Anda di halaman 1dari 25

Perubahan Psikologis pada Lanjut Usia

Untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

Elsa Sintia

Dede Iskandar

Gina Sonia

Melieana Putri Augustiena

Renal Zaenal Arif

4A S1 Keperawatan

STIKes KARSA HUSADA GARUT

2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………..………..1
BAB I……………………………………………………………………………………………………………………………………..2
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………….…….2
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………..2
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………….....2
3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………………………………....2
BAB II…………………………………………………………………………………………………………………………………….3
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………………….3
Perubahan Psikologis yang Terjadi Pada Lansia………………………………………………………………………3

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi…………………………………………………………………………………….3

a. Penurunan Kondisi Fisik……………………………………………………………………………………………….3

b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual………………………………………………………………………..4

c. Perubahan Aspek Psikososial……………………………………………………………………………………….4

d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan………………………………………………………………4

e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat………………………………………………………………5

B. Faktor-faktor penyebeb perubahan psikologis pada lansia dan cara untuk menanganinya….5

1. Kondisi kesehatan fisik…………………………………………………………………………………………………5


2. Kondisi psikologi…………………………………………………………………………………………………………..6
3. Keluarga……………………………………………………………………………………………………………………….6
4. Intelektual…………………………………………………………………………………………………………………….6
5. Interpersonal………………………………………………………………………………………………………………..6

C. Cara Untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia………………………………………………..10

1. Menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri……………………………………………………………10


2. Membangun hubungan positif dengan orang lain……………………………………………………………11
3. Mempunyai tujuan hidup………………………………………………………………………………………………..11
4. Mampu menguasai lingkungan………………………………………………………………………………………..11
5. Mampu mengembangkan diri………………………………………………………………………………………….11
6. Mengatur kegiatan dan aktivitas fisik yang ingin dilakukan……………………………………………..11

D. Literatur Review……………………………………………………………………………………………………………………12

BAB III……………………………………………………………………………………………………………………………………….22

KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………………………..22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................23

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah
berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.

Kondisi psikologis adalah kondisi yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari seorang
individu. Terkadang, kondisi psikologis seseorang bisa terganggu. Kondisi inilah yang disebut
dengan gangguan psikologis atau gangguan mental.

2. Rumusan masalah

Apa perubahan psikologis yang terjadi pada lansia

Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan psikologis pada lansia

3. Tujuan penulisan

Mengetahui perubahan psikologis yang terjadi pada lansia

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan psikologis pada lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

Perubahan Psikologis yang Terjadi Pada Lansia


Pada dasarnya psikologi lansia termasuk dalam cabang ilmu psikologi perkembangan.
Psikologi perkembangan menurut Hurlock (1980) adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia sesuai dengan hakikat perkembangan yang berlangsung sejak konsepsi sampai
menutup usia. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Papalia (2008) Psikologi perkembangan
merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang tahapan-tahapan kehidupan
manusia mulai dari masa remaja sampaidengan akhir dari kehidupan manusia. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa psikologi lansia pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari permasalahan-
permasalahan psikologis,tingkah laku dan kebiasaan yang terjadi ketika seseorang mencapai
tahapan usia yang memasuki kategori lanjut usia seperti yang telah dijelaskan pada definisi
lansia di atas.

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
merekadengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

a. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
enerji menurun,kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara
umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial,yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.

b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti :

1. Gangguan jantung

2. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus

3
3. Vaginitis

4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan


sangat kurang

6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,


tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

- Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia

- Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya.

- Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya

- Pasangan hidup telah meninggal

- Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa


lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

c. Perubahan Aspek Psikososial

Pemicu perubahan aspek psikososial pada lansia adalah menurunya fungsi


kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif yang merupakan proses belajar, pemahaman
ataupun perhatian sehingga menyebabkan reaksi dan prilaku lansia melambat.
Sedangkan psikomotorik adalah dorongan kehendak meliputi, gerakan, tindakan, dan
koordinasi yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Dengan berubahnya kedua
aspek tersebut akan berdampak pada perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan kepribadian lansia.

d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namundalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan
sebagai kegiatan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga
diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya

e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan


sebagainyamaka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.

4
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan
kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurungdiri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila
ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil

B. Faktor-faktor penyebeb perubahan psikologis pada lansia dan cara untuk


menanganinya

Stress kejadian eksternal dan situasi lingkungan yang membebani kemampuan adaptasi
individu meliputi emosional dan kejiwaan. Banyak faktor penyebab terjadinya stress
pada lanjut usia, antara lain :

