Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOLOGI SD

PERKEMBANGAN ANAK DIDIK

Disusun :
Kelompok 6
Putri Hasanah (2021143544)
Regina Syaharani (2021143555)
Siska Pratiwi (2021143549)

Dosen pengampu mata kuliah : Ramtia Darma Putri, S.Pd. M.pd.,


Kons

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan bagi kami untuk menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Perkembangan Anak Didik ” dengan lancar. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang di berikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Psikologi SD ibu Ramtia Darma Putri, S.Pd.
M.pd.,Kons.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan tata bahasa Indonesia, serta informasi dari
media massa yang berhubungan dengan tata bahasa Indonesia. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi SD atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
kelompok saya dan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap melalui membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita dalam menambah wawasan mengenai Perkembangan anak didik dalm
Psikologi SD khususnya bagi penulis. Sebagaimana makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk perbaikan makalah ini menuju arah yang lebih baik.

Palembang, Oktober 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................I


DAFTAR ISI ................................................................................................... II
BAB I ............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................2
BAB II ..............................................................................................................3
PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Perkembangan Anak Didik ......................................................................... 3
2.2 Konsepsi Aliran Asosiasi ..........................................................................14
2.3 Konsepsi Aliran Gestalt ............................................................................ 15
2.4 Konsepsi Aliran Sosiologis .......................................................................18
BAB III .......................................................................................................... 21
PENUTUP ......................................................................................................21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................22

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan anak sebagai disiplin ilmu dimulai sejak sebelum Masehi.
Dasar-dasar ilmu jiwa yang menyangkut anak pada masa itu menyatakan bahwa
“anak adalah manusia dewasa dalam ukuran kecil”. Pada kebudayaan
Yunani beberapa pakar antara lain Sokrates (469-399) mecandra bahwa pendidika
n sebagai upaya untuk mengembangkan daya pikir anak menuju kesempurnaan
kesusilaan. Pada kebudayaan Romawi dalam tahun sebelum Masehi pendidikan
akan ditekankan pada keterampilan untuk menjadikan bangsa menjadi kuat dan
menang dalam perang. Pada awal Masehi orientasi pendidikan anak lebih
menekankan pada keseimbangan pendidikan kesusilaan, jasmani, dan pikiran.
Selanjutnya pada jaman pertengahan muncul beberapa konsep pendidikan anak,
misalnya konsep biara, konsep istana, dan konsep skolastik (Endang, 2002: 52).
Namun, di abad pertengahan hukum biasanya tidak membedakan antara
kejahatan anak dan dewasa, dan anak-anak diperlakukan sebagaimana orang
dewasa. Sekarang kita memandang anak secara berbeda tidak seperti di
abad pertengahan. Kita memandang masa kanak-kanak sebagai masa yang unik &
penuh warna serta merupakan landasan penting untuk masa dewasa nanti.
Mengapa kita harus mempelajari perkembangan anak? Sebagai seorang guru
nantinya kita mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak-anak di sekolah.
Semakin banyak kita mempelajari perkembangan anak, maka semakin
banyak pemahaman kita mengenai cara yang tepat untuk mengajari
mereka. Masa kanak-kanak adalah fase penting dalam kehidupan manusia.
Kebanyakan perkembangan adalah pertumbuhan, meskipun ia
mengalami penurunan (kematian).
Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan artinya, pengajaran untuk
anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu
menegangkan atau terlalu mudah dan menjemukan. Dalam mempelajari

1
perkembangan. Sejak paruh kedua abad 19 muncul berbagai konsepsi aliran
mengenai teori perkembangan, diantaranya konsepsi menurut aliran Asosiasi,
aliran psikologi Gestalt, dan konsepsi aliran Sosiologis. Oleh sebab itu, secara
berturut-turut penulis akan menyampaikan juga menguraikan mengenai
perkembangan peserta didik serta konsepsi ketiga aliran tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu perkembangan anak didik?


2. Apa itu konsepsi aliran asosiasi?
3. Apa itu konsepsi aliran gestlat?
4. Apa itu konsepsi aliran sosiologis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu perkembangan pada anak didik
atau peserta didik dalam pembelajaran psikologi sd,
2. Untuk mengetahui dan memahami seperti apa itu konsepsi dari aliran
asosiasi,
3. Untuk mengetahui dan memahami seperti apa itu konsepsi dari aliran
gestalt,
4. Untuk mengetahui dan memahami seperti apa itu konsepsi dari aliran
sosiologis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Anak Didik

2.1.1 Pengertian perkembangan anak didik


Istilah "perkembangan" (development) dalam psikologi merupakan
sebuah konsep yang cukup kompleks. Di dalamnya terkandung banyak
dimensi.
Secara sederhana, Seifert & Hoffnung (1994) mendefinisikan
perkembangan sebagai "long-term changes in aperson's growth, feelings,
pattens of thinking, social relationship, and motor skills". Sementara iru,
Chaplin (2000) mengartikan perkembangan sebagai: 1)Perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati;
2)Pertumbuhan; 3)Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari
bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional; 4)Kedewasaan
atau kemunculan pola-pola tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), "perkembangan secara luas
menunjukan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki
individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.
Di dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari
saat pembuahan dan berakhir dengan kematian".
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan pasti mengalami
peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan itu meliputi
seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik
yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkret. Secara singkat
perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke
arah yang lebih maju (Muhibbin Syah,2010).
Dalam Dioctionary of Psychology (1972) dan The Pinguin Dictionary of
Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan

3
perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan
organisme lainnya, tanpa membedakanaspek-aspek yang terdapat dalam diri
organisme-organisme tersebut.
Perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia
menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Dalam mempelajari
perkembangan perilaku Manusia diperlukan adanya perhatian khusus
mengenai hal-hal sebagai berikut: (1) Proses pematangan kognitif; (2) proses
belajar; (3) pembawaan atau bakat. Belajar adalah proses perubahan perilaku
individu yang diperoleh dari hasil interaksi individu tersebut dengan
lingkungannya. Seseorang baru bisa dikatakan belajar apabila orang yang
bersangkutan melakukan suatu aktivitas yang menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku yang relatif lama dan dapat diamati. Kualitas hasil
perkembangan manusia itu banyak terpulang pada apa dan bagaimana ia
belajar. Selanjutnya tinggi rendahnya kualitas perkembangan manusia yang
pada umumnya merupakan hasil belajar akan menentukan masa depan
peradaban manusia itu sendiri.
Menurut Muhibbin Syah (1969: 11) perkembangan ialah proses
perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah
bukan organ-organ jasmani yaitu sendiri dengan kata lain penekanan arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ-organ fisik jadi menurut dalyono (1997: 78)
perkembangan tidak ditekankan pada segi materi melainkan pada segi
fungsional perubahan suatu fungsi disebabkan adanya proses pertumbuhan
bakteri yang memungkinkan adanya fungsi itu atau disebabkan perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dengan demikian kita boleh merumuskan
pengertian perkembangan pribadi anak sebagai perubahan kualitatif dari
setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar fungsi-fungsi
kepribadian tidak hanya berhubungan dengan aspek jasmania tetapi juga
terkait dengan aspek kejiwaan fungsi-fungsi kepribadian bersifat jasmaniah
misalnya fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh, fungsi sensoris pada
alat-alat Indra, fungsi neurotik pada sistem saraf, fungsi seksual pada

4
bagian-bagian tubuh erotik, fungsi pernapasan pada alat pernapasan, fungsi
peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi dan fungsi pencernaan
makanan pada alat pencernaan sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang
bersifat kejiwaan misalnya fungsi perhatian, tanggapan, ingatan, fantasi,
pikiran, perasaan dan kemauan setiap fungsi tersebut baik jasmaniah maupun
kejiwaan dapat mengalami perubahan perubahan pada fungsi-fungsi tersebut
tidak secara kuantitatif melainkan lebih bersifat kualitatif perubahan yang
kualitatif tidak dapat dikatakan sebagai pertumbuhan melainkan sebagai
perkembangan.
Jadi, kesimpulan yang didapat yaitu bahwa perkembangan adalah sebuah
proses perubahan yang di alami oleh setiap individu manusia baik dari bentuk
fisik maupun tingkah laku atau perilakunya.

Secara bahasa sendiri perkembangan merupakan suatu tahapan baik fisik


maupun psikis ke tahapan selanjutnya. Namun dalam istilah merupakan suatu
tahapan yang berkesinambungan dan saling berhubungan. Lalu Peserta didik
merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang yang bersifat dinamis dan
memiliki karakteristik tertentu yang mana hal ini adalah proses alami suatu
individu. Nah jadi Perkembangan Peserta Didik memiliki arti suatu tahapan
perubahan seorang peserta didik baik fungsi-fungsi,pola pikir,moral, fisik,
maupun psikisnya menuju tahapan selanjutnya yang saling berkesinambungan.
Mempelajari perkembangan peserta didik merupakan suatu keharusan bagi
setiap pendidik.
Perkembangan peserta didik dapat diartikan sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan
periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja sampai periode
adolesense menjelang seorang anak dewasa.
Perkembangan peserta didik bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan mahasiswa memahami hakikat pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik mulai sejak usia dini, sekolah dasar, menengah dan dewasa.

5
Memahami aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan
tahap-tahap perkembangannya (anak, remaja dan dewasa).
Perkembangan anak didik menurut para ahli :
1. Abdul Mujib (2006)
Menurutnya, memberikan pengertian bahwa peserta didik adalah bentuk
penyebutan murid yang mengisyaratkan atau menunjukan dalam pendidikan
formal dan non formal. Hal ini di dasari pada kebutuhan peserta didik di
sekolah yang memerlukan kajian demi meningkatkan pengetahuan dan
wawasannya.
2. Ahmad Tafsir (2006)
Menurutnya, definisi peserta didik sebagai simbul penyebutan adanya
suatu hubungan antara tenaga pendidik dan murid yang dilakukan dengan
bentuk pengajaran atau adanya transfer ilmu dari guru sebagai objek dan
murid sebagai objek.
3. Barnadib (1989)
Barnadib mengingkapkan bahwa peserta didik adalah tiap kelompok
individu yang menerima ilmu pengetahuan dari tenaga pendidikan yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Bagi kegiatan pendidikan dalam bentuk
formal seperti sekolah ataupun dalam bentuk non formal seperti lembaga
kursus, palahtihan, dan lain sebaginya.

4. Abuddin Nata (2005)

Menurutnya, arti peserta didik adalah seseorang yang sedang berada


dalam proses pebelajaran sebagai objek yang dalam perkembangan dan
pertumbuhannya dilakukan menurut fitrahnya masing-masing. Kajian ini
dilakukan dalam meninjau manfaat mempelajari peserta didik yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan keilmuannya.

5. Rahardjo (1999)

Arti peserta didik sebagai objek dari sebuah pendidikan yang dilakukan
oleh lembaga pendidikan formal atas nama penelitian ilmiah sehingga apa

6
yang dikaji dapat dipertanggungjawabankan bagi setiap orang dan objek
penelitian yang terlibat.

2.1.2 Peserta Didik


Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum
undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Dengan demikian peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan
untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.
Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen
masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok
manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan
"orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar
seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar,
mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri".
Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik
merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses
pendidikan. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi
proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang
membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi
kebutuhan yang ada pada peserta didik. Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah orang/individu yang
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai
kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Peserta didik

7
merupakan “ Raw Material” (Bahan Mentah) dalam proses transformasi dan
internalisasi, menepati posisi yang sangat penting untuk melihat
signifikasinya dalam menemukan keberhasilan sebuah proses. Peserta didik
adalah makhluk individu yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang
khas yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia
berada. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik sebagai komponen
yang tidak dapat terlepas dari sistem pendidikan sehingga dapat dikatakan
bahwa peserta didik merupakan obyek pendidikan tersebut. Dalam paradigma
pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan.
Jadi, secara sederhana peserta didik dapat didefinisikan sebagai anak
yang belum memiliki kedewasaan dan memerlukan orang lain untuk
mendidiknya sehingga menjadi individu yang dewasa, memiliki jiwa spiritual,
aktifitas dan kreatifitas sendiri. Dengan demikian peserta didik adalah
individu yang memiliki potensi untuk berkembang, dan mereka berusaha
mengembangkan potensinya itu melalui proses pendidikan pada jalur dan
jenis pendidikan tertentu.

2.1.3 Faktor perkembangan anak didik


1. Faktor-faktor Yang Berasal Dari Dalam Diri Individu
Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan individu adalah:
a. Bakat atau pembawaan. Anak dilahirkan dengan membawa
bakat-bakat tertentu, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang
tajam dan sebagainya.
b. Sifat-sifat keturunan. Sifat-sifat keturunan yang individu dipusakai
dari orangtua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental.

8
Mengenai fisik misalnya bentuk muka (hidung), bentuk badan, suatu
penyakit. Sedangkan mengenai mental misalnya sifat pemalas, sifat
pemarah, pendiam, dan sebagainya.
c. Dorongan dan instink. Dorongan adalah kodrat hidup yang
mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada
saatnya. Sedangkan nstink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu
tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada manusia
bagaimana cara-cara melaksanakan dorongan batin.

2. Faktor-faktor Yang Berasal Dari Luar Diri Individu


a. Makanan
Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu. Apabila ditinjau dari perspektif agama (Islam),
makanan yang mengandung gizi saja belum cukup bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, melainkan. harus disempurkan dengan tingkat
kehalalan dan kebersihan dari makanan itu sendiri, sebagaimana firman
Allah SWT: "Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
telah direzekikan kepadamu..."(QS.Al-Maidah: 88). Pentingnya
memperhatikan kualiatas makanan dari segi kehalalannya ini adalah
karena menurut Islam makanan mempunyai pengaruh yang besar, tidak
saja terhadap pertumbuhan dan kesehatan jasmani manusia, melainkan
juga terhadap perkembangan jiwa, pikiran dan tingkah laku seseorang.
b. Iklim.
Iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangan
dan kehidupan anak. Seseorang yang hidup dalam iklim tropis yang kaya
raya misalnya, akan terlihat jiwanya lebih tenang, lebih " nrimo",
dibandingkan dengan seseorang yang tidak "sekeras" di iklim dingin,
sehingga perjuangan hidupnya pun cenderung lebih santai.
c. Kebudayaan
Latar belakang budaya suatu bangsa sedikit banyak juga
mempengaruhi perkembangan seseorang. Misalnya latar belakang

9
budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, masih yakin akan kebesaran
dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang, karena jiwanya masih
berada dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri yang
mengandung petunjuk-petunjuk dan falsafah yang diramu dari pandangan
hidup keagamaan. Lain halnya dengan seseorang yang hidup dalam
kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.
d. Ekonomi
Latar belakang ekonomi juga berpengaruh. terhadap perkembangan
anak. Mereka menderita kekurangan-kekurangan secara ekonomis,
sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa
anak-anaknya. Bahkan tidak jarang tekanan ekonomi mengakibatkan
pada tekanan jiwa, yang pada gilirannya menimbulkan konflik antara ibu
dan bapak, antara anak dan orangtua, sehingga melahirkan rasa rendah
diri pada anak.
e. Kedudukan Keluarga Anak Dalam Lingkungan
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi
perkembangannya. Bila anak itu merupakan anak tunggal, biasanya
perhatian orangtua tercurah kepadanya, sehingga ia cenderung memiliki
sifat-sifat seperti: manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman
sebayanya, menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakan, dan
sebagainya. Sebaliknya, anak yang mempunyai banyak saudara, jelas
orangtua akan sibuk membagi perharian terhadap saudara-saudaranya itu.
Oleh sebab itu anak kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dalam suatu
keluarga menunjukan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan
dengan anak yang pertama, hal ini dimungkinkan karena anak-anak yang
lebih muda akan banyak meniru dan belajar dari kakak-kakaknya.
3. Faktor-faktor umum
maksudnya unsur-unsur yang dapat digolongkan ke dalam dua
penggolongan, yaitu faktor dari dalam dan dari luar diri individu..
Diantara faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan
individu adalah:

10
a. Intelegensi
Intelegensi merupakan salah satu faktor umum yang mempengaruhi
perkembangan anak. Tingkat intelegensi yang tinggi erat kaitannya
dengan kecepatan perkembangan. Sedangkan tingkat intelegensi yang
rendah erat kaintannya dengan kelambanan perkembangan.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga memegang peranan penting dalam perkembangan
fisik dan mental seorang anak.
c. Kelenjar Gondok
Penelitian dalam bidang endocrinologi menunjukkan betapa
pentingnya peranan yang dimainkan oleh kelenjar gondok terhadap
perkembangan fisik dan mental anak-anak. Kelenjar gondok ini
mempengaruhi perkembangan baik dalam waktu sebelum lahir, maupun
pada pertumbuhan dan perkembangan sesudahnya.
d. Kesehatan
Kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang
mempengaruhi perkembangan individu. Mereka yang kesehatan mental
dan fisiknya baik dan sempurna akan mengalami perkembangan dan
pertumbuhan yang memadai. Sebaliknya, mereka yang mengalami
gangguan kesehatan, baik secara mental maupun fisik, perkembangan
dan pertumbuhannya juga akan mengalami hambatan.
e. Ras
Ras juga turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Misalnya,
anak-anak dari ras mediterranean (sekitar laut tengah) mengalami
perkembangan fisik lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari
bangsa-bangsa Eropa Utara. Demikian juga anak-anak Negro dan ras
Indian, ternyata perkembangannya lebih cepat dibandingkan dengan
anak-anak dari ras bangsa-bangsa yang berkulit putih dan kuning.

2.1.4 Ciri Perkembangan


Ciri – ciri perkembangan secara umum yaitu :

11
1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan
organ-organ tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir,
mengingat, dan berkreasi)
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak
berubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis
(perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas)
3. Lenyapnya tanda – tanda yang lam; tanda - tanda fisik (lenyapnya
kelenjar thymus (kelenjar anak – anak) seiring bertambahnya usia) aspek
psikis (lenyapnya gerak – gerik kanak – kanak dan perilaku impulsif).
4. Diperolehnya tanda – tanda yang baru; tanda – tanda fisik (pergantian
gigi dan karakter seks pada usia remaja) tanda – tanda psikis
(berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi
dengan lawan jenis)

2.1.5 Karakteristik anak didik


Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik
Secara garis besarnya aspek-aspek perkembang meliputi: perkembangan
fisik-motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan
sosioemosional. Masing-masing aspek perkembangan dihubungkan dengan
pendidikan, sehingga para guru diharapkan mampu memberikan layanan
pendidikan atau menggunakan straregi pembelajaran yang relevan dengan
karakteristik perkembangan tersebut.

1) Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)


Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah adalah 6 tahun dan
selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan
perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa
perkembangan, yaitu masa kanak kanak tengah (6-9), dan masa kanak-kanak
akhir (10 12).
Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

12
a. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan
aktivitas fisik.
b. Membina hidup sehat
c. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi
dalam masyarakat
f. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif
g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai
h. Mencapai kemandirian pribadi.

2) Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah ( SMP)


Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini,
yaitu:
a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tingi dan berat badan
b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder
c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan
keinginan, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orangtua
d. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa
e. Mulai mempertanyakan secara spesifik mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan
f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil
g. Mulai mengembagkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri
yang sesuai dengan dunia sosial
h. Kecenderungan minat dan pilahan karir reklatif sudah lebih jelas.

3) Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)


Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering

13
dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandati
dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
e. Memilih dan mempersiapkan karir di masa depan sesuai dengan minat
dan kemampuannya
f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga
dan memiliki anak
g. Mengembangkan kerampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara
h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoaman dalam
bertingkah laku
j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.

2.2 Konsepsi Aliran Asosiasi

Konsep Perkembangan Teori Asosiasi Menurut Herbart, Herbart merumuskan


teori perkembangan yang disebut dengan teori asosiasi. Disebut demikian oleh
karena Herbart berpendapat bahwa seluruh proses perkembangan itu diatur dan
dikuasai oleh kekuatan hukum sosial. Herbart berpendapat bahwa terjadinya
perkembangan adalah oleh karena adanya unsur-unsur yang berasosiasi, sehingga
sesuatu yang semula bersifat simple (unsur yang sedikit) makin lama makin
kompleks dan banyak.
Herbart berpendapat demikian karena teorinya, bahwa anak baru lahir
keadaan jiwanya masih bersih. Sejak alat inderanya dapat menangkap sesuatu
yang datang dari luar, maka alat indera itu mengirimkan gambar, atau tanggapan
ke dalam jiwa nya. Makin banyak tanggapan makin banyak pula tanggapan. Di

