Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERKEMBANGAN ORANG DEWASA

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :

1.ANDIKA DEWA SYAPUTRA


2.DELLA THRY RIZKI
3.DEWI ASTIKA PUTRI
4.WAHYU ANANDA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan
rahmat-nya sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Tidak lupa juga saya
ucapkan terima kasih untuk dosen pengampu mata kuliah Perkembangan dan
belajar motorik, Ibu Dra. Yarmani, M.Kes. yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sehingga kami dapat menambah wawasan tentang Perkembangan
orang dewasa .Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan dan belajar motorik,kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai Perkembangan orang dewasa.

Makalah ini tidak luput dari kesalahan dan ke tidak sempurnaan karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, untuk itu kami selaku penyusun
makalah ini mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan. kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa kami terima
untuk menjadi acuan agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
LATAR BELAKANG..............................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................5

2
TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................5
SISTEMATIKA PENULISAN................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
2.1 Karakteristik Perkembangan Orang dewasa.................................................................6
2.2 Factor – factor yang mempengaruhi Perkembangan Orangan dewasa........................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................21
3.2 SARAN..........................................................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Latar Belakang
Dewasa adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian
identitas diri, yang kemudia pada masa dewasa ini, identitas diri didapat sedikit-demi sedikit
sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa
awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi,
kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

3
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu
makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun
psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya
sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun masalah yang dialami
dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk
orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu
masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna membentuk seorang pribadi yang matang,
tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya.
Secara fisik, seorang dewasa menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan
dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya
tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak
inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif.

1.2. Rumusan Masalah


Ada bererapa masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yang berhubungan dengan
perkembangan pada masa dewasa dan tua, adapun masalah-masalah itu diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Karakteristik Perkembangan Orang dewasa?
2. Factor – factor yang mempengaruhi Perkembangan Orangan dewasa?

1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan atau uraian mengenai
perkembangan-perkemnbangan yang terjadi pada masa dewasa dan tua, yang meliputi transisi

4
dan peristiwa kehidupan pada masa dewasa dan tua. Makalh ini juga dibuat guna memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Psikologi perkembangan

1.4. Sistematika Penulisan


Untuk menguraikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam makalah ini,
dituangkan dalam sistematika penulisan yang meliputi pendahuluan, isi atau pembahasan dan
kesimpulan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa

remaja adalah usia transisi. Seorang individu telah meninggalkan usia anak-anak yang
lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan
penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat.

Masa dewasa merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak


perkembangan pada masa remaja. Karakteristik perkembangan orang dewasa terbagi
menjadi 4 perkembangan, yaitu

1. Perkembangan fisik, sehingga pertumbuhan dari seseorang dewasa bisa


menjadi seorang yang gemuk dan besar, kurus.  
2. Perkembangan intelek, Paling tinggi pada masa ini IQ meningkat 5 point.
Walaupun demikian, kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda
masih terus berkembang.  

5
3. Perkembangan moral, perkembangan moral pada wanita lebih rendah
dibandingkan dengan pria.
4. Pengembangan karier.

PERIODE PERKEMBANGAN MASA DEWASA


 Menurut Hurlock (1968) masa ini terbagi kepada tiga periode sebagai berikut:
1.Masa Dewasa Awal (Early Adulthood = 18/20-40 Tahun)
Masa dewasa awal terentang sejak tercapainya kematangan secara hukum (sekitar usia 18/20
tahun) sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara biologis, masa ini merupkan puncak pertumbuhan
fisik yang prima, sehingga dianggap sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara
keseluruhan. Kesehatan fisik ini akan terpelihara dengan baik, apabila didukung oleh kebiasaan-
kebiasaan positif.  Dari segi psikologis, pada usia ini tidak sedikit di antara mereka yang kurang
mampu mencapai kematangan, hal itu disebabkan karena banyaknya masalah yang dihadapinya
dan tidak mampu mengatasinya. Masalah tersebut di antaranya adalah:
a. Kesulitan mencari kerja
b.Susah mencari jodoh
c.Keinginan untuk menikah namun belum mempunyai pencaharian
d.Kesulitan yang dialami setelah menikah, seperti mengurus anak, memelihara keharmonisan
keluarga, dan sebagainya.
Dari segi aspek tugas-tugas yang harus dituntaskan selama periode ini, seseorang yang sudah
berusia dewasa awal dituntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan, yaitu:
a.Mengembangkan sikap, wawasan, dan pengalaman ajaran agama.  Memperoleh atau mulai
b.memasuki dunia kerja
c.Memilih pasangan (suami atau istri)
d.Mulai memasuki pernikahan.
e.Belajar hidup berkeluarga

