Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI ABNORMAL

Tentang
“Gangguan kognitif dan gangguan terkait dengan penuaan”

KELOMPOK 9 :
NORI ISMAN 2012020012
MAHARANI 2012020018
JUMAIDA HASANAH 2012020022

Dosen Pembimbing :

YENI FITRI WAHYUNI,S,ST,M.Kes

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL
PADANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diantara sekian banyak
nikmat tuhan yang dilimpahkannya kepada penulis. Karenanya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang dengan tepat waktu Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Pembimbing. Dalam proses penyusunan tugas ini kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada semua pihak yang terkait yang
tepat membant menyelesaikan makalah ini.

Segala sesuatu yang salah datangnya dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya dari
nikmat Tuhan Yang Maha Esa. Meski begitu, tentu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan makalah ini. Harap penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca .

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

ii
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................................... 1

B. Rumus Masalah…….......................................................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan kognitif dan gangguan terkait dengan penuaan……………………………….2

B. Penyebab Gangguan Kognitif dan Gangguan terkait dengan Penuaan………………………………3

C. .Bentuk Bentuk Gangguan Kognitif dan Gangguan terkait dengan Penuaan……………………….5

D. Ciri ciri Gangguan Kognitif dan Gangguan Terkait Penuaan………………………………………6

E. Cara Penanganan Gangguan Kognitif dan Gangguan Yang Terkait Penuaan………………………7

BAB III

A. Kesimpulan ........................................................................................................................................8

B. Saran ..................................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................9

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Menampilkan fungsi kognitif untuk berpikir, menalar, serta menyimpan dan mengingat kembali
informasi tergantung pada fungsi otak. Gangguan kognitif terjadi apabila otak mengalami kerusakan
atau mengalami hendaya dalam kemampuannya untuk berfungsi akibat luka-luka, penyakit,
keterpaparan terhadap racun-racun, atau penggunaan atau penyalahgunaan obat- obatan paikoaktif.
Apabila kerusakan otak terjadi akibat luka-luka atau stroke, penurunan dalam fungsi intelektual, sosial,
dan pekerjaan dapat terjadi sangat cepat dan parah.
Pada kasus dengan bentuk deteriorasi yang progresif, seperti penyakit Alzheimer (didiskusikan
pada bagian selanjutnya dari bab ini), penurunan terjadi lebih bertahap tetapi pada akhirnya
mengakibatkan kondisi yang hampir tidak berdaya. Derajat dan lokasi kerusakan otak banyak
menentukan tingkat dan keparahan hendaya. Biasanya, semakin menyebar kerusakannya, semakin
besar dan semakin parah hendaya dalam fungsi. Lokasi kerusakan juga penting, karena banyak struktur
atau daerah otak yang menampilkan fungsi-fungsi khusus.

A. RUMUS MASALAH
1. Apa bentuk gangguan kognitif
2. Bagaimana Bentuk gangguan terkait dengan penuaan

B.TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui gangguan kognitif
2. Untuk mengetahui gangguan tekait dengan penuaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Gangguan kognitif dan gangguan terkait dengan penuaan


