Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK KOGNITIF ORANG DEWASA SERTA IMPLIKASINYA

BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING


(makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas psikologi orang dewasa)
Dosen Pengampu: Afrizawati M.Psi

Oleh :
April Aulia (12212200111)
Hadijah Hulopi (12212200121)

FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM ABDULLAH SAID BATAM
TA. 2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kita masih diberi kesehatan hingga
saat ini, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. Sholawat beserta salam
tidak lupa pula kita kirimkan buat junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad SAW.
Yang mana karena berkat kemulian akhlaq dan kejujuran serta kecerdasan beliaulah
hingga saat ini kita masih dapat merasakan manisnya menuntut ilmu dan berilmu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu karena telah


meluangkan waktunya untuk dapat berkesempatan memberikan kami tambahan
pengetahuan mengenai layanan bimbingan kelompok ini. Dan kami memohon maaf
yang sebesar-besarnya atas penyusunan makalah yang kurang mengikuti keriteria dan
ketentuan yang telah ditentukan.

Kepada teman-teman seperjuangan. Kami juga mengucapkan terimakasih


yang sebesar-besarnya atas dorongan dan sokongan terhadap tugas ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya hambatan.

Batam, 06 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 1

1.3 Tujuan masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Klasifikasi orang dewasa 2

2.2 Kemampuan Kognitif Orang Dewasa 4

BAB III PENUTUP 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan merupakan langkah awal ciri makhluk hidup mencapai
kesetaraan normal dengan sesamanya. Terutama pada manusia sebagai makhluk
hidup yang kompleks, perkembangan secara fisik dan mental merupakan satu
indikator untuk menilai taraf kualitas normalnya. Hal ini dikarena segala aspek
hidup manusia baik secara kognitif, emosional, fisik, moral dan lain sebagainya
merupakan hal yang dasar digunakan manusia untuk menjalani kehidupan sehari-
hari.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Klasifikasi Orang Dewasa?
1.2.2 Apa saja Kemampuan Kognitif Orang Dewasa?

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa/i dapat memahami bagaimana cara mengetahu kognitif orang
dewasa dalam bk.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Orang Dewasa


Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan timbal balik.
Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu.
Pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama dalam belajar. Secara fisik usia,
rangka tubuh, tinggi dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat
kedewasaan pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang biasa digunakan sebagai
ukuran kedewasaan. Akan tetapi segi fisik saja belum dapat menjamin ketepatan bagi
seseorang untuk dapat dikatakan telah dewasa. Ketika memasuki masa dewasa muda,
biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan
keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu
memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif
kreatifnya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan
pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.
Pada umumnya orang dewasa dikategorikan menjadi 3 macam yaitu: dewasa awal,
dewasa madya, dan dewasa akhir karena itu disesuaikan dengan usia dan
kemampuan.(Desmita, 2009)
Perbedaan pendidikan orang dewasa dengan anak – anak adalah, kalau
andragogi pelajar mengelompokkan diri berdasarkan minat, sedangkan pedagogi
pengelompokannya berdasarkan tingkatan. Pada andragogi belajar berorientasi pada
masalah, dimana pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga.
Sedangkan pada pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang
dipelajari oleh siswa sekarang untuk bekal hidup dimasa mendatang. Mengenal corak
kepribadian seseorang merupakan faktor penentu keberhasilan interaksi kegiatan
pembelajaran pendidikan oarang dewasa interaksi antara pelajar adalah inti dari
kegiatan pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Hal ini dapat terjadi jika ada

2
kontak diantara mereka. Pada umumnya orang dewasa dikatagorikan menjadi 3 oleh
Havigurst, yaitu :
1. Dewasa Awal (18 – 35)
Dewasa awal adalah usia yang produktif dan banyak penyesuaian yang harus
dilakukan menyebabkan masa ini juga disebut masa bermasalah. Pada ini banyak
persoalan – persoalan kehidupan yang baru dan belum pernah ditemui
sebelumnya. Masa ini juga ditandai dengan banyaknya permasalahan (emosional
tansion) yang terjadi pada masa dewasa awal pada umumnya disebabkan oleh
banyaknya persoalan yang dihadapi, dan banyaknya pola yang harus dilakukan,
hal ini akan lebih parah bila individu memiliki harapan – harapan terlalu tinggi
terhadap perkawinannya dan pekerjaannya ataupun masa depannya. Ketegangan
emosional sering muncul dalam bentuk kekhawatiran berkepanjangan yang
intensitasnya tergantung pada penyesuaian tehadap persoalan dan pada saat
tertentu. Pada dewasa awal ini, penyesuaian diri terhadap masalah pekerjaan,
perkawinan, dan keluarga serta perubahan peran sosial dalam masyarakat
merupakan hal yang sangat pokok dalam kehidupan masa dewasa ini.
2. Dewasa Madya (35 - 60)
Usia madya merupakan masa peralihan dari masa dewasa yang penuh vitalitas
ke masa tua dengan berbagai penurunan fungsi fisik dan psikis, seperti dipahami
bahwa masa transisi selalu perlu penyesuaian diri. Penyesuaian yang radikal
terhadap peran dan pola hidup yang berubah yang cenderung merusak
keseimbangan manusia, baik dalam emosi dan aspek kepribadian yang lain.
Tetapi dalam segi emosional pada masa setengah baya ini cenderung fluktuatif
(naik turun). Penyesuaian yang menonjol. Pada usia setengah baya atau pada usia
madya, berbeda dengan penyesuaian pada awal masa dewasa. Karena masa ini
sering dianggap sebagai periode yang ditakuti, pada dasarnya secara manusiawi
setiap orang takut kehilangan vitalitas, status dan kemampuan hidup. Sehingga
pada masa awal ini sering muncul masa puber kedua, sebagai ekspresi kecemasan
terhadap penurunan vitalitas yang dialami. Dan rasa ketakutan dirinya menjadi
tua.

3
3. Dewasa Akhir (61 – keatas)
Dewasa akhir adalah tahap akhir dari perkembangan manusia. Banyak para
ahli mengungkapkan pendapat masing – masing seperti halnya Elizabeth B.
Hurlock menyatakan bahwa dewasa akhir dibatasi usia 60 tahun.sedangkan di
indonesia dewasa akhir ditandai dengan usia 55 tahun WHO memberi batasan
yang lebih berani yaitu 65 tahun. Masa ini juga ditandai dengan kemunduran
fungsi tubuh. Sedang Pada dewasa akhir perkembangan emosionalnya cenderung
lebih stabil.(Jahja, 2011)

2.2 Kemampuan Kognitif Orang Dewasa


1. Kognitif manusia
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari
proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan kognitif
adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas
mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan
berbahasa.
Perkembangan kognitif merupakan kemampuan manusia untuk berpikir,
memberi alasan, memahami dan mengingat apa yang ada di sekitar kita. Hal ini
melibatkan proses mental untuk membuat informasi yang mencakup mengamati,
memperhatikan, memahami dan mengingat informasi.
2. Faktor yang mempengaruhi kognitif
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan kognitif, antara
lain:
a. Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara
lain ditentukan oleh faktor bawaan.
b. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu.

4
c. Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi.
d. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang berbeda -beda
sesuai dengan keadaan fisik dan sosialnya.
e. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Kemampuan kognitif orang dewasa;
a. Dewasa Awal
Pada masa dewasa awal individu mulai bisa mengatur pikiran
operasional formal mereka. Sehingga mereka mungkin merencanakan atau
membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja. Tetapi mereka
menjadi lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai seorang dewasa.
Sementara dewasa awal lebih bisa menyusun hipotesis dari pada remaja dan
menunjukan suatu pemecahan masalah dari suatu masalah.. pada dewasa
banyak individu mengkonsolidasikan pemikiran operasional mereka dan
banyak orang dewasa lainnya tidak berfikir dengan cara operasional formal
sama sekali. “labouvievief” berpendapat bahwa
orang dewasa muda memasuki pola pikiran yang pragmatis. “perry”
berteori bahwa bersamaan dengan individu memasukli masa dewasa,
pemikiran lebih realistic. Sedangkan ”schaie” mengajukan urutan fase-fase
kongnitif di antaranya: pengambil alihan, pencapaian, tanggung jawab,
eksekutif, reintegratif.
William Perry (1970) mencatat perubahan-perubahan penting tentang
cara berfikir orang dewasa muda yang berbeda dengan remaja. Ia percaya
bahwa remaja sering memandang dunia dalam dualisme pola polaritas