6
f.Merawat dan mendidik anak
gMengelola rumah tangga
hMemperoleh kemampuan dan kemantapan karier (posisi kerja)
i.Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat.
j.Mencari kelompok sosial (kolega) yang menyenangkan.
Setelah melakukan observasi didapat data bahwa pada masa dewasa awal ini memang banyak
yang kurang mampu mencapai kematangan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang
disebutkan di atas. Beberapa di antaranya juga sukses melaksanakan tugas-tugas perkembangan
sebagaimana mestinya.
2. Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Midle Age = 40-60 Tahun)
Masa ini umumnya terentang sejak usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Pada usia ini,
fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra. Tugas-tugas perkembangan
yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi:
a.Memantapkan pengalaman ajaran agama
b.Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
c.Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan bahagia.
d.Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek
fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
e.Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier.
f.Memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
Asumsi yang menyatakan bahwa fisik mulai agak melemah ternyata memang kerapkali terjadi
pada masa dewasa madya ini. Seringkali kita menemukan seorang yang berusia masa dewasa
madya mulai mengalami penurunan dalam mendengar, membaca, dan sebagainya.
3.Masa Dewasa Lanjut/Masa Tua (Old Age = 60-Mati)
Masa ini ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis. Pada umumnya
mengalami penurunan kemampuan dalam aspek pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara
berpikir, dan berinteraksi sosial, juga (pada umumnya dialami oleh yang tingkat pendidikannya
rendah) dimungkinkan akan mengalami masa pikun, masa kembali ke usia kanak-kanak, yang
bersifat dependent (tergantung) kepada orang lain. Tugas-tugas perkembangan yang harus
dituntaskan adalah:
a.Lebih memantapkan diri dalam mengamalkan norma atau ajaran agama
b.Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan
c.Menyesuaikan diri dengan masa pensiun (jika menjadi pegawai negeri) dan
berkurangnya income (penghasilan keluarga).
d.Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
e.Membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia

7
f.Memantapkan hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga (anak, cucu, dan
menantu).
Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang dalam masa dewasa lanjut banyak yang mengalami
kesehatan yang buruk, jadi untuk pemenuhan tugas-tugas perkembangan seringkali mengalami
kegagalan.
Dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan, tidak sedikit orang dewasa yang mengalami
kegagalan, yang disebabkan oleh 1) tidak ada bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas-
tugas perkembangan, 2) tidak ada motivasi untuk berkembang ke arah kedewasaan, 3)
mengalami kesehatan yang buruk, 4) cacat tubuh, 5) tingkat kecerdasan yang rendah.
Kegagalan mencapai atau menuntaskan tugas-tugas perkembangan tersebut, akan memunculkan
perilaku yang menyimpang (maladjustment), atau situasi kehidupan yang tidak bahagia, di
antaranya adalah:
1.Berzina atau berselingkuh (memacari wanita atau pria lain padahal sudah memiliki
istri/suami).
2.Meminum minuman keras atau mengonsumsi Naza
3.Menelantarkan kehidupan keluarga (istri dan anak)
4.Sering pergi ke hiburan malam (diskotik)
5.Menjadi biang keladi kerusuhan (provokator atau preman) dalam masyarakat
6.Melecehkan norma atau aturan yang dijunjung tinggi masyarakat.
Jadi, salah satu tugas perkembangan masa dewasa adalah pemantapan wawasan, sikap, dan
pengalaman ajaran agama (pemantapan kesadaran beragama). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi perjalanan kehidupan beragama seseorang, di antaranya adalah:
1.Keragaman pendidikan agama yang diterimanya waktu kecil, ada yang menerima dan ada
juga yang tidak menerimanya.
2.Keragaman pengalaman menetapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, sekolah, kantor maupun masyarakat, ada yang intensif.
3.Keragaman corak pergaulan dengan kolega atau teman kerja, ada yang taat agama begitu
pula ada yang melecehkan.
4.Keragaman sikap terhadap permasalahan kehidupan yang dialami, ada yang sabar
(menerimanya dengan penuh ketabahan) dan ada juga frustasi bahkan depresi dalam
menghadapinya.
5.Keragaman orientasi hidup, ada yang materialistis-hedonis (orang yang hidupnya hanya
untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dengan tidak memperhatikan nilai-nilai haram-halal
atau benar-salah), dan ada juga yang moralis-agamis (orang yan menjadikan agama sebagai
landasan perilakunya).
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari orang-orang pada masa dewasa sudah mulai
memperdalam ilmu agamanya, sehingga dapat menjadi bekal dalam menjalani masa dewasanya
dengan baik.

