Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA

PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF PADA MASA DEWASA AKHIR

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Observasi Psikologi)

Di Susun Oleh Kelompok 3 :

Anggota: Devi afrianti (2130901170)

Mustika Marlina (213090118)

Ghazy Agil Saleh (2130901174)

Afifha Ramandhini (2130901166)

Fadila Oktavianti (2130901157)

Dosen Pengampu :
Lukmawati, M.A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehinggan penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari
mata kuliah psikologi perkembangan dewasa dan lansia dengan judul “Perkembangan Fisik
dan Kognitif Pada Dewasa Akhir”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada kepada
ibu Lukmawati, M.A selaku dosen mata kuliah studi Psikologi Perkembangan Dewasa dan
Lansia yang telah memberikan arahan serta bimbingannya dalam terselesaikan nya makalah
ini. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 23 Maret 202

Penulis

ii
Daftar Isi

Cover Halaman………………………………………………………………………………..i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………….ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………......1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2

1.3. Batasan Masalah…………………………………………………………………………..2

1.4. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………………………...3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...4

2.1. Definisi Dewasa Akhir…………………………………………………………………….4


2.2. Perkembangan Fisik Dewasa Akhir……………………………………………………….5

2.2.1. Kesehatan Pada Lansia………………………………………………………….8

2.2.2. Upaya Menjaga Kesehatan Fisik Pada Masa Dewasa Akhir…………………..10


2.3. Perkembangan Kognitif Dewasa Akhir………………………………………………….11

2.3.1. Upaya Menjaga Kesehatan Kognitif Pada Masa Dewasa Akhir………………..16

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………18

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………18

3.2. Saran……………………………………………………………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan fisik dan kognitif pada masa dewasa akhir merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan karena fase ini memiliki perubahan yang signifikan pada
tubuh dan pikiran seseorang. Masa dewasa akhir dianggap sebagai fase yang dimulai
pada usia 65 tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Pada fase ini, terjadi penurunan
fungsi tubuh, penurunan tingkat energi, penurunan kekuatan otot dan kepadatan tulang,
serta perubahan pada sistem sensorik.
Penurunan fungsi tubuh pada masa dewasa akhir dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Selain itu, risiko
cedera juga meningkat pada masa dewasa akhir karena tubuh menjadi lebih rentan
terhadap cedera dan luka. Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan kesehatan
fisik pada masa dewasa akhir dengan menjaga pola makan sehat, berolahraga teratur,
dan menghindari kebiasaan merokok dan minum alkohol yang berlebihan.
Perubahan fisik pada masa dewasa akhir juga dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Beberapa masalah fisik seperti kesulitan tidur, kelelahan, dan penurunan
kemampuan seksual dapat memengaruhi kesehatan mental dan emosional seseorang.
Oleh karena itu, penting untuk memahami masalah-masalah yang sering terjadi pada
masa dewasa akhir dan mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Selain perubahan fisik, terjadi juga perubahan kognitif pada masa dewasa akhir.
Beberapa kemampuan kognitif seperti kemampuan mengingat dan mengeksekusi tugas
dengan cepat cenderung menurun pada masa dewasa akhir. Namun, beberapa studi
menunjukkan bahwa kemampuan untuk menyelesaikan masalah kompleks dan
pemecahan masalah meningkat pada usia dewasa akhir. Terdapat juga kemampuan
untuk mengasah keterampilan sosial dan emosional pada masa dewasa akhir.
Masalah kognitif seperti penurunan memori dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Masalah ini dapat menyebabkan
kesulitan dalam mengingat nama orang, alamat, atau bahkan kejadian penting dalam
hidup seseorang. Selain itu, masalah kognitif juga dapat memengaruhi kemampuan
seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang kompleks dan memecahkan masalah.
Faktor lingkungan dan sosial juga memainkan peran penting dalam
perkembangan fisik dan kognitif pada masa dewasa akhir. Interaksi sosial dapat

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 1


membantu seseorang untuk tetap aktif secara fisik dan kognitif. Seseorang yang
terisolasi sosial cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah
kesehatan fisik dan kognitif pada masa dewasa akhir. Oleh karena itu, penting untuk
menjaga interaksi sosial dan mengikuti kegiatan sosial yang menyenangkan.
Kemampuan untuk belajar dan mengasah keterampilan baru pada masa dewasa
akhir uga penting untuk diperhatikan karena dapat meningkatkan fungsi kognitif
seseorang dan membantu menjaga kebugaran mental. Beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan untuk mengasah keterampilan baru seperti belajar bahasa asing, bermain
instrumen musik, atau mengambil kelas seni dan kerajinan.
Namun, masih banyak individu yang mengalami kesulitan dalam menjaga
kesehatan fisik dan kognitif pada masa dewasa akhir. Beberapa faktor yang
mempengaruhi termasuk kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai,
kurangnya dukungan sosial, dan kurangnya pengetahuan tentang cara menjaga
kesehatan fisik dan kognitif pada masa dewasa akhir. Oleh karena itu, penelitian
mengenai perkembangan fisik dan kognitif pada masa dewasa akhir menjadi sangat
penting untuk membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang pada fase ini.
Penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masa dewasa akhir dan memberikan panduan mengenai cara mengatasi masalah
tersebut.
Selain itu, penelitian ini juga dapat membantu meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan kognitif pada masa dewasa
akhir. Dengan adanya pengetahuan yang lebih baik mengenai cara menjaga kesehatan
pada masa dewasa akhir, diharapkan masyarakat dapat lebih memperhatikan kesehatan
dan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kesehatan pada
masa dewasa akhir.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan rumusan


masalah yaitu:

1. Apa saja perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa akhir dan bagaimana cara
menjaga kesehatan fisik pada fase ini?
2. Bagaimana perubahan kognitif terjadi pada masa dewasa akhir dan bagaimana cara
mengatasi masalah kognitif pada fase ini?
1.3. Batasan Masalah

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 2


Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka, batasan masalah dapat
dirumuskan sebagai yaitu, membahas mengenai perubahan fisik dan kognitif serta
upaya untuk menjaga kesehatan secara fisik maupun kognitif nya.
1.4. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa akhir
dan bagaimana cara menjaga kesehatan fisik pada fase ini.
2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan kognitif terjadi pada masa dewasa akhir
dan bagaimana cara mengatasi masalah kognitif pada fase ini.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Dewasa Akhir


