Polio Melitis Abortif hanya nyeri
kepala, nausea, dan muntah lebih hebat. Terdapat tanda-tanda rangsangan
meningeal tanpa adanya kelumpuhan. Suhu bisa naik 38-39ᵒC disertai nyeri
kepala dan nyeri otot. Bila penderita ditegakkan, kepala akan terjatuh
kebelakang (head drops). Bila penderita berusaha duduk dari sikap tidur maka
kedua lututnya ditekuk dengan menunjang kebelakang dan terlihat kekakuan
otot spinal (tripodsign).

9
d. Jenis Paralitik
Gejala kliniknya sama seperti Non Paralitik. Kemudian disertai
kelumpuhan yang biasanya timbul 3 hari setelah stadium prepralitik
(Simionescu, 2022).
2.4 Penyebab penyakit polio
Penyakit polio disebabkan oleh polio virus atau (PV), virus yang sangat
menular khusus untuk manusia. Virus ini terdiri dari 3 tipe yang dapat
menyebakan kelumpuhan. Tipe 1 (Tipe Brunhilde) dapat di isolasi dari hampir
semua kasus kelumpuhan, tipe 3 (Tipe Leon) lebih jarang demikian pula tipe 2
(Tipe Lansing) paling jarang. Tipe 1 menyebabkan wabah sebagian besar kasus
vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3 (Chin,2000 dalam surya 2007)
2.5 Virus polio
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human
Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio
terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3
(Leon), termasuk family Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan
kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum
tulang belakang akibat infeksi virus.
Poliomielitis merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan
paralisis ireversibel dan kematian pada anak.1 Predileksi virus polio pada sel
kornu anterior medula spinalis, inti motorik batang otak dan area motorik korteks
otak, menyebabkan kelumpuhan serta atrofi otot.
Kata poliomielitis berasal dari istilah medis untuk menggambarkan
dampak virus polio pada medula spinalis. Polio berasal dari bahasa Yunani yang
berarti abu-abu dan saraf tulang belakang (myelon).6 Polio diduga pertama kali
dikenal kira-kira 6000 tahun yang lalu. Pada mumi dari zaman Mesir kuno
ditemukan kelainan kaki, dan pada deskripsi Mesir kuno di tahun 1580-1350
sebelum Masehi yang digambarkan pendeta muda dengan sebelah kaki atrofi dan
telapak kaki pada posisi equinus.2 Deskripsi klinis pertama mengenai

10
poliomielitis dibuat oleh Michael Underwood, seorang dokter dari Inggris yang
melaporkan penyakit yang terutama menyerang anak-anak dan menyebabkan ke
lumpuhan menetap pada ekstremitas bawah.6 Pada awal abad ke-19 dilaporkan
kejadian luar biasa polio di Eropa dan pertama kali dilaporkan di Amerika
Serikat pada tahun 1843. Namun, angka kejadian polio terus meningkat menjadi
epidemi di awal abad ke-20. (Wolbert and Karla 2022)
2.6 Etiologi
Virus penyebab polio pertama kali ditemukan di tahun 1909 oleh
Karl Landsteiner dan Erwin Popper, dua orang dokter dari Austria.6 Virus
polio (VP) adalah virus RNA ultra mikroskopik yang termasuk genus
Enterovirus, dalam famili Picornaviridae. 2 virus single stranded 30% terdiri
dari virion, protein mayor (VP1 sampai 4) dan satu protein minor (VPg).
Virus terdiri dari 3 serotipe yaitu serotipe 1, 2, dan 3 masing-masing disebut
juga serotipe Mahoney, Lansing, dan Leon. Perbedaan ketiga jenis strain
terletak pada segmen nukleotida. Virus polio serotipe 1 adalah antigen yang
paling dominan dalam membentuk antibodi netralisasi. Serotipe 1 adalah
yang paling paralitogenik dan sering menimbulkan KLB, sedangkan serotipe
3 adalah yang paling tidak imunogenik.
2.7 Struktur virus polio

11
Virus polio terdiri dari genom RNA dan kapsid protein. Genomnya
adalah genom RNA (+ssRNA) beruntai tunggal yang panjangnya sekitar 7500
nukleotida. Partikel virus berdiameter sekitar 30 nm dengan simetri ikosahedral.
Karena genomnya yang pendek dan komposisinya yang sederhana hanya RNA
dan lapisan protein ikosahedral tak berselubung yang membungkusnya virus
polio secara luas dianggap sebagai virus signifikan yang paling sederhana.
Virus polio pertama kali diisolasi pada tahun 1909 oleh Karl Landsteiner
dan Erwin Popper. Struktur virus pertama kali dijelaskan pada tahun 1958
menggunakan difraksi sinar-X oleh tim di Birkbeck College yang dipimpin oleh
Rosalind Franklin,menunjukkan virus polio memiliki simetri icosahedral.
Pada tahun 1981, genom virus polio diterbitkan oleh dua tim peneliti
yang berbeda: oleh Vincent Racaniello dan David Baltimore di MIT dan oleh
Naomi Kitamura dan Eckard Wimmer di Stony Brook University Struktur tiga
dimensi virus polio ditentukan pada tahun 1985 oleh James Hogle di Scripps
Research Institute menggunakan kristalografi sinar-X. Virus polio adalah salah
satu virus dengan karakteristik paling baik, dan telah menjadi sistem model yang
berguna untuk memahami biologi virus RNA.
2.8 Patogenesis
Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rantang 3-35
hari.Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber
penularan.Virus ditularkan antar manusia melalui rute oro fekal.Penularan
melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan hygiene sanitasinya baik
sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oro fekal.Makanan dan
bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus,walaupun jarang terjadi.cara
penularan ini disebut droplet infection per-ora.Jika virus sudah masuk
kedalam mulut,virus tersebut akan masuk kedalam kelenjar getah bening
kemudian akan menuju peredaran darah akan menyebar ke usus dan dapat
pula menyebar ke otak,sehingga dapat ditemukan dalam liquor dan
menyebabkan kelumpuhan. Virus dapat lebih cepat lagi sampai ke otak

12
apabila pada anak-anak dilakukan operasi tonsillectomy,maka pembuluh
darah terpotong pada waktu operasi sehingga virus dapat langsung masuk
kepembuluh darah dan langsung ke otak.
Pada umumnya virus dapat ditemukan dalam swab tenggerokan dan
tinja sebelum gejala klinik pertama timbul. 1minggu setelah gejala klinik
timbul pada umumnya virus sudah menghilang dari tenggerokan tetapi masih
ada di dalam tinja.Virus masih terdapat didalam tinja setelah beberapa bula
penderita sembuh dari penyakit.Penularan melalui serangga belum bisa
dibuktikan.
Pada masa akhir inkubasi dan masa awal gejala.Para penderita polio
sangat poten untuk menularkan penyakit setelah terpajan daripenderita virus
polio dapat ditemukan pada secret pebderita 36 jam kemudian dan masih bisa
ditemukan sampai satu minggu serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-
6 minggu atau lebih
Virus polio dapat menyerang semua usia dengan tingkat kelumpuhan yang
bervariasi.Kelumpuhan yang terjadi hanya 1% saja.Darii semua
kelumpuhan hanya 90% akan sembuh dengan sendirinya dan sekitar 10%
akan mengalami kelumpuhan tetap.Angka kelumpuhn pada bayi lebih
kecil dari pada orang dewasa(O’ Grady, M dan Paul JB, 2022).
2.9 Penularan virus polio
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung Transmisi
langsung melalui droplet dan orofaring serta feses penderita yang menyebar
melalui jaringan yang terkontaminasi pada peralatan makanan dan minuman.
Sedangkan penularan dengan tidak langsung melalui sumber air, air mandi
dimana virus berada dalam air buangan masuk ke sumber-sumber air tersebut
dikarenakan sanitasi yang rendah.
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak didalam
tenggorokan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan melalui sistem
pembuluh darah dan getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan

13
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis)
Virus menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf pusat. Tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali,
dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul
gejala.
2.10 Pengobatan virus polio
 Pengobatan
Belum ada pengobatan antivirus spesifik untuk penyakit polio sampai saat ini.
Pencegahan merupakan satu-satunya jalan terbaik dalam menanggulangi
penyebaran penyakit ini. Selain itu, sanitas lingkungan serta kebersihan
perorangan akan meminimalkan virus yang masuk melalui saluran
pencernaan. Penyakit polio tidak dapat disembuhkan, sehingga pengobatan
yang dilakukan hanya untuk mengurangi gejala. Berikut ini beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk mengobati polio:
1. Istirahat cukup
2. Konsumsi antibiotik, obat penghilang rasa nyeri, obat anti kejang
3. Pakai ventilator untuk membantu pernapasan
4. Gunakan handuk hangat untuk meredakan nyeri otot
5. Rehabilitasi paru untuk meningkatkan fungsi paru
6. Lakukan terapi fisiologi (jika terjadi perubahan cara berjalan) atau terapi
untuk menyesuaikan cara bernapas yang baik.
2.11 Pencegahan virus polio
 Pencegahan penyakit polio :
a. Meningkatkan personal hygiene, sanitasi lingkungan dan perbaikan gizi
b. Mengurangi aktivitas jasmani yang berlebihan
c. Di daerah wabah sebaiknya dihindari faktor-faktor predisposisi seperti :
tonsilektomi, suntik, dll.

14
d. Pemberian imunisasi aktif seperti : Salk melalui suntikan dan Sabin
melalui oral.
e. Jangan masuk ke daerah wabah.
 Pencegahan poliomeilitis
Pencegahan yang paling efektif terhadap penyakit poliomeilitis adalah dengan
pemberian vaksin.
 Vaksin poliomeilitis
Pada saat ini ada 2 jenis vaksin polio yaitu OPV (Oral Polio Vaccine) dan IPV
(Inactivated Polio Vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan
IPV diberikan melalui suntikan (dalam kemasan sendiri )
a. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan
memberikan perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam
menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral. Setelah
vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, dapat menyebar ke orang
lain dalam kontak dekat.
b. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus
Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk
imunisasi rutin terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh
Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan
dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut. tOPV tidak mahal, efektif dan
memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe virus
Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan
vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus
dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.
Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian dilanjutkan
dengan imunisasi dasar. Untuk imunisasi dasar, diberikan pada umur 2,4,
dan 6 bulan. Pada PIN (Pekan Imunisasi Nasional) semua balita harus
mendapat imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali pada

15
penyakit dengan daya tahan tubuh menurun (Imunokompromais). Bila
pemberiannya terlambat, jangan mengulang pemberiannya dari awal tetapi
lanjutkan dan lengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal. Pemberian
imunisasi polio pada remaja dan dewasa yang belum pernah imunisasi dan
pekerja kontak dengan penderita polio. Bagi ibu yang anaknya diberikan
OVP, diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi dasar. Pemberian
ASI tidak berpengaruh terhadap respon pembentukan daya tahan tubuh
terhadap polio, jadi saat pemberian vaksin, anak tetap bisa meminum ASI.
Imunisasi polio ulangan (penguat) diberikan saat masuk sekolah (5-6
tahun) dan dosis berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun (Agarawal,
M & Bhaduria, A.S. 2011)
2.12 Diagnosa laboratorium
Metode diagnosis saat ini adalah reaksi berantai polimerase (PCR)
untuk mendeteksi virus polio, yang dapat diisolasi dari sampel tinja, usap
tenggorokan, darah, dan cairan serebrospinal (CSF). Sampel tinja orang
yang terinfeksi adalah sumber sampel utama. Virus ini dikeluarkan
sebentar-sebentar dalam jangka waktu 1 hingga 2 bulan setelah infeksi.
Secara keseluruhan, 80% orang yang terpapar mengeluarkan virus dalam
2 minggu pertama, dan angka ini menurun menjadi sekitar 25% pada
minggu ketiga. Oleh karena itu, idealnya 2 sampel tinja harus diambil
dengan selang waktu 24 jam dalam waktu 2 minggu untuk
memaksimalkan kemungkinan isolasi virus. 11Kehadiran virus di
orofaring biasanya terjadi pada awal infeksi. Virus ini jarang dapat
diisolasi dari CSF pada kasus meningitis aseptik. Selama fase pertama
viremia (3-5 hari setelah infeksi), virus dapat diisolasi dari darah, namun
hal ini tidak penting untuk diagnostic (Wilson, W.R. 2015)

16
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Poliomyelitis atau yang lebih sering disebut penyakit polio adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus polio.Polio ditularkan melalui air atau
makanan yang terkontaminsi, atau melalui kontak dengan penderita polio.Virus
polio menyerang otak dan saraf tulang belakang penderitanya dan bisa
menyebabkan kelumpuhan. Didaerah dengan sanitasi yang buruk,virus mudah
menyebar melalui rute fekal -oral, melalui air liur atau makanan yang terinfeksi
virus juga dapat menyebabkan polio. Imunisasi merupakan Tindakan yang paling
efektif dalam mencegah penyakit polio.
1.2 Saran
Demikian makalah yang telah saya susun,saya menyadari bahwa masih
terdapat bebrapa kekurangan dalam penulisan makalah ini,saya sebagai penyusun
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa
memahami pokok bahasan,bagi para pembacanya dan khususnya bagi saya
sebagai penyusun.

17
DAFTAR PUSTAKA
E. Suryawidjaja, J., 2011. Resurgensi poliomyelitis : status terkini dari infeksi
poliovirus di Indonesia. Universa Medicina, 24(2), pp. 92-102.
Ghafoor, S. & Sheikh, N., 2016. Eradication and Current Status of Poliomyelitis in
Pakistan : Ground Realities. Journal of Immunology Research, Volume 2016,
pp. 1-6.
KESMAS,2016.EpidemiologiPolio,Jakarta: http://www.indonesianpublichealth.com.
MENKES RI, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta: Menteri Kesehatan
RI
Wolbert JG, Higginbotham K. Poliomyelitis. [Updated 2022 Jun 21]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
O'Grady M, Bruner PJ. Polio Vaccine. [Updated 2022 Jan 23]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Mehndiratta MM, Mehndiratta P, Pande R. Poliomyelitis: historical facts,
epidemiology, and current challenges in eradication. Neurohospitalist. 2014
Oct;4(4):223-9. doi: 10.1177/1941874414533352. PMID: 25360208;
PMCID:PMC4212416.
Agarawal, M & Bhaduria, A.S. 2011. Modeling Spread of Polio with the Role of
Vaccination. AAM:Intern. J. Vol.6 ,issue 2:552-571.
Wilson, W.R. 2015. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. USA :
McGraw - Hill Companies, Inc

18
19

Anda mungkin juga menyukai