1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan
teori konstruktivisme di dalam kelas!
A. Teori Behavioristik
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang fokus pada perubahan tingkah laku
peserta didik akibat dari adanya stimulus dan respon. Stimulus adalah rangsangan yang
diberikan guru kepada peserta didik yang berupa materi ajar misalnya, perkalian, pengurangan,
dan hafalan-hafalan lainnya. Sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.
Teori behavioristik lebih mementingkan hasil belajar daripada proses belajar karena
dapat diamati dan diukur. Sedangkan proses belajar tidak bisa diukur. Pengukuran dianggap
penting karena untuk melihat terjadi dan tidaknya perubahan perilaku peserta didik. Sebagai
bentuk penguatan (reinforcement) untuk menciptakan perubahan perilaku pada peserta didik
maka adanya hadiah dan hukuman.
Dalam penerapan teori behavioristik di kelas, guru dapat memberikan stimulus secara
kontinuitas dan berulang sehingga terciptanya pembiasaan yang dilakukan oleh peserta didik
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sebagai contoh penerapannya sebagai berikut:
Guru wajib menyusun materi ajar secara lengkap. Dimulai dari materi sederhana
sampai ke materi yang kompleks.
Guru harus lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada peserta didik maka
guru akan segera memperbaiki.
Guru harus memberikan banyak tugas atau latihan, agar terbentuknya pembiasaan atau
membentuk perilaku peserta didik seperti yang dikehendaki.
Guru mengevaluasi hasil belajar peserta didik berdasarkan perilaku yang terlihat.
Guru dituntut untuk dapat memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif
(memberikan hadiah) ataupun negatif (memberikan hukuman).
Teori belajar sosial kognitif adalah pembelajaran yang menekankan pada perubahan
perilaku peserta didik yang didapatkan dari proses mengamati dan meniru. Teori Belajar Sosial
kognitif merupakan perluasan dari teori Belajar Behavioristik yang fokus pada perubahan
perilaku peserta didik dipengaruhi rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru.
Sementara, teori Belajar Sosial kognitif menyatakan bahwa seseorang bisa mempelajari
perilaku melalui pengamatan.
Sebagai contoh penerapan teori belajar sosial di kelas yaitu:
Guru menyiapkan materi ajar sesuai dengan umur dan jenjang peserta didik, agar
siswa siap secara mental untuk menerima materi yang akan disampaikan oleh
guru.
Guru menyampaikan materi pelajaran secara bertahap. Diawali dari hal-hal yang
khusus (sederhana), kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus (kompleks),
dengan disertai contoh-contoh.
Guru harus bisa menjadi teladan dan dapat menciptakan suasana belajar yang
riang dan menarik.
Guru memberikan ruang dan dan waktu kepada peserta didik untuk terjadi proses
berpikir, seperti mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan
sebagainya.
C. Teori Konstruktivisme
b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat
tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
Terkait permasalahan Samuel ada beberapa tahapan solusi yang diberikan:
Melakukan pendekatan social-emosional terlebih dahulu, dengan menanyakan
apa penyebab ia memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
Memberikan Motivasi Ekstrinsik (mendorong Samuel untuk melakukan sesuatu
dengan tujuan untuk mendapatkan reward atau menghindari konsekuensi
negatif).
Mengacu kepada teori pembelajaran sosial kognitif, dengan tujuan diberikannya
menjelaskan bagaimana Samuel mengatur perilakunya melalui kontrol dan
peneguhan atau penguatan untuk mencapai perilaku yang diarahkan pada tujuan
yang dapat dipertahankan sepanjang waktu.
Memberikan Communication language learning metode pembelajaran yang
penekanan pada interaksi Samuel dengan teman-teman sejawatnya serta mampu
menambah rasa percaya dirinya.
d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal
bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya)
Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk kasus Robert
memberikan bimbingan konseling dengan mengajak Robert untuk
berkomunikasi dua arah mengenai permasalahan sedikitnya minat belajar
disekolah. Kemudian guru melakukan pengamatan dan membuat catatan
khusus hasil komukasi dengan Robert.
Guru juga melakukan pendekatan dengan keluarga yaitu bibinya untuk
mengetahui bagaimana keseharian Robert ketika di rumah dan meminta
bibinya untuk membantu guru memberikan motivasi kepada Robert.
Guru menggali apa cita-cita Robert, selanjutnya diajak refleksi bagaimana
usaha yang harus dilakukan Robert untuk menggapai cita-citanya. Dengan
refleksi tersebut, diharapkan Robert dapat berpikir dan menciptakan motivasi
dari dirinya sendiri. Namun, guru tetap harus memantau perkembangan
kondisi Robert secara berkala dan berkelanjutan.
Setelah mempelajarai berbagai teori maka pada kasus Robert bisa digunakan
ketiga teori tersebut yaitu behavioristic (eksplorasi akan sikap), social
kognitif (melibatkan interaksi dengan teman), dan konstruktivisme (melatih
kemandirian Robert).