Menurut teori Erikson, orang yang memasuki tahap akhir dewasa akan
menghadapi tahap "integritas vs putus asa", di mana kemampuan orang dewasa untuk
mengatasi krisis psikososial mereka menjadi penting. Stereotip positif dan negatif
mengenai lansia dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian mereka. Penting bagi
lansia untuk memiliki integritas ego agar dapat menghadapi kehidupan dengan
kepuasan dan kebahagiaan, serta memperkuat hubungan sosial dan produktivitas yang
memuaskan. Di sisi lain, jika terjadi rasa putus asa seperti takut mati dan merasa hidup
terlalu singkat, dan rasa kekecewaan, ini dapat menghambat perkembangan kepribadian
lansia. Beberapa cara untuk mengatasi krisis ini di masa lansia antara lain tetap
produktif dalam peran sosial, menjalani gaya hidup sehat, dan menjaga kesehatan fisik.
Menurut J.W. Santrock (2002), terdapat dua perspektif mengenai definisi lansia,
yaitu pandangan dari orang barat dan orang Indonesia. Orang barat menganggap bahwa
orang yang berusia 65 tahun keatas tergolong sebagai lansia, sedangkan pandangan
orang Indonesia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia di atas 60
tahun. Hal ini disebabkan karena di Indonesia, umur 60 tahun dianggap sebagai usia
maksimal untuk bekerja dan juga ditandai dengan munculnya tanda-tanda penuaan.
Menurut Hurlock (2002), pada tahap akhir dari perkembangan, terdapat dua kategori
usia lanjut, yaitu lanjut dini yang mencakup rentang usia 60-70 tahun, serta usia lanjut
yang dimulai dari usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orang yang berusia
antara 65 hingga 74 tahun dapat dikategorikan sebagai orang tua muda atau usia tua,
sementara mereka yang berusia 75 tahun atau lebih termasuk dalam kategori orang tua
yang lebih tua atau usia tua akhir, dan mereka yang berusia 85 tahun atau lebih dapat
dikategorikan sebagai orang tua lanjut dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.
Depkes mengelompokkan lansia menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok lansia
dini yang berusia 55-64 tahun, kelompok lansia yang berusia 65 tahun ke atas, dan
kelompok lansia resiko tinggi yang berusia lebih dari 70 tahun. Dari penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah periode dimana seseorang
mencapai kematangan dalam kehidupan dan mengalami penurunan fungsi organ tubuh
seiring dengan waktu. Tahapan ini dimulai dari usia 55 tahun hingga meninggal (Aziz,
1994). Masa akhir dewasa kadang disebut sebagai masa penutup dalam rentang hidup

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 4


seseorang. Pada masa ini, seseorang mengalami perubahan yang signifikan dalam
kehidupannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Menurut pandangan psikologi,
masa tua atau lansia dimulai sekitar usia 60 tahun hingga saat meninggal. Pada masa
ini, terjadi penurunan kekuatan fisik dan daya ingat seseorang (Jahja, 2017). Periode
akhir masa dewasa mengalami perubahan yang disebut "senescence", yaitu proses
penuaan yang melibatkan perubahan fisik dan psikologis pada individu (Rahajeng,
2017).
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia adalah
masa di mana seseorang telah mencapai tahap matang dalam kehidupan dan mengalami
penurunan fungsi organ tubuh secara bertahap seiring berjalannya waktu. Tahapan ini
biasanya dimulai pada usia 55 tahun dan dapat berlangsung hingga akhir hayat.
Meskipun lanjut usia dapat membawa tantangan dan perubahan dalam kehidupan
seseorang, namun dengan dukungan dan perawatan yang tepat, seseorang masih dapat
menjalani hidup yang sehat dan bermakna di usia lanjut.
2.2. Perkembangan Fisik Pada Masa Dewasa Akhir
Pada usia lanjut, pengaturan suhu badan menjadi sulit karena terjadi penurunan
tingkat metabolisme dan kekuatan otot. Selain itu, orang tua cenderung mengalami
kesulitan tidur karena penurunan jumlah waktu tidur yang diperlukan dan kualitas tidur
yang buruk. Masalah pencernaan juga menjadi perhatian karena perubahan fisik seperti
gigi tanggal, daya penciuman dan perasa yang menurun, sehingga jenis makanan yang
enak menjadi terasa tidak enak. Menurut Hurlock (1980), menyatakan bahwa pada usia
dewasa akhir terjadi perubahan fisik pada daerah kepala, daerah tubuh, dan daerah
persendian.
Semakin bertambah usia sel-sel, semakin sulit pula untuk menghilangkan limbah-
limbahnya, yang akhirnya dapat menyumbat lebih dari 20% dari sel tersebut. Ketika
sel-sel menjadi lebih tua, molekul-molekulnya dapat terikat satu sama lain dan
menyebabkan kerusakan pada siklus biokimia yang penting, mengganggu fungsi
normal sel dan menyebabkan bentuk kerusakan lainnya. Pada masa dewasa akhir,
terjadi banyak perubahan dalam fungsi organ tubuh yang semakin menurun. Beberapa
sistem saraf dan kemampuan berfikir otak mengalami penurunan. Hal ini bisa
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Penurunan Fungsi Otak
Menurut Bondare (2007), rata-rata otak manusia kehilangan berat sebesar 5
hingga 10 persen dan mengalami penurunan volume saat usia mencapai 20 hingga

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 5


90 tahun. Studi yang dilakukan oleh Shan dan rekan-rekan menemukan bahwa
pada orang lanjut usia, volume otak bisa mencapai 15 persen lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang lebih muda (Shen, et al., 2005). Beberapa peneliti
berpendapat bahwa menurunnya Acetylcholine berperan dalam menurunnya fungsi
memori, bahkan hingga kehilangan memori yang parah seperti pada penyakit
Alzheimer (Bentley, driver, & Dolan, 2009). Meskipun tidak seperti komputer,
otak memiliki kapasitas untuk memperbaiki dirinya secara nyata (Jessberger &
Gage, 2010). Aktivitas yang dilakukan oleh orang dewasa lanjut usia dapat
mempengaruhi perkembangan otak, dan dalam studi fMRI, tingkat kebugaran
aerobik yang lebih tinggi dikaitkan dengan volume hippocampus yang lebih besar
dan memori yang lebih baik (Erickson, et al., 2009).
2) Sistem Kekebalan Tubuh
Orang-orang lanjut usia yang mengalami stres yang berkepanjangan dan
kurangnya proses penyembuhan dapat mempercepat proses penuaan dan
memengaruhi fungsi kekebalan mereka (Zitrogel, Kepp, & Kroemer, 2010). Selain
itu, kekurangan nutrisi dan protein dapat menyebabkan penurunan jumlah sel T
yang bertanggung jawab menghancurkan sel-sel yang terinfeksi, sehingga
meningkatkan risiko menurunnya fungsi kekebalan (Hughes, 2010). Oleh karena
itu, vaksinasi terhadap influenza sangat penting bagi orang lanjut usia karena risiko
infeksi yang lebih tinggi karena penurunan fungsi kekebalan (Maggi & Michel,
2010).
3) Penampilan Fisik dan Pergerakan
Pada akhir masa dewasa, tinggi badan pria dan wanita cenderung mengecil
karena tulang belakang mereka mengalami penyusutan (Hoyer & Roodin 2003).
Selain itu, berat badan mereka juga cenderung menurun setelah usia 60 tahun
karena adanya penyusutan otot, sehingga tubuh terlihat kendur (Evans, 2010).
Kondisi ini dapat mempengaruhi gerakan orang lanjut usia yang cenderung lebih
lambat dan sulit dibandingkan dengan orang dewasa awal, dan semakin melambat
seiring bertambahnya usia (Mollenkpf, 2007).
Perubahan fisik yang terjadi pada tubuh lansia meliputi beberapa aspek seperti
postur tubuh yang semula tegap menjadi membungkuk, kehilangan kekuatan pada
otot dan sulit membawa beban yang berat, peningkatan berat badan akibat
penumpukan lemak di perut dan paha, serta perubahan kulit yang ditandai dengan
kerutan dan kekeringan (Gordon et al., 2017). Selain itu, seiring bertambahnya usia,

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 6


perubahan pada bagian kepala menjadi hal yang lazim dialami oleh orang lanjut
usia. Perubahan tersebut mudah terlihat dengan mata telanjang dan termasuk yang
paling mudah terlihat. Beberapa perubahan tersebut antara lain, 1) Rambut yang
mulai memutih, 2) Rambut mulai menipis, 3) Pipi yang hilang atau dikenal sebagai
kempong, 4) Gigi yang mulai tanggal satu persatu, sehingga akan menjadi ompong,
5) Kerutan yang tak bisa disembunyikan pada kulit wajah yang mengalami
kekeringan, dan 6) Banyak tumbuhnya tahi lalat pada bagian kepala (Bernstein &
Uliano, 2019).
Perubahan pada persendian tangan dan kaki juga terjadi dan merupakan hal
yang signifikan dalam kehidupan seorang lansia karena keduanya memiliki fungsi
penting dalam mengatur rutinitas sehari-hari. Seperti yang diketahui, tangan dan
kaki merupakan anggota tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak. Penurunan fungsi
dari anggota gerak ini dapat menyebabkan kelemahan dalam melakukan aktivitas
dan berat untuk berjalan. Selain itu, perubahan juga terjadi pada kuku tangan dan
kaki, dimana kuku-kuku tersebut semakin menebal, mengeras, dan mengkapur
seiring bertambahnya usia (Setiati & Alwi, 2009).
4) Penurunan Ketajaman Sensoris
Kemampuan untuk melihat, mendengar, dan merasakan indera lainnya
berhubungan dengan kemampuan kita untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
namun penurunan fungsi sensorik dapat mempengaruhi kemampuan tersebut. Studi
yang melibatkan lebih dari 500 orang dewasa yang berusia 70-102 tahun
menunjukkan bahwa ketajaman sensorik, terutama penglihatan, berhubungan
dengan kemampuan orang lanjut usia dalam melakukan tugas sehari-hari seperti
mandi dan perawatan diri, membersihkan rumah, terlibat dalam aktivitas
intelektual, dan menonton televisi. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan tersebut tidak terlalu baik pada orang lanjut usia (Marsiske, Klumb &
Baltes, 1997).
5) Sistem Peredaran Darah dan Paru – Paru
Pada usia 20-80 tahun, paru-paru dapat menurun hingga 40% tanpa adanya
penyakit (Fozard, 1992). Hal ini disebabkan oleh hilangnya elastisitas paru-paru,
menyusut nya dada, dan melemahnya diafragma (Cherniack, 2007). Namun, orang
lanjut usia dapat meningkatkan kapasitas paru-paru dengan melakukan latihan
untuk memperkuat diafragma. Merokok dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
yang parah dan bahkan kematian (Whincup, 2006).

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 7


Selain itu, beberapa ahli proses penuaan merekomendasikan pengaturan
tekanan darah sebaiknya tetap konsisten pada angka 120/80 untuk menurunkan
risiko terkena serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal (Krakoff, 2008).
Peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia dapat berkaitan dengan sakit,
obesitas, kecemasan, pembuluh darah yang mengeras, atau kurangnya aktivitas
fisik (Shizukuda, Plummer, & Harrelson, 2010).
6) Seksualitas
Menurut studi, ada dua faktor yang dapat memengaruhi keberlangsungan
seksualitas pada orang lanjut usia, yaitu tidak adanya penyakit dan keyakinan
bahwa orang lanjut usia seharusnya aseksual (Woloski, 2010). Meskipun demikian,
proses penuaan dapat berdampak pada perubahan performa seksual terutama pada
pria (Bauman, 2008). Namun, sebuah penelitian dalam skala besar menunjukkan
bahwa orang lanjut usia yang aktif secara seksual memiliki kualitas kehidupan
seksual yang baik dan minat terhadap seks yang positif, serta berhubungan positif
dengan kesehatan di masa dewasa akhir (Lindau & Gavrilova, 2010).
2.2.1. Kesehatan Pada Lansia
1) Perubahan Pada Kesehatan
Semakin bertambah usia seseorang, maka risiko terkena penyakit juga
akan meningkat (Ferruci & Koh, 2007). Sebagian besar orang yang mencapai
usia 80 tahun atau lebih, cenderung menderita penyakit kronis. Penyakit yang
jarang terjadi pada usia dewasa awal, cenderung meningkat pada usia dewasa
pertengahan dan menjadi lebih umum pada usia dewasa akhir (Kane, 2007).
Perubahan yang terjadi pada tubuh saat memasuki usia lanjut juga ditandai
dengan menurunnya fungsi fisik secara umum dan memburuknya kesehatan
seorang lansia. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia
meliputi mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot, sakit kepala, sakit
pada lambung serta kesulitan tidur atau insomnia (Rahajeng, 2016).
2) Masalah Kesehatan Pada Usia Lansia
Lebih dari separuh populasi di Amerika Serikat yang berusia 65 hingga
74 tahun meninggal karena penyakit kardiovaskular atau kanker (Pusat
Nasional Untuk Statistik Kesehatan, 2008). Seiring bertambahnya usia, risiko
meninggal akibat penyakit kardiovaskular menjadi lebih besar dibandingkan
dengan risiko meninggal akibat kanker (Pusat Nasional Untuk Statistik
Kesehatan, 2010).

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 8


a) Arthritis
Arthritis merupakan suatu kondisi peradangan pada sendi yang sering
disertai dengan rasa sakit, kekakuan, dan masalah dalam gerakan tubuh.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang yang telah lanjut usia (Baker,
2009 ; Villeneuve & Haraoui, 2010). Untuk mengurangi gejala arthritis,
dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan seperti aspirin,
berolahraga khusus untuk penyakit persendian, menurunkan berat badan,
dan dalam kasus yang parah, penggantian sendi yang terkena dengan
prosthesis (Kokkalis, Schmidt, & Sotoreanos, 2009).
b) Osteoporosis
Menurut Ishikawa (2009), osteoporosis adalah kondisi utama yang
menyebabkan orang tua menjadi bungkuk. Osteoporosis cenderung dialami
oleh wanita, dan merupakan penyebab utama patah tulang pada wanita
(Bessette & kolega, 2009). Agar terhindar dari osteoporosis, wanita pada
usia muda dan paruh baya disarankan untuk mengonsumsi makanan yang
kaya kalsium, berolahraga lebih banyak, dan tidak merokok (Cashman,
2008).
c) Kecelakaan
Menurut Pusat Nasional Untuk Statistik Kesehatan (2010), kecelakaan
adalah salah satu penyebab utama kematian pada orang lanjut usia,
menempati peringkat keenam. Kecelakaan yang umum terjadi pada lanjut
usia adalah cedera akibat jatuh dari lantai atas di rumah, kecelakaan lalu
lintas ketika sedang mengendarai mobil, dan ditabrak kendaraan ketika
sedang berjalan (Verghese, 2010).
d) Penyalahgunaan Obat
Menurut sebuah penelitian, terdapat peningkatan dramatis pada jumlah
orang dewasa lanjut usia selama abad ke-21, namun penyalahgunaan obat-
obatan menjadi masalah yang meningkat pada kelompok ini (Atkinson,
Ryan, & Turner, 2001). Studi lain menunjukkan bahwa orang dewasa lanjut
usia yang meminum minuman beralkohol dalam kadar sedang memiliki
kesehatan fisik dan mental yang lebih baik serta umur hidup yang lebih
panjang dibandingkan dengan mereka yang meminum dalam kadar yang
berat atau tidak sama sekali (Rozzini, Ranhof, & Trabucchi, 2007). Anggur

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 9


merah dikenal memiliki manfaat dalam menurunkan stres dan mengurangi
risiko penyakit jantung koroner (Angelone, 2010).
2.2.2. Upaya Menjaga Kesehatan Fisik Pada Masa Dewasa Akhir
Dalam proses penuaan, menjaga kesehatan menjadi semakin penting
untuk meningkatkan kualitas hidup. Terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesehatan pada lansia, seperti menjaga pola makan
yang sehat, berolahraga secara teratur, menghindari kebiasaan buruk seperti
merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, serta menjaga kesehatan fisik dan
mental secara umum.
a) Olahraga
Dalam penelitian terkait, diungkapkan bahwa olahraga memiliki
dampak signifikan pada hidup atau kematian orang paruh baya atau lanjut
usia. Sebuah studi melibatkan lebih dari 10.000 partisipan pria dan wanita,
yang dikelompokkan ke dalam kategori kurang sehat, cukup sehat, dan
sangat sehat (Blair, 1989). Temuan baru menunjukkan bahwa orang
dewasa yang berusia 60 tahun ke atas dan memiliki nilai fisik di bawah
lima pada tes treadmill memiliki risiko meninggal empat kali lebih tinggi
dalam periode 12 tahun dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor
fisik di lima teratas (Sui, 2007).
b) Nutrisi dan Berat Badan
Beberapa orang dewasa menerapkan diet pembatasan yang dapat
berdampak buruk pada kesehatan, terutama jika tidak memperoleh vitamin
dan mineral yang cukup (Cashman, 2009). Salah satu perubahan pola
makan pada orang lanjut usia yang dapat meningkatkan risiko penurunan
berat badan yang berbahaya, terutama pada wanita, adalah mengurangi
camilan di antara waktu makan (Morley, 2003).
Antioksidan memiliki kemampuan untuk melawan kerusakan sel yang
diakibatkan oleh radikal bebas yang diproduksi oleh metabolisme tubuh
dan faktor lingkungan seperti merokok, polusi, dan zat kimia buruk dalam
diet (Flora, 2007). Beberapa penelitian telah mempelajari hubungan antara
vitamin antioksidan dan kesehatan. Sebagai contoh, suatu studi
menemukan bahwa rendahnya konsentrasi vitamin C dalam darah pada
orang lanjut usia dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi
(Fletcher, Breeze, & Shetty, 2003). Namun, penelitian baru-baru ini pada

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 10


pria menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C dan E tidak dapat mencegah
penyakit kardiovaskular atau kanker (Gaziano, 2009).
2.3. Perkembangan Kognitif Dewasa Akhir
Menurut David Wechsler, penurunan kemampuan mental adalah bagian dari
proses penuaan secara umum, dan penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang
mengalami penurunan kemampuan setelah mencapai puncak pada usia 45-55 tahun. Hal
ini juga terjadi pada orang lanjut usia (Demista, 2008). Kemunduran intelektual pada
orang lanjut usia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit, kecemasan,
atau depresi, namun kemampuan intelektual pada dasarnya dapat dipertahankan.
Menyediakan lingkungan yang merangsang dan melatih keterampilan intelektual orang
lanjut usia serta mengantisipasi terjadinya kepikunan adalah beberapa faktor yang dapat
membantu mempertahankan kondisi kognitif mereka (Harlock, 2002).
Menurut Santrock (2004), issue tentang penurunan intelektual selama masa
dewasa adalah hal yang menarik perhatian. David Wechsler (1972), pencipta skala
intelijen, menyatakan bahwa penurunan intelektual terjadi pada masa dewasa karena
adanya proses penuaan yang alami pada setiap individu. Namun, John Horn (1980)
berpendapat bahwa beberapa kemampuan intelektual memang menurun, sementara
kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan kristal yaitu
pengetahuan verbal dan informasi yang dimiliki oleh individu, cenderung meningkat
seiring bertambahnya usia, sedangkan kecerdasan fluid yaitu kemampuan untuk
berpikir abstrak, cenderung menurun sejak usia dewasa.
Studi lain (Baltes, Smith, & Staudinger, in press; Dobson et al., 1993; Salthouse,
1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternberg & McGrane, 1993)
menunjukkan bahwa pada umumnya kecepatan pemrosesan informasi cenderung
menurun pada masa dewasa akhir. Selain itu, orang dewasa lanjut cenderung kurang
mampu mengingat informasi yang telah disimpan dalam ingatan mereka. Namun, faktor
perbedaan individu juga memengaruhi hal ini.
1. Fungsi Kognitif pada Orang Lanjut Usia
a) Multi Dimensionalitas dan Multidireksionalitas
Margrett dan Deshpande-kamat (2009) menyatakan bahwa dalam
memahami perubahan kognitif pada masa dewasa, kita perlu
mempertimbangkan bahwa konsep kognisi bersifat multidimensional.
Perubahan mekanika kognitif cenderung terjadi seiring bertambahnya usia
karena pengaruh biologi, keturunan, dan kesehatan. Finch (2009)

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 11


menyimpulkan bahwa kemunduran mekanika kognitif dapat dimulai pada awal
usia paruh baya. Lovden dan Lindenberg (2007) menyebutkan bahwa
penurunan kecepatan pemrosesan informasi, kapasitas working memory, dan
kemampuan menekan informasi yang tidak relevan, kemungkinan menjadi
faktor terbesar yang berkontribusi terhadap penurunan fluid mechanics pada
masa dewasa akhir.
Penurunan kecepatan pemrosesan informasi pada orang dewasa lanjut
usia biasanya berkaitan dengan penurunan fungsi otak dan sistem saraf pusat
(Finch, 2009). Meskipun orang dewasa lanjut usia menunjukkan performa yang
sama baiknya dengan orang paruh baya dan dewasa muda dalam beberapa
pengukuran, namun performa mereka cenderung menurun dalam tugas
kewaspadaan yang kompleks (Bucur & Madden, 2007).
b) Pendidikan, Pekerjaan, dan Kesehatan
Menurut Aiken Morgan, Sims, & Whitfield (2010), terdapat korelasi
positif antara pengalaman di bidang pendidikan dan skor pada tes intelegensi
dan tugas pengolahan informasi, seperti memori. Oleh karena itu, mungkin
banyak orang lanjut usia yang berusaha untuk meningkatkan pendidikan
mereka karena berbagai alasan (Manheimer, 2007). Elias & Wagster (2007)
menemukan bahwa generasi saat ini memiliki pengalaman kerja yang
menekankan pada orientasi kognitif, yang berkaitan dengan fungsi intelektual
yang lebih tinggi pada orang lanjut usia, menurut studi oleh Schooler, Mulatu
& Oates (1999). Selain itu, perawatan kesehatan yang semakin baik juga
membuat generasi saat ini lebih sehat pada usia lanjut. Beberapa penyakit yang
umum pada usia lanjut, seperti hipertensi dan diabetes, dapat mempengaruhi
fungsi kognitif, meskipun secara langsung tidak mempengaruhi kemunduran
mental (Dahle, Jacobs, & Raz, 2009; Schaie, 1994).
c) Gunakan atau Kehilangan
Menurut Hughes (2010), perubahan pola aktivitas kognitif dapat
mengakibatkan keterampilan yang tidak terpakai mengalami atrofi. Dalam
model keterlibatan optimasi kognitif, "gunakanlah atau Anda akan kehilangan"
juga dianggap sebagai komponen signifikan yang menekankan pentingnya
keterlibatan intelektual dan sosial dalam memperlambat penurunan terkait usia
terhadap perkembangan intelektual (La Rue, 2010).
d) Pelatihan Keterampilan Kognitif

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 12


Dalam penelitian oleh Baltes, Lindenberg, & Staudinger (2006), terdapat
dua kesimpulan penting yang ditemukan, yaitu pertama, pelatihan dapat
meningkatkan keterampilan kognitif pada orang lanjut usia, dan kedua, pada
masa dewasa akhir, kemampuan plastisitas kognitif tetap menurun, terutama
pada mereka yang telah mencapai usia 85 tahun keatas. Erickson & Kawan-
kawan (2009) menemukan bahwa kebugaran fisik yang meningkat dapat
meningkatkan fungsi kognitif pada orang lanjut usia. Oleh karena itu, pelatihan
kognitif dan kebugaran dapat meningkatkan vitalitas kognitif pada orang lanjut
usia (Kramer & Morrow, 2009).
e) Neurosains Kognitif dan Proses Menjadi Tua
Bidang ilmu neurosains kognitif mempelajari kaitan antara otak dan
fungsi kognitif, yang merupakan hal yang saling terkait dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Meeks dan Jeste (2009) menjelaskan bahwa
bidang ini merupakan disiplin ilmu utama yang berfokus pada hubungan
tersebut. Selain itu, Smith (2007) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi di
otak dapat mempengaruhi fungsi kognitif, dan sebaliknya, perubahan dalam
fungsi kognitif juga dapat berdampak pada otak. Oleh karena itu, penting untuk
mempelajari keduanya bersama-sama dalam bidang neurosains kognitif,
sehingga kita dapat memahami dengan lebih baik bagaimana otak dan fungsi
kognitif saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
2. Perkembangan Bahasa
Mayoritas penelitian mengenai perkembangan bahasa berfokus pada periode
bayi dan anak-anak (Thornton & Light, 2006). Namun, pada umumnya dianggap
bahwa sebagian besar individu tetap mempertahankan keterampilan bahasa mereka
ketika dewasa (Thornton & Light, 2006). Menurut Willis dan Schaie (2005),
perbendaharaan kata seseorang terus bertambah bahkan hingga usia dewasa akhir.
Meski begitu, orang lanjut usia secara umum hanya mengalami sedikit kemunduran
dalam keterampilan berbahasa apabila sehat (Clark-Cotton, 2007).
Kesulitan dalam memahami pembicaraan dapat disebabkan oleh kehilangan
pendengaran (Gordon-salant, 2006). Terdapat satu aspek dalam cara berbicara di
mana perbedaan usia ditemukan, yakni ketika menceritakan kembali sebuah kisah
atau memberikan instruksi untuk menyelesaikan sebuah tugas. Orang dewasa lanjut
usia cenderung menghilangkan elemen kunci ketika terlibat dalam cara berbicara

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 13


jenis ini, sehingga menciptakan percakapan yang kurang lancar dan lebih sulit untuk
disimak (Clark-Cotton, 2007).
3. Kerja dan Masa Pensiunan
a) Kerja
Pada awal abad ke-21, terjadi penurunan presentase laki-laki yang berusia
65 tahun ke atas yang bekerja purna waktu dibandingkan pada awal abad ke-20,
meskipun pemerintah memungkinkan individu-individu tersebut tetap bekerja
(Shore & Goldberg, 2005). Sejumlah pensiunan memilih untuk hanya pensiun
sebagian dan tetap terlibat dalam pekerjaan separuh waktu dengan cara
mengurangi jumlah jam kerja atau dengan mencari pekerjaan baru (Hardy, 2006).
Stereotip negatif terhadap karyawan lanjut usia dan tugas-tugas yang
mereka tangani dapat membatasi peluang karier mereka dan mendorong mereka
untuk pensiun lebih dini atau mengalami pembatasan pekerjaan yang berdampak
pada mereka (Finkelstein & Farrel, 2007). Atribut negatif yang sering dikaitkan
dengan karyawan lanjut usia meliputi keterampilan, adaptabilitas, kreativitas, dan
ketertarikan pada teknologi mutakhir (Scilfa & Fernie, 2006).
b) Penyesuaian Terhadap Masa Pensiun
Menurut Moen (2007), pensiun bukanlah sebuah peristiwa melainkan
sebuah proses. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Moen (2002)
menemukan bahwa laki-laki yang pensiun dalam waktu dua tahun memiliki
semangat juang yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang pensiun
dalam waktu yang lebih lama. Para orang lanjut usia yang berhasil menyesuaikan
diri dengan pensiun adalah mereka yang memiliki kesehatan yang baik, keuangan
yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki jaringan sosial yang luas, dan
biasanya puas dengan kehidupan sebelum pensiun (Jokela, 2010).
Dalam penelitian mereka, Van Solinge dan Henkens (2005) menemukan
bahwa individu yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan masa
pensiun adalah mereka yang memiliki keterikatan kuat dengan pekerjaan, yang
ditandai dengan sejarah panjang dalam pekerjaan purna-waktu dan kurangnya
kontrol terhadap transisi menuju pensiun. Selain itu, individu tersebut juga
memiliki self-efficacy yang rendah, yang berarti mereka kurang percaya pada
kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan yang dihadapi selama pensiun.
Sebaliknya, individu yang lebih mudah menyesuaikan diri dengan masa pensiun
adalah mereka yang memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas dalam menghadapi

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 14


perubahan, serta memiliki pandangan positif tentang masa pensiun sebagai fase
baru dalam hidup mereka.
4. Kesehatan Mental
a) Depresi
Menurut Fiske, Wetherel, & Gatz (2009), gejala depresi pada orang dewasa
lanjut usia memiliki variasi yang berbeda-beda, dimulai dari yang jarang terjadi
hingga lebih sering dialami pada masa dewasa akhir dibandingkan dengan masa
dewasa awal. Lebih dari setengah kasus depresi pada orang dewasa lanjut usia
mengindikasikan bahwa ini adalah kali pertama individu-individu ini mengalami
depresi dalam hidup mereka. Kelompok lanjut usia yang paling rentan terhadap
gejala depresi adalah mereka yang mengalami penurunan fisik, kerusakan
kognitif, memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah, dan didominasi oleh
wanita (Hybels & Blazer, 2004).
Meskipun hanya 20 persen orang dewasa lanjut usia yang menderita gejala
depresi yang mendapatkan pengobatan, penting untuk diingat bahwa pemberian
obat dan psikoterapi dapat sangat membantu bagi individu yang mengalami
depresi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fiske, Wetherel, & Gatz (2009)
menunjukkan bahwa sekitar 4 dari 5 orang dewasa lanjut usia yang mengalami
depresi mengalami kemajuan yang signifikan setelah menerima pengobatan
tersebut. Oleh karena itu, penting bagi individu yang menderita gejala depresi
untuk mencari bantuan dan pengobatan yang sesuai guna meningkatkan kualitas
hidup mereka.
b) Demensia, Penyakit Alzheimer, dan Penyakit-Penyakit Lainnya
Dalam dunia medis, demensia merupakan istilah yang umum digunakan
untuk menggambarkan berbagai jenis gangguan neurologis yang mempengaruhi
fungsi mental seseorang. Penderita demensia seringkali mengalami penurunan
kemampuan untuk merawat diri dan kesulitan mengenali lingkungan sekitarnya
dan orang-orang di sekitarnya (Mast & Healy, 2009). Salah satu jenis demensia
yang paling umum adalah Alzheimer, yaitu sebuah kondisi kerusakan otak
progresif yang ditandai dengan kemunduran memori, bahasa, penalaran, dan
fungsi-fungsi fisik (Alzheimer's Association, 2010). Meskipun sulit untuk
membedakan antara orang yang mengalami penurunan memori terkait usia dan
yang mengalami mild cognitive impairment (MCI), prediksi siapa yang berisiko
mengalami Alzheimer dapat dilakukan (Schwam & Su, 2010). Meskipun obat-

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 15


obatan untuk Alzheimer hanya mampu memperlambat perkembangan penyakit,
pasien Alzheimer sangat membutuhkan dukungan keluarga untuk membantu
mereka dalam perawatan sehari-hari (Ferrara et al., 2008).
Multi infark dementia adalah jenis demensia lain yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah pada otak dan sering terjadi secara sporadis (Solans-Laque
et al., 2008). Pasien dengan jenis demensia ini disarankan untuk meningkatkan
pola makan dan berolahraga serta menggunakan obat-obatan yang sesuai agar
dapat memperlambat perkembangan penyakit yang mendasari (Craft, 2009).
Parkinson juga merupakan salah satu jenis demensia kronis dan progresif yang
ditandai dengan gemetar pada otot dan gerakan yang melambat. Penyakit ini
disebabkan oleh degenerasi neuron di otak yang menghasilkan dopamine
(Swanson et al., 2009). Pada masa depan, terapi sel batang dan gen mungkin dapat
digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson (Fricker-Gates & Gates, 2010).
c) Ketakutan Menjadi Korban, Kejahatan, dan Perlakuan yang Salah Terhadap
Orang Lanjut Usia
Kejahatan terhadap orang lanjut usia seringkali mengakibatkan serangan
serius seperti perampokan bersenjata (Cohn & Harlow, 1993). Namun, sebagian
besar orang lanjut usia menjadi korban kejahatan non-kekerasan seperti penipuan,
vandalisme, penjambretan, dan pelecehan (Fulmer, Guadagno, & Bolton, 2004).
Riset terbaru menunjukkan bahwa sekitar 6 persen orang lanjut usia melaporkan
mengalami kekerasan yang signifikan, yang bisa dilakukan oleh semua orang
tetapi terutama oleh anggota keluarga (Cooper, 2008; Dakin & Pearlmutter, 2009).
Selain itu, orang lanjut usia juga dapat mengalami kekerasan institusional,
yang meliputi perlakuan yang salah terhadap orang dewasa lanjut usia yang
tinggal di fasilitas seperti rumah perawatan, rumah sakit, atau dalam perawatan
jangka panjang (McDonald, 2007). Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
mencegah kekerasan terhadap orang lanjut usia baik di lingkungan keluarga
maupun institusi perawatan.
2.3.1. Upaya Menjaga Kesehatan Kognitif Pada Masa Dewasa Akhir
Menjaga kesehatan kognitif pada lansia menjadi semakin penting karena
semakin meningkatnya usia, semakin besar pula risiko terjadinya penurunan
kognitif. Berbagai faktor seperti gaya hidup, lingkungan, dan faktor genetik dapat
mempengaruhi kesehatan kognitif seseorang. Untuk menjaga kesehatan kognitif
pada lansia, diperlukan beberapa tindakan yang efektif. Salah satunya adalah

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 16


dengan melakukan aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, menulis,
atau belajar bahasa baru. Hal ini didukung oleh sebuah studi yang dipublikasikan
dalam jurnal "The Lancet Neurology". Tidak hanya itu, menjaga pola makan yang
sehat juga dapat membantu menjaga kesehatan kognitif pada lansia. Konsumsi
makanan yang kaya akan nutrisi dan rendah lemak jenuh, serta membatasi
konsumsi gula dan garam, dapat membantu menjaga kesehatan otak. Selain itu,
menghindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, tidur yang cukup, dan
menjaga kesehatan fisik secara umum juga dapat membantu menjaga kesehatan
kognitif pada lansia (Wilson, et al., 2013).
Dalam keseluruhan, menjaga kesehatan kognitif pada lansia membutuhkan
upaya yang konsisten dan terus-menerus. Dengan melakukan tindakan-tindakan
yang efektif seperti merangsang otak, menjaga pola makan yang sehat, dan
menjaga kesehatan fisik secara umum, dapat membantu menjaga kesehatan
kognitif pada lansia dan meminimalkan risiko terjadinya penurunan kognitif yang
lebih serius. Selain itu, menjaga pola makan yang sehat juga penting untuk
menjaga kesehatan kognitif pada lansia. Beberapa jenis makanan yang dapat
membantu meningkatkan kesehatan kognitif adalah makanan yang mengandung
asam lemak omega-3, seperti ikan, biji rami, dan kacang-kacangan. Selain itu,
konsumsi buah-buahan dan sayuran yang kaya akan antioksidan juga dapat
membantu mengurangi risiko terjadinya kerusakan pada otak. Tidur yang cukup
dan menjaga kesehatan fisik juga menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan
kognitif pada lansia. Tidur yang cukup dapat membantu mengurangi risiko
terjadinya gangguan kognitif pada lansia. Selain itu, menjaga kesehatan fisik
dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu meningkatkan
sirkulasi darah ke otak dan meningkatkan kesehatan kognitif pada lansia
(Valenzuela, M & Sachdev P, 2009).
Terakhir, menghindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan juga dapat
membantu menjaga kesehatan kognitif pada lansia. Merokok dan konsumsi alkohol
berlebihan telah terbukti memiliki efek negatif pada kesehatan otak dan
meningkatkan risiko terjadinya gangguan kognitif pada lansia (Ruitenberg, et al.,
2002). Oleh karena itu, menjaga kesehatan kognitif pada lansia dapat dilakukan
dengan melakukan aktivitas yang merangsang otak, menjaga pola makan yang
sehat, tidur yang cukup, menjaga kesehatan fisik, serta menghindari merokok dan
konsumsi alkohol berlebihan (Sabia, et al., 2014).

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 17


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Masa dewasa akhir kini merupakan fenomena di mana seseorang dianggap
menjauh dari masa lalu, namun menjadi periode di mana sifat-sifat kekanak-kanakan,
keegoisan, dan lain sebagainya dapat kembali muncul dan pasti dimiliki oleh individu
di masa dewasa akhir. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, perubahan
fisik dan psikologis pada seorang lanjut usia semakin jelas terlihat. Masa dewasa akhir
juga dapat dianggap sebagai masa penurunan fungsi fisik, psikologis, dan menurunnya
kinerja sistem otak. Di masa ini, lanjut usia juga menjadi rentan terkena berbagai
macam penyakit yang dapat menyerang tubuh mereka.
Meskipun demikian, masa dewasa akhir juga menjadi periode di mana sifat-sifat
kekanak-kanakan dan keegoisan dapat muncul kembali, yang mungkin disebabkan oleh
perasaan takut dan kecemasan terhadap masa depan serta keterbatasan yang ada pada
diri mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan menerima
perubahan yang terjadi pada diri kita saat memasuki masa dewasa akhir dan menjaga
kesehatan tubuh serta pikiran untuk mengatasi tantangan yang ada. Dengan melakukan
hal ini, kita dapat mengalami masa dewasa akhir dengan tenang dan memperoleh
kebahagiaan di masa tua.
3.2. Saran
Sebagai saran, individu yang memasuki masa dewasa akhir sebaiknya melakukan
tindakan pencegahan terhadap penyakit dan menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, berolahraga
secara teratur, serta melakukan aktivitas yang dapat merangsang otak seperti membaca,
menulis, atau bermain puzzle. Selain itu, penting untuk menjaga hubungan sosial yang
baik dengan keluarga dan teman-teman untuk mencegah isolasi sosial yang dapat
menyebabkan depresi atau kecemasan. Selain itu, mempersiapkan diri secara finansial
untuk masa tua juga menjadi hal yang penting agar individu dapat merasa tenang dan
terhindar dari stres keuangan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, individu dapat
mengalami masa dewasa akhir dengan tenang dan memperoleh kebahagiaan di masa
tua.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 18


Daftar Pustaka

Aziz, R. A. (1994). Mengenal Lanjut Usia. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Atkinson, T.J., Ryan, S.J., & Turner, J.A. (2001). Drug and Alcohol Abuse Among Elderly
Persons. Clinical Geriatric Medicine, 17(2), 257-270.

