Anda di halaman 1dari 13

“PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA”

(Perkembangan Psikologis Remaja)


“Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Remaja”

DOSEN PENGAMPU :
Syafdina Ismie Hayati, M.Psi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10:


Jalaluddin Rasyid Al Ghaffar (0303193200)
Khairul Hidayat (0303192119)
Khairunnisa Sulistiyaningrum (0303192112)
Rita Nurmaliah Lubis (0303192113)

BKI-3 Semester II/2

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohiim
Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokaatuh.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah ‘azza wajala Robb semesta alam karena atas
hidayah dan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, Sholawat serta
salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wasalam serta segenap keluarga
dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang ”Perkembangan Psikologis Remaja” semoga bisa
bermanfa’at bagi kita, meskipun dalam penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi tanpa mengurangi rasa hormat, kami penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah maupun dari mahasiswa sekalian.
Kesempurnaan dan kebenaran itu hanya dari Allah ‘azza wajala, sedangkan kesalahan dan
kekurangan adalah dari manusia kami pribadi.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Medan, 27 Maret 2020

Penyusun,
Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Pengertian Masa Remaja..............................................................................................................5
B. Pembentukan Konsep Diri............................................................................................................7
C. Perkembangan Inteligensi.............................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang terus berlangsung
sampai dewasa, sebelum memasuki masa dewasa setiap individu melewati fase-fase
perkembangan termasuk perkembangan pada masa remaja. Masa remaja ini merupakan masa
transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock, 1995).

Perubahan-perubahan pada masa remaja sangat membingungkan oleh remaja saat mereka
menjalaninya. Pertumbuhan dan perkembangan yang dramatis di dalam tubuh seorang remaja
menimbulkan kekhawatiran yang akut akan tubuh mereka dan menimbulkan berbagai
pertanyaan, keraguan dan ketakutan. Dalam proses perkembangan kematangan psikologis dan
biologis remaja kerap menghadapi ketegangan dan kekhawatiran.

Remaja mengalami perasaan labil, mencoba sesuatu hal yang baru dan sering melakukan
sesuatu tanpa berpikir panjang. Karena pada masa ini juga dikenal dengan masa pencarian jati
diri diperlukan pengetahuan bagaimana perkembangan psikologi masa remaja dan bagaimana
masa ini terlewati dengan berbagai kesulitan sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang timbul pada masa remaja dalam keseharian
bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masa remaja?
2. Bagaimana cara menentukan konsep diri?
3. Bagaimana perkembangan inteligensi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian masa remaja
2. Mengetahui cara menentukan konsep diri
3. Mengetahui perkembangan intelegensi

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai
dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10
tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO)..“Remaja”
Pendapat dari (World Health Organization) WHO 1974 remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai saat
ini mencapai kematangan seksualitasnya, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial
yang penuh, kepada keadaan yang relatife lebih mandiri.
Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting dalam rentang
kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju
kemasa dewasa. Istilah adolescence yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang sangat
luas, yakni mencangkup kematangan mental, sosial, emosional, pandangan ini di ungkapkan oleh
Piaget.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintregasi dengan
masarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah integrasi
dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok [CITATION Hur80 \l 1033 ]
Kata itu menurut remaja sendiri adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri,
yang punya “dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang tua. Kata remaja berasal dari
bahasa latin yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti
“tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang cukup luas:
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. ( Piaget ).
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall
(dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan teori-teori

5
yang diberikan para ahli, dapat dilihat bahwa awal masa remaja hampir sama, namun berahirnya
masa remaja memiliki banyak variasi.
Perubahan mentalpun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis. Periode ini disebut fase
pubertas (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti
proporsi tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual
yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja.
Kebutuhan lain dari remaja adalah teman sebaya, dimana teman sebaya adalah sangat
penting bagi remaja untuk mengenal dunia diluar keluarga. Namun dalam interaksinya, remaja
sering mengalami tekanan untuk mengikuti teman sebaya atau yang disebut konformitas
(conformity) yang sangat kuat. Konformitas ada yang positif dan negatif. Konformitas muncul
ketika individu meniru sikap, atau tingkah laku orang lain dikarenakan ada tekanan nyata
maupun yang tidak nyata.
Perilaku remaja yang menyimpang seperti berbuat onar, mencuri dan lain lain perlu
mendapat perhatian khusus bagi orangtua, guru dan pemerhati pendidikan. Pertentangan dan
pemberontakan adalah bagian alamiah dari kebutuhan para remaja untuk menjadi dewasa yang
mandiri dan peka secara emosional.
Maka setelah memahami dari beberapa teori diatas yang dimaksud dengan masa remaja
adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa, dengan ditandai
individu telah mengalami perkembangan-perkembangan atau pertumbuhan-pertumbuhan yang
sangat pesat di segala bidang, yang meliputi dari perubahan fisik yang menunjukkan kematangan
organ reproduksi serta optimalnya fungsional organ-organ lainnya.
Selanjutnya perkembangan kognitif yang menunjukkan cara gaya berfikir remaja, serta
pertumbuhan sosial emosional remaja. dan seluruh perkembangan-perkembangan lainnya yang
dialami sebagai masa persiapan untuk memasuki masa dewasa. Untuk memasuki tahapan
dewasa, perkembangan remaja banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan selama
pertubuhannya diantaranya: hubungan dengan orang tuanya, hubungan dengan teman sebayanya,
hubungan dengan kondisi lingkungannya, serta pengetahuan kognitifnya.