1.Pengertian Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif (cognitive disorder) meliputi gangguan dalam pikiran atau ingatan yang
menggambarkan perubahan nyata dari tingkat fungsi individu yang sebelumnya (APA, 2000),
Gangguan kognitif tidak memiliki dasar psikologis: gangguan ini disebabkan oleh kondisi fisik atau
medis, utau punaan obat atau putus zat, yang mempengaruhi fungsi dari otak. Pada beberapa kasus,
penyebab spesifik dari gangguan kognitif dapat dikenali: pada kasus lainnya, hal ini tidak dapat
diketahui. Meskipun gangguan-gangguan tersebut memiliki dasar biologis, kita dapat melihat pada
kasus Dr. P bahwa faktor psikologis dan lingkungan memainkan peran penting dalam menentukan
dampak dan kisaran simtom-simtom yang melumpuhkan, sebagaimana kemampuan individu untuk
mengatasi deteriorasi kemampuan kognitif dan fisik.
Kemampuan kita untuk menampilkan fungsi kognitif untuk berpikir, menalar, serta menyimpan
dan mengingat kembali informasi tergantung pada fungsi otak. Gangguan kognitif terjadi apabila otak
mengalami kerusakan atau mengalami hendaya dalam kemampuannya untuk berfungsi akibat luka-
luka, penyakit, keterpaparan terhadap racun-racun, atau penggunaan atau penyalahgunaan obat- obatan
psikoaktif. Apabila kerusakan otak terjadi akibat luka-luka atau stroke, penurunan dalam fungsi
intelektual, sosial, dan pekerjaan dapat terjadi sangat cepat dan parah.
Pada kasus dengan bentuk deteriorasi yang progresif, seperti penyakit Alzheimer (didiskusikan
pada bagian selanjutnya dari bab ini), penurunan terjadi lebih bertahap tetapi pada akhirnya
mengakibatkan kondisi yang hampir tidak berdaya. Derajat dan lokasi kerusakan otak banyak
menentukan tingkat dan keparahan hendaya. Biasanya, semakin menyebar kerusakannya, semakin
besar dan semakin parah hendaya dalam fungsi. Lokasi kerusakan juga penting karena banyak struktur
atau daerah otak yang menampilkan fungsi-fungsi khusus. Kerusakan pada lobus temporal, misalnya,
dihubungkan dengan kerusakan dalam ingatan dan perhatian, sedangkan kerusakan pada lobus oksipital
mungkin menghasilkan defisit visual spasial, seperti hilangnya kemampuan untuk mengenali wajah-
wajah yang sudah dikenal dalam kasus Dr. P
Orang-orang yang menderita gangguan kognitif mungkin sepenuhnya menjadi bergantung pada
orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hal makan, beraktivitas di toilet, dan berdandan
Pada kasus lain, meskipun beberapa bantuan dalam memenuhi tuntutan aktivitas sehari-hari mungkin
diperlukan, orang dapat berfungsi pada tingkat yang memungkinkan mereka untuk hidup secara setti
mandiri.1

1
Jeffrey S. Nevid,Psikologi Abnormal Jilid 2,Jakarta,Penerbit Erlangga,2005

2
2. Gangguan Psikologis yang Terkait dengan Penuaan
Banyak perubahan psikologis yang terjadi sejalan dengan penuaan. Perubahan dalam menbolisme
kalsium mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan meningkatkan risik peal bila terjarah. Kulit tumbuh
laurang elastis, menyebabkan keriput dan lipatan Index menjadi kurang tajam, sehingga orang tua
kurang dapat melihat dan mendengar a akurat. Orang lanjut usia butuh waktu lebih lama (yang disebut
ma amuk berespons terhadap stimulus, baik ketika mereka mengemudi maupun ketika inelakukan tes
inteligensi. Sebagai contoh, pengemudi yang sudah tua butuh waktu yang lebih lama untuk bereaksi
terhadap tanda-tanda lalu lintas ataupun kendaraan Fungal sistem kekebalan menjadi kurang efektif
seiring meningkatnya usia, sehingga orang menjadi lebih tentan terhadap penyakit ketika mereka
menua. Kulit menjadi karang elastis sehingga menjadi mudah tergores. Indra pendengaran berkurang.
sebagaimana elastisitas lensa mata, yang membuat mereka lebih sulit untuk berfokus pada objek yang
dekat dan tulisan yang tercetak
Perubahan kognitif terjadi sejalan dengan usia. Sangatlah normal bagi orang- orang pada usia tua
mengalami beberapa penurunan dalam fungsi memori dan kemampuan kognitif umum, sebagaimana
yang diukur oleh tes inteligen atau tos IQ Penurunan paling tajam terjadi pada item-item yang diukur
dengan waktu, seperti skala kinerja dari Wechsler Adult Intelligence Scale. Meskipun beberapa
penurunan pada kemampuan kognitif (pemahaman bacaan, kemampuan spasial seperti dalam membaca
peta, atau penalaran matematika dasar) pada usia senja umum terjadi, bal. ini tidaklah berlaku secara
menyeluruh. Penelitian menunjukkan bahwa 20% hingga 30% orang pada usia 80-an menunjukkan
hasil tes inteligensi sebaik ketika mereka berusia 30 tahunan atau 40 tahunan (Goleman, 1994d),
Beberapa kemampuan, seperti perbendaharaan kata dan perbendaharaan pengetahuan yang
terakumulasi beitahan cukup baik pada kehidupan lanjut. Namun, orang biasanya mengalami beberapa
penurunan dalam ingatan saat mereka menus, terutama ingatan tentang nama-nama atau peristiwa-
peristiwa yang baru. Namun terlepas dari rasa malu secara sosial akibat melupakan nama seorang
,penurunan kognitif yang dialami orang orang saat mereka bertambah tua tidak secara siignifikan
mengganggu kemampuan mereka untuk memenuhi tanggung jawab social maupun pekerjaan.2