8
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MAHASISWA
1.Usia Mahasiswa sebagai Fase Usia Dewasa Awal
Kennintston (Santrock dalam Chusaini, 1995: 73) mengemukakan bahwa masa muda merupakan
periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan
kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara. Kenniston juga mengemukakan kriteria penting
untuk menunjukkan permulaan dari masa dewasa awal, yaitu kemandirian ekonomi dan
kemandirian dalam membuaut keputusan.
Lerner (1983: 554) mengemukakan tentang fase dewasa awal sebagai suatu fase dalam siklus
kehidupan yang berbeda dengan fase-fase sebelum dan sesudahnya, karena fase usia dewasa
awal merupakan fase usia untuk membuat suatu komitmen pada diri individu, khususnya
membuat pilihan tentang pernikahan, anak, pekerjaan, dan gaya hidup yang akan menentukan
tempat mereka di fase dewasa awal.
Menurut Erikson (1959, 1963) fase usia dewasa awal merupakan kebutuhan untuk membuat
komitmen dengan menciptakan suatu hubungan interpersonal yang erat dan stabil. Setiap
individu tidak lagi harus berfokus pada diri, tetapi harus lebih tertarik pada memenuhi kebutuhan
orang lain sehingga memperoleh kepuasan dari pemeuhan kebutuhan tersebut.
Adapun ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal (Hurlock, 1991: 247-252) yaitu:
a.Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai menerima
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b.Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk memiliki
keturunan, dengan memiliki anak mereka akan memiliki peran baru sebagai orangtua
c.Masa Bermasalah, pada usia masa dewasa awal akan timbul masalah-masalah baru yang
berbeda dengan masalah sebelumnya, di antaranya masalah pernikahan.
d.Masa ketegangan emosional, merupakan masa yang memiliki peluang terjadinya
ketegangan emosional, karena pada masa dewasa awal seseorang berada pada wilayah baru
dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
e.Masa keterasingan sosial, Ketika pendidikan berakhir dan mulai memasuki dunia kerja dan
kehidupan keluarga, seiring dengan itu hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin
renggang.
f.Masa komitmen, seseorang akan menentukan pola hidup baru, dengan memikul tanggung
jawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.
g.Masa ketergantungan, Meskipun status dewasa dan kemandirian telah tercapai, tetapi masih
banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.

9
h.Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok orang
dewaa
i.Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru
j.Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreatifitas.
Ciri-ciri umum tersebut menunjukkan bahwa fase usia dewasa awal merupakan fase memasuki
awal kehidupan yang mulai dihadapkan kepada berbagai perjuangan, kreativitas, tantangan,
perubahan diri, serta problematika yang secara simultan dan kompleks dihadapi individu.
Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock tentang perkembangan fase usia dewasa awal,
mahasiswa yang termasuk masa dewasa awal banyak yang mengalami fase tersebut. Tidak
sedikit orang yang berkomitmen untuk menikah pada usia masa dewasa awal ini, termasuk
mahasiswa. Jadi mereka mengalami fase perkembangan tersebut walaupun terkadang ada
sebagian orang pada masa dewasa awal mengalami problematika yang kompleks.

10
2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Orang
Dewasa

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa adalah sebagai berikut:

1.kekuatan fisik
2.kemampuan motorik
3.kemampuan mental
4.motivasi untuk berkembang

Berikut merupakan Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang sedang dihadapi usia
mahasiswa sebagai fase usia dewasa awal (santrock, 1995: 91-100)
a.Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada masa dewasa awal dari satu sisi merupakan puncaknya, tetapi pada
sisi lain adalah kecenderungan penurunan periode ini sehingga fase usia dewasa awal
dikatakan sebagai puncak dan penurunan perkembangan individu secara fisik. Misalnya
pendengaran relatif konstan  dan mulai mengalami penurunan pada akhir fase usia dewasa
awal. Kondisi kesehatan dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi gaya hidup yang
merusak kesehatan, nutrisi yang baik, rutinitas berolahraga.
Namun pada kehidupan sehari-hari dapat ditemukan orang pada masa dewasa awal justru
secara sadar ataupun tidak sadar seringkali mengabaikan kesehatan mereka, misalnya dengan
merokok, malas olahraga, dan sebagainya.
b.Perkembangan seksualitas
Merupakan sikap dan perilaku seksual pada individu sebagai kodrat dan dampak dari
perubahan-perubahan hormon yang terjadi. Ada dua hal tentang sikap dan perilaku seksual
yaitu ditinjau dari:
1) Sikap dan perilaku seksual secara heteroseksual. Sikap dan perilaku seksual berdasarkan
tinjauan longitudinal dari tahun 1900-1980-an, menunjukkan dua kecenderungan penting
(Darling et., 1984), yaitu:

11
a).Persentase dari kaum muda yang melakukan hubungan seksual meningkat tajam.
b).Proporsi perempuan yang dilaporkan dalam berhubungan seksual meningkat lebih cepat
dari kasus laki-laki, meskipun laki-laki lebih sering berhubungan seksual.
2) Sikap dan perilaku seksual secara homoseksual. Homoseksual, yaitu kecenderungan
memilih pasangan seksual dari jenis kelamin yang sama. Melalui penelitian yang terdahulu
(Kinsey) maupun yang baru-baru ini (Hunt), menunjukkan bahwa 4% dari laki-laki dan 3%
dari perempuan yang disurvei adalah homoseksual.
Sesuai dengan perkembangan zaman yaitu mulai masuknya tren barat ke Negara kita, maka
semakin banyak ditemukan perilaku seksual secara homoseksual. Akan tetapi masih lebih
banyak yang cenderung heteroseksual, yaitu menyukai dari yang berlainan jenis kelamin.
c.Perkembangan kognitif
Schaie (1997) mengemukakan bahwa tahap-tahap kognitif piaget menggambarkan
peningkatan efisiensi dalam perolehan informasi yang baru. Misalnya pada masa dewasa awal
terdapat perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan
apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan karier dan mempersiapkan diri
untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.
d.Perkembangan karier
Tuntutan peran karier terhadap kompetensi menunjukkan sangat tinggi pada fase usia dewasa
awal. Memenuhi tuntutan karier dan penyesuaian diri dengan peran yang baru adalah penting
bagi individu pada fase ini (Heise, 1991; Smither, 1988).
Terkadang kita menemukan seseorang yang telah mendapatkan pekerjaan namun tidak betah
dengan pekerjaannya. Hal tersebut mungkin terjadi karena tidak berhasilnya penyesuaian diri
dengan peran yang baru.
e.Perkembangan sosio-emosional
Dalam menjalin hubungan sosial dengan klingkungannya, pada fase usia dewasa awal tidak
hanya sekedar mampu menunjukkan jalinan persahabatan atau percintaan, namun lebih
mengarah kepada hubungan sosio-emosional yang terikat oleh komitmen dengan menunjukkan
hubungan dan niat untuk mempertahankan dalam mempersiapkan diri menuju kehidupan
bersama melalui pernikahan dan hidup berkeluarga.
Kajian tentang perkembangan sosio-emosional pada fase usia dewasa awal ialah:
1).Fase pertama, menjadi orang dewasa dan mulai melangkah untuk hidup mandiri. Untuk
membangun identitas serta membentuk keluarga baru, merupakan realisasi waktu bagi fase
usia dewasa awal dalam menyeleksi diri secara sosio-emosional, yaitu apa yang akan dibawa
dari keluarga asal, apa yang akan mereka tinggalkan, dan apa yang hendak mereka ciptakan

12
bagi dirinya ketika akan melangkah ke depan bergabung dalam membina keluarga sebagai
pasangan baru melalui pernikahan.
2).Fase kedua, adalah pasangan baru (new couple) dari siklus kehidupan keluarga. Pasangan
baru yang dimaksud adalah keterikatan melalui pernikahan yang sah antara dua jenis kelamin
yang berbeda, berasal dari keluarga dan latar belakang kehidupan bahkan kebudayaan yang
berbeda.
3).Fase ketiga adalah menjadi orang tua dalam kehidupan berkeluarga. Memasuki fase ini
menuntut orang dewasa untuk maju satu generasi dan menjadi pemberi kasih sayang untuk
generasi yang lebih muda. Untuk dapat melalui fase yang panjang ini, dalam perjalanannya
menuntut komitmen waktu sebagai peran orang dewasa menuju peran sebagai orang tua, serta
peran dalam memahami dan menyesuaikan diri sebagai orang tua yang kompeten dan sumber
teladan bagi anak.
Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Awal
Havighurst (1961: 259-265) menguraikan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal,
yaitu:
a.Memilih pasangan hidup.
Memilih pasangan hidup merupakan salah satu tugas perkembangan yang paling dirasakan
menyenangkan, menarik, tetapi sekaligus menggelisahkan serta penuh dengan kekhawatiran
karena disaat para calon pasangan mempersiapkan diri untuk memilih dan menemukan yang
tidak hanya cocok dan selaras bagi dirinya, tetapi dituntut untuk menyesuaikan dengan
kondisi dan latar belakang kehidupan kedua calon keluarganya masing-masing.
Menurut Norman (1992) pemenuhan kebutuhan merupakan faktor utama dalam memilih
pasangan pernikahan. Kebutuhan individu dapat berlainan satu sama lain, beberapa orang
akan lebih memilih pasangan yang melengkapi dirinya, atau bahkan memilih pasangan yang
sifatnya bertentangan, tapi sebagian besar memilih yang memiliki kesamaan karakteristik.
Istilah “opposites attract” atau daya tarik lawan jenis biasanya terjadi pada pernikahan yang
dilandasi kebutuhan saling melengkapi. Adanya perbedaan kebutuhan antarindividu dalam
pasangan tersebut, yaitu kebutuhan untuk berperan dominan (memberikan simpati, cinta, dan
perlindungan) dan kebutuhan untuk berperan submissive (memperoleh simpati, cinta, dan
perlindungan).
Memahami perbedaan antara sifat yang bertentangan dan sifat saling melengkapi sangatlah
penting.  Norman menambahkan bahwa dalam penentuan pasangan hidup sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan. Pengaruh kebudayaan terhadap penentuan pasangan hidup ditunjukkan
dalam dua hal, yaitu pertama, definisi kebudayaan menentukan sisi yang menarik dari
seseorang, sehingga lawan jenis akan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap orang yang

13
memenuhi kriteria tersebut. Kedua, terbentuklah “idealisasi pasangan” pada mental individu,
artinya walaupun individu tidak memperoleh seseorang yang memenuhi kriteria ideal, dia
akan menetapkan standar ideal tersebut pada orang yang dicintainya.
b.Belajar hidup dengan pasangan nikah
Pada dasarnya hal ini terdiri dari pembelajaran untuk menyatakan dan mengontrol perasaan
masing-masing pasangan seperti: kemarahan, kebahagiaan, kebencian, kasih sayang, sehingga
seseorang dapat hidup dengan hangat dan harmonis, serta bahagia dengan pasangannya.
Penyesuaian dalam mencapai kepuasan secara biologis, terutama dalam menjalani hubungan
seks, cenderung akan menjadi mudah dan menggairahkan. Di sisi lain, ketergantungan secara
emosi terhadap orang tua cenderung menjadi lebih sulit dan tertutup. Hal ini akan
memberikan warna baru dalam menjalankan peran masing-masing pasangan hidup sebagai
suami istri yang cenderung memerlukan proses penyesuaian dan pembelajaran lebih lanjut
dalam menempuh keluarga bahagia dan sejahtera.
c.Memulai hidup berkeluarga
Sebagai pasangan muda mereka akan memperoleh banyak pengalaman baru, dimulai dari
hubungan seksual pertama, hamil pertama, punya anak pertama, mengalami sakit pertama,
dan interaksi sosial dengan keluarga suami atau keluarga istri. Selanjutnya banyak ditentukan
oleh bagaimana cara pasangan melalui pengalaman pertama tersebut, terutama pada tahun-
tahun awal pernikahan. Menurut Havighurst dalam tugas perkembangan diuraikan dengan
meninjau dari berbagai sudut pandangan sebagai berikut:
1).Sifat tugas.
Dalam memulai kehidupan berkeluarga, kehadiran anak merupakan manifestasi dari
keberhasilan sebuah pernikahan, bagi pihak istri maupun suami. Terlebih kesuksesan  dalam
kehadiran anak pertama, cenderung merupakan ukuran kesuksesan bagi kehadiran anak
berikutnya.
2).Dasar biologis
Melahirkan anak merupakan suatu proses biologis, apalagi tugas melahirkan anak pertama
merupakan suatu proses biologis dan psikologis.
3).Dasar psikologis
Secara psikologis, wanita dan pria memiliki suatu tugas yang ingin dicapai untuk menjadi
seorang ayah bagi laki-laki dan seorang ibu bagi wanita. Bagi wanita, jika dia takut atau benci
dengan ide mengenai kehamilan, maka tugas tersebut akan sulit baginya. Tetapi jika
menganggap keibuan dengan rasa senang sebagai pemenuhan peran seksnya, maka tugas
tersebut menjadi cukup mudah.

14
4).Dasar budaya
Masalah kehamilan merupakan masalah yang muncul secara pandangan budaya.
5).Implikasi sosial dan pendidikan
Keberhasilan pada aspek tugas perkembangan ini memerlukan jenis pengetahuan tertentu bagi
suami dan istri, sikap serta peran dan tanggungjawab yang sepenuhnya untuk menjalankan
kehidupan dalam berkeluarga serta memiliki keturunan.
Pengetahuan ini semakin banyak diberikan melalui buku-buku bagi orang tua muda dan
melalui kursus-kursus pendidikan untuk calon ayah dan ibu seperti yang terjadi pada masa
sekarangi ini.
d.Memelihara anak
Tugas, peran, dan tanggungjawab sebagai suami istri sudah lebih bertambah dengan sebutan
sebagai ibu dan ayah, sudah hadir sosok manusia baru sebagai pelengkap dalam kehidupan di
dalam keluarga mereka. Mereka harus belajar memenuhi berbagai kebutuhan baik secara fisik
atau biologis, maupun kasih sayang yang sepenuhnya diberikan pada anak, sehingga anak
mencapai perkembangan secara optimal sesuai kemampuan dan karakteristik yang
dimilikinya.
e.Mengelola rumah tangga
Kehidupan keluarga sangat terkait dengan kesiapan secara keseluruhan baik fisik maupun
mental, yang selanjutnya akan sangat bergantung kepada kesiapan keberhasilannya dalam
mengelola rumah tangga sesuai dengan peran, tugas, dan tanggungjawabnya masing-masing
sebagai seorang suami istri atau orang tua dari anak-anaknya.
f..Mulai bekerja
Dalam menghadapi dan menjalani tugas perkembangan ini, para pria dewasa awal, cenderung
mulai memperhatikan dan memikirkannya, bahkan sering kali dia mengabaikan tugas lainnya
seperti menunda untuk mencari calon pasangan hidup. Hal ini berbeda jika dibandingkan
dengan wanita dewasa awal yang cenderung belum begitu aktif dalam menghadapi tuntutan
pekerjaan.
g.Bertanggung jawab sebagai warga Negara
Sebagai individu dewasa awal mulai menunjukkan adanya ras tanggungjawab bagi
kesejahteraan baik pada keluarga, tetangga, kelompok masyarakat, sebagai warga Negara,
atau organisasi politik.Pria atau wanita muda jarang mengikuti partisipasi aktif dalam
organisasi dewasa sebelum mencapai usia 25 atau 30 tahun, karena sangat banyak yang

15
memulai karier dalam masyarakat, jadi sulit memiliki waktu untuk bergabung baik dalam
suatu organisasi atau ikut serta dalam aktifitas kewarganegaraan dan politik.
h.Menemukan kelompok sosial yang serasi
Bersama-sama sebagai pasangan mencari teman baru, orang-orang seumur dengan mereka,
yang memiliki ketertarikan yang sama dan dengan orang dimana mereka dpat
mengembangkan suatu jenis baru kehidupan sosial yang dapat berlangsung selama kurang
lebih sampai 40 tahun.
Pada kenyataannya tidak sedikit orang pada masa dewasa awal sulit untuk menentukan
pasangan hidup, menjalani kehidupan berumahtangga. Mereka yang tidak bisa mengelola
rumah tangga dengan baik dapat menjadi penyebab gagalnya hubungan rumah tangga mereka,
dan juga ada faktor lain yang turut mempengaruhi, misalnya pekerjaan yang belum
mencukupi kebutuhan keluarga barunya dan sebagainya.
PERIODE DEWASA AWAL SEBAGAI MASA PERSIAPAN PERNIKAHAN
1.Konsep dasar pernikahan
Pernikahan merupakan suatu ikatan yang terjalin di antara laki-laki dan perempuan yang telah
memiliki komitmen untuk saling menyayangi, mengasihi, dan melindungi berdasarkan syariat
agama. Menurut Sigelma dan Shafer, pernikahan merupakan suatu transisi kehidupan yang
mencakup pengambilan peran baru (sebagai suami atau istri) dan menyesuaikan dengan
kehidupan sebagai pasangan.
McGoldrick (1989) mendefinisikan pernikahan adalah adanya keterikatan yang sah antara dua
jenis kelamin yang berbeda sebagai pasangan baru (new couple), dan berasal dari keluarga
serta latar belakang kehidupan bahkan kebudayaan yang berbeda. Norman (1992)
mengemukakan bahwa pernikahan adalah ikatan terdekat yang terjadi pada dua orang yang
disiapkan untuk kebutuhan hidup bersama menuju cita-cita yang dapat tercapai, keharmonisan
yang dipertahankan dan perintah Tuhan yang dijalankan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah ikatan yang terjalin secara sah antara laki-laki
dan perempuan dalam menjalani peran hidup yang baru secara bersama menuju harapan dan cita-
cita sesuai dengan perintah dan ajaran agama. Makna dan hikmah pernikahan dalam hidup
berkeluarga bagi yang berada pada fase usia dewasa awal seyogianya menjadi sebuah bekal
kesiapan diri untuk terlebih dahulu mengenal, memahami, serta menyikapinya secara positif
yang dijadikan sebagai rujukan di dalam membangun kehidupan keluarga yang serasi dan
sejahtera.
Ciri-ciri usia dewasa awal yang memiliki sikap positif terhadap pernikahan yaitu sebagai berikut:
a.Mau mempelajari hal ikhwal pernikahan
b.Meyakini bahwa nikah merupakan satu-satunya jalan mensahkan hubungan seks antara pria
dan wanita