6
B. Pembentukan Konsep Diri
Secara psikologis, kedewasaan tentu bukan hanya tercapainya usia tertentu seperti
misalnya dalam ilmu hukum. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan di mana sudah ada
ciri-ciri psikologis tertentu pada seseorang[ CITATION Sar15 \l 1033 ]. Ciri-ciri psikologis itu
menurut G.W. Allport (1961) adalah:

1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandi dengan kemampuan
seorang untuk mengaggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri
juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang, sebaliknya
tumbuh perasaan ikut memiliki. Salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya
kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk
menenggang rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan
penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya itu menunjukkan adanya
tanda-tanda kepribadian yang dewasa (mature Personality). Di samping itu, juga
adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita , idola dan sebagainya yang
menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
2. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self objectivication) yang
ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self
insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of huor) termasuk yang
dijadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.
3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Hal ini dapat
dilakukan tanpa perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata.
Orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam kerangka susunan
objek-objek lain dan manusia-manusia lain di dunia.
Pendapat semacam ini sekarang sudah mendapat tantangan dari beberapa sosiologi
seperti O.G Brim dan psikolog seperti Jerome Kagan (Rubin Z, 1981). Terry Rubin, misalnya
yang pada 1970-an adaalah seorang Yippie, sepuluh tahun kemudian menjadi analis di Wall-
Street dengan jas dan dasi. Richard Aper, asisten professor psikologi di Havard, terlibat
narkotika, pergi ke India dan kembali sebagai gutu mistik berjubah dan berjanggut, bernama
Baba Ram Dass. Richard Raskind, seorang dokter ahli penyakit mata yang sukses, masuk
kerumah sakit dan keluar sebagai Renee Richards dan menjadi petenis wanita.

7
Selanjutnya dikatakan oleh S.R Maddi bahwa perbedaan antara trait (konstansi atau
ketetapan yang disposisional) dengan konstansi tingkah laku biasa (misalnya kebiasaan) adalah
bahwa trait menunjuk pada tingkah lauku dalam skala besar (moral) dan majemuk yang
menyangkur juga struktur kognitif. Sedangkan konsistensi tingkah laku hanya menunjuk pada
tingkah laku dalam skala kecil (molekular) dan tunggal, misalnya kebiasaan bangun pagi,
kebiasaan menulis dengan tangan kri, atau ketidak terampilan mengoperasikan komputer. Hal-
hal yang terakhir ini bukan trait (Buss & Craik, 1983, dalam Sarwono, 2015).
Yang sekarang banyak dianut para pakar tentang trait adalah apa yang dikenal dengan
istilah The Big Five Dari penelituan terhadap sejumlah besar anak kembar, Goldberg (1991)
melaporkan bahwa ada lima ciri perilaku yang sama dan sering ditunjukkan oleh anak kembar
yang disebutnya sebagai mait yaitu:
1. Openness (57%) atau Keterbukaan, yaitu menghargai seni, emosi, pertualangan,
ide-ide baru, imajinasi, keingintahuan, dan pengalaman baru. Lawan dari trait ini
adalah ketertutupan, konservatif, apa adanya.
2. Extraversion (54%) atau Ekstraversi, yaitu penuh energi, emosi positif, serba
darurat, dan cenderung mencari teman.
3. Conscientiousness (49%), atau Kesadaran diri, yaitu disiplin diri, utamakan tugas
dan kewajiban, Hasrat prestasi yang tinggi, serba terencana, serba terkendali,
termasuk mampu mengendalikan dorongan-dorongannya sendiri.
4. Neuroticism (48%), atau Pencemas, yaitu cenderung kepada emosi negatif seperti
marah, cemas dan depresi, emosi labil, memandang semua situasi sebagai
ancaman dan masalah kecil dianggap sangat sulit.
5. Agreeableness (42%) atau Santai, yaitu kecenderungan untuk senang dan bekerja
sama dengan orang lain, jauh dari curiga dan antagonis, menyukai harmoni sosial,
gampang bergaul, penuh pengertian, suka menolong, ramah, murah hati, jujur,
dan bisa dipercaya.

Khususnya pada diri remaja, proses perubahan karena pengalaman dan usia merupakan
hal yang harus terjadi karena dalam proses pematangan kepribadiannya, remaja sedikit demi
sedikit memunculkan ke permukaan sifat-sifat (trait)-nya yang sebenarnya, yang harus berbentur
dengan rangsangan-rangsangan dari luar [ CITATION Sar15 \l 1033 ].

8
Menurut Richmond dan Sklansky (1984) inti dari tugas perkembangan seseorang dalam
periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan. Sedangkan menemukan
bentuk kepribadian yang khas (yang oleh Allport dinamakan unifyingphilosophy of life) dalam
periode itu belum menjadi sasaran utama.