B.Penyebab Gangguan Kognitif dan Gangguan terkait dengan Penuaan


faktor penyebab gangguan kognitif adalah kelainan di bagian anatomi otak akibat proses
penuaan sehingga dapat mempengaruhi proses kognitif. Lansia yang mengalami penurunan fungsi –
fungsi otak sesuai dengan bertambahnya umur dan sel otak akan mengecil (atrofi) sehingga fungsinya
menurun dalam rangkaian sistem, sehingga dapat menimbulkan kelainan misalnya seperti kelainan
presepsi,perhatian, bahasa, memori, emosi dan fungsi eksekutif. Gejalanya antara lain, disorientasi,
3
gangguan bahasa (afasia), penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga

2
Jeffrey S. Nevid,Psikologi Abnormal Jilid 2,Jakarta,Penerbit Erlangga,2005
3
Maryam, Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta :Salemba Medika; 2011.

3
lansia tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya dan tidak
dapat mengingat tindakan yang sudah dilakukan sehingga dapat mengulangi nya lagi. Selain itu
penderita dapat mengalami gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di
lingkungannya.
Hal ini diperberat dengan kondisi lansia yang mengalami kemunduran kapasitas fisiologis,
misalnya kekuatan otot, kapasitas aerobik, koordinasi neuromotorik, dan fleksibilitas sehingga lansia
tersebut memiliki risiko terhadap cedera seperti terjatuh saat melakukan aktivitas fisik yang terbatas.
Gangguan kognitif pada lansia berhubungan erat dengan lokasi kelainan di bagian anatomi otak.
Masing-masing memiliki fungsi anatomi yang dapat mempengaruhi proses kognitif3
Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif Terdapat banyak penyebab yang bisa membuat seseorang
mengalami penurunan kognitif. Hingga saat ini, penurunan fungsi kognitif dikaitkan dengan beberapa
faktor misalnya seperti:
1. Gen
Ada beberapa gen yang lebih memungkinkan mengalami penurunan fungsi kognitif dan
Alzheimer. Salah satu contohny pada seseorang dengan gen APOE e4.
2. Pertambahan Usia
Semakin menambahnya usia seseorang, tentu fungsi tubuh akan semakin berkurang. Sama halnya
dengan fungsi kognitif, hal ini sering kali dikaitkan dengan bertambahnya umur manusia.
3. Alkohol
Alkohol adalah zat adiktif berbahaya yang mengandung senyawa kimia berbahaya bagi tubuh.
Orang-orang yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol akan lebih rentan mengalami
penurunan fungsi kognitif. Hal ini akan dirasakan dikemudian hari. 4
penurunan fungsi kognitif pada lansia adalah tidak optimalnya fungsi otak akibat penuaan. Lebih
spesifiknya, wanita dan pria memiliki faktor risiko berbeda terhadap kondisi ini. Simak
penjelasannya berikut ini.
1. Penyebab penurunan fungsi kognitif pada lansia Wanita
a. Kemampuan fisik tidak optimal
Kondisi fisik perempuan yang tidak lagi sehat atau prima meningkatkan risiko mengalami
penurunan fungsi kognitif. Umumnya, ini berkaitan dengan kemampuan bergerak dan menuntaskan
aktivitas sehari-hari.
b. Kualitas tidur buruk
Faktor risiko lain yang juga berpotensi menjadi penyebab lansia pikun adalah kualitas tidur.
Umumnya, perempuan berusia lanjut dengan keluhan kognitif juga mengalami insomnia.
Tentunya, siklus tidur berantakan ini juga akan berdampak pada kondisi fisiknya.

4
Ashefa Griya PusakaPusat Rehabilitasi Narkoba (Premium)Jl. Bangka 1 No.7RT.11/RW.01
Mampang Prapatan Jakarta Selatan,2023

4
c. Relasi sosial
Ditemukan pula dari penelitian bahwa faktor risiko lain adalah ketika seorang perempuan
lansia tidak memiliki koneksi erat dengan orang lain. Baik itu dari keluarga kandung, kerabat,
hingga teman-teman.
d.Depresi
Gangguan psikologis seperti depresi tentu saja juga berpengaruh pada kinerja otak di bidang
kognitif. Perempuan dengan depresi 2 kali lipat lebih rentan kondisinya memburuk dari
penurunan fungsi kognitif menjadi demensia.

2. Penyebab penurunan fungsi kognitif pada lansia pria


Sementara pada pria, beberapa faktor yang juga turut meningkatkan risiko adalah:
a.Berat badan
Penurunan fungsi kognitif pada lansia pria berkaitan dengan berat badan di atas normal. Pasalnya,
tumpukan lemak dan pola makan tidak sehat bisa berpengaruh terhadap kinerja otak. Bahkan, hal
ini bisa terjadi bukan hanya pada lansia namun juga anak-anak.
b.Kondisi medis
Seorang laki-laki yang sudah didiagnosis menderita diabetes atau stroke juga berisiko lebih tinggi
mengalami masalah kognitif. Terlebih, stroke merupakan faktor risiko yang paling signifikan
pada laki-laki. Ini dapat meningkatkan kemungkinan mengalami demensia

C.Bentuk Bentuk Gangguan Kognitif dan Gangguan terkait dengan Penuaan


1. Delirium

Delirium berasal dari bahasa Latin de berarti "dari" dan line, yang berarti "garis" atau "alur." Hal
ini berarti pergeseran dari garis, atau norma, dalam persepsi, kagnist, dan perilaku. Delirium mencakup
keadaan kebingungan mental yang ekstrem di mana orang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan
berbicara secara jelas dan masuk akal. Orang yang terkena delirium mungkin mengalami kesulitan
untuk mengabaikan stimulus yang tidak sesuai arau mengalihkan perhatian mereka pada tugas yang
baru. Mereka mungkin berbicara penuh semangat, tetapi pembicaraan mereka hanya mengandung, jika
ada, sedikit arti.
Delirium dapat merupakan akibat dari berbagai macam kondisi medis (Lichtenberg & Duffy,
2000). Hal-hal tersebut mencakup trauma kepala, gangguan metabolisme, seperti hipoglikemia (kadar
ang gula darah rendah): ketidakseimbangan cairan atau elektrolit gangguan serangan kejang (epilepsi),
kekurangan vitamin B thiamine luka pada ocak; dan berbagai macam penyakit yang mempengaruhi
sistem saraf pusat, termasuk penyakit Parkinson, Alzheimer, ensefalitis virus (suatu jenis infeksi ouk),
penyakit liver, dan ginjal (APA, 2000), Delirium juga mungkin terjadi akibat pemaparan terhadap zat
zat beracun (seperti memakan jamur tertentu yang beracun), efek samping dari penggunaan obur
tementu, atau dalam keadaan intoksikaci obat atau alkohol. Delirium mungkin juga akibat penghentian
tiba-tiba penggunaan sat-zat paikoaktif, terutama alkohol, biasanya setelah periode penggunaan yang
kranis dan berat. Putus zat secara tiba-tiba dari obat-obatan psikoaktif, terutama alkohol, merupakan
penyebab yang paling umum dari delirium.

5
2.Demensia
Demensia (dementia) meliputi deteriorasi mendalam pada fungsi mental yang ditandai oleh
masalah yang berat pada ingatan dan satu atau lebih defisit kognitif yang tercantum pada Tabel 15.3.
(APA. 2000). Tendapat lehils dari 70 penyebab demensia yang diketahui, termasuk penyakit ocak
seperti penyakir Alzheimer dan Pick, dan infeksi atau gangguan yang mempengaruhi fungsi otak,
seperti meningitis, infeksi HIV, dan ensefalitis. Pada beberapa kasus, demensia dapat dihentikan atau
disembuhkan, serutama apabila hal ini disebabkan oleh tumor jenis tertentu dan infeksi yang dapat
diobati, atau apabila hal ini adalah akibat dari depresi atau penyalahgunaan obar. Namun, kebanyakan
demensis bersifat progresif dan tidak dapat dikembalikan ke keadaan semula, termasuk bentuk yang
paling umum demensia tipe Alzheimer (Kasl-Godley & Garz, 2000). Penyakit Alzheimer menyebabkan
lebih dari setengah kasus demensia
Demensia biasanya menyerang orang-orang yang berusia lebih dari 80 tahun. Demensia yang
bermula setelah usia 65 tahun disebut demensia onset lambat atau demensia senil (senile dementia
Sedangkan yang bermula pada usia 65 tahun atau lebih awal disebut sebagai demensia onset awal ara
demensia prasenil (prewnile dementias)
3. Gangguan Amnestik
Gangguan amnestik (amnestic dinder) (biasa disebut amnesia) ditandai oleh penurunan fungsingan
secara dramatis yang tidak berhubungan dengan keadaan delitium atau dementia. Amnesia meliputi
ketidakmampuan untuk mempelajari informasi haru (definit ingatan jangka pendek) atau untuk
mengingat kembali informasi yang sebelumnya dapat diakses atau kejadian-kejadian masa lalu dari
kehidupan seseorang (defisit ingatan jangka panjang).
Masalah-masalah dengan ingaran jangka pendek mungkin terungkap dari ketidakmampuan untuk
mengingat nama dari, atau mengenali orang-orang yang ditemui 5 sampai 10 menit sebelumnya. Ingatan
segera (mediate memory), sebagaimana yang diukur oleh kemampuan untuk mengulang kembali
serangkaian nomot, tampak tidak mengalami hendaya pada keadaan amnesia. Namun, rangkaian angka
tersebut tidak mungkin dapat diingat kembali kemudian, seberapa pun seringnya angka-angka tersebut
diulang.
Gangguan amnestik sering kali mengikuti peristiwa traumatis, seperti benturan keras pada kepala,
kejutan listrik, atau suatu operati Luka kepala mungkin menyulitkan seseorang untuk mengingat
peristiwa-peristiwa yang terjadi sesaat sebelum kecelakaan. Korban kecelakaan mobil atau pemain
football yang jatuh dan pingsan mungkin tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
beberapa menit sebelum kecelakaan Korban kecelakaan mobil mungkin tidak dapat mengingat apa pun
yang berlangsung setelah ia masuk mobil.

D.Ciri ciri Gangguan Kognitif dan Gangguan Terkait Penuaan


Gejala gangguan kognitif ini dapat diikuti gangguan perilaku seperti: waham curiga, halusinasi
pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur dan nafsu makan.
Gejalanya antara lain, disorientasi, gangguanbahasa (afasia), penderita mudah bingung, penurunan
fungsi memori lebih berat sehingga lansia tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak
mengenal anggota keluarganya dan tidak dapat mengingat tindakan yang sudah dilakukan sehingga
dapat mengulanginya lagi. Selain itu penderita dapat mengalami gangguan visuospasial, menyebabkan
penderita mudah tersesat di lingkungannya. Hal ini diperberat dengan kondisi lansia yang mengalami
kemunduran kapasitas fisiologis, misalnya kekuatan otot, kapasitas aerobik, koordinasi neuromotorik,

6
fleksibilitas sehingga lansia tersebutmemiliki risiko terhadap cedera seperti terjatuh saat melakukan
aktivitas fisik yang terbatas. 5
Masalah kognitif dapat melampaui apa yang diharapkan dan menunjukkan kemungkinan MCI jika
mengalami salah satu atau semua hal berikut:
1. Lebih sering melupakan sesuatu.
2. Melupakan acara penting seperti janji bertemu atau pertemuan sosial.
3. Kehilangan alur pemikiran atau alur dalam percakapan, membaca buku, atau menonton film.
4. Merasa semakin kewalahan dengan membuat keputusan, merencanakan langkah-langkah untuk
menyelesaikan tugas atau memahami instruksi.
5. Mulai kesulitan menemukan jalan di sekitar lingkungan yang sudah dikenal.
6. Menjadi lebih impulsif atau menunjukkan penilaian yang semakin buruk.
7. Keluarga dan teman melihat salah satu dari perubahan ini.
Jika memiliki MCI, mungkin juga mengalami:
1. Depresi
2. Iritabilitas dan agresi
3. Kecemasan
4. Apatis

