Disusun oleh:
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Ahmad Firmansyah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Orang Dewasa dan Lansia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pemahaman fase perkembangan pada individu
terutama dalam fase perkembangan dewasa awal, baik untuk pembaca dan juga
bagi penulis.
Serang,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Pengertian Dewasa Awal.........................................................................................3
B. Kondisi Pekerjaan Dewasa Awal.............................................................................4
C. Kondisi Ekonomi Dewasa Awal..............................................................................5
D. Kondisi Religius Dewasa Awal...............................................................................5
E. Kebutuhan-Kebutuhan serta Cara Memenuhi di Fase Dewasa Awal......................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa dewasa awal merupakan periode penting dalam kehidupan manusia
yang ditandai dengan berbagai tugas perkembangan yang harus dihadapi. Pada
masa ini, individu mengalami transisi dari remaja menuju dewasa, yang
melibatkan penyesuaian terhadap pola kehidupan baru dan berbagai tugas
perkembangan seperti memilih pasangan hidup, memulai karir, dan mengelola
tanggung jawab sebagai warga negara.
Pada masa ini, individu mengalami perubahan fisik dan psikologis yang
cukup signifikan. Selain itu, masa dewasa awal juga merupakan puncak dari
perkembangan sosial, di mana individu mengalami penyesuaian terhadap
lingkungan sosialnya, baik dalam hal kondisi psikologis, pola pikir, maupun
hubungan dengan orang lain.
Pada masa dewasa awal, individu juga dihadapkan pada berbagai
perubahan sosial, seperti masalah perceraian yang meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini dapat berdampak pada individu, terutama dalam hal
penyangkalan, rasa marah, rasa takut, kesedihan, dan rasa labil. Selain itu,
pada masa dewasa awal, individu juga dihadapkan pada tugas perkembangan
yang ideal, seperti membina kehidupan rumah tangga atau perkawinan.
Namun, pada kenyataannya, sebagian besar individu belum dapat sepenuhnya
memenuhi tugas perkembangan yang ideal pada usia dewasa awa
Dengan demikian, dalam Fase Perkembangan Dewasa Awal membahas
beragam aspek yang relevan dengan masa dewasa awal, termasuk perubahan
fisik dan psikologis, tugas perkembangan, masalah-masalah yang dihadapi,
serta perubahan sosial yang dapat memengaruhi individu pada rentang usia
tersebut
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Dewasa Awal?
2. Bagaimana Kondisi Pekerjaan Dewasa Awal?
3. Bagaimana Kondisi Ekonomi Dewasa Awal?
4. Bagaimana Kondisi Religius Dewasa Awal?
5. Kebutuhan–Kebutuhan serta Bagaimana Cara Memenuhi di Fase Dewasa
Awal?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Orang Dewasa dan Lansia, dan untuk mengetahui bagaimana
kondisi pekerjaan, ekonomi, religious serta kebutuhan-kebutuhan dan cara
memenuhinya di Fase Dewasa Awal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam
menyelesaikan suatu masalah.
B. Kondisi Pekerjaan Dewasa Awal
Penyesuaian yang dianggap penting bagi orang dewasa muda adalah pilihan
pekerjaan harus dilakukan dengan mantap. Cara ini tidak selalu dapat dilakukan baik
oleh pria maupun wanita untuk berpindah pekerjaan. Bagi sebagian besar orang
dewasa muda, terutama mereka yang kurang mempunyai pengalaman kerja atau
bahkan bagi yang belum pernah bekerja selama masih sekolah sering mengalami
banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya.
Havighurst dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya
menyimpulkan bahwa mereka dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum
yaitu sikap kerja yang menopang masyarakat dan sikap kerja yang melibatkan ego.
1. Sikap kerja yang menopang Masyarakat
Pekerja yang bersikap menopang masyarakat dalam dirinya kurang atau
tidak berminat akan kerjanya dan hanya memperoleh sedikit kepuasan kerja.
Tipe pekerja semacam ini orang yang mementingkan besarnya gaji yang
diterima. Orang semacam ini seringkali memandang pekerjaannya sebagai
beban yang berat dan tidak menyenangkan dan memandang hari depan hanya
agar cepat menjalani masa pension.
2. Sikap kerja yang melibatkan ego
Para pekerja yang dalam bekerja melibatkan ego, biasanya memperoleh
kepuasan pribadi yang lebih besar. Bagi beberapa orang, bekerja merupakan
dasar harga diri dan kebanggaan. Bagi sejumlah orang lainnya bekerja dianggap
sebagai prestise yang diperoleh, tempat untuk melakukan partisipasi sosial atau
sebagai sumber kesenangan intrinsik atau merupakan ekspresi dari pribadi yang
kreatif dan juga merupakan cara memanfaatkan waktu dengan cara yang rutin
menyenangkan.
Bagaimanapun juga kalau perubahan jenis pekerjaan sebagai karier dilakukan
pada saat seseorang menjelang akhir usia 30-an maka tindakan ini dianggap
terlambat. Orang dewasa yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat
memperoleh kepuasan yang jauh lebih sesuai dengan pekerjaan yang dipilih
dibandingkan dengan mereka yang kurang mempunyai pengalaman kerja. Apabila
seseorang memilih jenis pekerjaan yang berhubungan dengan ketrampilan pribadi
4
yang tercermin dalam jurusan yang diambil dalam tingkat SMA atau akademis
biasanya mereka lebih merasa puas dengan keputusannya dibandingkan dengan
pilihan yang kurang dengan minat dan seleranya.
5
matang, walaupun tidak memiliki kesadaran beragaama. Sebaliknya susah
untuk di bayangkan adanya kesadaran beragama yang mantap dalam pribadi
yang belum matang. Untuk itu kematangan kepribadian yang dilandasi dengan
hidup beragama akan berimbas kepada kematangan sikap dalam menghadapi
berbagai masalah di usia dewasa awal.
Menurut Charles Glock, terdapat lima dimensi yang dapat digunakan
untuk mengukur kematangan beragama seseorang, yakni:
1. Ideologi, yaitu dimensi yang berorientasi pada aktivitas mental untuk
memperlihatkan keterikatan dan komitmennya terhadap agama.
2. Ritual, merupakan dimensi yang berkenaan dengan intensitas dan
frekuensi
seseorang di tempat-tempat ibadah dalam berbagai situasi.
3. Pengalaman khusus yang mengarahkan perhatian dan pengalaman mistik
yang pernah dilaluinya.
4. Itelektual, dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan mengenai
dogmadogma dan praktek-praktek keagamaan.
5. Konsekuensional, digunakan untuk mengetahui realitas tingkah laku orang
yang beragama dalam kehidupannya sehari-hari, terutama dalam hubungan
dengan sesamanya.
Melihat beberapa kriteria kematanga beragama tersebut, maka tidak
dapat ditentukan pada umur berapakah seseorang akan mencapai
kematangan beragamanya. Yang jelas, kematangan beragama baru akan
terjadi saat berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa. Sebab,
kesadaran beragama remaja masih berada pada posisi transisi dari
kehidupan beragama anak-anak untuk menuju kemantapan beragama.
Keadaan jiwa yang masih labil di usia remaja nampak dalam
kehidupan agamanya yang mudah goyah, sering timbul kebimbangan dan
konflik batin, bahkan sering muncul perasaan negatif terhadap agama.
Berbeda dengan remaja, pemikiran dan emosi usia dewasa awal sudah
mulai stabil dan mantap. Dalam kehidupan bergama, mereka sudah mulai
melibatkn diri dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Dengan pikirannya
6
yang kritis, mereka sudah dapat membedakan antara agama sebagai ajaran
dengan manusia sebagai penganutnya, dimana beberapa di antaranya ada
yang shaleh dan ada yang tidak. Di usia seperti inilah sangat
dimungkinkan seseorang memilki kemantapan dan kesadaran beragama
yang cukup matang (dewasa). Namun tercapainya kematangan kesadaran
beragama bergantung pada banyak hal. Diantaranya, tidak intelegensinya
kematangan emosinya, pengalaman hidup dan keadaan lingkungan
sosialnya. Umur kalender seseorang belum tentu sejalan dengan
kematangan mental, kemantapan beragama, mapun kedewasaan
pribadinya. Banyak di jumpai orang dewasa yang berumur 40 tahun belum
memiliki kesadaran beragma yang mantap, bahkan mungkin
kepribadiannya masih belum dewasa (immature).
Biasanya, manakala seseorang telah mencapai usia dewasa awal baik
laki-laki maupun perempuan mulai timbul kecenderungan untuk
menetapkan dan menghilangkan keragu-raguan mengenai agama yang
mengganggunya di masa sebelumnya, dikarenakan saat menginjak usia
dewasa, dalam diri seseorang sudah terlihat adanya kematangan jiwa untuk
memahami dan mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Pada usia
dewasa umumnya seseorang telah memiliki sifat kepribadian yang stabil
dan terlihat dari cara bertindak dan bertingkah laku yanng bersifat tetap
dan selalu berulang kembali. Bedasarkan hal ini maka sikap keberagamaan
untuk usia dewasa muda agak sulit untuk di ubah, meskipun perubahan
keyakinan dalam hal agama masih mungkin terjadi di usia berapapun,
meski pada umumnya proses tersebut didasarkan pada pertimbangan yang
matang dan lama, dan juga karena hidayah dari Tuhan.
Kehidupan beragama bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup
dan bukan sekedar ikut-ikutan semata. Sebaliknya, sangat mugkin
dijumpai usia dewasa awal yang relatif rendah, bahkan berkuarang
perhatiannya terhadap agama dibandingkan dengan masa remajanya. Kuat
lemahnya intensitas minat keberagamaan usia dewasa awal dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni:
7
1. Ada tidaknya pembiasaan yang dapat memperoleh praktek keagamaan
di masa dewasa awal sebagai kelanjutan (pengaruh) pendidikan agama
semenjak kanak-kanak.
2. Ada tidaknya praktek keagamaan di lingkungan sekitar, utamanya dari
teman sepergaulan.
3. Kuat lemahnya persoalan yang dihadapi seseorang. Biasanya, apabila
seseorang menghadapi kesulitan yang berat, maka ia cenderung
berminat pada agama dan berusaha untuk menguatkan minatnya
tersebut.
4. Ada tidaknya tanggungjawab orang tua terhadap pendidikan agama
anak-anaknya.
Berdasarkan penelitian Elizabeth B. Hurlock, keterkaitan usia
dewasa awal terhadap agama di identifikasi melalui 8 faktor, yaitu:
1. Jenis kelamin
2. Status sosial
3. Tempat tinggal
4. Latar belakang keluarga
5. Lingkungan
6. Perbedaan agama dalam rumah tangga
7. Kecemasan terhadap kematian
8. Kepribadian seseorang
8
3. Kebutuhan-kebutuhan sosial.
4. Kebutuhan akan harga diri.
5. Kebutuhan untuk berbuat yang terbaik.
Kebutuhan orang dewasa tersebut bersifat dinamis. Artinya, kebutuhan
tersebut berubah-ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu sendiri. Sesuatu
yang menarik, diinginkan dan dibutuhkannya pada suatu saat tertentu, mungkin
tidak lagi menarik dan tidak dihiraukan lagi, pada waktu lain.
Apabila Maslow mengemukakan lima kebutuhan manusia, Morgan
menyatakan bahwa orang dewasa memiliki empat kebutuhan. Berikut ini
dijelaskan keempat kebutuhan orang dewasa menurut Morgan:
1. Kebutuhan untuk melakukan suatu aktivitas. Hal ini sangat penting bagi
orang dewasa karena suatu aktivitas mengandung suatu kegembiraan
baginya.
2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain. Banyak orang dewasa yang
dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi
kesenangan orang lain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil
tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain. Hal ini sudah
barang tentu merupakan kepuasan dan kebahagian tersendiri bagi orang yang
melakukan kegiatan tersebut.
3. Kebutuhan untuk mencapai hasil. Suatu pekerjaan itu akan berhasil baik,
kalau hasilnya mendapat “pujian”. Aspek pujian ini merupakan dorongan
bagi orang dewasa untuk bekerja dengan giat. Apabila hasil pekerjaan itu
tidak dihiraukan orang lain, motivasi orang dewasa untuk melakukan
pekerjaan tersebut akan berkurang. Oleh karena itu, orang dewasa harus
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil
yang optimal sehingga memiliki rasa sukses.
4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Suatu kesulitan atau hambatan,
mungkin menimbulkan rasa rendah diri pada orang dewasa, tetapi hal ini
dapat menjadi dorongan untuk mencari konpensasi dengan usaha yang tekun
dan luar biasa, sehinggah tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang
tertentu.
9
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, orang dewasa dituntut untuk mampu
melaksanakan tugas-tugas perkembangan sehinggah mereka dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan seseorang dalam mengatasi masalah hidup di masa dewasanya
mempunyai pengaruh terhadap konsep dirinya dan melalui kehidupan seperti
itulah kepribadian seseorang terbentuk. Makin berhasil seseorang mengatasi
masalah hidup pada masa dewasa, maka konsep pribadinya akan makin
menyenangkan dan rasa percaya dirinya makin teguh, mantap dan semakin
tentram. Salah satu masalah yang paling banyak dihadapi oleh orang dewasa
adalah peranan yang dilakukan dalam kegiatan kantor maupun social.
Selain itu penyesuaian keluarga dan pekerjaan khususnya pada masa dewasa
awal sangatlah sulit karena kebanyakan orang dewasa awal membatasi dasar-
dasar karena adanya pembaruan (newness) peranperan dalam penyesuaian diri.
Keberhasilan penyesuaian diri dengan masa dewasa dapat dinilai dengan tiga
kriteria yaitu prestasi dalam pola pekerjaan dan pola hidup yang dipilih
seseorang, tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan dan pola hidup yang
dipilih, dan keberhasilan dari penyesuaian personal.
B. Saran
Perkembangan dewasa awal melibatkan pencapaian kemandirian, stabilitas
emosional, dan eksplorasi identitas. Penting untuk membangun hubungan yang
sehat, mengembangkan keterampilan hidup, serta menetapkan tujuan jangka
panjang. Pendidikan dan pengembangan karir juga menjadi fokus penting dalam
fase ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://hesronfree.wordpress.com/2011/06/04/kebutuhan-kebutuhan-orang-dewasa/
https://www.academia.edu/36574645/
Karir_Dan_Pekerjaan_Di_Masa_Dewasa_Awal_Dan_Dewasa_Madya
12