1. Kondisi kesehatan fisik


Proses penuaan mengakibatkan perubahan (penurunan) struktur dan fisiologis pada
lanjut usia seperti :
penglihatan, pendengaran, system paru, persendian tulang. Seiring dengan penurunan
fungsi fisiologis tersebut, ketahanan tubuh lansia pun semakin menurun sehingga
terjangkit berbagai penyakit. Penurunan kemampuan fisik ini dapat menyebabkan lansia
menjadi stress, yang dulunya semua pekerjaan bisa dilakukan sendirian, kini terkadang
harus dibantu orang lain. Perasaan membebani orang lain inilah yang dapat
menyebabkan stress. Lansia yang menderita penyakit dapat mengakibatkan perubahan
fungsi fisiologis pada orang yang menderitanya. Perubahan fungsi tersebut dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang dapat menyebabkan stress pada kaum lansia yang
mengalaminya. Macam perubahan fungsi fisiologis yang dialami seseorang tergantung
pada penyakit yang dideritanya. Semakin sehat jasmani lansia semakin jarang ia terkena
stress, dan sebaliknya, semakin mundur kesehatannya, maka semakin mudah lansia itu
terkena stress. Para lansia yang rentan terhadap stress misalnya lansia dengan penyakit
degeneratif, lansia yang menjalani perawatan lama di rumah sakit, lansia dengan
keluhan somatis kronis, lansia dengan imobilisasi berkepanjangan serta lansia dengan
isolasi sosial.

2. Kondisi psikologi
Kondisi psikologis lansia, misalnya pengalaman, sifat, jenis kepribadian dan cara
pandang. Dapat berpengaruh dalam menghadapi stress. Cara pandang lansia yang yang
positif dalam menghadapi masalah, dapat menyelesaikan masalah tersebut melalui
proses mekanisme penyelesaian yang positif pula. Berorientasi pada masalah, selalu
mencari jalan tengah, berdasarkan pertimbangan pengalaman yang baik maupun kurang
baik. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko terkena
5
stress. Semakin luas dan semakin tinggi harapan seseorang tentang hidup (optimis),
berdampak pada sikap yang bijaksana, menerima apa yang telah diberikan Tuhan
kepadanya (pasrah), menunjukkan kasih sayang kepada sesama, dengan demikian lansia
mampu menentramkan hati dan menjernihkan pikiran sehingga akan semakin jauh dari
stress.

3. Keluarga
Lansia sangat membutuhkan peran besar keluarga dalam menjauhkan atau menghindari
stress. Kurangnya perhatian pada lansia dipersepsikan sebagai sikap mengabaikan. Acuh
tak acuh pada lansia yang disebabkan karna lansia merepotkan, bawel, dan
temperamen. Keluarga juga menyatakan bahwa faktor kurang perhatian pada lansia
karena kesibukan pekerjaan. Jika terdapat masalah dalam keluarga, hal ini dapat
menjadi pemicu stress bagi lansia, misalnya kematian Gelisah atau cemas, sedih,
depresi, menangis, mood atau suasana hati sering berubah-ubah, mudah panas atau
cepat marah, harga diri menurun atau merasa tidak aman, terlalu peka dan mudah
tersinggung, gampang menyerah dan sikap bermusuhan, emosional atau kehabisan
sumber daya mental (burnout).

4. Intelektual
Susah berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit membuat keputusan, mudah lupa
(pikun), daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, produktifitas atau prestasi
kerja menurun, mutu kerja rendah, bertambah jumlah kekeliruan yang dibuat saat
bekerja.

5. Interpersonal
Kehilangan kepercayaan pada orang lain, mudah menyalahkan, mudah membatalkan
janji, suka mencari kesalahan orang lain atau kekerasan verbal, mengambil sikap terlalu
membentengi dan mempertahankan diri, mendiamkan atau memusuhi orang lain.
Stress pada lanjut usia tersebut dapat diartikan sebagai kondisi tidak seimbang, tekanan
atau gangguan yang tidak menyenangkan, yang terjadi menyeluruh pada tubuh dan
dapat mempengaruhi kehidupan, yang tercipta bila orang yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan dan system sumber daya biologis, psikologis dan
sosial yang berkaitan dengan berfikir dan respon dari ancaman dan bahaya pada lanjut
usia. Dimana terjadi penurunan kemampuan mempertahan-kan hidup, menyesuaikan
diri terhadap lingkungan, fungsi badan dan kejiwaan secara alami dan yang akhirnya
mengakibatkan kematian. Stress Sebagai Penyebab Penyakit Berbagai faktor
sepertikecemasan dan ketakutan (stressor) dapat mempengaruhi respon berbagai organ
tubuh, contoh pada salah satu bagian organ tubuh yaitu pembuluh darah. Saat terjadi
stress, pembuluh darah sangat peka terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi
6
kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Penjelasan tersebut diatas nampak jelas
bahwa stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif (penurunan fungsi
tubuh pada usia lanjut). Stress Sebagai akibat Penyakit Stress dapat menjadi akibat dari
penyakit yaitu : trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan, ketegangan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalami sebagai frustasi, seperti : tekanan dalam penyesuaian diri,
bertambah atau berkurangnya anggota keluarga (kelahiran atau kematian), pergeseran
dari keadaan sehat ke sakit (kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan, atau fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan).
Faktor presipitasi biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara
situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat tidak nyaman. Pencegahan dan Penanggulangan Jika anda
mengalami stress, cobalah melakukan beberapa hal di bawah ini, semuanya mudah dan
murah dilakukan, tidak perlu pakai obat, tidak perlu ke dokter, tidak perlu biaya dan bisa
mandiri dilakukan di rumah, yaitu :

1. Olahraga
Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam memerangi stres.
Berolahraga akan memobilisasi otot tubuh, mempercepat aliran darah dan membuka
paru-paru untuk mangambil lebih banyak oksigen. Dampaknya anda akan memperoleh
tidur yang lebih nyenyak dan kesehatan yang lebih baik.

