Disusun Oleh :
SAMARINDA
2022
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpah rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca,
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Psikologi Perkembangan
tentang Perkembangan Masa Dewasa Madya dapat memberikan manfaat bagi
kami para penyusun pribadi khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Amiin Ya Robbal „Alamiin…
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari dewasa madya.
2. Untuk mengetahui di usia berapa terjadinya dewasa madya.
3. Untuk mengetahi kaitan dari emosi, sosial, dan moral pada masa
dewasa madya.
4. Untuk mengetahui perkembangan inteligensi fase dewasa madya.
5. Untuk mengetahui alas an kenapa pada fase dewasa madya disebut
usia yang berbahaya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal : 105 & lihat
juga di sebuah situs http://dianapsycho.blogspot.com/2012/05/masa-dewasa-madya.html
(25-9-2012)
4
B. Fase Dewasa Madya
Para ahli Psikologi Perkembangan membagi masa dewasa menjadi
tiga fase yaitu: Masa Dewasa Dini (Early Adulthood, usia 20-40 tahun),
Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood, usia 41-65 tahun), Masa
Dewasa Akhir (Late Adulthood, usia 65 tahun keatas).4
Hurlock (2000) membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini atau young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencarian stabilitas dan
regenerasi yang penuh dengan masalah dan tekanan emosional,
masa pemisahan dari orang lain, masa terpisah dari masyarakat,
masa komitmen dan ketergantungan, masa perubahan nilai,
kreativitas dan beradaptasi dengan cara hidup baru. Rentang
usianya adalah dari 21 tahun hingga 40 tahun.
b. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari 40 tahun sampai
60 tahun. Karakteristik pribadi dan sosial meliputi: masa dewasa
pertengahan adalah masa transisi di mana pria dan wanita
meninggalkan karakteristik fisik dan perilaku masa dewasa dan
memasuki kehidupan mereka dengan karakteristik fisik dan
perilaku baru.
c. Masa usia lanjut
Usia lanjut adalah periode penutup rentang dalam kehidupan
seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 sampai mati, yang
ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikologis yang mulai
menurun. Berdasarkan uraian di atas, pengertian usia madya
adalah usia setengah baya yang dipandang sebagai masa usia
antara 40 sampai 60 tahun.
4
Agoes Dariyo. Psikologi Perkembangan, Bandung, Rafika Aditama, 2007, hlm.
9
5
C. Ciri Khas Perkembangan Dewasa Madya
Masa dewasa madya dibatasi dari usia 40 sampai 60 tahun
(Santrock,2002). Pada masa ini memiliki ciri-ciri, seperti :
1. Masa yang ditakuti (periode yang ditakuti)
Adanya perubahan yang menuju kemunduran (the change of
life) makamerasa terancam sehingga menimbulkan rasa takut, merasa
tersingkir danterabaikan, kesehatan dan kariernya merasa terancam
juga, bahkan merasatidak menarik lagi, maka sementara orang
berusaha menutupikekurangannya.
2. Masa transisi, yaitu A Time of Transition
Transisi mengalami kemunduran untuk pria ada perubahan
dalam kejantanan/virility, bagi wanita mengalami berkurang atau
hilangnya kesuburan. Dengan kemunduran itu timbul usaha
mempertahankan petumbuhan sebelumnya.
3. Masa penyesuaian kembali atau A Time of Adjustment
Perubahan fisik dan psikis menyebabkan adanya perombakan
apa yang telah dimiliki yaitu pola perilaku yang layak selama masa
dewasa awal. Perilaku akan seirama dengan datangnya perubahan-
perubahan selanjutnya. Penyesuaian kembali terhadap kondisi yang
berubah.
4. Masa keseimbangan dan tak keseimbangan, A Time Equilibrium
and Disequilibrium
Keseimbangan dialami oleh mereka yang berusia setengah
umur namun masih mengalami kegoncangan dalam penyesuaian diri.
Jadi mereka mengalami equilibrium maupun disequilibrium didalam
dirinya atau internal, maupun dalam hubungannya dengan orang
sekitarnya (suami-isteri).
5. Masa stress
Maksudnya, penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola
hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai
perubahan
6
fisik, selalu cenderung merusak homeostasis fisik dan psikologis
seseorang dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah
penyesuaian pokok yang harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek
sosial kehidupan mereka.