E.Cara Penanganan Gangguan Kognitif dan Gangguan Yang Terkait Penuaan


cara mencegah penurunan fungsi kognitif. Beberapa cara yang bisa dilakukan seperti:
1. Senam otak
2. Mencegah atau mengobati depresi
3. Menjaga berat badan ideal
4. Mencegah diabetes
5. Mencegah stroke

Cara mengatasi gangguan kognitif biasanya dilakukan terapi. Terapi yang dilakukan biasanya terapi
perilaku dan okupasi, hal ini bertujuan untuk membuat pasien menjadi lebih normal dan mandiri.Selain
itu juga bisa menggunakan teknologi untuk membantu pasien mengingat penyimpanan informasi dan
ingatan. Jangan lupa untuk melakukan konseling dengan dokter.Lingungkan yang baik juga bisa
membuat pasien menjadi lebih nyaman dalam melakukan perawatannya6.
Upaya yang sudah dilakukan pada lansia yang mengalami gangguan kognitif yaitu, meningkatkan
fungsi kognitif pada lansia adalah seperti terapi aktivitas kelompok dengan terapi Reminiscene, karena
lansia akan mengunakan masa lalunya untuk mempertahankan pendapat dan kritik. Selain itu juga
dengan tehnik Brain Gym atau senam otak / olahraga senam otak tidak saja merasang memperlancar
aliran darah tetapi juga merangsang kedua otak untuk bekerja7

5
Depkes RI, Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Pedoman Rehabilitasi Kognitif. Jakarta; 2010. Diperoleh
dari http://Kognitif.pdf. pada tanggal 3 Desember 2011
6
Johnson, Terapi Akitivitas Kelompok Reminiscence.Jakarta : Gramedia; 2005..
7
Tammase, Tehnik Brain Gym. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Jakarta: BP FKUI; 2009

7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Gangguan kognitif (cognitive disorder) meliputi gangguan dalam pikiran atau ingatan yang
menggambarkan perubahan nyata dari tingkat fungsi individu yang sebelumnya (APA, 2000),
Gangguan kognitif tidak memiliki dasar psikologis: gangguan ini disebabkan oleh kondisi fisik atau
medis, utau punaan obat atau putus zat, yang mempengaruhi fungsi dari otak. Pada beberapa kasus,
penyebab spesifik dari gangguan kognitif dapat dikenali: pada kasus lainnya, hal ini tidak dapat
diketahui. Meskipun gangguan-gangguan tersebut memiliki dasar biologis, kita dapat melihat pada
kasus Dr. P bahwa faktor psikologis dan lingkungan memainkan peran penting dalam menentukan
dampak dan kisaran simtom-simtom yang melumpuhkan, sebagaimana kemampuan individu untuk
mengatasi deteriorasi kemampuan kognitif dan fisik.
faktor penyebab gangguan kognitif adalah kelainan di bagian anatomi otak akibat proses penuaan
sehingga dapat mempengaruhi proses kognitif. Lansia yang mengalami penurunan fungsi –fungsi otak
sesuai dengan bertambahnya umur dan sel otak akan mengecil (atrofi) sehingga fungsinya menurun
dalam rangkaian sistem, sehingga dapat menimbulkan kelainan misalnya seperti kelainan
presepsi,perhatian, bahasa, memori, emosi dan fungsi eksekutif.

B.Saran
Meskipun pemakalah menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu pemakalah perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya

8
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey S. Nevid,Psikologi Abnormal Jilid 2,Jakarta,Penerbit Erlangga,2005
Maryam, Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta :Salemba Medika; 2011.
Ashefa Griya PusakaPusat Rehabilitasi Narkoba (Premium)Jl. Bangka 1 No.7RT.11/RW.01
Mampang Prapatan Jakarta Selatan,2023
Depkes RI, Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Pedoman Rehabilitasi Kognitif. Jakarta;
2010. Diperoleh dari http://Kognitif.pdf. pada tanggal 3 Desember 2011
Johnson, Terapi Akitivitas Kelompok Reminiscence.Jakarta : Gramedia; 2005..
Tammase, Tehnik Brain Gym. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Jakarta: BP FKUI; 2009

Anda mungkin juga menyukai