2. Hobi
Lansia banyak melakukan hobi, seperti memancing, mendaki gunung atau apapun yang
disenangi. Lansia bisa juga melakukan petualangan yang belum pernah anda alami
sebelumnya seperti berwisata ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Melakukan
kegiatan ini dapat menghilangkan pikiran yang menyebabkan stress. Mengembangkan
keterampilan baru melalui berdagang, selain menambah penghasilan juga rasa senang
karena merasa berharga dalam hidup.
7
3. Menjaga persahabatan (sosial)
Menambah teman baru serta tetap menjaga silahturahmi dengan teman lama
merupakan bentuk strategi penting. Saling mengunjungi antar teman, bercerita
pengalaman, melakukan hobi bersama-sama, dapat meningkat rasa percaya diri dan
saling mendukung antara lansia dan teman -temannya.

4. Minum air putih


Minum air putih dipercaya dapat meredakan stress. Dengan banyak penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Penjelasan tersebut diatas nampak jelas
bahwa stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif (penurunan fungsi
tubuh pada usia lanjut).

Stress Sebagai akibat Penyakit


Stress dapat menjadi akibat dari penyakit yaitu : trauma seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan, ketegangan peran atau
posisi yang diharapkan dan individu mengalami sebagai frustasi, seperti : tekanan dalam
penyesuaian diri, bertambah atau berkurangnya anggota keluarga (kelahiran atau kematian),
pergeseran dari keadaan sehat ke sakit (kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan, atau fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan).

Faktor presipitasi biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk


tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma
yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara
termasuk dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat tidak nyaman. Pencegahan dan Penanggulangan
Jika anda mengalami stress, cobalah melakukan beberapa hal di bawah ini, semuanya mudah
dan murah dilakukan, tidak perlu pakai obat, tidak perlu ke dokter, tidak perlu biaya dan bisa
mandiri dilakukan di rumah, yaitu :

1. Olahraga
Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam memerangi stres.
Berolahraga akan memobilisasi otot tubuh, mempercepat aliran darah dan membuka
paru-paru untuk mangambil lebih banyak oksigen. Dampaknya anda akan memperoleh
tidur yang lebih nyenyak dan kesehatan yang lebih baik.

2. Hobi
Lansia banyak melakukan hobi, seperti memancing, mendaki gunung atau apapun yang
disenangi. Lansia bisa juga melakukan petualangan yang belum pernah anda alami
sebelumnya seperti berwisata ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Melakukan
8
kegiatan ini dapat menghilangkan pikiran yang menyebabkan stress. Mengembangkan
keterampilan baru melalui berdagang, selain menambah penghasilan juga rasa senang
karena merasa berharga dalam hidup.

3. Menjaga persahabatan (sosial)


Menambah teman baru serta tetap menjaga silahturahmi dengan teman lama
merupakan bentuk strategi penting. Saling mengunjungi antar teman, bercerita
pengalaman, melakukan hobi bersama-sama, dapat meningkat rasa percaya diri dan
saling mendukung antara lansia dan teman - temannya.

4. Minum air putih


Minum air putih dipercaya dapat meredakan stress. Dengan banyak minum air putih
akan membantu memulihkan tubuh kita dari kekurangan cairan, karena kekurangan
cairan dapat menimbulkan keletihan.

5. Meditasi
Lakukan meditasi. Para ahli kesehatan mengatakan bahwa alat yang sangat ampuh
dalam mengatasi stress adalah meditasi. Meditasi sangat membantu membersihkan
pikiran kita dan meningkatkan konsentrasi. Telah terbukti bahwa meditasi selama 15
menit sama dengan kita beristirahat selama 1 jam. Meskipun anda hanya melakukan
meditasi selama 2 menit, tetap akan cukup membantu. Meditasi akan sangat membantu
anda melupakan hal-hal yang dapat menyebabkan stress.

6. Makan
Ketika seseorang mengalami stress, suatu reaksi yang alamiah jika orang tersebut
kemudian melampiaskan dengan mengkonsumsi banyak makanan. Perlu anda ketahui
bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dapat
meningkatkan kadar insulin di dalam tubuh, dimana insulin ini dapat membuat tubuh
menjadi cepat lelah dan mood anda menjadi jelek.