14
dalam jiwa, tanggapan-tanggapan ini berasosiasi sesamanya, dengan kekuatan
yang dapat diukur. Tanggapan yang sejenis berasosiasi dan tidak sejenis tolak
menolak secara mekanis, dan makin lama makin banyak, makin kompleks. Dan
inilah perkembangan itu.
Menurut Suryabrata (2004:170) pendapat atau konsepsi tentang
perkembangan terdapat aliran asosiasi yaitu: Aliran Psikologi Asosiasi, Menurut
aliran asosiasi bahwa pada hakekatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi.
Yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada lebih dulu, sedangkan
keseluruhan ada lebih kemudian. Bagian-bagian itu terikat satu sama lain menjadi
satu keseluruhan oleh asosiasi.
Para ahli yang mengikuti aliran ini berpendapat bahwa pada hakikatnya
perkembangan itu adalah proses asosiasi. Salah seorang tokoh aliran asosiasi yang
terkenal adalah Jhon Locke. Locke berpendapat pada permulaannya jiwa anak itu
adalah bersih semisal selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit
terisi oleh pengalaman atau empiri. Seperti pengalaman luar yang diperoleh
dengan melalui panca indera akan menimbulkan sensations dan pengalaman
dalam seperti keadaan dan kegiatan batin sendiri, akan menimbulkan reflexions.
Contoh terbentuknya pengertian lonceng, yang pertama diserap adalah suara
lonceng kemudian anak mempunyai kesan untuk meraba lonceng, dsb. Menurut
aliran asosiasi kemungkinan anak akan mendengar bunyi lonceng kemudian anak
akan memperoleh kesan pendengaeran mengenai lonceng, kemudian anak-anak
akan melihat lonceng tersebut kemudian akan memperoleh kesan penglihatan
berupa bentuk, dan warna lonceng,lalu anak meraba lonceng tersebut sehingga
memperoleh gambaran kasar atau hal;us. Jadi gambaran mengenai lonceng ini
makin lama makin lengkap satu dengan yang lain saling berhubungan.

2.3 Konsepsi Aliran Gestalt

Konsep Perkembangan Menurut Teori Gestalt (Wilhelm Wundt), Teori ini


lahir sebagai reaksi terhadap teori Herbart. Mereka berpendapat proses
perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang simple ke sesuatu yang
kompleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh

15
tapi samar-samar) ke makin lama makin dalam keadaan jelas, nampak
bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Jadi dari keadaan gestalt ke struktur.
Bagian-bagian ini merupakan kesatuan-kesatuan tertentu yang baru berfaedah bila
ia berada dalam gestalt tersebut. Ia berada di tempatnya yang spesifik dan akan
merusak Gestalt bila ia dipisahkan.
Seperti halnya sepeda (yang dapat dinaiki), adalah sesuatu Gestallt dari
bagian-bagian yang masing-masing merupakan kesatuan: setir, roda, rantai, gird
an sebagainya. BIla salah satu bagian kesatuan itu (roda mislanya) dipisahkan,
maka rusaklah gestalt sepeda itu (tidak dapat dinaiki lagi).
Jadi, dengan tegas mereka berpendapat bahwa perkembangan bukan
proses-proses asosiasi melainkan proses differensiasi.
Menurut aliran psikologi Gestalt mempunyai konsepsi yang berlawanan
dengan aliran asosiasi. Menurut Gestalt perkembangan itu adalah proses
differensiasi. Artinya yang primer adalah keseluruhan sedangkan bagian-bagian
adalah sekunder. Keseluruhan terlebih dahulu lalu disusul oleh bagian-bagiannya.
Kalau kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita
saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus
atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan,
sebagai gestalt, dan baru kemudian menyusul kita saksikan adanya hal-hal yang
khusus seperti bajunya yang baru, pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka
dan lain-lain hal yang khusus lagi.
Dalam bahasa jerman, Gestalt berarti whole configuration atau bentuk yang
utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan. Artinya gestalt adalah keseluruhan lebih
berarti dari bagian-bagian. Perintis teori gestalt ini ialah Chr.von Ehrenfels,
dengan karyanya uber gestalt qualitation (1890). Para pengikut-pengikut aliran
psikologi gestalt mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi yang
dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti aliran-aliran lainnya seperti aliran
asosiasi. Bagi para ahli pengikut gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan yang bagian-bagian adalah skunder, bagian-bagian hanya mempunyai
arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan

16
bagian-bagian yang lainnya keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh
bagian-bagiannya.
Menurut Suryabrata (2004:170) pendapat atau konsepsi tentang
perkembangan terdapat aliran gestalt yaitu:Aliran Psikologi Gestalt, Menurut
aliran psikologi Gestalt mempunyai konsepsi yang berlawanan dengan aliran
asosiasi. Menurut Gestalt perkembangan itu adalah proses differensiasi. Artinya
yang primer adalah keseluruhan sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.
Keseluruhan terlebih dahulu lalu disusul oleh bagian-bagiannya. Kalau kita
bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan
terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus atau
dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan,
sebagai gestalt, dan baru kemudian menyusul kita saksikan adanya hal-hal yang
khusus seperti bajunya yang baru, pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka
dan lain-lain hal yang khusus lagi.
Gerakan Gestalt dianggap pertama kali diluncurkan oleh gestalt (Gestalt
Theory) ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max
Wertheimer (1880 – 1943), yang dianggap juga sebagai bapak pendiri yakni
Wolfgang Kohler. Max Wertheimer tentang gerakan, yang muncul pada tahun
1912, teori belajar Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1886-1941)
yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Dari pengamatannya ia
menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah, dan menghendaki agar
murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Sumbangan, seperti Wolfgang Kohler (1887-1967) yang meneliti tentang
“insight” pada simpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau
Canary. Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang
hukum-hukum pengamatan, dan Kurt Lewin (1890-1947) yang mengembangkan
suatu teori belajar (cognitif field) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian
dan psikologi sosial.
Penelitian–penelitian mereka menumbuhkan psikologi Gestalt yang
menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur, dan pemetaan dalam
pengalaman. Untuk mendukung teorinya, Wolfgang Kohler melakukan

17
eksperimen pada Simpanse. Eksperimen tersebut dilakukan di Pulau Canary tahun
1913–1920.
Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran asosiasi. Perkembangan menurut
aliran ini adalah proses diferensiasi. Misal seorang anak melihat mobil, di dalam
pikirannya semua kendaraan beroda 4 adalah mobil, lama kelamaan dia tahu
jenis-jenis mobil berupa truk, jeep, sedan, tankki dll.
Aliran neo-gestalt yang dirilis oleh Kurt Lewin selain proses diferensiasi juga
ada proses stratifikasi. Struktur pribadi terdiri dari lapisan-lapisan (strata), lapisan
itu makin lama makin bertambah. Misal anak kecil baru mempunyai satu lapisan,
oleh karena itu anak kecil tidak akan berdusta, semakin dewasa akan bertambah
pula lapisannya.
Prinsip umum Gestalt berbunyi :
a. Keseluruhan adalah primer atau utama, dan bagian atau unsure
merupakan hal sekunder atau bukan hal pokok,
b. Bagian atau unsur tidak mempunyai makna bila tidak dalam konteks
keseluruhan, dan
c. Keseluruhan bukan sekunder penjumlahan dari bagian

Contoh Aliran Gestalt : Jika kita mendengar musik, kita tidak boleh
mendengar satu bunyi saja. Kalau kita berbuat demikian maka musik yang kita
dengar tidak akan sempurna.

2.4 Konsepsi Aliran Sosiologis

Konsep Perkembangan Teori Sosialisasi Menurut James Mark Baldwin :


Teori ini berpendapat bahwa proses perkembangan itu adalah proses sosialisasi
dari sifat individualistis. Dalam hal ini Baldwin terkenal dengan teori : Circulair
Reaction. Ia berpendapat bahwa perkembangan sebagai proses sosialisasi, adalah
dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan
seleksi berlangsung atas dasar hukum efek (law of effect) . Tingkah laku pribadi
seseorang adalah hasil dari peniruan (imitasi).

18
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedang adaptasi adalah
peniruan terhadap orang lain. Oleh efeknya sendiri tingkah laku itu dipertahankan.
Selanjutnya oleh efeknya sendiri tingkah laku itu dapat ditingkatkan faedah dan
prestasinya. Dalam hal yang demikian inilah terkandung daya kreasi, sehingga
manusia mampu menggunakan hasil peniruan itu sesuai dengan kebutuhannya
sendiri. Teori ini mendapat dukungan dari W. Stern
Menurut Suryabrata (2004:170) pendapat atau konsepsi tentang
perkembangan terdapat aliran sosiologis yaitu : Aliran Sosiologisme, Menurut
aliran sosiologisme perkembangan adalah proses sosialisasi. Anak manusia
mula-mula bersifat a-sosial atau pra-sosial yang kemudian dalam
perkembangannya sedikit - demi sedikit disosialisasikan. Salah seorang ahli yang
mempunyai konsepsi demikian adalah James Mark Baldwin. Dia adalah seorang
ahli dalam lapangan-lapangan biologi, sosiologi, psikologi dan filsafat. Karya
utamanya dalam lapangan psikologi perkembangan adalah mental depelopment in
the child and the race (1895). Baldwin menerangkan bahwa perkembangan
sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi
dan seleksi. Adaptasi dan seleksi ini berlangsung atas dasar hukum efek (law of
effect). Juga tingkah laku pribadi diterangkan sebagai imitasi.
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi adalah
peniruan terhadap yang lain. Oleh efeknya sendiri tingkah laku atau aktifitas dapat
dibangunkan atau dipertahankan; oleh efeknya sendiri itu aktifitas mendapatkan
faedah atau prestasi yang lebih tinggi. Dalam hal demikian inilah terkandung daya
kreasi, sehingga manusia mampu menemukan dan menggunakan alat-alat,
menemukan dan menggunakan alat-alat ini timbul daripada peniruan diri sendiri.
Selanjutnya Baldwin berpendapat bahwa ada dua macam peniruan, yaitu; (1)
Nondeliberate imitation, misalnya terjadi kalau anak meniru-niru gerakan sikap
orang dewasa, (2) Deliberate imitation, terjadi misalnya kalau anak-anak bermain
“peranan sosial”, misalnya menjadi ibu, penjual gorengan, sopir, dan lain
sebagainya.
Banyak para ahli yang terpengaruh oleh pendapat Baldwin tersebut, di
antaranya: Stren, Bechterev, dan Koffka. Ahli-ahli yang mengikuti aliran ini

19
beranggapan bahwa anak kecil mula-mula belum memiliki moral, yang kemudian
memiliki moral yang sifatnya heteronom, dan baru kemudian setelah anak
mencapai kedewasaan baru memiliki moral yang otonom. Proses perkembangan
dari moral yang heteronom, yaitu moral yang pedoman-pedomannya terdapat
diluar, kemudian pada saat dewasa perkembangan moral menjadi otonom, yaitu
moral yang pedoman-pedomannya terdapat dalam diri anak sendiri disebut proses
internalisasi (Sumadi Suryabrata, 2014).

Contoh Aliran Sosiologis:


1. Mengajarkan kebiasaan membaca. Pendidik menyiapkan beberapa buku-buku
cerita didalam kelas, dan membiasakan membaca buku-buku tersebut
sebelum memulai materi yg ada dibuku. Setelah anak didik membaca buku
tersebut pasti ada buku yang mereka rasa menarik dan sukai, dengan buku
yang disukai oleh anak didik tersebut dapat membuat mereka ingin terus
membaca buku tersebut sehingga ia menganggap membaca adalah suatu
kesenangan dari pada sebuah tugas yang memberatkan, serta mereka terbiasa
membaca buku.
2. Seorang murid yang pintar di sekolah dan duduk sebangku dengan anak yang
prestasinya biasa saja. Setiap hari anak yang biasa prestasinya tersebut
mengikuti dan mengamati murid yang berprestasi dan akhirnya mampu
menyainginya dalam hal prestasi.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa perkembangan itu


adalah suatu perubahan, yaitu perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih
dewasa. Secara teknis perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi, secara
garis besar perkembangan itu merupakan suatu proses. Adapun konsepsi
mengenai perkembangan pada intinya dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu
konsepsi menurut aliran Asosiasi, konsepsi menurut aliran psikologi Gestal, dan
konsepsi menurut aliran Sosiologis. Hakikat perkembangan menurut konsepsi
aliran asosiasi adalah proses asosiasi, dimana bagian-bagian mempunyai nilai
yang lebih penting dari keseluruhan. Dan menurut konsepsi aliran Gestal,
perkembangan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi, yang primer
adalah keseluruhan,sedangkan bagian-bagian adalah sekunder. Sedangkan,
menurut konsepsi aliran Sosiologis, perkembangan itu merupakan proses
sosialisasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. Zainal. 2017. "Perubahan perkembangan perilaku manusia karena


belajar.” SABILARRASYAD: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kependidikan 2.1.

Drs. Djamarah, Bahri Syaiful. 2015. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Rineka Cipta.

TARBIYAH ISLAMIYAH M. Ramli. 2015. “Hakikat pendidik dan peserta


didik. Jurnal Tarbiyah Islamiyah.” Vol 5(1).

Yusuf LN, H. Syamsu, Dr., M.pd. 2006. “Psikologi perkembangan anak dan
remaja.” Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nurhayati, Tati. 2016. "Implementasi Konsep Psikologi Perkembangan


Dalam Interaksi Sosial." Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi 4.2.

Abdurrahman, Abdurrahman. 2015. "Teori belajar aliran psikologi Gestalt


serta implikasinya dalam proses belajar dan pembelajaran." Jurnal Al-Taujih:
Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami 1.2 : 14-21.

Gusman Lesmana, S.Pd., M.Pd. 2021. “Psikologi Perkembangan Peserta


Didik.”
Medan : UMSU PRESS.

22

Anda mungkin juga menyukai