Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SISKA PRATIWI

NIM : 2021143549
KELAS : 3N PGSD
1. Teori Belajar Behavioristik

Teori ini berisi tentang perubahan tingkah laku yang terjadi karena
pengalaman belajar. Teori behavioristik ini sendiri sama halnya dengan teori
pembiasaan. Untuk itu tepat jika seorang guru memberikan materi yang berfokus
pada praktek/latihan/pengulangan/pembiasaan. Sehingga peserta didik dapat
mengalami adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan setelah melakukan
kegiatan tersebut. Menurut teori behavioristik ini juga bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus sendiri adalah apa saja yang diberikan guru kepada peserta didik,
sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Peserta didik dianggap telah belajar sesuatu
jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya baik didalam kelas maupun
di lingkungannya. Dalam menerapkan teori humanisme di pendidikan sekolah
dasar sendiru seorang guru dapat melakukan beberapa hal berikut:

1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari
materi sederhana sampai kompleks. Dengan penyusunan materi tersebut
dapat dengan mudah memberikan materi yang dasar sampai yang sulit,
sehingga siswa dapat memahami materi dari dasar terlebih dahulu.
2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
Dengan pemberian contoh tersebut siswa terdorong untuk mengikuti dari
apa yang dilakukan gurunya dan dapat berpikir, merangkai dan
memecahkan masalah yang terjadi.
3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswanya
maka guru akan segera memperbaiki. Guru harus memperbaiki kesalahan
tersebut dengan memperbaiki kesalahan tersebut atau mencari alternatif
lain untuk diberikan kepada siswanya dan kesalahan yang sama tidak akan
terulang dimasa depan.
2. Teori Belajar Kognitivisme

Berdasarkan teori belajar kognitivisme ini belajar merupakan proses


perubahan persepsi dan pemahaman. Nah dengan kata lain, belajar itu tidak harus
berbicara tentang perubahan tingkah laku atau sikap yang bisa diamati. Jadi
dengan adanya teori kognitivisme ini seorang siswa akan memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang lebih luas sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan
tetap setia dalam ingatan mereka.

Pada teori kognitivisme ini seorang peserta didik dilatih untuk berpikir
secara cerdik untuk menyelelesaikan masalah yang dihadapinya, peserta didik
juga dapat menggali ilmu pengetahuannya sendiri. Jadi dalam teori ini lebih
menekankan pada pemaknaan dalam belajar, sehingga belajar tidak hanya
menghafal tetapi yang lebih penting adalah seorang peserta didik harus
menangkap makna dari proses belajar yang dia lakukan.

Dengan adanya teori kognitivisme ini peserta didik akan memiliki


pengetahuan yang lebih luas. Namun, pada teori kognitivisme ini juga peserta
didik akan memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan dapat
menimbulkan perbedaan antar peserta didik satu sama lain, sehingga seorang guru
tidak dapat mengontrol perbedaan - perbedaan yang terjadi. Sehingga, siswa yang
pandai akan semakin pandai dan yang kurang pandai akan semakin tertinggal.
Dengan teori belajar kognitivisme dipengaruhi juga faktor internal dan eksternal
sehingga mempengaruhi proses mental individu untuk melengkapi pembelajaran.
3. Teori belajar konstruktivisme

Teori belajar ini mengedepankan kegiatan mencipta serta membangun dari


sesuatu yang telah dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) ini dapat
memacu siswa untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan turut meningkat.
Guru harus mampu membentuk pemikiran siswa bahwa bekerja secara mandiri
akan menghasilkan kegiatan belajar yang lebih bermakna.

Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran antara lain:

1. Guru dapat memberikan soal latihan secara mandiri sehingga dapat


melatih siswa supaya menjadi pribadi yang mandiri dan mampu
memecahkan masalah.
2. Guru dapat mengadakan kegiatan berupa membuat produk dari bahan
sekitar sehingga dapat menciptakan kreativitas dalam belajar dan tercipta
suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif.
3. Guru dapat menyuruh siswa membuat kelompok belajar sehingga dapat
melatih siswa untuk bekerja sama dan terlibat langsung dalam melakukan
kegiatan yang diberikan.
4. Guru bisa juga memancing peserta didik tentang suatu pokok bahasan atau
konsep, misalnya dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang
bersifat clickbait di kehidupan sehari-hari.

Dengan teori konstruktivisme ini dapat menciptakan pembelajaran yang


lebih bermakna dan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa serta menjadikan
proses pembelajaran tersebut menyenangkan. Dengan proses belajar tersebut
siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa
dengan pengetahuannya.
5. Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini lebih melihat perkembangan pengetahuan dari sisi


kepribadian manusia. Dikarenakan humanistik sendiri merupakan ilmu yang
melihat segala sesuatu dari sisi kepribadian manusia. Yang bertujuan
memanusiakan manusia yang mana peserta didik sendiri dapat menggali
kemampuannya sendiri sehingga mereka dapat menerapkannya dalam lingkungan
sehari-hari mereka.

Dalam menerapkan teori humanistik di pendidikan sekolah dasar sendiri seorang


guru dapat melakukan beberapa hal berikut:

1. Guru menempatkan siswa sebagai subjek bukan objek, Pada


dasarnya, siswa di dalam pendidikan itu bukanlah objek,
karena siswa adalah manusia yang dinamis, memiliki daya cipta, dan dapat
berkembang. Jika siswa dianggap objek, maka dapat diandaikan siswa
bukanlah manusia, melainkan makhluk lain.
2. Guru sebagai fasilitator yang mana seorang guru harus memfasilitasi
peserta didik nya dengan memberikan media pembelajaran yang tepat dan
menarik untuk peserta didiknya serta memberikan sumber belajar yang
variatif, interaktif sehingga dapat mendukung kegiatan pembelajaran.
Dengan guru memberikan fasilitas yang terbaik dapat menunjang proses
pembelajaran dan dapat menumbuhkan kreativitas guru dan peserta didik
sendiri.
3. Seorang guru dapat mendorong semua siswanya untuk memahami makna
dari pengalaman selama proses belajar, misalnya saja pengalaman dalam
keluarga, lingkungan atau di sekolah yang mereka ceritakan sendiri di
depan kelas. Dengan memahami makna dari sebuah pengalaman dapat
membuat siswa tersebut memiliki pengalaman yang berarti sehingga
mengubah sikap dan pola pikir mereka kearah depan untuk terus belajar
dan menghasilkan pengalaman - pengalaman baru.

Anda mungkin juga menyukai