7. Seks
Seks adalah penyembuhan yang sangat baik untuk menghilang- kan stress. Banyak
dokter mengatakan bahwa seks adalah cara yang luar biasa dalam meredam kemarahan
dan stress.

8. Tidur Jika tubuh kita sedang lelah, tidak mudah bagi kita dalam mengendalikan stress.
Tidak cukup tidur akan mempengaruhi keseluruhan hari kita, dan biasanya kita
mengalami hari yang buruk karena kurang tidur menyebabkan kita tidak dapat
berkonsentrasi dan melihat suatu permasalahan lebih buruk dari yang seharusnya. Tidur
yang baik bagi lansia adalah 5 sampai 6 jam sehari. Itulah beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh para lansia untuk menghindarkan dirinya dari stres. Proses penambahan
usia merupakan proses alamiah yang tak mungkin bisa dihindari. Namun stres yang
banyak dialami para lansia bukan mustahil tak bisa dihindari karena sangat tergantung
dari perilaku dan kebiasaan setiap individu. Bagi salah satu anggota keluarga yang telah
9
menapaki masa lansia, melakukan pencegahan stress dengan cara di atas, dapat
menurunkan tingkat stres sehingga berdampak pada kualitas hidup sehat yang terjaga.

Tahapan kehilangan dan berduka

1. Penyangkalan (Denial)

Pada tahap berduka ini, kita tidak percaya musibah terjadi pada hidup kita. Kita akan merasa
semuanya tidak masuk akal dan bahkan sampai tidak bisa berpikir jernih.

Tahapan ini sangat alamiah, karena saat menyangkal, kita akan menganalisa duka dan bencana
yang terjadi.

2. Marah (Anger)

Marah adalah salah satu ungkapan emosional seseorang yang sedang berduka.Amarah adalah
tahap berduka yang penting dalam penyembuhan dan penerimaan. Kita harus membiarkan diri
merasa marah, karena kalau ditahan, amarah ini akan semakin tidak terkontrol.

Rasa marah ini didasari oleh kesedihan dan rasa sakit akibat kehilangan orang tersayang,
maupun akibat bencana yang terjadi pada kita.

3. Tawar Menawar (Bargaining)

Tawar menawar saat berduka adalah hal yang wajar dialami. Selama masih dalam keadaan
duka, tubuh dan pikiran tidak berdaya.

Dalam tahap berduka ini, kita akan melakukan tawar menawar dengan Tuhan supaya musibah
berhenti atau agar Tuhan menyelamatkan orang terkasih.

4. Depresi (Depression)

Depresi saat berduka perlu dampingan dari orang sekitar. Setelah tawar menawar, kita akan
mulai pasrah dan merasakan kesedihan yang amat mendalam.

Tahap berduka depresi ini akan sangat menyiksa, kita jadi malas melakukan kegiatan sehari-
hari, bahkan bisa sampai tidak mau keluar rumah.

Mengasingkan diri dari orang lain, menolak ajakan untuk berkumpul, merasa tidak punya teman
yang bisa menemani adalah perasaan-perasaan yang muncul dalam tahapan ini.

5. Menerima (Acceptance)

Menerima adalah tahapan terakhir ketika seseorang sedang berduka. Depresi mungkin tahap
yang membutuhkan proses paling lama. Namun, setelahnya akan muncul rasa menerima dan
ikhlas. Ini merupakan tahap berduka yang terakhir.

Saat kita mulai menikmati kembali hidup, biasanya akan muncul rasa bersalah. Kita merasa
tidak boleh merasa bahagia karena kita baru saja kehilangan orang terdekat
10
C. Cara Untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia
Masalah yang kerap dihadapi lansia adalah perubahan perilaku yang terkadang bersikap
kekanak-kanakan. Salah satu penyebab perubahan perilaku seperti itu adalah penurunan fungsi
kognitif. Fungsi otak dan kognitif secara alami akan mengalami penurunan seiring
bertambahnya usia.

Meskipun penurunan fungsi kognitif tidak bisa dihindari, hal tersebut dapat diperlambat
supaya perubahan perilaku atau perubahan psikologis pada lansia bisa lebih dikendalikan.
Penurunan fungsi kognitif membuat para lansia sulit untuk memecahkan masalah, sering
merasa tertekan, atau mudah lupa. Hal-hal seperti itu lantas memicu lansia mudah marah pada
diri sendiri, atau bahkan ke orang-orang sekitarnya.

Kondisi-kondisi seperti itu jelas membuat masalah psikologis pada lansia. Terlebih apabila
lansia sering berjuang akibat kesehatan fisik dan kerap kesepian sepanjang hidupnya. Oleh
karena itu, menjaga kesehatan fisik dan mental lansia adalah hal yang sangat penting.