6. Usia Madya adalah "Usia Canggung"
Di mana pria dan wanita yang berusia madya bukan "muda"
lagi tapi bukan juga tua. Kemudian mereka merasa tidak dianggap.
Orang-orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk
tidak dikenal oleh orang lain. Pada sebagian individu kondisi ini
mengakibatkan mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara
dan sejauh mungkin berusaha untuk tidak tampak tua, misalnya dalam
hal pemilihan busana, berdandan pemakaian kosmetik. Kadang-kadang
apabila individu agak berlebihan di dalam menampilkan busana dan
dandanan yang bertujuan untuk menutupi ketuaannya, maka hal ini
justru menyebabkan mereka tampak janggal, sehingga terlihat kaku
atau canggung.
7. Masa berprestasi
Merupakan masa di mana peran orang yang berusia madya akan
menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak
mengerjakan sesuatu apapun lagi.
8. Masa Evaluasi
Saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka masa
ini jugamerupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan
aspirasi mereka semula dengan harapan-harapan orang lain, khususnya
anggota keluarga dan teman. Pengamat menyatakan : "Pada usia dua
puluhan kita mengikat diri pada pekerjaan atau perkawinan. Selama
akhir tiga puluhan dan awal empat puluhan adalah umum bagi pria
untuk melihat kembali keterikatan-keterikatan masa awal tersebut".
Sebagai hasil dari evaluasi diri, Archer lebih lanjut lagi mengatakan,
"Usia madya nampaknya menuntut perkembangan perasaan yang lebih
nyata
7
dan berbeda dari orang lain. Dalam perkembangan setiap orang
memiliki fantasi atau ilusi mengenai apa dan bagaimana dirinya.
Tanggung jawab lain pada usia madya menyangkut hal fantasi dan ilusi
tersebut"
9. Masa sepi
Ketika anak-anak sudah tidak lagi tinggal di rumah, banyak
yang mengalami tekanan batin karena dipensiunkan. Setelah bertahun-
tahun hidup dalam sebuah rumah yang berpusat pada keluarga (family-
centered home), umumnya orang dewasa menemui kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan rumah yang berpusat pada pasangan suami
istri. Keadaan ini terjadi selama masa-masa mengasuh anak, suami dan
istri selalu berkembang terpisah dan mengembangkan minat masing-
masing.
10. Masa jenuh
Merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Para pria dan
wanita menjadi jenuh dengan kegiatan sehari-hari dan dalam kehidupan
keluarga yang hanyamemberikan sedikit hiburan. Banyak atau hampir
seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir usia tiga
puluhan dan empat puluhan. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan
rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya sedikit
memberikan hiburan.
Menjelang akhir usia dewasa madya, mereka mengalami belajar
berbagai penyesuaian diri sehingga akhirnya dapat menerima keadaan yang
berubah itu. Istilah yang disebut "betah dirumah‟, artinya mereka sudah
dapat
menerima keadaannya dengan mengisi secara leluasa waktu luang yang
dihadapi, mereka merasa bahagia. Namun antara suami istri yang tak seirama
dalam betah di rumah itu, sering terjadi ketidakbahagiaan dalam
perkawinan.5
5
Rita Eka.,dkk. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
8
D. Perkembangan Fisik, Kognitif, Emosi, Sosial Dan Moral
1. Perkembangan Fisik
10
2) Sindrom Sarang Kosong. Sindrom Sarang Kosong ini
menyatakan bahwa kepuasan pernikahan menurun karena anak-
anak mulai meninggalkan orang tuanya. Orang tua yang selama
masa sebelumnya sumber kepuasan ada pada interaksi bersamaan
anak. Namun, pada masa ini ada pasangan yang lebih
mendekatkan dan menghabiskan waktu bersama-sama sehingga
dapat meningkatkan kepuasan dalam pernikahan.
3) Hubungan Persaudaraan dan Persahabatan. Pada masa ini
biasanya individu mulai dituntut untuk membimbing masa-masa
sebelumnya. Begitupun dengan persahabatan, pada masa ini
mengalami peningkatan. Berbagai aktivitas sosial maupun
olahraga merupakan beberapa hal yang sering dilakukan
bersama.
4) Pengisian Waktu Luang. Individu pada masa dewasa madya
perlu menyiapkan diri untuk masa pensiun, baik secara keuangan
maupun psikologis. Sehingga peralihan kemasa usia lanjut tidak
begitu menekan individu yang dapat menyebabkan cemas.
5) Hubungan Antar Generasi. Keterdekatan antar generasi terlihat
semakin dekatnya anak-anak yang beranjak dewasa dengan orang
tuanya, terutama ibu dan anak perempuannya. Tingkat
keberhasilan pria dan wanita dalam menyesuaikan diri pada masa
ini dapat dinilai dari 4 kriteria, yaitu prestasi, tingkat emosional,
pengaruh perubahan fisik, dan rasa bahagia pada usia tersebut.6
6
Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:Erlangga.
11
E. Tugas Perkembangan Pada Masa Madya
Pada masa dewasa madya, tugas perkembangan berkaitan dengan
penyesuaian diri individu terhadap dirinya sendiri, kehidupan keluarga,
pekerjaan, serta masyarakat. Menurut Hurlock (dalam Mappiare, 1983)
secara garis besarnya, tugas perkembangan masa dewasa madya dapat
dibagi menjadi 4 bagian besar,yaitu :
1. Tugas perkebangan yang berhubungan dengan penyesuaian
terhadapkeadaan fisiologis.
2. Tugas perkembangan yang berhubungan dengan adanya perubahan
minat ; berkenaan dnegan aktivitas sosial, sebagai warga Negara,
atau minat yang berhubungan dengan kegiatan atau hobi yang
berkaitan dengan keluarga.
3. Tugas perkembangan yang berhubungan dengan penyesuaian jabatan
ataupekerjaan yang berhubungan dengan pemantapan kehidupan
ekonomi.
4. Tugas perkembangan yang berhubungan dengan kehidupan
keluarga,misalnya menyesuaikan diri dengan kehidupan orang tua
yang sudah lanjutusia, atau mendidik anak-anak yang remaja agar
menjadi orang dewasa yang penuh tanggung jawab.7
7
Muzakkiyah, N., & others. (2016). Religiusitas, Penyesuaian Diri dan Subjektive Well
Being. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 5(01).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
manusia yang hidup pastinya mengalami perkembangan dan dalam
perkembangan terjadi juga perubahan. Demikian halnya bagi orang yang
telah mencapai usia dewasa khususnya dewasa madya. Mada masa ini,
individu secara tidak lansung harus menghadapi perubahan yang terjadi
dalam dirinya baik itu perubahan fisik maupun perubahan psikis.
Perubahan fisik yang sangat umum terjadi adalah kulit mulai keriput,
penglihatan mulai menurun, pendengaran juga mengalami penurunan,
bentuk tubuh mulai melebar, rambut menipis dan beruban, gigi mulai
menguning serta tanggal dan sebagainya.
Oleh sebab itu, perlu adanya penyesuaian diri yang dilakukan oleh
orang yang telah mencapai usia dewasa madya agar tidak memiliki
penilaian negatif atau tidak menyebabkan ketidakbahagiaan atau
kekesalan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri orang
tersebut. Penyesuain diri sangat penting untuk dilakukan oleh semua
orang agar dapat menerima realita kehidupan secara positif.
B. Saran
Saran penyusun kedepannya untu pemahaman mengenai
Perkembangan Pada Masa Madya bisa lebih di perluas lagi mungkin
ditambah dengan data yang akurat misalnya menggunakan metode
penelitian kuantitatif.
13
DAFTAR PUSTAKA
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Prenada media
Group, 2015, h. 244
Nurhadi M, Pendidikan Kedewasaan dalam Perspektif Psikologi
Islami, Yogyakarta: Deepublish, 2014. h. 5
Sunardi Nur, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007, hal : 105 & lihat juga di sebuah situs
http://dianapsycho.blogspot.com/2012/05/masa-dewasa-madya.html (25-9-
2012)
Agoes Dariyo. Psikologi Perkembangan, Bandung, Rafika Aditama,
2007, hlm. 9
Rita Eka.,dkk. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
UNY Press.
Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta:Erlangga.
Muzakkiyah, N., & others. (2016). Religiusitas, Penyesuaian Diri dan
Subjektive Well Being. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 5(01).
HJ. Siti Muri’ah, K. W. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja,.
Muzakkiyah, N., & others. (2016). Religiusitas, Penyesuaian Diri dan
Subjektive Well Being. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 5(01).
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Erlangga.
Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan Anak. Erlangga.
Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Prenadamedia Group.