Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 2

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan 2

Dosen Pengampu:

Tetty Winda Siregar, S.Psi., M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok XII

1. FARIN DIAN FADHILAH (10522521)


2. SHAFFWA AINANDA (11522348)

FAKULTAS PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

ATA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang sampai saat ini
masih memberikan nikmat iman dan sehat, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perkembangan fisik dan kognitif dewasa madya”. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah psikologi perkembangan 2.

Saya ucapkan terimakasih kepada rekan kelompok atas partisipasinya dalam proses penyusunan
makalah ini hingga pada tahap penyelesaian. Selain itu, kami juga mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Tetty Winda Siregar , S.Psi., M.si selaku dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan
2.

Makalah ini berisikan mengenai perkembangan fisik dan kogntif pada dewasa madya

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan ataupun
kesalahan. Maka dari itu, kami menerima dan menghargai segala bentuk saran yang membangun
dari para pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pembacanya.

Depok, Oktober2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… II

DAFTAR ISI …………………………………………………………. III

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

1.1Latar Belakang …………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 1

1.3 Tujuan ………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………. 2

A. Rentang Usia Dewasa Madya …………………………………… 2


B. Ciri – Ciri Dewasa Madya ………………………………………. 2
C. Karakteristik Dewasa Madya …………………………………… 2
D. Perkembangan Fisik Dewasa Madya …………………………… 4
E. Perkembangan Kognitif Dewasa Madya ……………………….. 5
F. Perkembangan Emosi Dewasa Mafya …………………………… 6
G. Perkembangan Sosial Dewasa Madya …………………………… 7
H. Tugas – Tugas Perkembangan Dewasa Madya ………………… 7
I. Faktor – Faktor Perkembangan Dewasa Madya ………………… 8
J. Kreativitas Diri dan Pendidikan Dewasa Madya ……………… 11

BAB III PENUTUP …………………………………………………… 12

2.1Kesimpulan ……………………………………………………. 12
2.2Daftar Pustaka …………………………………………………… 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 –
60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan mental.
Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh
penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan
tersebut lebih lambat daripada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak.
Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia
60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam
rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu- individu tersebut untuk
menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap
awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan
sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa
dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai
peran baru dan harapan sosial usia madya

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami simpulkan
terkait Perkembangan fisik dan kognitif pada dewasa madya bagaimana proses, meliputi :
1. Kemampuan kogntif dewasa madya
2. Perbedaan kognitif pada dewasa madya
3. Kreativitas pekerjaan dan pendidikan

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kognitif pada usia dewasa madya.
 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dewasa.
 Untuk mengetahui adanya perbedaan perkembangan kognitif pada individu yang
berbeda.
 Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Psikologi Dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rentangan usia
Dengan tidak bermaksud membatasi rentang usia secara kaku, dapat
dikatakan bahwa secara teoritis- psikologis dan fisiologis rentang usia
antara 40 - 60 tahun merupakan masa tengah baya bagi banyak orang.
(Mappiare 1983 : 173)

B. Ciri-ciri usia madya


Setengah baya/madya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa
remaja. Khusus usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja.
Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara
dua masa kehidupan itu. Kalau posisi remaja merupakan masa peralihan,
tak lagi dapat dikatakan kanak-kanak dan belum lagi disebut dewasa,
maka posisi usia setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan
bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang
cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku
dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya,
kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada
masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting,
perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “salah
tingkah”, canggung dan kadang- kadang bingung .

C. Karakteristik usia dewasa madya


1. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin
lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan
untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya
stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu :
kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga
disertai dengan berhentinya reproduksi.

2. Usia madya merupakan masa transisi

2
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana
pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan
memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri
jasmani dan perilaku baru.
3. Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal
terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai
dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis
fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila
sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan
aspek sosial kehidupan mereka.
4. Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan
pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir
sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan
merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan
suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat
dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun
kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang
dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak
pada suicide. Khususnya di kalangan pria.
5. Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa.
Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda
lagi, tetapi juga bukan tua.
6. Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik
generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau
kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson
pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya
mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi.
Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan
yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang
lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
3
7. Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka
sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk
mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan
harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga
dekat.
8. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi
pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya
cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di
rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial
namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar
ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan
wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama
aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua
bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
9. Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua.
Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan
tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran
mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10. Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan
yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan
rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi
hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah
dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa
kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka
merasa jenuh.

D. Perkembangan fisik
Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu
berfungsi seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai
"aus". Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling
4
menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya
akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada
retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun.
Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang.
Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai
memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara
bernada rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan
sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada
perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman
laki-laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.

E. Perkembangan kognitif : Pada tahap Formal Operasional

Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik


akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya
(tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan
perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak
dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam
menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia
mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat
melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan
masalah tersebut.
Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada
dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan
realitas di lingkungan hidupnya.
Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya
terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan
penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar
analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian
secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat- pendapat tertentu
yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan
relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.

5
F. Perkembangan emosi
Menurut Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal
generativity vs stagnasi. Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas
apa yang mereka harap guna membantu generasi muda mengembangkan
dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas /
bangkit. Sebaliknya, stagnasi ketika individu tidak melakukan apa-apa
untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-
anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian,
mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang
lebih muda.
Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara
generativity dan stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah
lebih dewasa dan luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah
men"generalize" ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya. Bila
dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di mana kita
mengharapkan suatu timbal balik dari partner kita, maka dengan
generativity kita tidak mengharapkan balasan. Misalnya saja, sebagian
sangat besar dari para orang tua tidak keberatan untuk menderita atau
meninggal demi keturunannya, walau perkecualian pasti ada.
Banyak psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya
altruistik (berderma atau menolong sesama) yang seringkali tidak
menghasilkan apapun bagi mereka kecuali kerugian materi, waktu dan
tenaga. Sampai kini para psikolog ini belum menemukan jawaban yang
pasti dan diterima semua orang. Kalau Erikson benar, maka kita
melakukan hal yang altruistik bukan karena kita menginginkan balasan
tapi karena pertumbuhan psikologis kita menimbulkan kasih pada
sesama. Kita mungkin melakukan hal-hal yang altruistik karena kita
mengharapkan dunia yang lebih baik di masa depan yang akan menjadi
masa depan anak-anak kita.
Stagnasi adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita
pada diri kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang
mengalami stagnasi tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka
tidak bisa melihat hal lain selain apakah hal itu menguntungkan diri
6
mereka seketika. Kita tahu banyak contoh orang yang setelah berusia
setengah baya mulai menanyakan ke mana impian mereka yang lalu, apa
yang telah mereka lakukan dan apakah hidup mereka ada artinya.
Beberapa orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk
mencapai impian mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh
masa-masa yang bagi mereka terlewat sia-sia.
Kita tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-
anaknya yang kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan
keluarga baru untuk membangun hidup baru. Inilah mereka yang tidak
berhasil melihat peranan mereka dengan lebih luas, melainkan hanya
melihat apakah hidup ini bermanfaat bagi mereka pribadi.

G. Perkembangan sosial : Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood)


Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur
enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada
masa ini antara lain:
1.Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari
seluruh kehidupan manusia.
2.Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan
memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan
perilaku yang baru.
3.Masa dewasa madya adalah masa berprestasi.
Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses
atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
4.Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan
perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

H. Tugas-Tugas Perkembangan
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus
diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan
apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya
apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat
dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
7
Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
1.Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan
fisiologis
2.Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
3.Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan berbahagia
4.Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaan
5.Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang
dewasa
6.Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

I. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Menurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun
faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan
sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh
kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, terlebih lagi untuk
dibedakan mana yang penting dan kurang penting. Berikut beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan :
1. Intelligensi
Intellegensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi
disertai oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan
rendah, maka anak akan terbelakang dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas.
Yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah.
Pada waktu lahir anak laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak
perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam
mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki.
Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan
seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga
tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelasa pada
anak umur 9 sampai 12 tahun.
3. Kelenjar-kelenjar
8
Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan
adanya peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam
pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap
perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.
4. Kebangsaan (ras)
Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari
anak-anak eropa sebelah timur. Amak-anak negro dan Indian
pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit
putih dan kuning.
5. Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada
umumnya perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak
bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya lebih lambat. Dalam
hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat, karena
pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
6. Makanan
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan
merupakan faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak
mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan
gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan lain-lain
penyakit.
7. Luka dan penyakit
Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun
terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.

8. Hawa dan sinar


Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang
penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi
lingkungannya baik dan yang buruk.
9. Kultur (budaya)
Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana
menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam
kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi
9
itu adalah universal dan bahwa budayalah yang kemudian merubah
sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya.

Elizabeth B. Hurlock juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi


penyebab terjadinya perkembangan (Cause of Development) yaitu:
1. Kematangan (Maturation)
Perkembangan fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada
kodrat yang telah menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan
pengalaman si anak. Kodrat ini diperoleh dari turunan perkembangan
(Heredity Endownment) dan menimbulkan pertumbuhan yang terlihat,
meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata dari lingkungan.
2. Belajar dan latihan (Learning)
Sebab terjadinya perkembangan yang kedua adalah dengan melalui
proses belajar atau dengan latihan. Disini terutama termasuk usaha anak
sendiri baik dengan atau tidak dengan melalui bantuan orang dewasa.
3. Kombinasi kematangan dan belajar (Interaction of Maturation and
Learning)
Kedua sebab kematangan dan belajar atau latihan itu tidak berlangsung
sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui
suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan
yang maksimum, tetapi terkadang meskipun bentuan kuat dan usahanya
efektif tidak berhasil seperti yang diharapkan, jika batas
perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya sangat
terbatas.
Kematangan selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa
potensi-potensi yang siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai
penentu batas atau kualitas perkembangan yang akan terjadi.
Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak hanya dicapai setelah
lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya ialah bahwa
kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan
tidak memerlukan
latihan.
Kematangan suatu sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau
pendidik untuk mengetahuinya, karena pada tingkat itulah si anak akan

10
memberikan reaksi yang sebaik-baiknya terhadap semua usaha
bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Telah banyak percobaan-percobaan diadakan untuk mengetahui sampai
dimana seorang anak dapat berkembang hanya atas dasar kodrat dan
sejauh mana atas dasar pengajaran/pengalaman.
Hasilnya antara lain:
1. Pada tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena
memungkinkan pengajaran/pelatihan.
2. Dalam hal perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan di
antaraanak kembar dan anak yang berbeda rasnya (Nego dan Amreika
misalnya).
3. Berlangsungnya secara bersama-sama antara pertumbuhan kodrat
(kematangan) dengan pengajaran/latihan adalah sangat menguntungkan
bagi perkembangan anak.

J. Kreativitas dan pendidikan


Kreativitas dalam pendidikan pada dewasa madya memiliki peran
penting dalam mengembangkan diri dan mencapai potensi
maksimal.berikut beberapa aspek kreativitas dalam kedua konteks
ini.Adapun dalam pendidikan dewasa madya:
1. Pembelajaran yang menarik:
Kreativitas dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan
relavan,membantu siswa dewasa terlibat dan memahami materi lebih
indah.
2. Pengembangan keterampilan:
Melalui pendekatan kreatif,individu dapat mengembangkan
keterampilan baru dengan lebih efektif
3. Peningkatan diri
Pendidikan dewasa madya yang mendorong kreativitas dapat
membantu individu meningkatkan diri,meraih tujuan pribadi dan
profesional.

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut Hurlock, usia dewasa madya berada pada usia 40 – 60 tahun. Dewasa
madya memiliki beberapa ciri – ciri mulai merasa sepi, canggung atau kaku
terhadap orang lain, jenuh dan penyesuaian terhadap dirinya Kembali.
Perkembangan fisik dan kognitif pada dewasa madya juga terjadi, antara lain
seperti perubahan penampilan, berkurangnya tenaga, mengalami menopause,
berkurangnya daya ingat dan pendengaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.

allabout-psikologi.blogspot.com/2009

psycholovegy.com/2012

beritasatu.com/2012
Ajhuri, K.F. (2019). Psikologi perkembangan pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta:
Penebar Media Pustaka.

Masykuroh, K., Dewi, C., Heriyani, E., Widiastuti, H.T. (2021). Modul psikologi perkembangan. Jakarta:
Uhamka.

Thahir, A. (2018). Psikologi perkembangan. Lampung: Aura Publishing.

13

Anda mungkin juga menyukai