Agar terhindar dari masalah-masalah yang dialami orang berusia senja, berikut enam cara
untuk mencapai kesejahteraan psikologis lansia:

1. Menerima Kelebihan dan Kekurangan Diri Sendiri

Sudah jelas bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya


masing-masing, tak terkecuali lansia. Kelebihan adalah sebuah kebanggaan, tetapi ada
juga orang yang masih sulit menerima kekurangan yang dimilikinya. Individu yang
memiliki penerimaan diri yang mumpuni juga sejalan dengan toleransi terhadap
kekurangan yang dipunyai.

Toleransi dalam konteks ini adalah tak sedih dan kecewa dengan kelemahan
yang dipunyai. Bagi lansia, tidak perlu memiliki ekspektasi yang berlebihan jika
mengerjakan sesuatu. Asal mengerjakannya dengan nyaman saja sudah cukup.
Walaupun hasilnya kurang maksimal, tetapi ini merupakan hasil kerja diri sendiri. Hal-hal
seperti ini adalah cerminan dari menghargai diri sendiri.

2. Membangun Hubungan Positif dengan Orang Lain

Hubungan yang positif akan memberikan lansia sebuah kebebasan untuk


berekspresi dan tanpa beban. Untuk hal ini, komunikasi merupakan kunci supaya
hubungan yang terjalin bisa menjadi lebih positif. Mendengar menjadi sebuah
keterampilan penting untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dengan orang lain.
Jika hubungan yang positif sudah tercapai, lansia akan lebih tenang, lebih sehat, dan
lebih bahagia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

3. Mempunyai Tujuan Hidup

11
Cukup banyak orang di golongan lansia yang telah kehilangan tujuan hidup. Ini
terjadi jika anak-anak sudah memiliki kehidupan dan kesibukannya masing-masing,
sehingga perhatian terhadap lansia berkurang. Apalagi di usia senja ini aktivitas tidak
lagi seintens dulu karena keterbatasan fisik.

Supaya aktivitas sehari-hari kembali bergairah, lansia bisa melakukan beberapa


kegiatan ringan secara rutin, seperti tetap menekuni hobi, berkebun, hingga mengurus
cucu. Dengan begitu, kualitas hidup lansia akan lebih berwarna dan tidak
membosankan.

4. Mampu Menguasai Lingkungan

Yang dimaksud disini adalah agar lansia tetap bersosialisasi di lingkungan sekitar.
Kendati bersosialisasi jelas akan lebih sulit karena keterbatasan fisik, penting untuk terus
menjalankan kegiatan dengan keluarga atau sahabat. Interaksi-interaksi sosial seperti ini
jelas bisa membantu menjaga kesehatan mental, lalu membuat pikiran lebih terbuka
terhadap hal-hal baru. Psikologi lansia pun bisa terjaga dengan stabil.

5. Mampu Mengembangkan Diri

Meskipun sudah berusia senja, lansia tetap diperbolehkan mengisi waktu luang
dengan menekuni hobi. Tidak perlu muluk-muluk dalam mengerjakannya, yang
terpenting adalah agar memiliki kesempatan untuk tetap mengembangkan diri. Dengan
menyibukkan diri seperti itu, lansia tidak akan mudah terasa bosan sehingga kestabilan
mental bisa terjaga. Ini juga akan membuat pikiran atau akal tetap terasah sehingga
tidak merasa terkurung begitu saja di dalam rumah.

6. Mengatur Kegiatan dan Aktivitas Fisik yang Ingin Dilakukan

Mengatur aktivitas fisik untuk lansia tidak bisa diseragamkan dengan olahraga
generasi lebih muda. Orang yang sudah berusia lebih dari 65 tahun tetap
direkomendasikan untuk tetap berolahraga, namun jangan terlalu berarti. Aktivitas fisik
pada lansia memberikan banyak keuntungan seperti keseimbangan tubuh lebih stabil,
terhindar dari penyakit, hingga menjaga kondisi psikologis.

Sebaiknya kegiatan fisik lansia dikonsultasikan terlebih dulu dengan dokter


keluarga. Sejatinya ada banyak aktivitas fisik untuk lansia. Olahraga sedang mencakup
jalan kaki, bersih-bersih rumah, bersepeda, naik-turun tangga, sampai berkebun.
Sedangkan untuk olahraga intensitas berat contohnya seperti yoga, jalan cepat, renang,
hingga bulu tangkis.

Singkatnya stress pada lanjut usia adalah kondisi tidak seimbang, terjadi menyeluruh
pada tubuh yang tercipta bila orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara
keadaan dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial, dimana terjadi penurunan
kemampuan mempertahankan hidup yang akhirnya mengkibatkan kematian. Stres dapat
menjadi factor penyebab terjadinya penyakit dan bahkan setelah lansia menderita penyakit

12
tertentu (misalnya, penyakit degeneratif, penyakit terminal) juga mengakibatkan stres. Stres
yang dimaksud : stres fisik (berupa komplikasi penyakit), stres psikologis (berupa depresi, harga
diri rendah.

