Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA

Disusun oleh :

Febri Aji Styawan

(14.401.18.025)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada
kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah tentang Prosedur Tindakan
Keperawatan Pada Lansia dengan baik. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata
kuliah Gerontik yang diberikan oleh Bapak Siswoto. Ucapan terimakasih kami sampaikan
kepada Bapak Siswoto selaku dosen mata kuliah Gerontik yang telah memberikan pengajaran
kepada kami, serta kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah Prosedur Tindakan Keperawatan Pada Lansia ini dapat dijadikan
referensi bagi mahasiswa untuk lebih memahami bagaimana cara melaksanakan Prosedur
Tindakan Keperawatan Pada Lansia yang baik dan benar.

Makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Banyuwangi, 16 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................2
A. Perubahan Kognitif Lansia................................................................................................2
B. Dimensia...........................................................................................................................2
C. Pengenalan dini dementia.................................................................................................4
D. Latihan kognitif pada lansia..............................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.

Kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang lansia biasanya mulai menurun.
Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas oleh
seseorang pengamat biasa meskipun mereka berdampak pada beberapa lansia lebih dari
yang lain.

Menurunnya kesehatan fisik, mental dan lainnya pada lansia menjadikan keperawatan
lansia sangat berbeda, terlebih keadaan fisik yang mepengaruhi mental pada lansia sangatlah
berpengaruh pada proses kesembuhan atau kesejahteraan lansia itu sendiri. Maka dari itu
penting bagi seorang perawat mengetahui dan memahami bagai mana proses keperawatan
lansia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan Prosedur Tindakan Keperawatan Pada Lansia
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami
a. Perubahan kognitif pada lansia
b. Dimensia pada lansia
c. Pengenalan dini dementia
d. Latihan kognitif pada lansia

1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Kognitif Lansia
Aktivitas yang dilakukan lansia dapat dibagi menjadi aktivitas yang lebih banyak
melibatkan fisik, dan aktivitas yang lebih banyak melibatkan kognisi, atau yang
disebut dengan aktivitas kognitif. Kognisi mencakup proses untuk
mengidentifikasi, memilih, mengartikan, menyaring, dan menggunakan informasi
yang masuk akal.
(Djajasaputra & Halim, 2019) terdapat empat kelas fungsi kognitif, yaitu fungsi
penerimaan, fungsi memori dan pembelajaran, fungsi berpikir, dan fungsi
ekspresif. Fungsi- fungsi ini pada akhirnya dapat diukur berdasarkan 4 aspek
kognitif, yaitu atensi, memori, bahasa, dan fungsi eksekutif.
Saat menua, terdapat penurunan fungsi pada lansia, termasuk fungsi kognitifnya.
Dimensi kognitif yang dapat mengalami penurunan fungsi saat menua adalah
kecepatan serta ketepatan dari proses berpikir yang berkaitan dengan penggunaan
panca indera, atensi, memori motorik serta visual, fungsi pembedaan,
perbandingan, dan kategorisasi [ CITATION San11 \l 1033 ].[ CITATION Joh15 \l 1033 ] juga
menambah- kan bahwa lansia akan mengalami penurunan juga dalam mempelajari
hal- hal baru. [ CITATION San11 \l 1033 ] juga menyam- paikan bahwa lansia akan
memilih informasi-informasi yang relevan baginya, karena mereka mulai
mengalami kesulitan dalam mencerna informasi baru, apalagi dalam jumlah
banyak.
Perubahan fungsi kognitif yang pasti akan terjadi pada lansia dapat berdampak
pada meningkatnya frekuensi gangguan fungsi kognitif dan mental pada lansia,
seperti demensia dan depresi. Prevalensi dan insiden demensia maupun
depresi tergo- long cukup besar dengan pengeluaran biaya perawatan yang
tidak sedikit
B. Dimensia
1. Definisi
Demensia adalah jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak akan mati secara bertahap
seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sel-sel otak penderita demensia akan mati

3
dengan cepat dan volume otak mereka akan menyusut, menyebabkan kerusakan parah
terhadap fungsi otak. Pasien penderita demensia bukan saja bisa menjadi pelupa, tetapi
juga memiliki masalah dengan pemahaman, bahasa, pembelajaran, perhitungan, dan
penilaian. Kepribadian dan perilaku mereka juga bisa berubah.
Ada tiga kategori utama demensia:

a. Penyakit Alzheimer (AD) merupakan jenis demensia yang paling umum.


Penyebab AD belum diketahui dengan jelas saat ini, dan merupakan proses
degenerasi yang progresif.
b. Demensia vaskular dipicu oleh stroke dan gangguan serebrovaskular yang
menyebabkan kerusakan otak. Degenerasi bisa terjadi secara tiba-tiba dan cepat.
20% dari pasien penderita demensia termasuk ke dalam kategori ini.
Jenis lain dari demensia bisa disebabkan oleh depresi, kurangnya asupan nutrisi,
hipotiroidisme, dan keracunan obat. Dalam kasus ini, pasien bisa meringankan
kondisi kesehatan mereka dengan pengobatan tertentu. Beberapa demensia bisa
disebabkan oleh gangguan lain seperti penyakit Parkinson dan AIDS, dll.

2. Faktor risiko demensia


a. Usia: Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun.
Risiko demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya
usia.
b. Riwayat kesehatan keluarga: Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga
yang pernah menderita demensia memiliki faktor risiko yang lebih besar.
c. Jenis kelamin: Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar
terjadi karena wanita hidup lebih lama daripada pria.
d. Gaya hidup: Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang
tinggi atau diabetes, dll, memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia jika mereka tidak mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan
kondisi kesehatan mereka.
e. Gangguan kognitif: Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai macam
gangguan atau faktor lainnya memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia di tahun-tahun selanjutnya.

4
f. Tingkat pendidikan: Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah memiliki faktor risiko yang lebih tinggi
terkena demensia. Mungkin saja orang yang berpendidikan tinggi melakukan
lebih banyak latihan mental, yang melindungi otak mereka dari proses
degenerasi

C. Pengenalan dini dementia


Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI) : kondisi kognitif pada lanjut usia yang
terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan mudah-lupa
secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.
Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI) : kondisi gangguan kognitif pada
lanjut usia dengan cirri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali (diketahui dan diakui)
oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan performa kognitif
yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda demensia.
Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis
gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu,
gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan
dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta
gangguan dalam pemeliharaan diri.
Dalam tahap pengenalan dini dimensia, sangatlah penting untuk mengenali kemunduran
kognitif seseorang pada fase awal daripada mengenalinya setelah yang bersangkutan
mengalami demensia. Pengenalan dini tentang kemunduran kognitif pada lanjut usia
menjadi fokus utama ilmu neuro/psiko geriatri masa kini. Disini diperlukan kerjasama
antara neurolog, psikiater dan psikolog yang memiliki minat dan perhatian pada lansia
Dimensia dapat dikenali dari beberapa hal, seperti:

a. Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan atau


janji, yang bisa memengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari
b. Kesulitan dalam melakukan tugas biasa sehari-hari

c. Masalah berbahasa, kesulitan berkomunikasi dengan orang lain

d. Penilaian yang buruk

5
e. Disorientasi waktu dan tempat. Bingung tentang waktu, tanggal atau tempat

f. Masalah dengan pemikiran dan perhitungan

g. Perubahan suasana hati dan perilaku

h. Kehilangan inisiatif

i. Lupa tempat menaruh barang-barang

D. Latihan kognitif pada lansia


Usia tua memang tidak diinginkan banyak orang, karena lansia umumnya memiliki
problem tersendiri. Contoh menjadi pikun, mudah terserang penyakit, stamina yang
menurun, masalah keluarga dan sebagainya.
Hal ini menjadi dilema bahlan depresi bagi sebagian lansia, untuk itu perlu dilakukan
terapi. Terapi berikut akan dijelaskan mengenai contoh terapi kognitif pada lansia yang
bisa dilakukan seperti berikut ini :
1. Terapi Dengan Puzzle
Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif adalah dengan mengajak
mereka bermain puzzle. Ha ini bertujuan untuk melatih organ otak untuk mengingat hal
dan tidak mudah pikun. Dengan permainan ini maka lansia akan terangsang daya ingat
dan kreatifnya untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira
serta antusia tinggi. Berikut ini terapi aktivitas kelompok pada lansia yang dapat
dilakukan.
2. Terapi Teka Teki
Contoh terapi kognitif pada lansia berikutnya adalah dengan mengajak bermain teka
teki, materi atau bahan teka teki dapat didapat dari apa saja. Permainan ini juga dapat
merangsang perasaan, daya ingat juga semangat lansia untuk menjawab dan berperan
didalamnya. Dengan demikian lansia akan merasa gembira serta terhibur. Yang perlu
dilakukan dalam proses contoh terapi bermain pada gangguan jiwa.
3. Terapi Bermain Catur
Permainan berikutnya yang bisa dilakukan oleh para lansia adalah dengan bermain
catur. Tujuan permainan ini sama dengan permainan lainnya, untuk menyegarkan daya
ingat, serta melatih otak untuk tetap berfungsi dengan baik.

6
Bagi lansia penyakit pikun amat sangat mengerikan, oleh sebab itu gunanya terapi ini
untuk mengatasi hal tersebut dan membuat perasaan gembira dan semangat. Berikut
ini manfaat musik dalam psikoterapi dan konseling yang wajib anda ketahui.
4. Terapi Dengan Ketrampilan
Salah satu contoh terapi kognitif pada lansia yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat
ketrampilan yang bertujuan meningkatkan daya ingat. Contoh ketrampilan itu berupa
merajut kain, menyulan benang, membuat kerajian buang – bungaan dan lain
sebagainya. Hal ini tentu cukup menarik untuk dilakukan bagi para lansia untuk mengisi
waktu luang dan merasa gembira secara hati dan pikirannya. Pola dan metode terapi
seni dalam psikologi yang berguna dalam melatih mental.
5. Terapi Bermain Tebak – tebakan
Satu lagi permainan yang dapat dilakukan para lansia yaitu dengan bermain tebak –
tebakan. Permainan ini cukup asyik dan juga menantang, para lansia harus menebak apa
yang menjadi tebakannya. Permainan ini dapat meningkatkan daya ingat, memori, juga
menjaga perasaan menjadi lebih tenang dan juga atraktif.
Tujuan lain agar lansi juga menjadi lebih segar untuk berlatih mengingat dan belajar
untuk mengeluarkan ekspresi yang ada dipikiran juga hatinya. Ragam dan macam –
macam terapi dalam psikologi yang efektif dan menyenangkan.
6. Terapi Belajar
Berikut ini contoh terapi kognitif pada lansia lainnya yaitu dengan terapi belajar, ada
banyak cara untuk dilakukan seperti belajar menggambar, belajar mengerjakan sebuah
pola, belajar mengerjakan pekerjaan rumah dan lain sebagainya. Cara ini cukup efektif
untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan juga mengisi waktu luang para lansia lebih
aktif dan juga bermanfaat. Kegiatan ini dapat melatih para lansia melatih emosi,
perasaan, hati dan juga pikiran lebih fokus dan juga terarah. Contoh dalam kegiatan
dan terapi untuk kesehatan mental.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Saat menua, terdapat penurunan fungsi pada lansia, termasuk fungsi kognitifnya.
Dimensi kognitif yang dapat mengalami penurunan fungsi saat menua adalah
kecepatan serta ketepatan dari proses berpikir yang berkaitan dengan penggunaan
panca indera, atensi, memori motorik serta visual, fungsi pembedaan, perbandingan,
dan kategorisasi. Lansia akan mengalami penurunan juga dalam mempelajari hal-
hal baru. Demensia merupakan jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak akan mati secara
bertahap seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sel-sel otak penderita demensia akan
mati dengan cepat dan volume otak mereka akan menyusut, menyebabkan kerusakan parah
terhadap fungsi otak. Pasien penderita demensia bukan saja bisa menjadi pelupa, tetapi juga
memiliki masalah dengan pemahaman, bahasa, pembelajaran, perhitungan, dan penilaian.
Kepribadian dan perilaku mereka juga bisa berubah. Terdapat berbagai usaha untuk
meningkatkan kognitif lansia seperti terapi dengan puzzle, terapi teka teki, terapi bermain
catur dsb.

8
DAFTAR PUSTAKA

Djajasaputra, A. D. R., & Halim, M. S. (2019). Fungsi Kognitif Lansia yang Beraktivitas
Kognitif secara Rutin dan Tidak Rutin. Jurnal Psikologi, 46(2), 85.
https://doi.org/10.22146/jpsi.33192

Johansson, M. (2015). Cognitive impairment and its consequences in everyday life


(Medical Dissertation). Faculty of Health Sciences, Linkoping University,
Linkoping, Sweden
Santrock, J. W. (2011). Live-span development. Thirteenth edition. New York: McGraw-
Hill
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Situasi lanjut usia di Indonesia.
Jakarta, Indonesia: Pusat Data dan Informasi.
Wreksoatmaja, B. R. (2015). Aktivitas kognitif memengaruhi fungsi kognitif lanjut
usia di Jakarta. CDK, 42(1), 7–13.

Anda mungkin juga menyukai