16
c.Meyakini bahwa nikah merupakan ajaran agama yang sakral (suci) yang tidak boleh
dilanggar
d.Mau mempersiapkan diri untuk menempuh jenjang pernikahan.
Asumsi di atas benar adanya tentang definisi pernikahan. Banyak orang yang positif dalam
menanggapi pernikahan, sehingga didapat ciri-ciri tersebut. Namun terkadang ditemui orang
yang sudah dewasa belum terlalu mempersiapkan diri ke dalam jenjang pernikahan, dan
sebaliknya pada masa dewasa awal, atau bahkan remaja sudah ada yang berperilaku siap
menikah.
Syarat pernikahan
Sebagai kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga harus memperhatikan persyaratan yang di
antaranya adalah:
a.Kematangan fisik (bagi wanita setelah usia 18-20 tahun, bagi pria usia 25 tahun).
b.Kesiapan materi (bagi suami diwajibkan member nafkah kepada istri).
c.Kematangan psikis (mampu mengendalikan diri, tidak kekanak-kanakan, tidak mudah
tersinggung, dan tidak mudah pundung, berkisap mau menerima kehadiran orang lain dalam
kehidupannya; mempunyai sikap toleran, bersikap hormat atau mau menghargai orang lain,
dan memahami karakteristik pribadi dirinya atau calon istri atau suaminya)
d.Kematangan moral-spiritual (memiliki pemahaman dan keterampilan dalam masalah agama,
sudah bisa dan biasa melaksanakan ajaran agama, terutama shalat dan mengaji kitab suci, dan
dapat mengajarkan agama kepada anak).
Pakar psikologi, Papalia dan Olds, dalam buku Human Development (1995) mengemukakan
bahwa usia terbaik untuk menikah bagi perempuan adalah 19-25 tahun. Kesiapan usia ini
sangat berpengaruh dan menjadi barometer, baik dalam memulai kehidupan berkeluarga
maupun untuk menjadi pengasuh anak pertama (the first parenting).
Namun dalam kenyataannya sering dijumpai orang yang menikah belum memiliki
kematangan psikis, maupun moral-spiritual secara baik. Hal tersebut akan berdampak pada
pernikahan mereka. Mahasiswa masih banyak yang bersikap kekanak-kanakan, belum mampu
mengendalikan dirinya dengan baik.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi kesulitan penyesuaian pernikahan
Terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi munculnya kesulitan dalam melakukan
penyesuaian dalam pernikahan, yaitu:
a.Persiapan pernikahan yang terbatas. Kurangnya persiapan dapat mengakibatkan pasangan
memiliki waktu yang terbatas dalam mempersiapkan diri dengan pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan-keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan keluarga, sehingga mereka
tidak memiliki keterampilan komunikasi, berelasi, membesarkan anak, bergabung dengan
keluarga, serta mengelola keuangan.
b.Perbedaan konsep tentang peran atau tugas dalam pernikahan. Konflik mudah terjadi dalam
pernikahan apabila pasangan suami istri memiliki konsep yang berbeda tentang sesuatu.

17
c.Cepat menikah. Terlalu cepat menikah dapat membawa ke arah munculnya masalah, seperti
suka marah dan cemburu yang tidak terkendali, sehingga menghalangi munculnya
penyesuaian pernikahan yang lebih baik.
d.Memiliki konsep-konsep yang tidak realistik tentang pernikahan. Orang dewasa yang hanya
menghabiskan hidupnya di sekolah dan perguruan tinggi tanpa berupaya memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman tentang pernikahan dan kehidupan berkeluarga,
cenderung memiliki konsep yang tidak realistik tentang pernikahan. Akibatnya akan lebih
sulit melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam pernikahan dan kehidupan keluarga.
e.Pernikahan campur. Pernikahan lintas budaya atau agama biasanya mengalami kesulitan
dalam melakukan penyesuaian dengan orang tua dan sanak family, dibandingkan dengan
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki latar belakang suku atau agama
yang sama.
f.Masa  perkenalan yang singkat. Mengakibatkan pasangan kurang memiliki kesempatan
cukup untuk mengenal dan memahami pribadi masing-masing terutama dalam memeahami
hambatan-hambatan yang berpotensi menjadi masalah dalam relasi mereka.
g.Konsep romantik tentang pernikahan. Banyak orang dewasa masih memiliki konsep
romantik yang sama dengan konsep yang mereka terima ketika masih remaja. Padahal konsep
romantik pada masa remaja seringkali tidak realistik.
h.Tidak memiliki identitas. Jika seorang pria merasa bahwa dia diperlakukan istrinya seperti
istri memperlakukan anggota keluarganya yang lain, teman, dan rekan kerjanya, atau seorang
istri merasa mendapat penghormatan sebagai ibu sama dengan penghormatan yang diberikan
suami kepada ibu keluarga lain, maka mereka akan merasa kehilangan identitas sebagai
individu. Perasaan tersebut akan mengakibatkan penyesuaian pernikahan sulit untuk
dilakukan.
Hurlock (1980:292) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
keberhasilan pasangan dalam melakukan penyesuaian dalam pernikahan adalah sebagai berikut:
a.Konsep pasangan yang ideal. Dalam memilih pasangan seorang pria ataupun wanita
dibimbing oleh konsep pasangan ideal yang ada dalam pikirannya.
b.Pemenuhan kebutuhan. Terpenuhnya kebutuhan masing-masing suami istri dapat
mewujudkan penyesuaian semakin mudah untuk dilaksanakan
c.Kesamaan latar belakang. Latar belakang yang sama antara suami istri dapat membantu
mereka semakin mudah dalam melakukan penyesuaian, terutama kesamaan pola asuh dalam
keluarga, budaya, dan agama..
d.Minat dan kepentingan bersama. Keinginan-keinginan yang sama, harapan-harapan yang
sama, cenderung membawa ke arah penyesuaian yang lebih baik bagi pasangan.
e.Kesamaan nilai-nilai. Kesamaan makna dan nilai-nilai yang dimiliki pasangan dapat
memudahkan mereka dalam melakukan penyesuaian.

18
f.Konsep peran. Suami dan istri yang memiliki konsep yang sama tentang peran, tugas,
tanggungjawab, akan lebih mudah dalam melakukan penyesuaian.
g.Perubahan dalam pola hidup. Penyesuaian bermakna melakukan perubahan terhadap pola
hidup, mengubah kebiasaan, mengubah hubungan, mengubah kegiatan. Perubahan pola hidup
selalu diikuti oleh ketegangan-ketegangan emosional yang dapat berkembang menjadi suatu
masalah yang mengganggu.

Pada masa awal pernikahan memang dituntut untuk dapat menyesuaikan diri. Menurut
pengamatan, tidak jarang masa usia dewasa awal kesulitan pada masa persiapan pernikahan
tersebut, banyak faktor yang menjadi kendala, misalnya kendala untuk mandiri membangun
rumah tangganya.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah melewati masa kanak-kanak dan remaja, akhirnya individu memasuki masa
dewasa, yakni masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja. Masa ini
adalah masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari orang tua dan
mulai belajar madiri karena ia sudah mempunyai peran dan tugas-tugasnya yang baru.
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa ini jika tidak dioptimalkan dengan baik
akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perkembangan
fisik, emosional, agama, cinta, kognitif dan sosial pada masa ini juga sangat berpengaruh
bagi tiap individu.
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya
tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis
ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk
membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan
ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri
tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil

19
maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran
berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan bertanggung
jawab terhadap masa depannya.

3.2. Saran
Saran dari penyusun, selagi kita bisa melakukan apa yang masih bisa di kerjakan,
kerjakanlah! Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik.
Janganlah menjadi orang dewasa atau tua yang masih melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan di masa muda.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita
harapkan, maka dari pada itu penulis butuh kritikan dan saran dari ibu dosen pembimbing
kita dan bagi teman-teman yang membacanya, yang sifatnya membanggun, demi
kesempurnaannya kedepan.

20

Anda mungkin juga menyukai