Angelone, T. (2010). Red Wine and Your Heart: How to Drink Responsibly. Harvard Heart
Letter, 20(1), 1-3.

Aiken-Morgan, A. T., Sims, R. C., & Whitfield, K. E. (2010). The Effects of Socio-Economic
Status and Race on Cognitive Functioning in Late Adulthood. Journal of aging and
health, 22(6), 792-814.

Bondare, T. (2007). Aging of the Brain and Dementia: Neuropsychological, Biochemical, and
Clinical Aspects. Springer Science & Business Media.

Bentley, P., Driver, J., & Dolan, R. J. (2009). Cholinergic Modulation of Cognition: Insights
from Human Pharmacological Functional Neuroimaging. Progress in Neurobiology,
89(2), 125–136.

Baker, K. (2009). Arthritis. In M. Leven (Ed.), The Encyclopedia of aging (4th ed., pp. 82-
84). New York: Springer Publishing Company.

Bessette, L., & kolega. (2009). The Role of Osteoporosis in The Elderly Population. Current
Opinion in Rheumatology, 21(4), 423-428.

Bucur, B., & Madden, D. J. (2007). Effects Of Adult Age and Blood Pressure on Executive
Function and Speed of Processing. Experimental aging research, 33(4), 439-459.

Baltes, P. B., Lindenberg, U., & Staudinger, U. M. (2006). Lifespan Theory in Developmental
Psychology. In W. Damon & R. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology (pp. 569-
664). John Wiley & Sons, Inc.

Cashman, K.D. (2008). Calcium And Vitamin D In the Prevention and Treatment of
Osteoporosis – A Clinical Update. Journal of Women’s Health, 17(3), 425-437.

Chodzko-Zajko, W. J., Proctor, D. N., Fiatarone Singh, M. A., et al. (2009). Exercise and
Physical Activity for Older Adults. Medicine & Science in Sports & Exercise, 41(7),
1510-1530.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 19


Clark-Cotton, M. R. (2007). Communication and Aging. In R. L. Nussbaum & J. E. Coupland
(Eds.), Handbook of communication and aging research (pp. 71-89). Lawrence
Erlbaum Associates.

Demista. (2008). Pikun dan Usia Lanjut: Faktor Risiko dan Upaya Pencegahan. Penerbit
Buku Kedokteran.

Dahle, C. L., Jacobs, B. S., & Raz, N. (2009). Aging, Vascular Risk, and Cognition: Blood
Glucose, Pulse Pressure, and Cognitive Performance in Healthy Adults. Psychology
and aging, 24(1), 154.

Dobson, K. S., Dozois, D. J. A., & Westra, H. A. (1993). The Role of Cognitive Variables in
The Development of Anxiety Disorders: A Theoretical and Empirical Review. Journal
of Anxiety Disorders, 7(1), 31-48.

Erickson, K. I., Voss, M. W., Prakash, R. S., et al. (2009). Exercise Training Increases Size of
Hippocampus and Improves Memory. Proceedings of the National Academy of
Sciences of the United States of America, 108(7), 3017–3022.

Evans, W. J. (2010). Skeletal Muscle Loss: Cachexia, Sarcopenia, and Inactivity. The
American Journal of Clinical Nutrition, 91(4), 1123S–1127S.

Elias, M. F., & Wagster, M. V. (2007). Cognitive Functioning in Midlife and Old Age:
Moving from Decline to Gain. Research in human development, 4(2-3), 107-118.

Erickson, K. I., Colcombe, S. J., Wadhwa, R., Bherer, L., Peterson, M. S., Scalf, P. E., ... &
Kramer, A. F. (2007). Training-Induced Plasticity in Older Adults: Effects of Training
on Hemispheric Asymmetry. Neurobiology of aging, 28(2), 272-283.

Ferruci, L., & Koh, W.P. (2007). Aging and Susceptibility to The Hazards of Obesity. Annals
of the New York Academy of Sciences, 1114(1), 137-146.

Finch, C. E. (2009). The Biology of Human Longevity: Inflammation, Nutrition, and Aging in
The Evolution of Lifespans. Elsevier.

Fiske, A., Wetherell, J. L., & Gatz, M. (2009). Depression in Older Adults. Annual Review of
Clinical Psychology, 5, 363-389.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 20


Finkelstein, L. M., & Farrell, K. (2007). Age Stereotypes and Workplace Discrimination. In
R. L. Nussbaum & J. E. Coupland (Eds.), Handbook of communication and aging
research (pp. 305-326). Lawrence Erlbaum Associates.

Gordon-Salant, S. (2006). Hearing Loss and Aging: New Research Findings and Clinical
Implications. Journal of Rehabilitation Research and Development, 43(5), 9-24.

Gordon, B. R., McDowell, C. P., Hallgren, M., Meyer, J. D., Lyons, M., & Herring, M. P.
(2017). Association of Efficacy of Resistance Exercise Training With Depressive
Symptoms: Meta-analysis and Meta-regression Analysis of Randomized Clinical Trials.
JAMA Psychiatry, 74(10), 1015–1025.

Hurlock, E. B. (2002). Developmental psychology: A Life-Span Approach. New York:


McGraw-Hill.

Hoyer, W. J., & Roodin, P. A. (2003). Adult Development and Aging (5th ed.). McGraw-Hill
Education.

Hurlock, E. B. (1980). Developmental Psychology: A Life-Span Approach (3rd ed.). Tata


McGraw-Hill Education.

Hughes, D. A. (2010). Effects Of Aging on The Immune Response to Infections. Infection


Control and Hospital Epidemiology, 31(2), 214–219.

Harlock, W. (2002). Brainfit: 10 Minutes A Day For A Sharper Mind And Memory. Simon &
Schuster.

Horn, J. L. (1980). Age And The Fluid-Crsytallized Abilities Factor Structure. Journal of
Gerontology, 35(2), 179-187.

Hughes, T. F. (2010). Use It Or Lose It: Activity Engagement As A Predictor Of Cognitive Decline .
American Journal of Geriatric Psychiatry, 18(5), 428-437.

Hardy, M. A. (2006). Retirement And Part-Time Work. In R. L. Nussbaum & J. E. Coupland


(Eds.), Handbook of communication and aging research (pp. 91-110).

Ishikawa, A. (2009). Osteoporosis. In M. Leven (Ed.), The Encyclopedia of Aging (4th ed.,
pp. 901-902). New York: Springer Publishing Company.

Jokela, M. (2010). Successful Aging: A Study of The Literature. Journal of Gerontological


Social Work, 53(7), 657-676.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 21


Jessberger, S., & Gage, F. H. (2010). Adult Neurogenesis: Bridging the Gap Between Mice
and Humans. Trends in Cell Biology, 20(9), 1–8.

Jahja, Y. (2017). Perubahan Psikologi Pada Lansia. Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(1),
64-71.

Kokkalis, Z.T., Schmidt, A.B., & Sotoreanos, N.G. (2009). Total Joint Replacement in The
Elderly Patient. Geriatric Orthopaedic Surgery & Rehabilitation, 1(1), 6-14.

Kramer, A. F., & Morrow, D. G. (2009). Aging, Cognition, And Work Performance. In J. W.
Hedge & W. C. Borman (Eds.), The Oxford handbook of work and aging (pp. 153-170).
Oxford University Press.

Kim, J. E., & Moen, P. (2002). Retirement Transitions, Gender, and Psychological Well-
Being: A Life-Course, Ecological Model. Journal of Gerontology: Social Sciences, 57B
(3), S212-S222.

Kane, R.L. (2007). Aging and Health. The Milbank Quarterly, 85(2), 247-254.

Lovden, M., & Lindenberger, U. (2007). Revisiting The Dedifferentiation Hypothesis With
Longitudinal Multi-Cohort Data. Intelligence, 35(4), 381-392.

La Rue, A. (2010). Healthy Brain Aging: Role of Cognitive Reserve, Cognitive Stimulation,
And Cognitive Exercises. Clinics in geriatric medicine, 26(1), 99-111.

Maggi, S., & Michel, J. P. (2010). Vaccination Against Influenza in Older People. Swiss
Medical Weekly, 140, w13093.

Mollenkpf, P. (2007). Age-Related Changes in Movement Control. Human Kinetics.

Moen, P. (2007). Continuity And Change in Work and Retirement. In J. E. Birren & K. W.
Schaie (Eds.), Handbook of the psychology of aging (pp. 395-413). Academic Press.

Meeks, T. W., & Jeste, D. V. (2009). Neurobiology Of Wisdom: A Literature Overview.


Archives Of General Psychiatry, 66(4), 355-365.

Pusat Nasional Untuk Statistik Kesehatan. (2008). Health, United States, 2008: With Special
Feature on The Health of Young Adults. Retrieved from
https://www.cdc.gov/nchs/data/hus/hus08.pdf.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 22


Pusat Nasional Untuk Statistik Kesehatan. (2010). Health, United States, 2010: With Special
Feature on Death and Dying. Retrieved from
https://www.cdc.gov/nchs/data/hus/hus10.pdf.

Rozzini, R., Ranhof, I., & Trabucchi, M. (2007). Alcohol Consumption and Longevity in
Elderly Men and Women. Archives of Gerontology and Geriatrics, 44 (Suppl 1), 207-
213.

Ruitenberg, A., van Swieten, J. C., Witteman, J. C. M., Breteler, M. M. B., & van Duijn, C.
M. (2002). Alcohol Consumption and Risk of Dementia: The Rotterdam Study. The
Lancet, 359(9303), 281-286. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(02)07493-7.

Rahajeng, E. (2016). The Elderly’s Health Problems in Indonesia. Journal of Epidemiology


and Public Health, 1(1), 16-22.

Salthouse, T. A. (1992). Influence Of Processing Speed on Adult Age Differences in


Working Memory. Acta Psychological, 79(2), 155-170.

Salthouse, T. A. (1993). The Aging of Working Memory. Neuropsychology, Development,


And Cognition. Section B, Aging, Neuropsychology and Cognition, 1(1), 4-13.

Salthouse, T. A., & Coon, V. E. (1993). Influence Of Task-Specific Processing Speed on Age
Differences in Memory. Journal of Gerontology, 48(5), 245-255.

Sternberg, R. J., & McGrane, P. (1993). The Processing-Speed Theory of Adult Age
Differences in Cognition. Psychological Review, 100(3), 403-428.

Smith, G. E. (2007). Healthy Cognitive Aging and Dementia Prevention. American Journal
of Preventive Medicine, 33(4), S322-S326.

Shore, M. F., & Goldberg, M. S. (2005). Work and Retirement. In J. E. Birren & K. W.
Schaie (Eds.), Handbook of the psychology of aging (pp. 363-386). Academic Press.

Scilfa, L., & Fernie, B. A. (2006). Age Stereotypes and Perceived Age Discrimination In The
Workplace. In R. L. Nussbaum & J. E. Coupland (Eds.)., Handbook of communication
and aging research (pp. 327-344). Lawrence Erlbaum Associates.

Sabia, S., Elbaz, A., Dugravot, A., Head, J., Shipley, M., Hagger-Johnson, G., ... & Kivimaki,
M. (2014). Impact Of Smoking on Cognitive Decline in Early Old Age: The Whitehall

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 23


II Cohort Study. Archives of General Psychiatry, 71(4), 438-445.
https://doi.org/10.1001/archgenpsychiatry.2013.1270.

Santrock, J. W. (2004). Life-Span Development. McGraw-Hill.

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:


Erlangga.

Shen, Q., Wang, Y., Yu, Q., et al. (2005). Age-Related Decline in Memory and Learning: A
Multi-Level Analysis In Non-Human Primates. Proceedings of the National Academy
of Sciences of the United States of America, 102(19), 7145–7150.

Thornton, R., & Light, L. (2006). Language Development in The Lifespan. In L. Hoff & J.
Shatz (Eds.), Blackwell Handbook of Language Development (pp. 489-502). Blackwell
Publishing.

Unita, Rahajeng W. Perkembangan Fisik Dewasa, Psikologi Dewasa dan Lansia, 2 februari
2016. http://unita.lecture.ub.ac.id/files/2016/02/2.-Perkembangan-Fisik-Dewasa-Awal-
dan-Tengah.pdf.

Villeneuve, E., & Haraoui, B. (2010). Safety and Efficacy of Biologics in The Elderly.
Journal of Rheumatology Supplement, 85, 31-35.

Verghese, J. (2010). Falling In Older Adults: Epidemiology, Risk Factors and Strategies for
Prevention. Clinical Geriatric Medicine, 26(4), 633-642.

Valenzuela, M., & Sachdev, P. (2009). Can Cognitive Exercise Prevent the Onset of
Dementia? Systematic Review of Randomized Clinical Trials With Longitudinal
Follow-Up. American Journal of Geriatric Psychiatry, 17(3), 179-187.
https://doi.org/10.1097/JGP.0b013e3181953cff.

Van Solinge, H., & Henkens, K. (2005). Adjustment To and Satisfaction With Retirement:
Two of A Kind? Psychology and Aging, 20(3), 433-440.

Wilson, R. S., Scherr, P. A., Schneider, J. A., Tang, Y., Bennett, D. A., & Boyle, P. A.
(2013). Relation Of Cognitive Activity to Risk of Developing Alzheimer Disease.
Neurology, 81(5), 417-424. https://doi.org/10.1212/WNL.0b013e31829d87df.

Wechsler, D. (1972). Intelligence: Definition, Theory, and Measurement. Psychological


Review, 79(4), 282-293.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 24


Willis, S. L., & Schaie, K. W. (2005). Cognitive Training and Plasticity in Late Adulthood. In
J. E. Birren & K. W. Schaie (Eds.), Handbook of the psychology of aging (pp. 311-
327). Academic Press.

Zitvogel, L., Kepp, O., & Kroemer, G. (2010). Immune Parameters Affecting the Efficacy of
Chemotherapeutic Regimens. Nature Reviews Clinical Oncology, 8(3), 151–160.

Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Dewasa Akhir 25

Anda mungkin juga menyukai