Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pemlajarannya

Topik 1 : Teori Belajar dan Motivasi Belajar Anak


Kelompok :2
Ketua : Arief Fadilla Azka
Anggota : Khairullah
Melisa Safitri
Muzal Wida Derosma
Sabella Muthaharah

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan
teori konstruktivisme di dalam kelas!
A. Teori Behavioristik

Teori behavioristik merupakan teori belajar yang fokus pada perubahan tingkah laku
peserta didik akibat dari adanya stimulus dan respon. Stimulus adalah rangsangan yang
diberikan guru kepada peserta didik yang berupa materi ajar misalnya, perkalian, pengurangan,
dan hafalan-hafalan lainnya. Sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.
Teori behavioristik lebih mementingkan hasil belajar daripada proses belajar karena
dapat diamati dan diukur. Sedangkan proses belajar tidak bisa diukur. Pengukuran dianggap
penting karena untuk melihat terjadi dan tidaknya perubahan perilaku peserta didik. Sebagai
bentuk penguatan (reinforcement) untuk menciptakan perubahan perilaku pada peserta didik
maka adanya hadiah dan hukuman.
Dalam penerapan teori behavioristik di kelas, guru dapat memberikan stimulus secara
kontinuitas dan berulang sehingga terciptanya pembiasaan yang dilakukan oleh peserta didik
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sebagai contoh penerapannya sebagai berikut:
 Guru wajib menyusun materi ajar secara lengkap. Dimulai dari materi sederhana
sampai ke materi yang kompleks.
 Guru harus lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
 Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada peserta didik maka
guru akan segera memperbaiki.
 Guru harus memberikan banyak tugas atau latihan, agar terbentuknya pembiasaan atau
membentuk perilaku peserta didik seperti yang dikehendaki.
 Guru mengevaluasi hasil belajar peserta didik berdasarkan perilaku yang terlihat.
 Guru dituntut untuk dapat memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif
(memberikan hadiah) ataupun negatif (memberikan hukuman).

B. Teori sosial kognitif

Teori belajar sosial kognitif adalah pembelajaran yang menekankan pada perubahan
perilaku peserta didik yang didapatkan dari proses mengamati dan meniru. Teori Belajar Sosial
kognitif merupakan perluasan dari teori Belajar Behavioristik yang fokus pada perubahan
perilaku peserta didik dipengaruhi rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru.
Sementara, teori Belajar Sosial kognitif menyatakan bahwa seseorang bisa mempelajari
perilaku melalui pengamatan.
Sebagai contoh penerapan teori belajar sosial di kelas yaitu:
 Guru menyiapkan materi ajar sesuai dengan umur dan jenjang peserta didik, agar
siswa siap secara mental untuk menerima materi yang akan disampaikan oleh
guru.
 Guru menyampaikan materi pelajaran secara bertahap. Diawali dari hal-hal yang
khusus (sederhana), kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus (kompleks),
dengan disertai contoh-contoh.
 Guru harus bisa menjadi teladan dan dapat menciptakan suasana belajar yang
riang dan menarik.
 Guru memberikan ruang dan dan waktu kepada peserta didik untuk terjadi proses
berpikir, seperti mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan
sebagainya.

C. Teori Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme adalah pembelajaran yang memberikan keleluasaan


kepada peserta didik untuk membangun pemahaman dan pengetahuan secara mandiri
berdasarkan pengalaman yang dilewatinya. Teori belajar konstruktivisme membebaskan
peserta didik untuk membimbing sendiri pengetahuan yang dimiliki berdasarkan pengalaman,
tetapi masih dalam pengawasan pendidik atau guru.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru menerapkan pembelajaran yang berpusat kepada
siswa atau student centered learning agar menumbuhkan kemandirian peserta didik dalam
proses pembelajaran. Contoh penerapan teori belajar konstruktivisme yaitu:
 Guru merancang pembelajaran yang bersifat experimental learning
 Pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan sekitar
 Guru mendorong kemandirian peserta didik dalam belajar
 Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan waktu dan kesempatan
untuk peserta didik menceritakan pengalamannya secara kreatif dan imajinatif.
 Peserta didik diberi kesempatan untuk membuat gagasan atau ide yang baru.
 Guru mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi (HOTS)

2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk berdasarkan


prinsip konstruktivisme!
Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat menjadi solusi dalam
menjawab kesenjangan dunia pendidikan ideal dengan kehidupan realistis yang dihadapi siswa
dewasa ini. Lewat pembelajaran konstruktivistik siswa akan mampu untuk melihat dan
memahami realitas, mengembangkan kemampuan berpikir dan melibatkan perasaan yang
memotivasi mereka untuk berbuat sesuatu yang konkrit. Ide sentral teori konstruktivistik
menyebutkan bahwa proses belajar merupakan proses pengonstruksian pengetahuan. Terdapat
dua pandangan konstruktivistik, yaitu konstruktivistik kognitif yang dicetuskan oleh Jean
Piaget dan konstuktivistik sosial dari Vigotsky. Perbedaan kedua teori tersebut terletak pada
penekanan pada proses konstruksi dan peran agen pemenuhannya. Vigotsky menempatkan
konteks sosiokultural sebagai pembentuk struktur kognitif dan bahasa seseorang. Piaget
menekankan tahapan perkembangan kognitif sebagai syarat bagi pemerolehan pengetahuan
dan keterampilan dalam berpikir. Inti dari aplikasi pendekatan konstruktivistik dapat ditemui
dalam, model belajar penemuan (inquiry), model jigsaw, cooperative scripting dan model
investigasi kelompok.
1) Model pembelajaran jigsaw adalah metode atau strategi pembelajaran kooperatif
yang memungkinkan siswa untuk belajar berkelompok dengan masing-masing siswa
bertanggung jawab pada satu topik atau bahasan yang kemudian dikolaborasikan
dengan anggota kelompok lain sehingga membentuk pengetahuan yang utuh.. Setiap
siswa tidak hanya harus mempelajari materi yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota
kelompoknya. Metode ini melatih kemampuan kognitif maupun sosial siswa yang
sangat diperlukan di dalam bermasyarakat.
2) Model pembelajaran inkuiri, model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan,
melakukan penyelidikan atau pencarian, eksperimen atau penelitian secara mandiri
untuk mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan.
3) Model Cooperative Script, model coooperatif script dikenal juga dengan nama Skrip
Kooperatif. Cooperative Script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara-cara berkolaborasi. Penggunaan
model ini, siswa dapat bekerja atau berpikir sendiri tidak hanya mengandalkan satu
siswa saja dalam kelompoknya. Karena setiap siswa dituntut untuk mengintisarikan
materi dan mengungkapkan pendapatnya secara langsung dengan patnernya. Siswa
bersama dengan pasangannya memecahkan masalah secara bersama-sama. Siswa
dituntut untuk beraktivitas sendiri, siswa menemukan sendiri suatu konsep atau mampu
memecahkan masalah sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam pembelajaran
Cooperative Script terjadi suatu kesepakatan untuk berkolaborasi memecahkan suatu
masalah dengan mandiri. Unsur filosofi dalam pembelajaran konstruktivistik yaitu
kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk
melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukan individu.
Keberagaman yang dimaksud yaitu individu menyadari bahwa dirinya berbeda dengan
orang lain.
4) Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil
yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang heterogen. Model investigasi kelompok
menuntut siswa untuk belajar dalam kelompok dan mampu berkoordinasi dengan
anggota kelompok lainnya dalam pemecahan masalah. Model pembelajaran ini, siswa
diberikan kuasa penuh untuk memilih sendiri topik dari pembelajaran sehingga tahu
gambaran yang akan dipelajari dan cara menjalankan investigasinya. Dalam
menerapkan model investigasi kelompok pada pembelajaran diperlukan keterampilan
berkomunikasi yang baik antar siswa untuk memperlancar jalannya proses kelompok
sehingga sebelum melakukan investigasi kelompok guru diharapkan memberikan
pelatihan-pelatihan berkomunikasi kepada siswa. Keberhasilan pelaksanaan investigasi
kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai
keterampilan sosial lainnyan
3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para
siswa yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk
sukses.
Dari permasalahan seorang siswa yang bernama Tania dengan usia 7 tahun yang
memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk sukses. Kognitif
seorang anak berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya atau sesuai
dengan usia perkembangannya. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif
Jean Piaget menjelaskan bahwa kemampuan dari kognitif anak dapat berkembang
secara bertahap pada rentang waktu yang berbeda-beda, termasuk perkembangan
dalam mengamati ilmu pengetahuan.
Apabila seorang anak dipaksa untuk memiliki kemampuan yang tidak tepat dan
tidak sesuai dengan waktu perkembangannya, maka akan menyebabkan gangguan
pada periode emas anak.
Di usia 7 tahun perkembangan sensorik anak sudah dikatakan cukup bagus.
Namun dari segi kognitif kemampuan berpikir anak masih dalam tahap
perkembangan. Kemampuan imajinasi yang kuat. Anak belum dapat memahami
perbedaan pemikiran orang lain dengan pemikirannya. Namun anak juga sudah
mampu untuk diarahkan secara perlahan-lahan atau bertahap. Karena diusia ini
penggunaan logika anak sudah mulai memadai. Misalnya, anak sudah mampu
mengurutkan objek sesuai dengan bentuk, mengklasifikasikan atau
mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran atau warna. Anak mampu
mempertimbangkan masalah dan memecahkannya.
Maka merujuk pada permasalahan Tania yang memiliki tingkat kemampuan
yang rendah di usianya 7 tahun. Maka rencana yang saya buat sebagai seorang guru
demi meningkatkan motivasi belajar Tania ialah:
1) melakukan pendekatan awal dengan mengenal terlebih dahulu seperti apa
Tania, apa yang disukainya, siapa yang ia idolakan, apa alasan ia
mengidolakannya, cara bermain seperti apa yang membuatnya senang, sebab
untuk menumbuhkan semangat sukses kepada Tania, saya harus mengaitkan
dengan seseorang yang ia banggakan. Sehingga kita dapat memberikan
gambaran bahwasanya orang yang ia idolakan adalah sosok orang yang
sukses. Demi mencapai kesuksesan setiap orang haruslah cerdas. Untuk
mencapai kecerdasan maka setiap orang pasti harus belajar.
2) Setelah ia termotivasi untuk ingin belajar. Maka saya harus menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan tingkat
perkembangan Tania diusianya. Apakah dengan bermain peran, atau
menggunakan alat peraga yang menarik, atau mencontohkan dengan karakter
yang ia gemari.
3) Saya juga akan berkonsultasi kepada orangtua Tania bagaimana
perkembangan Tania dirumah, apa kendala yang ia alami, apakah ada hal-
hal yang memicu semangat belajarnya rendah.
4) Saya juga akan memberikan beberapa tanggung jawab kepada Tania dengan
memberikan tugas yang berkelanjutan sesuai dengan tahap-tahap
kemampuannya.
5) Saya juga akan memberikan reward atau penghargaan kepada Tania agar ia
merasa apa yang ia lakukan dihargai dan memiliki nilai atau ia pandang hal
tersebut yang ia lakukan adalah hal yang baik.
6) Selanjutnya saya akan terus menerus melakukan evaluasi.
7) dan membentuk suatu perilaku baik tersebut hingga menjadi kebiasaan atau
pembawaannya.
8) Sehingga proses pembelajaran yang ia dapatkan juga akan secara otomatis ia
terapkan dalam kehidupan social kesehariannya.

b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat
tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
Terkait permasalahan Samuel ada beberapa tahapan solusi yang diberikan:
 Melakukan pendekatan social-emosional terlebih dahulu, dengan menanyakan
apa penyebab ia memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
 Memberikan Motivasi Ekstrinsik (mendorong Samuel untuk melakukan sesuatu
dengan tujuan untuk mendapatkan reward atau menghindari konsekuensi
negatif).
 Mengacu kepada teori pembelajaran sosial kognitif, dengan tujuan diberikannya
menjelaskan bagaimana Samuel mengatur perilakunya melalui kontrol dan
peneguhan atau penguatan untuk mencapai perilaku yang diarahkan pada tujuan
yang dapat dipertahankan sepanjang waktu.
 Memberikan Communication language learning metode pembelajaran yang
penekanan pada interaksi Samuel dengan teman-teman sejawatnya serta mampu
menambah rasa percaya dirinya.

c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka.


Sandra adalah seorang siswa yang menduduki sekolah menengah pertama yaitu
kelas VII. Kasus yang terjadi pada Sandra ini memerlukan arahan yang tepat dari
guru agar Sandra tidak terus menerus meremehkan kemampuan orang lain. Guru
berperan penting dalam membina karakter Sandra dan memberikan motivasi kepada
Sandra supaya menjauhi perilaku tidak baik tersebut. Pada proses pembelajaran,
maka sikap Sandra tersebut menunjukkan bahwa Sandra tidak mau bekerja sama
dengan temannya.
Sebagai seorang guru langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
 Guru melakukan pengembangan sikap social siswa. Guru memberi penguatan
tentang sikap saling menghargai. Guru menjelaskan bahwa setiap manusia itu
unik dan memiliki kemampuannya sendiri. Setiap manusia juga memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Selain itu, guru mencari
informasi mengenai Sandra dari orang tua dan temannya. Guru bisa bertanya
dan memberi arahan secara pribadi kepada Sandra tentang sikap-sikap yang
baik dalam berinteraksi.
 Guru menggunakan pendekatan konstruktivisme dimana pendekatan ini tidak
hanya berpusat kepada individu saja, tetapi melibatkan banyak orang. Pada
pendekatan ini dilihat bagaimana siswa bisa menyelesaikan masalah dengan
lingkungannya.
 Guru mencari model pembelajaran yang cocok terhadap kasus Sandra. Guru
bisa membentuk kelompok belajar agar Sandra mau berinteraksi dan bekerja
sama dengan mengetahui kemampuan teman kelompoknya. Hal ini didasari
oleh pemikiran dari Vygotsky yang dapat memotivasi Sandra bahwa belajar itu
berkaitan dengan interaksi sosial sehingga mampu berperan bagi perkembangan
belajarnya. Menurut Vygotsky belajar adalah suatu proses yang melibatkan dua
elemen penting. (1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses
dasar. (2) belajar secara psikososial yaitu proses yang lebih tinggi dan esensinya
berkaitan dengan lingkungan social budaya. Zona ini diartikan bahwa seorang
anak tidak dapat melakukan sendiri dan memerlukan bantuan orang lain.
 Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada model ini, siswa bertanggung jawab
pada satu topik bahasan kemudian dikolaborasikan dengan anggota
kelompoknya. Model pembelajaran ini sangat diperlukan untuk melatih kognitif
dan social siswa dengan lingkungannya. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal tentunya dibutuhkan kerja sama yang baik pula, sehingga akhirnya
Sandra menyadari bahwa lingkungan juga merupakan factor pendukung dalam
keberhasilan belajar. Dapat disimpulkan guru berperan dalam membangun
motivasi melalui perspektif social dengan kata lain guru membangun motivasi
ekstrinsik supaya Sandra menyadari bahwa manusia adalah makhluk social
yang saling membutuhkan satu sama lain

d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal
bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya)
Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk kasus Robert
 memberikan bimbingan konseling dengan mengajak Robert untuk
berkomunikasi dua arah mengenai permasalahan sedikitnya minat belajar
disekolah. Kemudian guru melakukan pengamatan dan membuat catatan
khusus hasil komukasi dengan Robert.
 Guru juga melakukan pendekatan dengan keluarga yaitu bibinya untuk
mengetahui bagaimana keseharian Robert ketika di rumah dan meminta
bibinya untuk membantu guru memberikan motivasi kepada Robert.
 Guru menggali apa cita-cita Robert, selanjutnya diajak refleksi bagaimana
usaha yang harus dilakukan Robert untuk menggapai cita-citanya. Dengan
refleksi tersebut, diharapkan Robert dapat berpikir dan menciptakan motivasi
dari dirinya sendiri. Namun, guru tetap harus memantau perkembangan
kondisi Robert secara berkala dan berkelanjutan.
 Setelah mempelajarai berbagai teori maka pada kasus Robert bisa digunakan
ketiga teori tersebut yaitu behavioristic (eksplorasi akan sikap), social
kognitif (melibatkan interaksi dengan teman), dan konstruktivisme (melatih
kemandirian Robert).

Anda mungkin juga menyukai