D. Literatur Review

NO Judul Penulis Metode Hasil penelitian

`1 KESEJAHTERAAN Dinie Ratri Populasi penelitian ini Hasil perhitungan menggunakan SPSS versi
PSIKOLOGIS Desiningrum adalah lansia yang
LANSIA 21.0 menunjukkan adanya korelasi positif
JANDA/DUDA tergabung dalam
Paguyuban Lansia Sehat yang signifikan antara persepsi terhadap
DITINJAU DARI
PMI Cabang Kota dukungan sosial dengan kesejahateraan
PERSEPSI
TERHADAP Semarang dengan jumlah
psikologis lansia di Paguyuban Lansia
DUKUNGAN
78 lansia janda dan 34
SOSIAL Sehat PMI Kota Semarang (r = 0,739; p <
lansia duda.
DAN GENDER 0,001). Dalam penelitian ini, persepsi
Penelitian ini
menggunakan studi terhadap dukungan sosial memberikan
populasi,
kontribusi terhadap kesejahateraan
yaitu menggunakan
seluruh populasi psikologis lansia sebesar 54,6%.

sebagai subjek penelitian. Bila dikaji secara mendetil, diketahui


Data
bahwa mayoritas lansia di Paguyuban
dikumpulkan dengan
menggunakan Skala Lansia Sehat Kota Semarang (50 dari 112;

Persepsi terhadap 44,6%) memiliki kesejahteraan psikologis


Dukungan Sosial (32
dalam kategori tinggi, 42 orang (37,5%)
aitem; α = 0,97) dan Skala
tergolong kategori sedang, dan 20 (17,9%)
Kesejahteraan
lansia memiliki kesejahteraan psikologis
Psikologis (33 aitem; α =
0,92). rendah.
Penelitian ini dilakukan
dengan rancangan

studi korelasional dengan

13
teknik analisis

data analisis regresi


sederhana; sekaligus

melihat kontribusi
persepsi terhadap

dukungan sosial terhadap


kesejahteraan

psikologis

2 PENGARUH TERAPI Endah Penelitian ini merupakan dari hasil skala


ZIKIR TERHADAP Wulandari penelitian
KESEJAHTERAAN H. Fuad kesejahteraan psikologis pada kelompok
PSIKOLOGIS PADA Nashori quasi-eksperimen dengan
model rancangan eksperimen dari keempat subjek yang
LANSIA
nonequivalent control
mengikuti terapi terdapat peningkatan
EFFECTIVENESS group design dengan
ZIKR THERAPY FOR menggunakan kelompok skor kesejahteraan psikologis pada 3
PSYCHOLOGICAL eksperimen dan kelompok
WELL-BEING kontrol. Penelitian peserta sedangkan 1 peserta tidak
(PWB) eksperimen dilakukan
untuk meneliti mengalami perubahan skor skala
IN ELDERLY
kemungkinan adanya kesejahteraan psikologis. Dari hal tersebut dapat
hubungan sebab akibat di disimpulkan bahwa setelah diberikan terapi zikir
antara variabel-variabel sebagian besar subjek mengalami peningkatan
dengan cara skor kesejahteraan psikologis. Selanjutnya pada
menghadapkan kelompok kelompok kontrol
eksperimental kepada
dari 5 orang peserta, ada 3 orang subjek yang
beberapa macam kondisi
mengalami peningkatan skor kesejahteraan
perlakuan dan psikologis pada saat dilakukan pascates dan 2
membandingkan subjek mengalami penurunan skor
kesejahteraan psikologis. Dari hal tersebut dapat
akibat atau hasilnya disimpulkan
dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang bahwa tanpa diberi perlakuan, sebagian besar
tidak dikenai perlakuan. kelompok kontrol juga mengalami peningkatan
skor kesejahteraan psikologis
 Pengukuran
Alat ukur yang
digunakan peneliti
dalam penelitian
ini adalah Ryff’s
Psychological
Well-Being Scale

14
(RPWBS) atau
indikator
pengukuran
tingkat
kesejahteraan
psikologis

3 Aging in high Thomas The SASES sample is self-efficacy at t2 (−3.22%) in comparison with
functioning elderly Finkenzeller characterized by above the reference group. Slightly lower average
persons: study Birgit average values in values compared with
design and Pötzelsberger psychological well-being
Alexander and psychosocial variables reference values were observed for subjects of
analyses of Kösters the old-old
behavioral and Sabine Würth like life satisfaction, self-
psychological concept, health status, group in the life satisfaction dimensions of
Erick muller
factors and selfefficacy.32 Thus, marriage/partnership (−3.36%) and friends and
we conclude that the relatives (−1.61%) at t1,
sample is appropriate
as well as for relationship with children (−3.88%)
to test long-term changes at t2.
of elderly persons who
The general depression average score was lower
are highly
for both
mentally and physically.
groups than the reference value at t1 and t2.
The local ethics
Three subjects
committee approved
demonstrated an above average depression
this study and participants
score at t1 and
gave their written
informed consent. All seven subjects at t2.
subjects who participated
at the retention test of
the

SASES (named as t1 in this


article) were invited to
perform

tests that were


administered in the SASES
in a follow-up

measurement. In total, 25
subjects out of 42
potential candidates
agreed to take part again.
Out of these, three

15
subjects

were excluded due to


stroke (n = 1), heart
disease (n = 1),

and vacation at t1 (n = 1).


Reasons for
nonparticipation in

the follow-up were


manifold ranging from not
being able to

participate at the fixed


measurement time due to
vacation

or other reasons (n = 3),


no motivation to
participate again

(n = 7), lost to follow-up (n


= 6), and injury (n = 1)

Effect of 2.1. General Information. Jingyun Comparison of


Psychologi One hundred and twenty- Zhang, the SAS and SDS
4. cal two elderly patients with Caijian Li, Scores between
Interventi prostate cancer admitted to Chengwei the Two Groups.
on our hospital from June 2018 Fu, Jinkai The SAS and SDS
Combined to June 2019 were selected Dong, Wei scores of
with and randomly divided into Guo, and patients at 24
Family control group (n 61) and Qianqian hours after
experimental group (n 61), Zhu admission, 24
Cooperati aging from 55 to 81 years, hours before
on on the with the average age of the surgery, and
Periopera 69.37 years. There were no 24 hours before
tive statistical differences in the discharge were
Quality of comparison of general data compared and
Life and such as age in both groups analyzed, and
(P> 0.05), which was the results were
Psychologi
comparable, and the as follows.
cal States
comparison of general data
of Elderly There were no
between the two groups is
Patients significant
detailed in Table 1.
with differences in
Prostate 2.2. Inclusion Criteria. The SAS and SDS
Cancer inclusion criteria are as scores of
follows. (1) Patients met the patients
Treated
16
with clinical diagnostic criteria between the
Compoun for prostate cancer two groups at
d Kushen according to the Diagnostic 24 hours after
Injection Criteria for Prostate Cancer. admission, as
(2) All patients received shown in Figure
compound kushen injection 1.
as an adjuvant therapy. (3)
Patients had complete The SAS and SDS
clinical records. (4) This scores of the
study was approved by the experimental
Hospital Ethics Committee, group at 24
and the patients and their hours before
families were informed of the surgery
the purpose and process of were
this study and signed the significantly
informed consent. better than
those of the
2.3. Exclusion Criteria. The control group,
exclusion criteria are as as shown in
follows. (1) Patients had Figure 2.
other malignant and severe
diseases. (2) Patients had The SAS and SDS
other acute or long-term scores of the
urinary system diseases. (3) experimental
Patients had cognitive group at 24
impairment, such as mental hours before
disorders, or refused to discharge were
cooperate with the study. significantly
(4) Patients had incomplete better than
clinical data. those of the
control group,
2.4. Methods. Patients in as shown in
the control group were Figure 3.
treated with the routine
clinical nursing. According 3.2. Comparison
to the diagnosis results, of the Basic
preoperative examination Conditions
and preparation were between the
performed. The medical Two Groups in
staff actively participated in the
the process of formulating Perioperative
the patients’ surgical plans, Period.
reasonably evaluated According to the
patients’ conditions, and comparison
made a scientific nursing between the
intervention program. basic conditions
Besides, during the surgery, of the two
the medical staff groups in