C. Perkembangan Inteligensi
Kepandaian sering kali diartikan angka rapor yang tinggi, apalagi kalau bis masuk
“ranking” 10 besar. Tetapi, baik buruknya angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaian,
karena hal tersebut tergantung juga pada berbagai faktor lain, seperti cara guru mengajar,
lingkungan sekolah, hasrat belajar anak, kreativitas, dan lain-lain. Bahkan, dalam bidang-bidang
lain diluar sekolahpun prestasi seseorang selalu merupakan hasil perpaduan antara berbagai
faktor termasuk inteligensi.

Inteligensi memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Makin banyak unsur rasio
yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, makin berinteligensi tingkah laku
tersebut.

Teori inteligensi sejenis yang dikemukakan oleh thurstone,yang sedang populer akhir
akhir ini adalah teori tentang multiple intelegence (Kecerdasan Ganda).dalam teori yang diajukan
oleh Howar Gardner (1993,1999)ini dinyatakan bahwa intelegensi itu bukan satu,melainkan 7
atau 8 macam.setiap orang mempunyai kekuatan dan kelebihannya masing masing. Ada yg kuat
diaatu atau beberapa cabang intelegensi,tetapi tidak mungkin pandai disegala bidang[ CITATION
Sar15 \l 1033 ].

Jenis Jenis intelegensi yang dimaksud adalah sebagai berikut

1. Bodyly kinestthetic kecerdasan yang berkaitan dengan gerakan anggota


tubuh.diperlukan oleh penari olahragawan,tentara polisi,dokter bedah,tukang
bangunan pemain sirkus dan sebaginya.
2. Interpersonal kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan dengan orang
lain,peka terhadap perasaan,sifat dan motivasi orang lain mampu bekerja sama
dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok.

9
3. Verbal -linguistic,kecerdasan yang berkaitan dengan kata kata lisan ataupun
tulisan.mahir dalam menulis bercerita,membaca,menghapal kalimat kalimat,dan
berpidato.
4. logical mathematic kecerdasan yang berkaitan dengan logika , penggunaan
akal,kemampuan abstraksi dan angka.Bukan hanya mempelajari ilmu matematika
maupun ilmu pengetahuan alam namun juga diperlukan dalam merancang
penelitian, pengembangan program komputer dan aktivitas lain yang memerlukan
aktivitas logika.
5. Intrapersonal: kemampuan utama adalah intropeksi dan refleksi diri. orang
berintelegensi intrapersonal yang tinggi tergolong biasanya tergolong introvet.
6. Visual-spatial: terkait dengan kemampuan yang tinggi dalam mengambil
keputusan dalam bidang penglihatan dan ruang (space).Memori visualnya sangat
kuat dan mereka mahir memainkan memori itu menjadi suatu hal yang baru,indah
dan artistik.
7. Musical: Kecerdasan musikal terkait dengan irama,musik,nada,dan pendengaran.
Mereka biasanya bisa bernyanyi dan mempunyai nada suara(pitch) yang pas
(tidak sumbang).
8. Naturalistic: Pengembangan setelah 1997 bahwa kecerdasan naturalistik ada dan
berdiri sendiri. Mereka mudah bergabung dengan binatang,mengenali berbagai
jenis flora dan fauna dengan tepat,dan mampu membaca perubahan cuaca.

Teori inteligensi yang meninjaunya dari sudut perkembangan dikemukakan oleh Jean
Piaget (1896-1980). Piaget berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem pengaturan dari
dalam pada sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan
berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek kognitif, yaitu:

1. Kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf, sehingga fungsi-


fungsi indra menjadi lebih sempurna.
2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal-baik dengan lingkungannya.
3. Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial antar lain
melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.

10
4. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya
(Gunarsa, 1982).

Selanjutnya, sistem pengaturan itu mempunyai dua faktor yaitu skema dan adaptasi.
Yang dimaksud dengan skema adalah pola yang teratur yang melatarbelakangi suatu tingkah
laku. Dalam perkembangan itu, kognisi mengikuti prinsip adaptif, yaitu penyesuaian terhadap
lingkungan yang saling bersangkutan dengan tujuan dan perjuangan hidup (Gunarsa, 1982).

Pandangan nativisme tampaknya merupakan pandangan yang lebih tua usianya dan masih
berlaku terus sampai kini. Sampai sekarang, masyarakat masij beranggapaj bahwa anak doktee
harusnya menjadi dokter juga atau anak pengusaha harus jadi pengusaha juga. Kesulitan untuk
mendefinisikan emosi ini bertambah besar lagi karena emosi jenis yang satu sering kali
menunjukkan perubahan fisiologis yang sama dengan emosi jenis yang lain. Demikian juga
perasaan sedih dan gembira yang mendalam (sama-sama menangis) [ CITATION Sar15 \l 1033 ].

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintregasi dengan
masarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah integrasi
dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok.

Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide,
pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan
hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orangtua turut memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang.

B. Saran
Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia
remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus
dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini
dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B. (1980). Developmental Psychology: A Life-Span Approach. (Istidayanti, & Soedjarwo,


Trans.) Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2015). Psikolgi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai