Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONSEP DAN CARA PANDANG ALIRAN MODERN DAN

POST MODERN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Maternitas 1
Dosen : Inggrid Dirgahayu , S,Kp., M.Km

Disusun Oleh :

Sari Damayanti 191FK03029


Ariani Sukmadiwanti 191FK03030
Nisa Rahmawati 101FK03123

Kelas 2b - Kecil Keperawatan


Kelompok 4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bandung, Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Remaja ................................................................................................. 3
2.2 Tahun-Tahun Masa Remaja .................................................................................. 5
2.3 Ciri-Ciri Masa Remaja .......................................................................................... 5
2.4 Tugas-Tugas Masa Remaja ................................................................................... 8
2.5 Filosofi yang mendasari perspektif modernism .................................................... 9
2.6 Beberapa kritikan terhadap perspektif modernism .............................................. 11
2.7 Pengertian Postmodern ........................................................................................ 12
2.8 Konsep Dasar postmodern ................................................................................... 13
2.9 Implikasi – implikasi dalam pendidikan masa kini ............................................. 14
2.10 Budaya dan konsumsi postmodernism ................................................................ 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 16
3.2 Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan suatu masa peralihan darifase anak-anak menuju fase
kedewasaan.Pada masa initerjadi perubahan baik secara mental, fisik, emosional,
dan psikososialnya. Oleh karena itu,fase ini menjadi fase yang sangatpenting bagi
seseorang karena ini merupakan fase untuk mereka menemukan jati dirinya. orang
tua adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
istilah orang tua hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai orang yang tua,
melainkan sebagai orang yang dituakan, karenanya diberi tanggung jawab untuk
merawat dan mendidik anaknya menjadi manusia dewasa.
Perkembangan pemikiran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan
dalam berbagai hal, tentunya hal itu tidak lepas dari keinginan manusia yang selalu
menginginkan sebuah perubahan karena bertambahnya persoalan dan juga
kebutuhan. Sama halnya dengan postmodernisme yang muncul diakibatkan karena
kegagalan Modernisme dalam mengangkat martabat manusia. Bagi
postmodernisme, paham modernisme selama ini telah gagal dalam menepati
janjinya untuk membawa kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak adanya
kekerasan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa modernisme
membawa kehancuran bagi manusia, peperangan terjadi dimana-mana yang hal ini
mengakibatkan manusia hidup dalam menderita. Pandangan modernisme
menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan harus mutlak serta objektif, tidak
adanya nilai dari manusia. Di sinilah muncul suatu paham postmodernisme yang
merupakan kelanjutan, keterputusan, dan koreksi dari modernisme untuk
memberikan suatu pemikiran baru dan solusi dalam menjalani kehidupan yang
semakin kompleks ini. Bagi postmodernisme ilmu pengetahuan tidaklah objektif
tetapi subjektif dan interpretasi dari manusia itu sendiri, sehingga kebenarannya
adalah relatif.(Setiawan, 2018)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Remaja ?
2. Apa Saja Tahun-Tahun Masa Remaja?
3. Apa Saja Ciri-Ciri Masa Remaja?
4. Apa Saja Tugas-Tugas Masa Remaja?
5. Bagaimana Filosofi Yang Mendasari Perspektif Modernism ?
6. Apa Saja Kritikan Perspektif Modernism ?
7. Apa Definisi Postmodern ?
8. Bagaimana Konsep Dasar postmodern ?
9. Apa saja Implikasi – implikasi dalam pendidikan masa kini ?
10.Bagaimana Budaya dan Komsumsi Postmodernism?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Remaja
2. Untuk Mengetahui Tahun-Tahun Masa Remaja
3. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Masa Remaja
4. Untuk Mengetahui Tugas-Tugas Masa Remaja
5. Untuk Mengetahui Filosofi Yang Mendasari Perspektif Modernism
6. Untuk Mengetahui Kritikan Perspektif Modernism
7. Untuk Mengetahui Definisi Postmodern
8. Untuk Mengetahui Konsep Dasar postmodern
9. Untuk Mengetahui Implikasi – implikasi dalam pendidikan masa kini
10. Untuk Mengetahui Budaya dan Komsumsi Postmodernism

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja


Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting
dalam rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju kemasa dewasa. Ada beberapa pengertian menurut para tokoh-
tokoh mengenai pengertian remaja seperti:

Elizabeth B. Hurlock Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin
(adolescene), kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang berarti “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa‟‟ bangsa orang-orang zaman purbakala memandang
masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam
rentang kehidupan anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi.

Istilah adolescence yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang sangat
luas, yakni mencangkup kematangan mental, sosial, emosional, pandangan ini di
ungkapkan oleh Piaget dengan mengatakan, Secara psikologis, masa remaja adalah
usia dimana individu berintregasi dengan masarakat dewasa, usia dimana anak tidak
lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah integrasi dalam masyarakat
(dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber,
termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang
khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini.

Hal senada juga di kemukakan oleh Jhon W. Santrock, masa remaja


(adolescence) ialah periode perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga
masa dewasa yang mencakup perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial
emosional.

3
Begitu juga pendapat dari (World Health Organization) WHO 1974 remaja
adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai saat ini mencapai kematangan
seksualitasnya, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial
yang penuh, kepada keadaan yang relatife lebih mandiri.

Maka setelah memahami dari beberapa teori diatas yang dimaksud dengan
masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa
dewasa, dengan ditandai individu telah mengalami perkembangan-perkembangan
atau pertumbuhan-pertumbuhan yang sangat pesat di segala bidang, yang meliputi
dari perubahan fisik yang menunjukkan kematangan organ reproduksi serta
optimalnya fungsional organ-organ lainnya. Selanjutnya perkembangan kognitif yang
menunjukkan cara gaya berfikir remaja, serta pertumbuhan sosial emosional remaja.
dan seluruh perkembangan-perkembangan lainnya yang dialami sebagai masa
persiapan untuk memasuki masa dewasa. Untuk memasuki tahapan dewasa,
perkembangan remaja banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan selama
pertubuhannya diantaranya: hubungan dengan orang tuanya, hubungan dengan teman
sebayanya, hubungan dengan kondisi lingkungannya, serta pengetahuan kognitifnya.

4
2.2 Tahun-Tahun Masa Remaja
Batasan usia masa remaja menurut Hurlock, Awal masa remaja berlangsung dari
mulai umur 13-16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16
atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian
akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat. Menurut Santrock, Awal
masa remaja dimulai pada usia 10-12 tahun, dan berakir pada usia 21-22 tahun.

Secara umum menurut para tokoh-tokoh psikologi, remaja dibagi menjadi


tiga fase batasan umur, yaitu:

1. Fase remaja awal dalam rentang usia dari 12-15 tahun.


2. fase remaja madya dalam rentang usia 15-18 tahun.
3. fase remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun.

Maka dengan demikian dapat diketahui dari bagian-bagian usia pada remaja
yang dapat dijelaskan sebagai berikut, usia 12-15 tahun termasuk bagian remaja
awal, usia 15-18 tahun bagian remaja tengah, dan remaja akhir pada usia 18-21
tahun. Dengan mengetahui bagian-bagian usia remaja kita akan lebih mudah
mengetahui remaja tersebut kedalam bagiannya, apakah termasuk remaja awal atau
remaja tengah dan remaja akhir.

2.3 Ciri-Ciri Masa Remaja


Masa remaja adalah suatu masa perubahan, pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan yang sangat pesat yakni baik secara fisik, maupun psikologis, ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja ini diantaranya:

a) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada remaja awal yang
dikenal sebagai masa strong dan masa stress. Peningkatan emosional ini
merupaknan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada
masa remaja. Dari segi kondisi sosial peningkatan emosi ini merupakan tanda
bahwa remaja berada dalam kondisi baru, yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan

5
pada remaja misalnya mereka di harapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan tanggung jawab. Kemandirian
dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, dan
akan Nampak jelas pada remaja akhir yang dalam hal ini biasanya remaja
sedang duduk di masa sekolah.
b) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubhan fisik yang terjadi secara cepat baik
perubahan internal maupun eksternal. Perubahan internal seperti sistem
sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi. Sedangkan perubahan eksternal
seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.

c) Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari
masa kanak-kanak digantiakan dengan hal menarik yang baru dan lebih
menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar
pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan
ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi
dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhungan dengan
hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan
lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

d) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanakkanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati masa dewasa.

e) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang


terjadi, tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk
memikul tanggung jawab tersebut.
Sedangkan menurut Hurlock, seperti halnya dengan semua periode-periode
yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri

6
tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya,
ciri-ciri tersebut seperti:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Yaitu perubahan-perubahan


yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada
individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Disini masa kanak-kanak dianggap


belum dapat sebagai orang dewasa. Status remja tidak jelas, keadaan ini
memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Yaitu perubahan pada emosi


perubahan tubuh, minat dan Pengaruh (menjadi remaja yang dewasa dan
mandiri) perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan
kebebasan.

d. Masa remaja sebagai periode mencari Identitas. Diri yang di cari berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa Pengaruhannya dalam
masyarakat.
e. Masa remaja sebagai periode masa yang tidak realistik. Remaj cendrung
memandang kehidupan dari kacamta berwarna merah jambu, melihat
dirinya sendirian orang lain sebagaimana yang di inginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.

f. Masa remaja sebagai periode Ambang masa dewasa. Remaja mengalami


kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada
usia sebelumnya dan didalam meberikan kesan bahwa mereka hamper atau
sudah dewasaa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras
menggunakan obat-obatan.

7
Dengan demikian, yang dimaksud dengan ciri-ciri remaja menurut para tokoh
diatas, maka penulis dapat menjelaskan mengenai ciri-ciri remaja dengan uraian
sebagai berikut. Remaja mempunyai ciri-ciri sebagai periode yang penting untuk
perkembangan selanjutnya. Remaja akan merasakan masa sebagai masa peralihan
yang ditandai dengan gaya hidup yang berbeda dari masa sebelumnya. Remaja akan
melewati masa perubahan yang semula belum mandiri remaja akan cenderung lebih
mandiri. Remaja akan melewati masa pencarian identitas untuk menjelaskan tentang
siapa dirinya. Ciri-ciri remaja selanjutnya yakni masa ketakutan disini remaja akan
sulit diatur atau lebih sering berprilaku kuranng baik. Remaja akan melewati masa
tidak realistic dimana orang lain dianggap tidak sebagaimana dengan yang
diinginkan dan yang terakir yakni ciri sebagai ambang masa dewasa yang ditandai
remaja masih kebingungan dengan kebiasaan-kebisaan pada masa sebelumnya.
Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut maka kita akan lebih mengetahui dari
perkembangan-perkembangan remaja.

2.4 Tugas-Tugas Masa Remaja


Perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikapsikap
dan perilaku-perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas pda perkembangan masa remaja menurut
Elizabet B.Hurlock adalah sebagai berikut:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami Pengaruh seks usia dewasa.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional.
e. Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan Pengaruh sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.

8
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Hal senada juga di kemukakan tentang tugas-tugas remaja oleh pikunas
dalam William kay, yaitu bahwa tugas perkembangan remaja adalah memperoleh
kematangan moral, untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belumlah
sempurna, jika tidak memiliki kematangan moral yang dapat di terima secara
universal.

2.5 Filosofi yang mendasari perspektif modernism


Konsep modernisasi secara umum berkenaan dengan periode sejarah Barat pada
abad 18 sampai sekarang ini. Borgmann dalam Firat dan Venkatesh (1995)
mengatakan modernisasi kadang berkenaan pada periode waktu dan mencakup ide-
ide filosofis dan sosiokultual yang meliputi kondisi-kondisi:

 peran alasan dan membangun pemikiran secara rasional;

 pentingnya pemikiran secara kognitif;

 munculnya peran science dan penekanan pada kemajuan material melalui


aplikasi teknologi pengetahuan/scientific;

 realisme, representasi, dan keseragaman tujuan;

 munculnya kapitalisme industrial; dan

 pemisahan bidang produksi yang dikontrol secara institusional dan


publik, dengan bidang konsumsi yang cenderung lebih domestik dan private.
Meskipun terjadi kesuksesan evolusi di dunia Barat karena pengetahuan,
teknologi, dan mateial pendukung, namun tetap terdapat pertanyaan skpetis dan
kritikan dari pandangan postmodern terhadap filosofi, budaya, dan dasar-dasar
empiris dari perspektif modernism. Postmodern menawarkan pandangan yang
berbeda dari modernism.

9
Modernisasi, mass consumen society, dan munculnya konsumen modern
Konsep modern akan konsumsi sebagai pembedaan dari fenomena lain yang berakar
dalam pembedaan-pembedaan lainnya, seperti: pembedaan rumah dengan
workplace, pembedaan waktu untuk kerja dan waktu untuk leisure, pembedaan
kegiatan dalam wilayah public berbeda dengan wilayah private. Dengan pemisahan-
pemisahan ini menjadikan pembeda antara konsumsi dengan produksi. Konsumen
dianggap sebagai bentuk sekunder pada produksi, yang tidak menciptakan suatu
nilai yang signifikan (seperti ekonomi) untuk masyarakat atau kemanusiaan. Di sisi
lain produksi merupakan penciptaan nilai karena menambah nilai kehidupan
manusia, sehingga dipandang sebagai aktifitas yang ‘keramat’ (sacred).

Dalam aspek pertumbuhan masyarakat konsumen, pada saat terjadi


pembedaan produksi dan konsumsi yang dipahami dalam konsep ekonomi, suatu
bentuk paralel akan pengetahuan yang memperhitungkan konsumsi sebagai suatu
proses sosiokultural mulai tampak. Menurut Campbell dalam Firat dan Venkatesh
(1995), bentuk revolusi konsumen perlu analog pada revolusi industri. Timbulnya
masyarakat konsumen didorong oleh empat pergerakan utama:

➢ Pembedaan wilayah public dan private (identifikasi konsumsi dengan


private domain dan produksi pada public domain).

➢ Konstruksi dari masyarakat konsumen melalui beragam praktek dan


public discourses dan dengan inisiatif media.

➢ Pembedaan peran laki-laki dan perempuan, pria pada domain produksi


dan perempuan pada domain private yang menguasai aktifitas berkaitan dengan
konsumsi (peran perempuan menjadi konsumen dalam proses pasar kapitalis).

➢ Perubahan dari konsumen menjadi pembelanja dengan menggunakan


teknikteknik dalam pemsaran.

Melalui periklanan, jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih tinggi,
terciptalah ‘a consuming family’ menggantikan ‘a working family’.

10
2.6 Beberapa kritikan terhadap perspektif modernism
Menurut Brown (1993), membahas beberapa kritikan terhadap pandangan
modernism, diantaranya adalah:

➔ Dimana ada pandangan bahwa seorang individu/masyarakat modern


dibentuk oleh kekuatan-kekuatan historikal utama yakni science, rasionalitas,
dan teknologi. Postmodernist menyatakan apa yang dilihat di sekitar manusia
tidak hanya produk dari sciense atau teknologi, tapi juga proses budaya yang
mencakup estetika, bahasa, wacana, dan praktek-praktek. Postmodern melihat
perspektif modern akan menjadi dangkal, dogmatic, dan unidimensi dalam
menjalankan filosofisnya, dan memiliki keterbatasan pandangan akan individu
(konsumen) yang memiliki agen kognitif.

➔ Perspektif modern gagal dalam melepaskan konsumen dari represifitas


pemikiran rasional/teknologikal, dan kurang memaknai sisi kehidupan manusia,
dan hilangnya nilai yang memaknai hidup. Pandangan ini dianggap membuat
konsumen menjadi seorang partisipan yang malas dalam suatu sistem ekonomi
yang rasional tapi tidak mmpu memaknai hidup dengan simbol, emosi, dan
spiritual pada konsumen.

➔ Modernism menyederhanakan dunia menjadi kategori dikotomi yang


simple, semisal: subyek/obyek, laki-laki/perempuan, produsen/konsumen.
Setiap pasangan tersebut menggambarkan suatu perbedaan dan kadang
memberi status pada salah satu menjadi superior dibanding yang lain. Dalam
postmodern dinyatakan bahwa dikotomi tersebut tidak selalu menunjukkan
keberhasilan dan mencoba melegitimasi kebenaran secara parsial. Postmodern
merupakan suatu gerakan ke depan untuk membentuk kembali ‘filosofi
perbedaan’ yang ada dalam dogma modern.

➔ Adanya paradoksial dari modernism yakni ketidaksamaan antara


idealitas dan realitas, yang memberi pandangan berbeda mengenai konsumen:

▪ Penempatan konsumen berlawanan dengan produsen, dimana produsen


mencipta nilai sedang konsumen mengurangi/merusaknya.

11
▪ Konsumen dipandang sebagai komoditi, pemujaan pada obyek, namun pada
saat yang bersamaan ada slogan pemasaran yang mengatakan bahwa
‘konsumen adalah raja’ atau ‘konsumen selalu benar’. Dalam pandangan
postmodern ada penjajaran konsumen dengan produsen, dimana konsumsi
dipandang sebagai suatu aktifitas yang menghasilkan nilai.

➔ Modernist dipandang sangat represif karena mengutamakan pada


rasionalitas, fungsionalis, dn universalitas. Pandangan postmodern mencoba
mendekatkan pada ekspresi bentuk, simbol, dan mencampur beberapa aliran.
Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan yang tidak diperkirakan
sebelumnya.

➔ Kritikan dari kaum feminist, dinyatakan oleh Bristor dan Fischer (1993) ,
pandangan modern cenderung mengekspos konstruk modern dari konsumen
sebagai suatu bagian yang dapat dipisah dari tubuh, individu dipisahkan dari
konteks sosial dan masalah manusia hanya dikontrol sebatas sebagai obyek.
Postmodern dianggap membuka pikiran konsep paradox dalam konstruksi
modern konsumen, dan juga menunjukkan perspektif yang berbeda secara
radikal mengenai siapakah konsumen itu.

2.7 Pengertian Postmodern


Postmodernisme merupakan cabang dari aliran ilmu filsafat yang mana
berisi tentang pemikiran baru yang mengabaikan pemahaman-pemahaman dari
aliran filsafat sebelumnya yang masih berupa imajiner dan realistis sekaligus
berisikan tentang permasalahan dari Modernisme sebelum paham postmodernisme
ini lahir yang mana telah mengalami kegagalan dalam mengembangkan kemajuan
pengetahuan dan sosial manusia. Postmodernisme memiliki kandungan yang lebih
daripada pengetahuan dan ide-ide yang bersifat maju atau modern tetapi paham
tersebut muncul dari postmodernisme itu sendiri.
Paham ini telah memengaruhi banyak bidang pendidikan kontemporer,
terutama filsafat, pendidikan, studi wanita, dan sastra. Sangat meresap sehingga
istilah postmodern adalah umum dalam bahasa biasa. Postmodernisme berpendapat

12
bahwa periode sejarah modern telah berakhir dan bahwa kita sekarang hidup di era
postmodern. Memulai sebuah filosofi yang disebut fenomenologi, Heidegger
memerhatikan kebenaran subjektif dari diri manusia sendiri tentang kenyataan atau
realitas dari intuisi mereka, persepsi, dan refleksi ketika mereka berinteraksi dengan
fenomena.
Postmodernisme memiliki beberapa hasil studi dalam pembangunan
psikologi dan metode pendidikan. Postmodernis dan para filsuf menyetujui perihal
ide membuat atau membentuk keyakinan kita tentang pengetahuan dari pengalaman
kita. Oleh karena itu peserta didik membuat pandangan mereka tentang
pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Pengetahuan
merupakan sebuah konstruksi manusia, tidak pernah lengkap tetapi bersifat
sementara, bersifat dugaan, dan dapat direvisi terus-menerus karena pembelajar
memperoleh lebih banyak pengalaman. Pembelajaran kolaboratif, berbagi
pengalaman dan ide melalui bahasa, menjadikan pengetahuan sebagai konstruksi
pribadi dan sosial.

2.8 Konsep Dasar postmodern


Seperti halnya eksistensialis, postmodernisme bekerja untuk meningkatkan
persepektif pengetahuan manusa. Sementara eksistensialis fokus pada kesadaran
tentang pendapat individu, postmodernis fokus pada kesadaran tentang kesenjangan
sosial dengan mendekonstruksi asumsi tradisional tentang pengetahuan,
pendidikan, sekolah, dan pengajaran. Mereka tidak menganggap kurikulum sekolah
sebagai gudang kebenaran obyektif dan temuan ilmiah untuk ditransmisikan kepada
siswa. Ini adalah permasalahan pandangan yang saling bertentangan beberapa di
antaranya mendominasi dan mensubordinasi orang lain.
Postmodernisme merujuk pada instruksi sebagai "representasi," yang
mereka definisikan sebagai ekspresi budaya atau diskusi yang menggunakan narasi
tentang realitas dan nilai-nilai, cerita, gambar, musik, dan konstruksi budaya
lainnya. Misalnya, seorang guru dalam kelas studi sosial yang mempresentasikan
sebuah unit tentang sejarah dan kontroversi yang berkaitan dengan imigrasi harus

13
sadar akan buku pelajaran dan biasnya sendiri. Postmodernis mendesak guru untuk
menjadi sadar akan peran kuat mereka dan secara kritis memeriksa representasi
mereka kepada siswa. Daripada hanya mengirimkan pengetahuan yang disetujui
secara resmi, guru harus secara kritis mewakili pengalaman manusia yang lebih
luas tetapi lebih inklusif. Siswa berhak mendengar banyak suara dan banyak cerita,
termasuk otobiografi dan biografi mereka sendiri. Sementara postmodernis dan
pragmatis setuju bahwa kurikulum harus mencakup diskusi tentang masalah-
masalah kontroversial, postmodernis tidak menekankan metode ilmiah seperti
halnya pragmatis. Metode ilmiah, untuk postmodernis, mewakili meta- narasi lain
yang digunakan untuk memberi kekuatan kelompok elit atas yang lain.

2.9 Implikasi – implikasi dalam pendidikan masa kini


Untuk memajukan para peserta didik, postmodernis memberikan wawasan
kepada sang pendidik atau guru bahwa guru harus terlebih dahulu mengembakan diri
mereka sendiri sebagai pendidik profesional. Mereka perlu mendekonstruksi
pernyataan resmi tentang tujuan, kurikulum, dan organisasi sekolah, serta peran dan
misi guru. Pengembangan yang hebat berarti bahwa ketika para guru beralih dari
praktik ke praktik, mereka mengambil tanggung jawab untuk membentuk masa
depan mereka sendiri dan untuk membantu siswa membentuk kehidupan mereka
sendiri.
Proses pengembangan guru dan siswa dimulai di sekolah dan komunitas
tempat mereka bekerja dan tinggal. Postmodernis mendesak para guru untuk
menciptakan filosofi pendidikan berbasis situs mereka sendiri. Para guru, siswa, dan
anggota masyarakat harus memulai pemeriksaan lokal tentang masalah-masalah
utama kontrol lokal dengan memeriksa pertanyaan- pertanyaan seperti
1. yang benar-benar mengendalikan sekolah mereka, menetapkan kurikulum, dan
menetapkan standar akademik;
2. apa yang memotivasi mereka yang mengendalikan sekolah; dan
3. alasan apa yang membenarkan kurikulum yang ada? Jenis analisis kritis ini akan
memberdayakan masyarakat dan mengubah masyarakat dengan menantang

14
2.10 Budaya dan konsumsi postmodernism

Thomas (1997) menyatakan dalam postmodernism pada proses konsumsi yang


berlaku adalah liberatory, secara paradoks menggabungkan antara real dan
imaginary, dimana seseorang dapat mengkonsumsi obyek, simbol, dan image
secara bersamaan. Jika dalam perspektif modernism konsumsi dilakukan dengan
mempertukarkan uang dengan barang dan jasa, namun dalam postmodernism
persepsi pada produk yang bergantung pada pandangan yang dinyatakan dalam hal
keunikan, kegunaan, dan nilai akan semakin berkurang. Pemahaman bahwa tidak
ada obyek yang memiliki fungsi dan nilai yang melekat tergantung pada simbol
produk dan memungkinkan konsumen untuk secara aktif menggunakan estetika
dari pengalamanpengalaman hidup. Tumbuhnya kesadaran inilah dalam konsumsi
akan lebih banyak melibatkan banyak imaginasi, dan masyarakat semakin banyak
menjadi a society of spectacles.

Lyotard (1984) mencatat istilah-istilah kunci postmodern yang biasa


muncul yaitu pluralisme, fragmentasi, heterogenitas, indeterminasi, skeptisisme,
dekonstruksi, ambiguitas, ketidakpastian, dan perbedaan. Budaya konsumen
menjadi suatu cara untuk membedakan dirinya dari orang lain dengan membangun
identitas dirinya unik tanpa merasa takut akan pengaruh sanksi sosial dan ‘moral
obligation’. (Nasrudin, 2017)

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting
dalam rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari
masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa. Dalam sejarahnya, istilah modern
muncul pada awal abad Pencerahan (Aufklarung) awal abad 18, yang dipahami
sebagai suatu proses yang berkembang dan menyebarnya rasionalitas Barat ke
segenap segi kehidupan manusia dan tingkah laku sosial. Menurut Best dan
Kellner (1991) kehadiran manusia diakui sebagai aku, identik dengan rasio
(kesadaran) yang diyakini mampu mengatasi, ada pengalaman yang bersifat
partikular dan menghasilkan kebenaran mutlak, universal, tidak terikat oleh
waktu.

Hoksbergen (1994) menyatakan bahwa asumsi-asumsi mutlak tersebut


mulai dipertanyakan oleh gerakan potsmodern, dimana ada usaha membebaskan
diri dari dominasi konsep dan praktek ilmu, filsafat, dan kebudayaan modern.
Pandangan ini menyadari bahwa seluruh budaya modernitas yang bersumber
pada iptek pada titik tertentu tidak mampu lagi menjelaskan kriteria atau ukuran
epistimologi bahwa yang ‘benar’ itu selalu ideal, dan yang ‘real’ itu selalu
rasional.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
konsep mengenai remaja. Juga mahasiswa terus mencari dari sumber lain seperti
jurnal-jurnal internasional agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
tepat guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.(Retnawati, 1984)

16
DAFTAR PUSTAKA

Nasrudin, M. (2017). Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku


Deliquency Minum-Minuman Keras Pada Remaja Desa Kranding Kecamatan
Mojo Kabupaten Kediri. Journal INSTITUTIONAL REPOSITORY of IAIN
Tulungagung (IRIT), 14–45.
Retnawati, B. B. (1984). Perubahan Pandangan Modernism Dan Postmodernism.
Benefit. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 116–130.
http://journals.ums.ac.id/index.php/benefit/article/view/1266
Setiawan, J. (2018). PEMIKIRAN POSTMODERNISME DAN PANDANGANNYA
PANDANGANNYA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN. Jurnal Filosofi,
28(1), 25–46. https://doi.org/10.22146/jf.33296

17

Anda mungkin juga menyukai