5
mendasar seperti benar/salah, kita/mereka, atau baik/buruk. Pada waktu kaum
muda mulai matang dan memasuki masa dewasa, mereka mulai menyadari
perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang dipegang oleh orang lain,
yang mengguncangkan dualistik mereka. Pemikiran dualistik mereka diganti
oleh pemikiran beragam, saat itu individu mulai memahami bahwa orang
semua orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban. Mereka mulai
memperluas wilayah pemikiran individualitik dan mulai percaya bahwa
semua orang memiliki pandangan pribadi masing-masing serta setiap
pendapat yang ada sebaik pendapat orang lainnya. “Schaie” berpendapat fase
mencapai prestasi (achieving stage) adalah fase dimana dewasa awal yang
melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar
dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan
pengetahuan.
b. Dewasa Madya
Kita telah melihat bahwa penurunan pada beberapa ciri fisik dewasa
tengah. Orang dewasa tengah mungkin tidak melihat dengan baik, tidak
berlari denga cepat. Tapi bagaimana dengan ciri-ciri kognitif dewasa tengah.
Kita melihat bahwa kemampuan kognitif semakin meningkat pada dewasa
awal. Tetapi kita menemukan penurunan pada dewasa tengah dan
kemungkinan terjadi ketika memori jangka panjang terlibat daripada memori
jangka pendek. Daya ingatpun juga lebih mungkin turun ketika organisasi dan
pembayangan tidak di gunakan. Daya ingat juga cenderung menurun ketika
informasi yang di coba untuk di ingat adalah informasi yang di simpan baru-
baru ini atau tidak sering digunakan (Riege & Inman, 1980). Dan daya ingat
juga cenderung menurun jika diharappkan untuk mengingat (recall) daripada
untuk mengenali (recognize) (Mandler, 1980).
c. Dewasa Akhir
David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala inteligensi,
menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual,
karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. Sementara, John

6
Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun,
sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan
yang mengkristal (crystallized intelligence) yaitu sekumpulan informasi dan
kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu meningkat, seiring
dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid
intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak menurun
secara pasti sejak masa dewasa madya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan
mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual
differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan
bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah
mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-
aktivitas yang abstrak atau sederhana. Denney menemukan bahwa kecakapan
untuk menyelesaikan problem-problem praktis, sebenarnya justru meningkat
pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain Denney juga menemukan
bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam pemecehan masalah-
masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia 20-an. Proses
pembelajaran harus kontekstual dan membantu warga belajar melakukan
refleksi dan transformasi pengalaman.(Anidar, 2017)
4. Implementasi kognitif dewasa dalam BK
a. Pendekatan Mengingat ( Remembering )
Pendekatan yang pertama dalam bimbingan konseling adalah
pendekatan mengingat. Mengingat merupakan pendekatan yang ada dalaml
kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “
mengingat “ bisa menjadi bagian dari belajar bisa menjadi bagian belajar yang
bermakna, tugas mengingat ini hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek
pengetahuan yang lebih luas dan bukan menjadi sesuatu hal yang terlepas dari
ingatan tersebut. (Baca juga mengenai sejarah bimbingan konseling)

7
b. Pendekatan Memahami ( Understanding )
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan memahami. Saah satu
pendekatan yang harus anda lakuakn sebagi seorang konselor adalah mampu
untuk memahami. Memahami dalam hal ini berarti mengerti dan paham akan
apa yang sedang dialami dan solusi apa yang diinginkan oleh klien anda.
(Baca juga mengenai terapi gangguan emosi pada anak)
c. Pendekatan Menerapkan ( Applying )
Pendekatan yang selanjutnya adalah pendekatan yang bersifat
menerapkan. Menerapkan dalam hal ini adalah pendekatan yang dilakukan
oleh seorang konsleor dalam hal mengarahkan klien agar bisa menerapkan apa
yang telah diberikan oleh seorang knselor dalam masa pembimbinhan tersebut
berlangsung. (Baca juga mengenai aplikasi psikodiagnostik dalam bidang
hukum)
d. Pendekatan Menganalisis ( Analyzing )
Pendekatakn menganalisi ini memang sebetulnya adalh kewajiban
seorang konselor, namun ketika taham pembimbingan sudah selesai, seorang
klien diharapkan dapat menganalisis sendiri masalah yang terjadi dalam
hidupnya sesuai dengan bekla ilmu yang sudah diberikan oleh konsleor
kepadanya ketika masih saat melakukan konseling. (Baca juga mengenai cara
mengatasi kenakalan remaja)
e. Pendekatan Orientasi ( Oriented )
Pendekatan kognitif yang satu ini merupakan sebuah pendekatan yang
dimaksudkan pada orientasi yang bertujuan dan berfokus pada permasalahan
yang ada. Dengan menggunakan pendekatan orientasi ini, maka diharapkan
seorang konselor dangan klien dapat melakukan orientasi yang berfokus pda
masalah yang swdang dialami oleh seornag klien tersebut, agar pembahasan
atau fokus pembicaraan tidak mengarah ke semua arah. (Baca juga mengenai
penggunaan psikologi komunikasi dalam konseling)

8
f. Pendekatan Kolaborasi ( Colaboration )
Pendekatan lainnya dalam pendekatan kognitif yang bisa anda
terapkan lainnya adalah pendekatan kolaborasi. Kolaborasi dalam hal ini
makdsudnya adalah harus terjalin sebuah hubungan atau kolaborasi yang aktif
diantara sang klien maupuan seorang konselor. Apabila keduanya tidak
melakukan kolaborasi yang aktif, maka bisa dipastikan konseling atau
bimbingan tersebut tidak akan berlangsung dengan baik. (Baca juga mengenai
psikologi konseling)
g. Pendekatan Edukasi ( Education )
Pendekatan edukasi merupakan sebah pendekatan dalm pendekatan
kognitif yang bertujuan untuk mengajarkan konseli aar bisa menjadi terapis
bagi diirnya sendiri kelak, jika proses bimbingan atau konsleing dengan
seornag konselor sudah selesai, serta bisa menekankan pencegahan terhadap
masalah yang dihadapainya.
h. Pendekatan Yang Berfokus Pada Masalah Saat Ini
Agar konseling atau bimbingan dapat berhasil dengan baik dan sesuai
dengan yang diharapkan, maka seorang konseli dan konselor diharapakan
dapat berfokus pada masalah atau kejadian yang sedang terjadi pada saat ini.
i. Pendekatan Yang Terstruktur
Pendektan yang terstruktur maksudnya adalah seornag konselor dan
konseli mampu melakukan smeua tahap dalam konseling atau bimbingan
sesuai dengan struktur yang ada, atau melalui semua proses atau tahap agar
hasilnya lebih maksimal.
j. Pendekatan Keyakinan
Pendekatan yang satu ini menekankan bahwa si konseli mampu
meyakinkan dirinya tentang bimbingan atau konseling yang sedang dilakukan
dapat berhasil dan dapat membeikan solosi atas masalah yang sedang
dihadapinya.

9
k. Pendekatan Formula
Pendekatan formula makasudnya adalah pada saat melakukan
konseling atau bimbingan , seorang konselor diharapakan dapat menerapkan
formula yag ter update dalam hal konseling, sehingga infomasi dan solusi
yang diberikan kepada seorang konseli juga merupakan solusi yang ter update.
l. Pendekatan Mengevaluasi ( Evaluating )
Pendekatan yang satu ini berarti klien harus mampu mengevaluasi dan
membuat suatu pertimbangan berdasarkan pengalaman dan bekal ilmu yang
sudah ada ketika seorang klien tersebut masih di bimbing oleh seorang
konselor. Sehingga , dalam pengambilan keputusan diharapkan seorang klien
dapat mengevalusia kelemahan dan kelebihan dari solusi yang diambil.
m. Pendekatan Mencipta ( Creating )
Pendekatan yang satu ini merupakan pendekatan yang paling
diharapkan oleh para konselor agar bisa dilakukan oleh para kliennnya ketika
menghadapi suatu masalah. Dengan adanya pendekatan mencipta ini,
diharapkan seorang klien bukan hanya bisa mengevalusi dari hasil sebuah
keputusan, namun mampu untuk menciptakan keputusan itu sendiri.(Budiwan,
n.d.)

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan timbal balik.


Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu.
Pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama dalam belajar. Secara fisik usia,
rangka tubuh, tinggi dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat
kedewasaan pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang biasa digunakan sebagai
ukuran kedewasaan. Akan tetapi segi fisik saja belum dapat menjamin ketepatan bagi
seseorang untuk dapat dikatakan telah dewasa.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis menyarankan kepada seluruh pembaca


agar lebih selektif dalam mencari sumber referensi sebagai acuan dalam konteks
memahami Karakteristik kognitif orang dewasa serta implikasinya bagi bimbingan
dan konseling.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anidar, J. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami,
3(2), 8–16. https://doi.org/10.15548/atj.v3i2.528
Budiwan, J. (n.d.). Pendidikan Orang Dewasa ( Andragogy ). 107–135.
Desmita, D. (2009). Mengembangkan resiliensi remaja dalam upaya mengatasi stres
sekolah. Ta’dib, 12(1).
Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai