Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS ILMIAH

“ POLIO ”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 11

Kelas C

Marwia Aulia Zulkifli N20116053

Amalia Putri Tuwo N20116118

Monica Tri Yudana Putri N20116168

Annisa Ulfa Dayana N20116228

2019
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita kesempatan,
kesehatan, waktu luang serta fasilitas sehingga penyusun mampu
merampungkan karya tulis ilmiah ini tanpa ada kesulitan yang berarti.
Salam serta shalawat kepada suri tauladan sekaligus nabi terakhir yang
diutus untuk seluruh manusia, Muhaammad SAW. Yang telah berjuang
maksimal demi agama Islam ini.
Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Penyakit Tropis dan Traumatologi Bencana di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Tadulako. Ucapan terimakasih penyusun haturkan
kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam pembuatan makalah ini.
Namun, sebagai manusia yang tak terlepas dari kesalahan,
penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam makalah ini
terdapat banyak kesalahan, baik itu ejaan, kekurangan huruf, kesalahan
kalimat, ataupun format dll. Untuk itu, saran serta kritik yang membangun
sangat penyusun harapkan sebagai pertimbangan pembuatan karya tulis
selanjutnya.
Terlepas dari itu semua, besar harapan penyusun, karya tulis ini
dapat membantu dalam perkuliahan Penyakit Tropis dan Traumatologi
Benca sebagai referensi bagi teman-teman mahasiswa maupun dosen.
Sekian.

Palu, 16 September 2019

Tim Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan .....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
1. Tujuan Umum........................................................................................3
2. Tujuan Khusus......................................................................................3
C. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II Hasil dan Pembahasan.....................................................................5
A. Pengertian Polio..........................................................................................5
B. Epidemiologi Polio.......................................................................................5
C. Etiologi Polio................................................................................................6
D. Faktor Penyebab Penyakit Polio...............................................................7
E. Masa Inkubasi Polio....................................................................................8
G. Mekanisme Penularan Polio......................................................................9
H. Diagnosis......................................................................................................9
I. Dampak Penyakit Polio.............................................................................10
J. Upaya Pencegahan, Pengobatan, dan Rehabilitasi Polio ....................10
1. Upaya Pencegahan......................................................................10
2. Upaya Rehabilitasi........................................................................11
K. Hasil Temuan Terbaru...............................................................................13
BAB III Penutup .........................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Poliomielitis adalah penyakit menular akut yang disebabkan
oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu
sumsum tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan
batang otak (brain stem); dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan
distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen.
Pertama sekali ditemukan oleh Jacob Heine (1840) yaitu
seorang ortopedikberkebangsaan Jerman, dimana ia mengidentifikasi
berbagai gejala dan gambaran patologi dari penyakit ini. Pada tahun
1890, Medin seorang dokter anak berkebangsaan Swedia
mengemukakan berbagai data epidemiologi penyakit Poliomielitis.
Atas jasa kedua sarjana ini, maka Poliomielitis disebut juga sebagai
penyakit Heine-Medin. Tahun 1908, Landsteiner dan Popper berhasil
memindahkan penyakit ini pada kera melalui cara inokulasi jaringan
sumsum tulang belakang penderita yang meninggal akibat penyakit
Poliomielitis. Tahun 1949 Enders, Weller dan Robbins dapat
menumbuhkan virus ini pada sel-sel yang bukan berasal dari susunan
syaraf, sehingga memungkinkan ditelitinya patogenesis dan
perkembangan vaksin polio.
"Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia
yang menghasilkan permulaan program inisiatif global untuk
pemberantasan polio pada tahun 1988. Sebagian polio positif yang
diakibatkan oleh enterovirus RNA ini dikenal dengan kemampuannya
untuk mempengaruhi sebuah bagian dari sumsum tulang belakang,
dan mengakibatkan terjadinya Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau
dapat menyebabkan kematian jika otot pernapasan atau tenggorokan
mendapat lumpuh tetapi untungnya tidak banyak kasus yang terjadi.
Terdapat tiga serotypes dari virus polio, di dunia kasus infeksi dari 1
per 200-2000 kasus tergantung pada jenis serotype virus. Tingkat
fatality biasanya dari 5 hingga 10% dalam kasus-kasus lumpuh. World

1
Health Organization (WHO) 27 tahun yang lalu telah mencapai
keberhasilan luar biasa dalam mengurangi jumlah polio di negara-
negara endemik, dari 125 negara di penjuru dunia hanya ada 3
negara termasuk Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria, di mana Wild
Polio Virus (WPV) transmisinya belum terputus walaupun angka kasus
terjadinya polio telah turun di bawah angka 99% dibandingkan dengan
350.000 kasus baru per tahun.
Kemudian pada bulan Mei 2012, World Health Assembly
(WHA) mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu
kedaruratan kesehatan masyarakat dan perlu disusun suatu strategi
menuju eradikasi polio. Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi
bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South East
Asia Region (SEAR) pada bulan Maret 2014, sementara itu dunia
masih menunggu negara lain yang belum bebas polio yaitu
Afganistan, Pakistan dan Nigeria. Untuk mempertahankan
keberhasilan tersebut dan untuk melaksanakan strategi menuju
eradikasi polio di dunia, Indonesia melakukan beberapa rangkaian
kegiatan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian
vaksin trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio
Vaccine (bOPV) dan introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada
akhir tahun 2020 diharapkan penyakit polio telah berhasil dihapus dari
seluruh dunia.
Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio,
Pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO)
yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi
masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan
surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP). Surveilans AFP merupakan
pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yeng terjadi secara
mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada
poliomyelitis (Dinkes Jateng, 2014). Untuk memutus transmisi polio
virus maka ditetapkanlah Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yaitu 13-17
September 1995 dan 18- 22 Oktober 1995. PIN juga dilaksanakan

2
pada tahun 1996 dan 1997. Program ini menghasilkan cakupan
vaksinasi terhadap lebih dari 22 juta anak usia di bawah 5 tahun
(mewakili sekitar 100% populasi sasaran).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan KTI yaitu untuk
mengetahui dan lebih mengenali terkait penyakit polio, sehingga
dapat memberikan wawasan terkait polio.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan KTI yaitu :
a. Untuk mengetahui pengertian polio
b. Untuk mengetahui Epidemiologi polio
c. Untuk mengetahui Etiologi polio
d. Untuk mengetahui Faktor yang dapat menyebabkan penyakit
polio
e. Untuk mengetahui Masa Inkubasi Polio
f. Untuk mengetahui Gambaran klinis
g. Untuk mengetahui Mekanisme Penularan
h. Untuk mengetahui Diagnosis
i. Untuk mengetahui Dampak penyakit
j. Untuk mengetahui Upaya pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi
k. Untuk mengetahui Hasil temuan penyakit polio
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan KTI yaitu :
1. Agar masyarakat dapat dapat mengetahui pentingnya informasi
mengenai penyakit polio.
2. dapat mengetahui pengertian polio
3. dapat mengetahui Epidemiologi polio
4. dapat mengetahui Etiologi polio
5. dapat mengetahui Faktor yang dapat menyebabkan penyakit polio
6. Dapat mengetahui Masa Inkubasi Polio
7. Dapat mengetahui Gambaran klinis
8. Dapat mengetahui Mekanisme Penularan
9. Dapat mengetahui Diagnosis
10. Dapat mengetahui Dampak penyakit
11. Dapat mengetahui Upaya pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi
12. Dapat mengetahui Hasil temuan penyakit polio

3
4
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Polio
Poliomyelitis (polio) adalah penyakit menular yang sangat
berbahaya. Penyakit ini disebabkan oleh Virus polio yang berasal dari
genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui
kotoran (feses) atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus
polio bisa masuk melalui tetesan cairan seperti ludah, batuk ataupun
bersin sehingga menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan
mudah bila tangan terkontaminasi atau benda-benda yang
terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut. Virus polio berkembang
biak di tenggorokan dan usus selama 4 sampai 35 hari, kemudian
akan dikeluarkan melalui tinja selama beberapa minggu kemudian.
Dalam beberapa kondisi, infeksi virus ini dapat menyebar ke aliran
darah dan menyerang sistem saraf (Hutagalung, 2015).
B. Epidemiologi Polio
Pada tahun 1988, menteri kesehatan dari berbagai negara
anggota World Health Organization (WHO) menyerukan gerakan
eradikasi polio. Hasil dari gebrakan ini adalah menurunnya insidens
polio lebih dari 99% pada tiga regional WHO (Amerika, Pasifik Barat,
dan Eropa) dan mendapat sertifikasi bebas polio. Program intensif
untuk eradikasi polio di Asia Tenggara dengan menggunakan trivalent
OPV (tOPV) menyebabkan penurunan angka kejadian polio (Satari
dkk, 2017).
Tahun 2012 disebut sebagai titik balik bagi negara- negara
endemis polio. Kasus baru infeksi virus polio liar berkurang dari
perkiraan 350.000 kasus di 125 negara (pada tahun 1988) menjadi
hanya 748 kasus di tahun 2000, dan kurang dari 250 kasus di lima
negara pada tahun 2012 (Satari dkk, 2017).
India dinyatakan telah berhasil menghentikan transmisi virus
polio liar di tahun 2011.Saat ini, hanya tinggal dua negara yang masih
endemis polio, yaitu Pakistan dan Afganistan. Nigeria yang
sebelumnya juga termasuk negara endemis, sudah tidak melaporkan

5
lagi kasus polio liar sejak 24 Juli 2014 dengan didukung oleh
surveillance AFP yang baik (Satari dkk, 2017).
Poliomielitis adalah suatu penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan
manusia merupakan satu-satunya reservoir untuk poliomielitis.
Poliomielitis sedikit lebih banyak menyerang anak laki- laki
dibandingkan anak perempuan, dan lebih sering dialami oleh anak-
anak yang tidak mendapatkan vaksinasi, terutama bagi mereka yang
tinggal di daerah yang penduduknya padat dan dengan sanitasi yang
buruk (Pontoh dkk, 2015).
Poliomielitis disebabkan oleh infeksi dari genus enterovirus
yang dikenal dengan poliovirus. Terdapat tiga serotipe dari poliovirus,
yaitu: poliovirus tipe 1 (Brunhilde/PV1), tipe 2 (Lansing/PV2), dan tipe
3 (Leon/PV3). Transmisi penyakit ini sangat mudah lewat oral-oral
(orofaringeal) dan fekal-oral (intestinal). Polio sangat infeksius antara
7-10 hari sebelum dan sesudah timbulnya gejala, tetapi transmisinya
mungkin terjadi selama virus berada di dalam saliva atau feses
(Pontoh, 2015).
C. Etiologi Polio
Virus penyebab polio pertama kali ditemukan di tahun 1909
oleh Karl Landsteiner dan Erwin Popper, dua orang dokter dari
Austria. Virus polio (VP) adalah virus RNA ultra mikroskopik yang
termasuk genus Enterovirus, dalam famili Picornaviridae. Virus
singlestranded 30% terdiri dari virion, protein mayor (VP1 sampai 4)
dan satu protein minor (VPg). Virus terdiri dari 3 serotipe yaitu serotipe
1, 2, dan 3 masing-masing disebut juga serotipe Mahoney, Lansing,
dan Leon. Perbedaan ketiga jenis strain terletak pada segmen
nukleotida. Virus polio serotipe 1 adalah antigen yang paling dominan
dalam membentuk antibodi netralisasi. Serotipe 1 adalah yang paling
paralitogenik dan sering menimbulkan KLB, sedangkan serotipe 3
adalah yang paling tidak imunogenik (Satari, 2017).
Poliovirus masuk kedalam tubuh melalui mulut, menginfeksi sel
yang pertama ditemuinya, yaitu di faring dan mukosa saluran cerna.

6
Virus ini masuk dan berikatan dengan immunoglobulin-like receptor,
yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada membran
sel. Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini bertahan selama sekitar 1
minggu, kemudian menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna
dan kelenjar limfa mesenterik dan servikal dimana virus ini
berkembang biak. Selanjutnya, virus ini masuk ke dalam aliran darah.
Poliovirus dapat bertahan dan berkembang biak dalam darah dan
kelenjar limfa untuk waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu
(Pontoh, 2015).
D. Faktor Penyebab Penyakit Polio
Virus polio dapat menular melalui kontak langsung dengan
orang yang sudah terinfeksi, atau melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Orang yang membawa virus polio dapat
menyebarkan virus tersebut melalui feses atau melalui udara saat
orang yang sudah terinfeksi tersebut batuk atau bersin. Ketika virus
memasuki mulut seseorang, virus tersebut akan berjalan masuk ke
saluran pencernaan, dimana virus tersebut akan mulai menggandakan
diri.
Dalam beberapa kasus, virus juga bisa memasuki pembuluh
darah dan menyebar ke sistem saraf. Orang yang sudah terinfeksi
dengan virus dapat menyebarkan virus polio tersebut bahkan sebelum
gejala muncul sampai beberapa minggu setelahnya. Orang yang
terinfeksi polio dan tidak mengalami gejala apapun tetap bisa
menularkan polio kepada orang lain.

E. Masa Inkubasi Polio


Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari,
dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Kebanyakan orang
terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan
dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu
demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri
di tungkai (Satari dkk, 2017).

7
F. Gambaran Klinis Polio
Gejala klinik bermacam-macam dan digolongkan sebagai berikut:
1. Jenis asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala klinik sama
sekali karena daya tahan tubuh cukup baik. Jenis ini banyak
terdapat waktu epidemi.
2. Jenis abortif
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejala seperti infeksi virus lainnya, yaitu: malaise, anoreksia,
nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan
nyeri abdomen.
3. Jenis non-paralitk
Gejala kliniknya hampir sama dengan poliomielitis abortif, hanya
nyeri kepala, nausea, dan muntah lebih hebat. Terdapat tanda-
tanda rangsangan meningeal tanpa adanya kelumpuhan. Suhu bisa
naik sampai 38-39o C disertai nyeri kepala dan nyeri otot. Bila
penderita ditegakkan, kepala akan terjatuh kebelakang (head
drops). Bila penderita berusaha duduk dari sikap tidur maka kedua
lututnya ditekuk dengan menunjang kebelakang dan terlihat
kekakuan otot spinal (tripod sign).
4. Jenis paralitik
Gejala kliniknya sama seperti pada jenis non-paralitik, kemudian
disertai kelumpuhan yang biasanya timbul 3 hari setelah stadium
preparalitik.
G. Mekanisme Penularan Polio
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang
anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui
mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke
lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat
melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi
yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang
anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat
menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses.
Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus
polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus

8
polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar
bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini
membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam”
menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain (Kemenkes, 2019).
H. Diagnosis
Diagnosis poliomielitis paralitik ditegakkan berdasarkan
anamnesis yaitu adanya kelumpuhan flaksid yang mendadak pada
salah satu atau lebih anggota gerak dengan refleks tendon yang
menurun atau tidak ada pada anggota gerak yang terkena, yang tidak
berhubungan dengan penyebab lainnya, dan tanpa adanya gangguan
sensori atau kognitif. (Pontoh, A, 2015)
Virus polio dapat diisolasi dan dibiakkan dari bahan hapusan
tenggorok pada minggu pertama penyakit, dan dari tinja sampai
beberapa minggu. Bila pemeriksaan isolasi virus tidak dapat
dilakukan, maka dipakai pemeriksaan serologi berupa tes netralisasi
dengan memakai serum pada fase akut dan konvalesen. Selain itu
bisa juga dilakukan pemeriksaan complement fixation (CF). (Pontoh,
2015)
Diagnosis laboratorik biasanya berdasar-kan ditemukannya
poliovirus dari sampel feses atau dari hapusan faring. Antibodi dari
poliovirus dapat didiagnosis, dan biasanya terdeteksi di dalam darah
pasien yang terinfeksi. Hasil analisis cairan serebrospinal yang diambil
dari pungsi lumbal didapati adanya peningkatan jumlah leukosit serta
protein juga sedikit meningkat. Dapat juga dilakukan pemeriksaan
khusus yaitu kecepatan hantar saraf dan elektromiografi.4 (Pontoh, ,
2015)
I. Dampak Penyakit Polio
Penyakit polio (Poliomyelitis) tersebut dinilai berbahaya karena
dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak yang menyebabkan
kelumpuhan pada organ dalam, kelumpuhan pada kaki, otot-otot dan
bahkan kematian (polio bulbar). Beberapa komplikasi yang sering
ditemukan, yaitu: equinus foot (club foot), deformitas, gangguan

9
pergerakan sendi, skoliosis, osteoporosis, neuropati. dan komplikasi
akibat tirah baring lama (Pontoh, 2015)
Prognosis tergantung pada beratnya penyakit. Pemulihan
motorik pada poliomielitis umumnya cukup baik. Pada kasus polio
spinal, bila sel-sel saraf rusak total maka kelumpuhan dapat menetap.
Prognosis buruk pada bentuk bulbar. Kematian biasanya terjadi
karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder
pada jalan napas (Pontoh, 2015)
J. Upaya Pencegahan, Pengobatan, dan Rehabilitasi Polio
1. Upaya Pencegahan
UU Kekarantinaan Kesehatan memiliki tujuan melindungi
masyarakat dari penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan
masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat; mencegah dan menangkal penyakit dan/atau faktor
risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat; meningkatkan ketahanan
nasional di bidang kesehatan masyarakat; dan memberikan
pelindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan petugas
kesehatan.
Kegiatan kekarantinaan kesehatan tidak hanya dilakukan
pada manusia melainkan juga pada alat angkut seperti kapal,
pesawat udara dan kendaraan darat; dan barang seperti produk,
hewan, tumbuhan, jenazah dan abu jenazah yang berpotensi
menimbulkan bahaya kesehatan dan menyebar lintas wilayah dan
lintas negara. Kekarantinaan dilakukan di pintu masuk negara
seperti pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas darat
negara. UU Kekarantinaan Kesehatan juga mengatur kepada
setiap orang yang datang dari negara yang mengalami KKMMD,
pejabat karantina Kesehatan melakukan penapisan, pemberian
kartu kewaspadaan kesehatan, pemberian informasi tentang cara
pencegahan, pengobatan, dan pelaporan suatu KKMMD, dan
pengambilan spesimen dan sampel.

10
Penyakit polio dapat dicegah melalui vaksinasi. Vaksinasi
merupakan salah satu tindakan kekarantinaan kesehatan melalui
peningkatan kekebalan tubuh secara aktif. Berperilaku yang
mendukung hidup bersih dan sehat seperti penggunaan jamban
sehat, cuci tangan pakai sabun, penggunaan air bersih dan gizi
seimbang (Yuningsih, 2018).
2. Upaya Rehabilitasi
Menurut Pontoh (2015) upaya rehabilitasi medik pada
penderita polio, yaitu terdiri dari :
a. Fase akut (< 2 minggu)
Ditekankan tindakan suportif dan upaya pencegahan
kerusakan sel-sel kornu anterior medula spinalis yang
permanen serta mencegah kecacatan, yang meliputi:
- Istirahat di tempat tidur (sebaiknya dirawat di rumah sakit)
dan diet yang adekuat
- Aktivitas fisik dan trauma dihindari selama fase preparalitik
- Karena adanya demam dan nyeri otot, diberikan obat
analgetik dan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
spasme otot
- Posisi tidur diatur yang nyaman bagi anak dan cegah
kontraktur, kalau perlu dengan splinting. Pada awalnya otot-
otot terasa nyeri, sehingga anak menolak untuk meluruskan
tungkainya. Secara lembut dan pelan luruskan lengan dan
tungkainya sehingga anak berbaring dalam posisi yang baik.
Buat lengan, pinggul (hip, dan tungkai selurus mungkin.
Berikan penyokong pada kaki. Untuk mengurangi nyeri,
letakkan bantalan di bawah lutut.
b. Fase subakut (2 minggu - 2 bulan)
Latihan pasif atau latihan aktif yang ringan dapat mulai
diberikan. Pada akhir fase ini, penderita bisa di latih berdiri.
c. Fase penyembuhan (2 bulan – 2 tahun)
Pada fase ini dilakukan pemeriksaan manual muscle test (MMT)
pertama, untuk menentukan pemberian jenis ortosis pada
anggota gerak dengan kekuatan otot <3. Jenis ortosis yang

11
diberikan tergantung pada letak otot yang lemah (MMT <3),
misalnya:
- Bila kekuatan otot-otot pinggul <3, ortosis yang dipakai
HKAFO
- Bila terdapat kelemahan otot-otot lutut maka yang dipakai
KAFO
- Bila terdapat kelemahan otot-otot pergelangan kaki, maka
yang dipakai AFO
Evaluasi kekuatan otot (MMT) dilakukan setiap 3 bulan. Fase
penyembuhan bisa terjadi sampai 2 tahun sehingga bila dalam
kurun waktu tersebut terdapat perbaikan kekuatan otot, maka
ortosis bisa diubah menjadi yang lebih sederhana atau bahkan
ortosisnya bisa dilepas.
d. Fase Kronis (> 2 tahun)
Bila sampai 2 tahun setelah lumpuh tidak terjadi perbaikan
kekuatan otot, maka ortosis dipakai seumur hidup untuk
mencegah komplikasi yang lain, misalnya: karena adanya
perbedaan panjang tungkai dan tanpa koreksi akan menimbulkan
skoliosis, atau karena adanya kekuatan otot pergelangan kaki
yang tidak seimbang tanpa koreksi, maka akan terjadi pes
equinus. Kadang-kadang pada fase ini memerlukan tindakan
operasi bila terdapat pemendekan otot atau kontraktur sendi yang
tidak dapat diperbaiki dengan tindakan fisioterapi maupun dengan
ortosis.
Pada penderita poliomielitis selain dilakukan latihan
penguatan untuk otot-otot yang mengalami kelemahan, juga perlu
dilakukan latihan penguatan pada otot-otot yang tidak mengalami
kelemahan, terutama otot-otot ekstremitas superior, untuk
persiapan penggunaan ortosis atau alat bantu seperti wheelchair
dan crutches
K. Hasil Temuan Terbaru
Wabah penyakipolio terdeteksi di Papua Nugini sejak 22 Juni
2018. Atas kejadian tersebut, WHO menetapkan status KKMMD
sebagai amanat dari IHR 2005. Hingga pertengahan bulan Oktober

12
2018, terdapat 18 kasus polio di tujuh provinsi di Papua Nugini yaitu
Morobe, Enga, Madang, The National Capital District, Eastern
Highlands Province, Jiwaka dan East Sepik. Wilayah Papua yang
berbatasan dengan Papua Nugini seperti Pegunungan Bintang,
Keerom, Merauke, Boven Digoel, dan Kota Jayapura. Provinsi Papua
perlu melakukan upaya pencegahan penyebaran wabah polio lintas
negara tersebut. Tindakan karantina kesehatan yang dilakukan antara
lain pemberian vaksinasi, karantina wilayah berdasarkan penyelidikan
epidemiologi, upaya penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan.
DPR melalui fungsi pengawasan dapat memantau pelaksanaan UU
Karantina Kesehatan di Provinsi Papua (Yuningsih, 2018).
Dikutip dari CNN Indonesia menyatakan bahwa Kamerun
mengumumkan keadaan darurat umum setelah dilaporkan adanya
kasus polio di bagian utara negara tersebut.
Kementerian Kesehatan setempat mengatakan bahwa kasus ini
menjadi kasus yang menarik perhatian pemerintah karena wabah
polio kembali muncul di negara ini setelah empat tahun virus tersebut
menghilang. Kasus polio tipe dua ini dikonfirmasi ditemukan di daerah
Mada di bagian utara Kamerun yang terpencil. Kawasan ini
berbatasan dengan Chad dan Nigeria.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Poliomielitis merupakan penyakit menular yang dapat
menyebabkan paralisis ireversibel dan kematian pada anak.
2. Virus polio (VP) adalah virus RNA ultra mikroskopik yang termasuk
genus Enterovirus, dalam famili Picornaviridae.
3. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan manusia merupakan
satu-satunya reservoir untuk poliomielitis. Poliomielitis sedikit lebih
banyak menyerang anak laki-laki dibandingkan anak perempuan,
dan lebih sering dialami oleh anak-anak yang tidak mendapatkan
vaksinasi.
4. Faktor penyebab penyakit polio beragam. Dimulai dari sisi manusia
sebagai agent yaitu ketika seseorang mengalami defisiensi sistem
imun, virus polio sebagai pejamu, dan faktor lingkungan dengan
sanitasi buruk.
5. Gejalanya yaitu adanya kelumpuhan flaksid mendadak pada salah
satu atau lebih anggota gerak tanpa adanya gangguan sensori atau
kognitif.
6. Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan
kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari
7. Diagnosis poliomielitis paralitik ditegakkan berdasarkan anamnesis
yaitu adanya kelumpuhan flaksid yang mendadak pada salah satu
atau lebih anggota gerak dengan refleks tendon yang menurun
atau tidak ada pada anggota gerak yang terkena.
8. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif dan
menghindari daerah endemis.
9. Tujuan rehabilitasi pada penderita poliomielitis ialah meningkatkan
kualitas hidup dan mempertahankan kemampuan fungsional yang
ada agar penderita memiliki produktivitas sesuai kemampuan.

14
B. Saran

15
Daftar Pustaka

16

Anda mungkin juga menyukai