17
cooperated with surgeon to perioperative
complete the surgical period, it is
process and paid close concluded that
attention to the changes of the length of
patients’ vital signs. After hospitalization,
the surgery, routine index length of
examination for patients catheter
was performed, and retention, and
patients’ dietary incidence of
management and complications in
investigated with a self- the
made questionnaire from experimental
the hospital, which mainly group were
included the nurses’ significantly
attitudes, quality of work, better than
professional degree, and so those in the
on, with the total score of control group (P
100 points. A score above < 0.05), with
90 points indicated “very statistically
satisfied,” a score of 70–90 significant
points indicated “basically differences, as
satisfied,” and a score shown in Table
below 70 points indicated 2.
“unsatisfied.” Total nursing
satisfaction basically Comparison of
satisfied + very satisfied. the Nursing
Satisfaction
2.5. Observation between the
Indexes Two Groups.
The nursing
2.5.1. Scores of Self- satisfaction of
Rating Anxiety Scale (SAS) the elderly
and SelfRating Depression patients with
Scale (SDS) in Both Groups. prostate cancer
in the two
Self-rating anxiety scale
groups was
(SAS) and self-rating
statistically
depression scale (SDS) were
adopted to evaluate the Figure 1:
psychological states of Comparison of
patients at 24 hours after SAS and SDS
admission, 24 hours before scores between
the surgery, and 24 hours the two groups
before discharge, with the at 24 hours after
total score of 100 points, admission (n
and higher scores indicated 61). The
patients’ severer abscissa
psychological conditions. represents SAS
18
2.5.2. Basic Conditions in and SDS, while
Both Groups during the the ordinate
Perioperative Period. The represents
basic conditions of the score. The SAS
patients in the two groups and SDS scores
during the perioperative in the
period were recorded in experimental
detail, including the length group at 24
of the operation, bladder hours after
irrigation time, length of admission were
catheter retention after 58.72 ± 6.08 and
surgery, length of 62.56 ± 7.91,
hospitalization, and respectively.
incidence of complications. The SAS and SDS
scores in the
2.5.3. Nursing Satisfaction control group at
in Both Groups. The nursing 24 hours after
satisfaction of patients in admission were
the two groups was 60.02 ± 6.32 and
expressed as [n (%)] and 61.31 ± 8.02,
tested by X2 test. The respectively.
differences had a statistical There were no
significance when P< 0.05. significant
differences in
2.5.4. Statistical Analysis
SAS and SDS
of the Postoperative Quality
scores between
of Lifein Both Groups. The
the two groups
quality of life of the patients
at 24 hours after
after surgery was evaluated
admission (t
by three evaluation indexes,
1.7578, P
international prostate
0.2493).
symptom score,
rehabilitation knowledge Figure 2:
evaluation, and Comparison of
comprehensive evaluation SAS and SDS
of quality of life, so as to scores between
further record and analyze the two groups
the patients’ physical at 24 hours
recovery, family emotion before surgery
environment, body (n 61). The
function, Statistical abscissa
Treatment. The data represents SAS
obtained in this study were and SDS, while
statistically analyzed and the ordinate
processed by SPSS20.0 represents
software. Measurement score. The SAS
data were expressed by (x and SDS scores
±s) and tested by t-test. of the
19
Enumeration data were experimental
group at 24
hours before
surgery were
54.11 ± 5.92 and
56.12 ± 6.46,
respectively.
The SAS and SDS
scores of the
control group at
24 hours before
surgery were
67.63 ± 8.67 and
68.37 ± 7.13,
respectively.
∗indicates that
the SAS score of
the
experimental
group was
significantly
better than that
of the control
group (t
10.0582, P ≤
0.001).
∗∗indicates that
the SDS score of
the
experimental
group was
significantly
better than that
of the control
group (t 9.9442,
P ≤ 0.001).

Figure 3:
Comparison of
SAS and SDS
scores between
the two groups
at 24 hours
before
discharge (n
61). The
abscissa
represents SAS
20
and SDS, while
the ordinate
represents
score. The SAS
and SDS scores
of the
experimental
group at 24
hours before
discharge were
41.26 ± 5.72 and
46.31 ± 6.01,
respectively.
The SAS and SDS
scores of the
control group at
24 hours before
discharge were
58.33 ± 6.08 and
59.48 ± 7.11,
respectively.
∗indicates that
the SAS score of
the
experimental
group was
significantly
better than that
of the control
group (t
15.9709, P ≤
0.001).
∗∗indicates that
the SDS score in
the
experimental
group was
significantly
better than that
in the control
group (t
11.0487, P ≤
0.001).

21
BAB III
KESIMPULAN

Menjadi tua adalah sesuatu hal yang pasti terjadi pada manusia manapun. Layaknya
sebuah mobil baru yang kita beli lalu dikendarai setiap hari, berhari-hari, berbulan-bulan,
bertahun-tahun sampai pada akhirnya terjadi kerusakan dan pada akhirnya mobil tersebut tak
berfungsi lagi. Pada intinya perubahan psikis yang terjadi pada lansia semata-mata hanya
22
karena mereka merasa kesepian dan ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekat
yangdicintainya. Maka sebagai anak atau kerabat, luangkanlah waktu untuk merawat
merekadengan kasih sayang dan perhatian yang tulus seperti mereka merawat kita sejak kecil.
Dengan kasih sayang dan perhatian mereka akan mendapatkan kebahagian hidup di masa
senjanya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal2.unusa.ac.id/index.php/JHS/article/download/29/
21/41&ved=2ahUKEwjHvpmTnJHzAhWHWisKHd7wCswQFnoECDIQAQ&usg=AOvVaw1nENcF84
KQnmiQgsyfCOD2

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/124302-ID-faktor-
faktor-yang-mendasari-stres-
23
pada.pdf&ved=2ahUKEwjHvpmTnJHzAhWHWisKHd7wCswQFnoECC8QAQ&usg=AOvVaw322mI
Z3KetAZBYQBCTgl7T

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://scholar.unand.ac.id/17577/2/BAB
%2520I.pdf&ved=2ahUKEwiIxPabnJHzAhVHWX0KHUeVDwEQFnoECBYQAQ&usg=AOvVaw17jm
qDC6xGO-r_gf_JcaVB

Pengaruh terapi zikir terhadap kesejahteraan psikologis pada lansia,


https://journal.uii.ac.id/intervensipsikologi/article/view/8742/7428

Effect of Psychological Intervention Combined with Family,


https://www.hindawi.com/journals/ecam/2021/2971644/

Aging in high functioning elderly persons: study design and analyses of behavioral and
psychological factors, https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/sms.13368

24

Anda mungkin juga menyukai